Bak Pangeran dan Putri dari dalam dongeng kedatangan Frans dan juga Nadheera Jadi pusat perhatian bahkan jadi pusat bidikan camera, Nadheera yang tidak terbiasa dengan itu cukup risih di buatnya, terlihat gerak gerik Nadheera tidak nyaman,
"Dira, pandanganmu lurus kedepan. Anggap kamu sedang mendampingi saya saat akan rapat dan anggap orang-orang yang memperhatikan kita adalah pepohonan dan angin." Frans berbisik lalu tersenyum saat Nadheera memandang ke arahnya, Hal tersebut sontak menjadi pemandangan indah untuk anggel camera para wartawan. Deg! Jantung Nadheera seolah berhenti sepersekian detik, lagi-lagi panggilan itu, yah panggilan yang selalu membuat ia mengingat masa lalu suramnya, kini wajah Nadheera kembali pucat namun Frans terus memegangi Nadheera kini tangan Frans bertengker di pinggang Nadheera dan ia terus tersenyum ke arah rekan-rekannya."Ouh dunia sepertinya sebentar lagi kiamat" Bisik Nadine yang memperhatikan gerak-gerik Frans, hal tersebut masih dapat terdengar oleh kakaknya yaitu Nyonya Adhitama."Husss!" Nyonya Adhitama menatap Nadheera dengan lekat bahkan seolah tak berkedip. Dan mereka menghampiri Nyonya Adhitama yang masih terpaku juga Nadine."Tante" Frans menyalami Nyonya Adihtama namun tangannya masih menggenggam kuat Nadheera, terlihat Nadheera berkeringat seolah menahan sesuatu, tanpa Frans sadari karena banyak orang yang menyapanya setelah sebelumnya Frans merasa sangat gugup karena untuk pertamakalinya Frans menghadiri pesta dengan membawa pasangan."Nadheera....!" Nyonya Adhitama merentangkan tangannya dengan gaya centilnya. Nadheera menatap Frans seolah memberikan kode untuk melepaskan tangannya karena Nyonya Adhitama hendak memeluknya, mau tak mau Frans melepaskan genggamannya,"Are you okay?" bisik Nyonya Adhitama dan pertanyaan Nyonya Adhitama di jawab hanya dengan anggukan oleh Nadheera. "Kamu cantik sekali" Nyonya Adhitama memindai Nadheera dari atas ke bawah,"Tunggu, Frans" Panggilnya dengan lembut,"Iya Tan" Jawab Frans"Ini bukan gaun yang tante berikan, kemana anak itu?" Frans sedikit tersentil, yah kini perasaannya seakan menjadi orang yang merebut kekasih orang lain,"Terjebak badai katanya, ini gaun rancangan tante saya" Frans terlihat gugup,"Waiiiiiitttttt..... are you Nadheera? AI nya Ibu?" Yah, Nadine memanggil kakaknya dengan sebutan Ibu, karena dulu yang menemukan Nadine di panti Asuhan adalah Nyonya Adhitama, Nadine adalah anak mantan asisten ayahnya Nyonya Adhitama yang tak lain adalah sahabat Nyonya Aditama setelah test DNA Nadine benar-benar adik seayahnya Nyonya Adhitama sangat plot twist bukan?, Nyonya baik hati ini membawanya dan membesarkannya kini panggilan itu seakan sudah tidak dapat di ubah mungkin karena Nadine merasa Nyonya Aditama seusia Ibunya, tidak cocok jadi kakaknya dan kisah mereka cukup rumit dan panjang untuk di ceritakan,"Huuusss, Nadine!" Nyonya Aditama membungkam Nadine. Wajah Nadheera terlihat kikuk, kini Frans memandanginya dan mulai mendekati Nadheera,"Kamu gak apa-apa?" Bisik Frans, Nadheera kembali tercengang dengan tingkah Frans, namun bukan hanya Nadheera, Nadine dan juga Nyonya Aditama pun tercengang, pasalnya adegan tersebut terlihat seperti adegan romantis, ketakutan mulai menyelinap dalam hati Nyonya Aditama bukan, bukan karena ia takut akan 'calon mantunya' di rebut oleh Frans, namun ia memikirkan kondisi Nadheera semoga Frans bukan hanya mempermainkan Nadheera,"Waww, kamu yang gak apa-apa?" ujar Nadine, kini perhatian Frans tertuju pada Nadine dan terlihat ia mengerutkan dahinya, "Ini beneran anda mister Frans?" lanjutnya kembali seakan meledek. Frans tidak mehiraukannya dan berpamitan kepada Nyonya Adhitama untuk membawa Nadheera ke arah kursi yang di sediakan di setiap sudut ruangan sambil terlihat Frans meminta camilan juga minuman ke arah pelayan,"Bu, Ibu kenapa? Kenapa hari ini orang-orang terlihat aneh?" Tanya Nadine."Nadine, Ibu khawatir terhadap Nadheera? Frans beneran suka atau sedang sandiwara? Ibu Takut jika beneran suka, dengan latar belakang Frans yang pernah di khianati ia akan over protectif dan membuat Nadheera mengingat luka masa lalunya" Nyonya Adhitama tanpa sadar mencurahkan kekhawatirannya."Memangnya masa lalu Nadheera bagaimana?" Tanya Nadine,"Ah bukan apa-apa" Nyonya Aditama mulai tersadar, "Have fun adiku yang cantik, heump...sudah tua sudah saatnya cari jodoh okay Ibu tinggal dulu mau cari ponakanmu yang gak tau diuntung!" Nyonya Adhitama kini berhasil menghindar, dan terlihat menelepon seseorang yah dapat di tebak itu adalah panggilan untuk anaknya yang entah berada dimana.Sementara di sudut ruangan Nadheera terlihat meminum segelas jus yang di sajikan pelayan, gerak gerik Nadheera terus menerus diawasi mata emerald dari Frans,"Are you okay Dira?" Tanya Frans,"Can you stop calling me Dira?" Kini Nadheera seakan tak mampu lagi mendengar kata Dira keluar dari mulut Frans,"Okay I'm sorry, but tell me why?" Jawab Frans. Nadheera tak mampu lagi menahan emosinya, kini air matanya tiba-tiba meluncur tak tertahan, entah karena merasa benar-benar tertekan atau memang Frans sudah mulai membuatnya sedikit nyaman hingga ia pun seakan ingin mencurahkan semua hal yang menekannya kepada Frans, ia mampu membentak Frans hanya karena nama panggilan, yah nama panggilan yang pernah ia dengar dari seseorang yang membuatnya hancur sehancur-hancurnya."Hei, I'm sorry" Nada bicara Frans sangat lembut seolah ia tak mau menyakiti Nadheera bahkan kini tangannya tanpa di perintah menghapus air mata Nadheera. "Kita pulang yah" ajak Frans "Disini terlalu ramai, kamu harus menenangkan diri dulu." Dengan sangat hati-hati Frans membujuk Nadheera, kini Nadheera mengikuti apa yang Frans minta, tangan Frans tak lagi terasa seperti kekangan, kini tangannya menggenggam dengan lembut dan menuntun Nadheera menuju ke mobil, di perjalanan pun Frans hanya sesekali menanggapi sapaan seseorang yang mengenalnya yah, ia tahu akan banyak gosip besok yang beredar dengan segala spekulasi yang di buat dari musuh-musuhnya dan akan banyak cerita fiksi yang di karang media-media.Sesampainya di mobil, Frans berkata"Aku tidak akan terus bertanya kamu kenapa dan apa yang kamu rasakan, tapi jika kamu ingin bercerita silahkan ceritakan, seperti aku yang menceritakan semua yang ingin aku ceritakan kepada kamu" Suara Frans yang khas dengan nada yang lembut membuat siapa pun pasti merasa sedang mendengar rayuan romantis, Nadheera mengusap air matanya dan tersenyum, entah apa yang membuatnya tersenyum, keheningan mulai menyelimiti mereka, yah entah kemana Frans mengemudikan kendaraannya, tanpa banyak tanya Nadheera hanya pasrah dan ia merasa jalan yang di lalui Frans seolah memberikan ketenangan, cuaca malam ini yang di sertai gerimis, suara air yang terlindas ban juga angin malam yang meniup dahan dengan lembut seakan menghanyutkan fikiran dua insan dengan ketenangan.Tiba-tiba mobil berhenti dan Frans melirik kearah Nadheera,"Aku kira kamu tertidur" Ucap Frans"Ini dimana?" Tanya Nadheera"Ini Villa ayahku, aku punya taman yang indah itu taman ibuku sih, aku tiba-tiba teringat taman ini saat tadi kamu tiba-tiba menangis, aku tidak pandai menenangkan tangisan seorang wanita, tapi dulu jika ibuku menangis ia akan pergi ke taman itu yuk, ikut aku aku pinjamkan malam ini tamanku untuk kamu" Ajakan Frans tak bisa di tolak oleh Nadheera entah kenapa.Nadheera mengikuti Frans masuk ke Vila ia melewati minibar dan ruang keluarga hingga sampai ke sebuah taman mawar yang indah, indah memang wangi khas bunga mawar yang berwarna warni seakan menenangkan dan angin sepoi-sepoi menerpa mereka semakin membawa semerbak wangi yang lembut, Nadheera menjadi tenang di buatnya, kendati air mata masih dengan tidak sopannya keluar tak tertahankan,"Nevermind, kamu boleh menangis" Frans berubah menjadi sangat lembut malam ini, entah kemana tuan presdir yang dingin pergi yang ada hanya seorang Frans yang memperlakukan wanita seolah-olah terbuat dari kaca yang seolah-olah akan pecah sewaktu-waktu jika ia perlakukan sesikit kasar."Aku ke dalam dulu, aku akan minta pelayan mencarikan selimut yah" ucap Frans, Nadheera hanya mengangguk, entah lah kenapa mereka terlihat romantis dan tanpa mereka sadari sari atas balkon ayah dari presdir dingin ini sedang memperhatikan interaksi mereka yang terlihat sweet,"Greta, coba lihat kesini" panggilnya kepada seseo
Aku seorang duda di tinggal mati, aku memimpin sebuah perusahaan dan merupakan seorang perintis bukan pewaris. Yah, saat-saat aku merintis perusahaanku mungkin aku terlalu mengabaikan istriku sehingga ia tega mencari kepuasan dan kesenangan dengan laki-laki lain, ia berselingkuh dengan mantan pacarnya dan betapa bodohnya dia, laki-laki itu sudah beristri. Lebih sialnya lagi istri selingkuhannya itu adalah seorang wanita yang mengidap Borderline Personality Disorder (BPD) yah gangguan mental yang membuat dia sulit mengendalikan emosi sehingga kejadian naas itu terjadi.Istriku di tikam istri selingkuhannya hingga tewas di sebuah hotel dalam keadaan tanpa busana di pelukan selingkuhannya, betapa tragisnya itu bukan? Bahkan lebih tragis dan pilu dari kisah sinetron-sinetron televisi bertema azab. Kalau di fikir secara akal sehatku pun jangankan pengidap Borderline Personality Disorder (BPD) aku juga yang normal dan terbiasa mengontrol emosi jika melihat kejadian langsung, mereka dalam kea
Sinar mentari menyeruak masuk di sela-sela gordeng jendelaku, sinarnya membersit hingga menyentuh wajahku, yah rupanya ini sudah pagi dan Tuhan memberikan ku kesempatan untuk bangun di pagi ini. Aku melakukan rutinitas pagiku seperti biasa mandi pagi, mengenakan setelan untuk ke kantor yah seperti biasa. Aku turun untuk sarapan dan menunggu Tom yang datang menjemputku untuk berangkat ke kantor. Namun tiba-tiba,braaakkkk!Seorang pelayan menabrakku dan menumpahkan cairan berwarna merah muda seperti detergen cair. Aku menghela nafas untuk menahan emosiku, pagi yang ku awali dengan ketenangan tiba-tiba terusik. Aku menoleh ke arah pelayan tersebut, yah wajah yang tidak asing, pelayan ini yang beberapa kali kerap mencari kesempatan untuk menggodaku, namun sumpah demi apa pun aku tidak pernah tergoda. Kepala pelayan terlihat berlari ke arahku,"Maafkan saya tuan, saya akan mendisiplinkan pelayan ini!" Paman Jo terlihat membungkuk ke arahku. "Pecat dia!" ucapku dan berlalu meninggalkan me
Tom dalam perjalanan menuju kantor Frans yah, tentu saja bersama Nadheera, setelah ia mengantar ibunya ke kantor Adhitama Group kini ia tengah menjelaskan berbagai hal secara singkat sepanjang perjalanan kepada Nadheera, Tom tahu Nadheera sangat cerdas dan cepat tanggap sehingga tidak perlu waktu khusus untuk menjelaskan aturan main berada di dekat pimpinan Frasya Corporate. setelah beberapa menit perjalanan karena jalan sudah mulai lancar kini Tom bersama Nadheera sudah sampai di perusahaan tersebut dan kini mereka sedang berjalan menuju kantor sang pimpinan perusahaan Frans Prasetya Sukmajaya, sempat menjadi pusat perhatian pria tampan pewaris Adhitama Group yang super duper dingin jalan bersama wanita yang tak kalah dingin, satu kata yang mereka fikirkan saat pertama melihat Nadheera 'cantik' yah, tubuh semampai bak model bahkan dengan tinggi Tom saja mungkin hanya terpaut beberapa centi meter saja, terlebih ia tidak menyukai hak tinggi, celana panjang dan blazer yang sangat sopan u
Jam sudah menujukan pukul 12.30 itu artinya jam istirahat hanya tersisa 30 menit sementara rapat baru selesai, beberapa staff SDM yang mengikuti rapat terlihat mengeluh namun tidak dengan Nadheera, ia terlihat masih dalam mode konsentrasi tinggi, bahkan terlihat menelpon seseorang dan memastikan semua materi rapat tidak tercecer, lalu beberapa detik kemudian tangannya dengan cekatan memberikan tab nya kepada atasannya itu yah dia Frans, tertulis di dalamnya 'Notulensi', benar semua itu adalah Notulensi yang selalu Frans baca ulang setelah rapat selesai dan ia selalu meminta tab sebagai medianya agar ia bisa membacanya sambil berjalan saat mengejar jadwalnya yang lain, seperti itu lah pesan Tom dan berhasil di fahami oleh Nadheera.'baner-benar tanpa cela, apa dia merekam semua perkataan Tom? Atau dia kloningan Tom?' Batin Frans.Nadheera membungkuk memberi hormat kepada Frans, lalu segera berlalu, 'benar-benar kebiasaan Tom' dalam benak Frans, lalu ia melihat jam Rolex yang melingkar d
29 Hari berlalu, Nadheera lewati tanpa hambatan menurutnya dan Frans juga sudah mulai banyak terbuka kepada Nadheera, ia mulai nyaman dan mulai meminta bantuan-bantuan kecil yang bersifat pribadi seperti mengirim hadiah sebagai tanda ucapan selamat ulang tahun kepada ayahnya dan tak ragu ia menceritakan kenapa ia tidak mau menemui ayahnya dan hal-hal lain yang bersifat lebih pribadi, sementara Nadheera, Frans sama sekali tidak mengetahui kehidupan Nadheera. "Nanti malam saya ada undangan ulang tahun dari sahabat saya Nadine kamu kenal? Dia adik bungsu Nyonya Adhitama" Ujar Frans. "Baik akan saya catat dan masukan kedalam jadwal Bapak." Jawab Nadheera."Bukan itu, kamu di undang juga?" Tanya Frans."Oh, iya Nyonya Adhitama memberikan saya undangan juga." Jawab Nadheera."Kamu akan pergi?" Tanya Frans, seperti biasa Umar curi dengar karena mereka sedang dalam perjalanan menuju tempat meeting, kini umar merapatkan bibirnya seolah sedang menahan senyum."Sepertinya iya karena Nyonya bila
Nadheera mengikuti Frans masuk ke Vila ia melewati minibar dan ruang keluarga hingga sampai ke sebuah taman mawar yang indah, indah memang wangi khas bunga mawar yang berwarna warni seakan menenangkan dan angin sepoi-sepoi menerpa mereka semakin membawa semerbak wangi yang lembut, Nadheera menjadi tenang di buatnya, kendati air mata masih dengan tidak sopannya keluar tak tertahankan,"Nevermind, kamu boleh menangis" Frans berubah menjadi sangat lembut malam ini, entah kemana tuan presdir yang dingin pergi yang ada hanya seorang Frans yang memperlakukan wanita seolah-olah terbuat dari kaca yang seolah-olah akan pecah sewaktu-waktu jika ia perlakukan sesikit kasar."Aku ke dalam dulu, aku akan minta pelayan mencarikan selimut yah" ucap Frans, Nadheera hanya mengangguk, entah lah kenapa mereka terlihat romantis dan tanpa mereka sadari sari atas balkon ayah dari presdir dingin ini sedang memperhatikan interaksi mereka yang terlihat sweet,"Greta, coba lihat kesini" panggilnya kepada seseo
Bak Pangeran dan Putri dari dalam dongeng kedatangan Frans dan juga Nadheera Jadi pusat perhatian bahkan jadi pusat bidikan camera, Nadheera yang tidak terbiasa dengan itu cukup risih di buatnya, terlihat gerak gerik Nadheera tidak nyaman,"Dira, pandanganmu lurus kedepan. Anggap kamu sedang mendampingi saya saat akan rapat dan anggap orang-orang yang memperhatikan kita adalah pepohonan dan angin." Frans berbisik lalu tersenyum saat Nadheera memandang ke arahnya, Hal tersebut sontak menjadi pemandangan indah untuk anggel camera para wartawan. Deg! Jantung Nadheera seolah berhenti sepersekian detik, lagi-lagi panggilan itu, yah panggilan yang selalu membuat ia mengingat masa lalu suramnya, kini wajah Nadheera kembali pucat namun Frans terus memegangi Nadheera kini tangan Frans bertengker di pinggang Nadheera dan ia terus tersenyum ke arah rekan-rekannya. "Ouh dunia sepertinya sebentar lagi kiamat" Bisik Nadine yang memperhatikan gerak-gerik Frans, hal tersebut masih dapat terdengar ole
29 Hari berlalu, Nadheera lewati tanpa hambatan menurutnya dan Frans juga sudah mulai banyak terbuka kepada Nadheera, ia mulai nyaman dan mulai meminta bantuan-bantuan kecil yang bersifat pribadi seperti mengirim hadiah sebagai tanda ucapan selamat ulang tahun kepada ayahnya dan tak ragu ia menceritakan kenapa ia tidak mau menemui ayahnya dan hal-hal lain yang bersifat lebih pribadi, sementara Nadheera, Frans sama sekali tidak mengetahui kehidupan Nadheera. "Nanti malam saya ada undangan ulang tahun dari sahabat saya Nadine kamu kenal? Dia adik bungsu Nyonya Adhitama" Ujar Frans. "Baik akan saya catat dan masukan kedalam jadwal Bapak." Jawab Nadheera."Bukan itu, kamu di undang juga?" Tanya Frans."Oh, iya Nyonya Adhitama memberikan saya undangan juga." Jawab Nadheera."Kamu akan pergi?" Tanya Frans, seperti biasa Umar curi dengar karena mereka sedang dalam perjalanan menuju tempat meeting, kini umar merapatkan bibirnya seolah sedang menahan senyum."Sepertinya iya karena Nyonya bila
Jam sudah menujukan pukul 12.30 itu artinya jam istirahat hanya tersisa 30 menit sementara rapat baru selesai, beberapa staff SDM yang mengikuti rapat terlihat mengeluh namun tidak dengan Nadheera, ia terlihat masih dalam mode konsentrasi tinggi, bahkan terlihat menelpon seseorang dan memastikan semua materi rapat tidak tercecer, lalu beberapa detik kemudian tangannya dengan cekatan memberikan tab nya kepada atasannya itu yah dia Frans, tertulis di dalamnya 'Notulensi', benar semua itu adalah Notulensi yang selalu Frans baca ulang setelah rapat selesai dan ia selalu meminta tab sebagai medianya agar ia bisa membacanya sambil berjalan saat mengejar jadwalnya yang lain, seperti itu lah pesan Tom dan berhasil di fahami oleh Nadheera.'baner-benar tanpa cela, apa dia merekam semua perkataan Tom? Atau dia kloningan Tom?' Batin Frans.Nadheera membungkuk memberi hormat kepada Frans, lalu segera berlalu, 'benar-benar kebiasaan Tom' dalam benak Frans, lalu ia melihat jam Rolex yang melingkar d
Tom dalam perjalanan menuju kantor Frans yah, tentu saja bersama Nadheera, setelah ia mengantar ibunya ke kantor Adhitama Group kini ia tengah menjelaskan berbagai hal secara singkat sepanjang perjalanan kepada Nadheera, Tom tahu Nadheera sangat cerdas dan cepat tanggap sehingga tidak perlu waktu khusus untuk menjelaskan aturan main berada di dekat pimpinan Frasya Corporate. setelah beberapa menit perjalanan karena jalan sudah mulai lancar kini Tom bersama Nadheera sudah sampai di perusahaan tersebut dan kini mereka sedang berjalan menuju kantor sang pimpinan perusahaan Frans Prasetya Sukmajaya, sempat menjadi pusat perhatian pria tampan pewaris Adhitama Group yang super duper dingin jalan bersama wanita yang tak kalah dingin, satu kata yang mereka fikirkan saat pertama melihat Nadheera 'cantik' yah, tubuh semampai bak model bahkan dengan tinggi Tom saja mungkin hanya terpaut beberapa centi meter saja, terlebih ia tidak menyukai hak tinggi, celana panjang dan blazer yang sangat sopan u
Sinar mentari menyeruak masuk di sela-sela gordeng jendelaku, sinarnya membersit hingga menyentuh wajahku, yah rupanya ini sudah pagi dan Tuhan memberikan ku kesempatan untuk bangun di pagi ini. Aku melakukan rutinitas pagiku seperti biasa mandi pagi, mengenakan setelan untuk ke kantor yah seperti biasa. Aku turun untuk sarapan dan menunggu Tom yang datang menjemputku untuk berangkat ke kantor. Namun tiba-tiba,braaakkkk!Seorang pelayan menabrakku dan menumpahkan cairan berwarna merah muda seperti detergen cair. Aku menghela nafas untuk menahan emosiku, pagi yang ku awali dengan ketenangan tiba-tiba terusik. Aku menoleh ke arah pelayan tersebut, yah wajah yang tidak asing, pelayan ini yang beberapa kali kerap mencari kesempatan untuk menggodaku, namun sumpah demi apa pun aku tidak pernah tergoda. Kepala pelayan terlihat berlari ke arahku,"Maafkan saya tuan, saya akan mendisiplinkan pelayan ini!" Paman Jo terlihat membungkuk ke arahku. "Pecat dia!" ucapku dan berlalu meninggalkan me
Aku seorang duda di tinggal mati, aku memimpin sebuah perusahaan dan merupakan seorang perintis bukan pewaris. Yah, saat-saat aku merintis perusahaanku mungkin aku terlalu mengabaikan istriku sehingga ia tega mencari kepuasan dan kesenangan dengan laki-laki lain, ia berselingkuh dengan mantan pacarnya dan betapa bodohnya dia, laki-laki itu sudah beristri. Lebih sialnya lagi istri selingkuhannya itu adalah seorang wanita yang mengidap Borderline Personality Disorder (BPD) yah gangguan mental yang membuat dia sulit mengendalikan emosi sehingga kejadian naas itu terjadi.Istriku di tikam istri selingkuhannya hingga tewas di sebuah hotel dalam keadaan tanpa busana di pelukan selingkuhannya, betapa tragisnya itu bukan? Bahkan lebih tragis dan pilu dari kisah sinetron-sinetron televisi bertema azab. Kalau di fikir secara akal sehatku pun jangankan pengidap Borderline Personality Disorder (BPD) aku juga yang normal dan terbiasa mengontrol emosi jika melihat kejadian langsung, mereka dalam kea