Sinar mentari menyeruak masuk di sela-sela gordeng jendelaku, sinarnya membersit hingga menyentuh wajahku, yah rupanya ini sudah pagi dan Tuhan memberikan ku kesempatan untuk bangun di pagi ini. Aku melakukan rutinitas pagiku seperti biasa mandi pagi, mengenakan setelan untuk ke kantor yah seperti biasa.
Aku turun untuk sarapan dan menunggu Tom yang datang menjemputku untuk berangkat ke kantor. Namun tiba-tiba,braaakkkk!Seorang pelayan menabrakku dan menumpahkan cairan berwarna merah muda seperti detergen cair. Aku menghela nafas untuk menahan emosiku, pagi yang ku awali dengan ketenangan tiba-tiba terusik. Aku menoleh ke arah pelayan tersebut, yah wajah yang tidak asing, pelayan ini yang beberapa kali kerap mencari kesempatan untuk menggodaku, namun sumpah demi apa pun aku tidak pernah tergoda. Kepala pelayan terlihat berlari ke arahku,"Maafkan saya tuan, saya akan mendisiplinkan pelayan ini!" Paman Jo terlihat membungkuk ke arahku."Pecat dia!" ucapku dan berlalu meninggalkan mereka, namun pelayan itu tiba-tiba menarik tanganku dan aku repleks menghentakannya, lalu sepersekian detik kemudian bak ratu drama ia bersimpuh memohon maaf dan tidak mau di pecat. Aku tidak ingin menggubrisnya dan berlalu meninggalkan mereka, terdengar samar suara Paman Jo,"Kata-kata Tuan muda adalah titah bagi saya, maafkan saya kamu silahkan berkemas dan tinggalkan mansion ini segera, kamu kurang teliti atau sengaja sih? Apa pun alasan kamu Tuan sudah berkata demikian maka silahkan berkemas"Aku mengganti pakaianku, ku lempar dan kembali membilas tubuhku karena deterjen cair itu. Pagi-pagi sudah memuakan, setelah selesai aku kembali turun dan menunggu sarapanku, ku ambil tab ku dan ku buka beberapa e-mail hingga berita terkini namun Tom belum juga datang, kemana dia sebenarnya? Tanpa konfirmasi apa pun ia berani tidak datang padahal jam sudah menujukan hampir pukul delapan."Paman Jo!""Iya Tuan" Paman Jo selalu terpogoh-pogoh jika ku panggil, rupanya Paman Jo sudah mulai tua."Apakah kita punya sopir di mansion ini?" Tanyaku yang tidak pernah menggunakan sopir selain Tom selama empat tahun ini, aku pun kurang memperhatikan isi mansion ini, jika ada orang yang pernah berkunjung empat atau lima tahun lalu mereka pasti akan bilang semua ini tidak berubah."Ada tuan, tapi pagi ini sedang mengantar istri saya ke pasar untuk membeli persediaan sayuran di mansion Tuan." Jawabnya."Ah, apa kita cuman punya satu sopir?" Tanyaku"Iya tuan karena mantan sopir almarhum nyonya mengundurkan diri dia bilang enggak enak makan gaji buta.""Okay, tolong siapkan mobil yang mana saja saya akan bawa sendiri" Ujarku.Ini kali pertama setelah empat tahun aku membawa kendaraan sendiri, luar biasa bukan? Hah empat tahun lamanya aku tinggal di zona nyamanku sendiri, saat di lampu merah aku menerima telpon dari Tom,"Haiiii ingat yah kamu belum bawa sekertaris baru buat udah berani bikin saya nyetir sendiri!" Teriakku sesaat setelah mengangkat telpon dari Tom."Iya sorry ini lagi nunggu Nadheera, mommy nggak ngebiarin aku pergi sebelum mendengar jawaban Nadheera""Hah gak kompeten masa jam segini belum datang?" Jawabku yah, satu point lagi berkurang dia di mataku setelah sekian point terjun bebas karena ia seorang wanita."Heiii dia seperti robot programnya dia datang ke rumah pul 09.00 jadi dia akan datang ke sini bagaimana pun kondisinya pada saat pukul 09.00" Jawab Tom."Ah bodo amat, saya tunggu di kantor jam 09.00!" Jawabku"09.30" Tawar Tom"09.15" Jawabku, jika ada yang mendengar percakapanku dengan tom mungkin mereka kira sedang tawar menawar ikan asin di pasar."Okay! Jawab Tom belum sempat telpon terputus tiba-tiba,braaakkk!"Hai, bangsat baru sehari bawa mobil sendiri sudah bikin masalah!" Jerit Tom yang mendengar tuannya menabrak sesuatu."Nadheera!" Ucapku saat melihat wanita tertatih tepat di depanku, namun tanpa menoleh ia kembali berjalan, aku tepikan mobilku dan mengejarnya, "Hei Nadheera!" Yah, akhirnya aku dapat mengejarnya."Maaf tuan, saya minta kartu nama anda saja saya terburu-buru harus ke rumah tuan saya, permisi!" Jawaban Nadheera membuatku terpaku. "Tuan" Ucapnya, "Anda sudah menyita 5 menit waktu saya" Ucapnya kembali dan aku segera memberikan kartu namanku, wanita itu mengambilnya dan segera berlalu pergi sambil terpincang-pincang namun jalannya kini lebih cepat, aku kembali ke mobilku. Dan terdengar suara ocehan Tom di sana, yah aku lupa mematikan telpon Tom"Tom, saat Nadheera datang tolong pastikan dia baik-baik saja dan berikan pengobatan kakinya pasti terluka""Brengsek lo mencelakai Nadheera?" Kini tidak ada rasa hormat dalam kata-kata Tom, yah saat Tom marah atau khawatir bunyi yang keluar dari mulutnya lebih berisik dari alunan musik reog."Gak sengaja!""Lo gak tanggung jawab?""Dia buru-buru, tolong urus dan pastikan dia tidak berisik atau menuntut, dia tadi minta kartu nama soalnya.""Ah, lo yah! kenapa juga gak lo anter ke rumah gue kalau dia memang buru-buru dan mengejar waktu?""Entahlah otak gue gak nyampe tadi" Jawabku sekenanya."Berengsek lo!" Umpat Tom."Gue pecat lo!" Jawabku"Gue tunggu surat pemecatan lo" Jawabnya tidak ada rasa takut, yah begitu lah Tom saat kesal.Sementara di mansion keluarga Adhitama tepat pukul 09.00 suasana terlihat sedikit tegang saat Nadheera masuk seperti biasanya, Tom memperhatikan Nadheera dari atas ke bawah entah apa dalam benaknya. Suasana masih hening dan Tom yang dingin dan kaku itu menghampiri Nadheera yang sifatnya tidak jauh beda dengan dia, tiba-tiba mata mommy mengikuti arah langkah Tom,"Kamu tidak apa-apa?" Suara bariton Tom terdengar dingin.'Waaawww Tommi Narendra Adhitama seperhatian itu kepada Nadheera? Apa aku izinin aja Nadheera jadi sekertaris Frans dan masukan ke perjanjian kalau Tom harus mendekati Nadheera, hohoho cerdas juga Jangan biarkan gosip kalau Tom dan Frans memang ada main itu benar-banar terjadi, mari kita lihat apakah Tom normal? Akan sangat seru es dari kutub utara ketemu es dari kutub selatan' Nadheera hanya memandangi Tom dan mengangkat sebelah alisnya seolah ia bertanya 'maksudnya?'"Oh, tadi Tuan Frans menelphon kalau dia tidak sengaja menabrak kamu dekat lampu merah dan memintaku untuk mengganti rugi dan mengobati kamu" Kini kalimat Tom semakin panjang."Ffftttt" Suara kikikan sang Mommy mengintrupsi interaksi mereka berdua."Tidak-tidak lanjutkan" Ucap mommy dan di jawab dengan delikan Tom, namun Nadheera hanya menatapnya datar. 'Sungguh lucu Tom bahkan faham bahasa tubuh dan isyarat Nadheera'"Kaki saya terasa sakit, setelah membacakan jadwal Nyonya dan mengantar nyonya ke kantor saya akan memeriksakannya." Jawab Nadheera yang sempat melirik kartu nama yang Frans berikan di sana tertera nama Frans jadi ia langsung faham saat tadi nama itu disebut oleh Tom, ia sering mendengar Nyonya Adhitama menyebut-nyebut nama Frans dan Tom. Tom sedikit terpaku, ini kali pertamanya mendengar suara lembut gadis itu walau terdengar sedikit angkuh."Biar saya antar untuk ganti rugi" Jawab Tom. Sang Mommy yang mendengar percakapan itu sedikit geli di buatnya."Terimakasih" Jawab Nadheera cukup ambigu apakah ia bersedia atau tidak?"Sudah-sudah, Nadheera nanti Tom yang akan mengantar kita ke kantor dan antar kamu ke Rumah sakit""Baik nyonya" Jawabnya."Hari ini saya tidak mau mendengar jadwal apa pun, jadwal hari ini alihkan semuanya ke besok, tidak masalah besok padat pun karena mulai besok Tom yang akan mengurus semuanya" Nyonya Adhitama menjeda ucapannya dan di jawab dengan delikan oleh Tom. "Nadheera, Tom akan menggantikan saya, namun syaratnya kamu diminta untuk menggantikan Tom di sisi Frans, menurut kamu bagaimana?" Tanya Nyonya Adhitama. Nadheera tampak berfikir lalu ia menoleh ke arah Tom, Tom memandanginya penuh harap."Kenapa anda menjadikan saya syarat?" Tanya Nadheera kepada Tom."Saya yakin jika bukan saya yang di sisi Tuan Frans tidak ada sekertaris yang bisa melayaninya tapi setelah melihat kamu saya yakin hanya kamu bisa menggantikan saya." Nadheera lalu menatap Nyonya nya, namun Nadheera menangkap sesuatu yang tak biasa, Nyonya nya seperti sedang berbunga-bunga,"Maafkan saya Nadheera saya merasa kalian cocok jadi senang melihat kalian berinteraksi, sebenarnya saya tidak mau kamu jauh dari saya, kalau kamu bersama Tom tentu akan memudahkan Tom dan kamu tetap bersama saya." Jawab Nyonyanya."Mommy, ingat janji adalah janji." Tegas Tom."Baik, Jika Nadheera setuju maka mommy juga setuju." Jawab Mommy.Berat memang bagi Nadheera, namun apalah daya dia hanya seorang pekerja, sementara perusahaan itu memang harus di tempati pewarisnya, ia juga memperhatikan setahun ini kondisi nyonya Adhitama memang menurun dan mudah lelah."Baiklah saya setuju" Jawab Nadheera."Ah, kenapa kamu setuju?" rengek nyonya Adhitama."Mommy!" Tom tegas"Okay, mommy akan tambah satu lagi syarat Tom! Akan Mommy tuangkan dalam surat perjanjian!"Yah, pagi ini bagi Frans, Nyonya Adhitama, Tom, dan Nadheera berlalu begitu banyak drama. Apakah menjelang siang dramanya akan terus berlalu atau malah bertambah? Entahlah!Tom dalam perjalanan menuju kantor Frans yah, tentu saja bersama Nadheera, setelah ia mengantar ibunya ke kantor Adhitama Group kini ia tengah menjelaskan berbagai hal secara singkat sepanjang perjalanan kepada Nadheera, Tom tahu Nadheera sangat cerdas dan cepat tanggap sehingga tidak perlu waktu khusus untuk menjelaskan aturan main berada di dekat pimpinan Frasya Corporate. setelah beberapa menit perjalanan karena jalan sudah mulai lancar kini Tom bersama Nadheera sudah sampai di perusahaan tersebut dan kini mereka sedang berjalan menuju kantor sang pimpinan perusahaan Frans Prasetya Sukmajaya, sempat menjadi pusat perhatian pria tampan pewaris Adhitama Group yang super duper dingin jalan bersama wanita yang tak kalah dingin, satu kata yang mereka fikirkan saat pertama melihat Nadheera 'cantik' yah, tubuh semampai bak model bahkan dengan tinggi Tom saja mungkin hanya terpaut beberapa centi meter saja, terlebih ia tidak menyukai hak tinggi, celana panjang dan blazer yang sangat sopan u
Jam sudah menujukan pukul 12.30 itu artinya jam istirahat hanya tersisa 30 menit sementara rapat baru selesai, beberapa staff SDM yang mengikuti rapat terlihat mengeluh namun tidak dengan Nadheera, ia terlihat masih dalam mode konsentrasi tinggi, bahkan terlihat menelpon seseorang dan memastikan semua materi rapat tidak tercecer, lalu beberapa detik kemudian tangannya dengan cekatan memberikan tab nya kepada atasannya itu yah dia Frans, tertulis di dalamnya 'Notulensi', benar semua itu adalah Notulensi yang selalu Frans baca ulang setelah rapat selesai dan ia selalu meminta tab sebagai medianya agar ia bisa membacanya sambil berjalan saat mengejar jadwalnya yang lain, seperti itu lah pesan Tom dan berhasil di fahami oleh Nadheera.'baner-benar tanpa cela, apa dia merekam semua perkataan Tom? Atau dia kloningan Tom?' Batin Frans.Nadheera membungkuk memberi hormat kepada Frans, lalu segera berlalu, 'benar-benar kebiasaan Tom' dalam benak Frans, lalu ia melihat jam Rolex yang melingkar d
29 Hari berlalu, Nadheera lewati tanpa hambatan menurutnya dan Frans juga sudah mulai banyak terbuka kepada Nadheera, ia mulai nyaman dan mulai meminta bantuan-bantuan kecil yang bersifat pribadi seperti mengirim hadiah sebagai tanda ucapan selamat ulang tahun kepada ayahnya dan tak ragu ia menceritakan kenapa ia tidak mau menemui ayahnya dan hal-hal lain yang bersifat lebih pribadi, sementara Nadheera, Frans sama sekali tidak mengetahui kehidupan Nadheera. "Nanti malam saya ada undangan ulang tahun dari sahabat saya Nadine kamu kenal? Dia adik bungsu Nyonya Adhitama" Ujar Frans. "Baik akan saya catat dan masukan kedalam jadwal Bapak." Jawab Nadheera."Bukan itu, kamu di undang juga?" Tanya Frans."Oh, iya Nyonya Adhitama memberikan saya undangan juga." Jawab Nadheera."Kamu akan pergi?" Tanya Frans, seperti biasa Umar curi dengar karena mereka sedang dalam perjalanan menuju tempat meeting, kini umar merapatkan bibirnya seolah sedang menahan senyum."Sepertinya iya karena Nyonya bila
Bak Pangeran dan Putri dari dalam dongeng kedatangan Frans dan juga Nadheera Jadi pusat perhatian bahkan jadi pusat bidikan camera, Nadheera yang tidak terbiasa dengan itu cukup risih di buatnya, terlihat gerak gerik Nadheera tidak nyaman,"Dira, pandanganmu lurus kedepan. Anggap kamu sedang mendampingi saya saat akan rapat dan anggap orang-orang yang memperhatikan kita adalah pepohonan dan angin." Frans berbisik lalu tersenyum saat Nadheera memandang ke arahnya, Hal tersebut sontak menjadi pemandangan indah untuk anggel camera para wartawan. Deg! Jantung Nadheera seolah berhenti sepersekian detik, lagi-lagi panggilan itu, yah panggilan yang selalu membuat ia mengingat masa lalu suramnya, kini wajah Nadheera kembali pucat namun Frans terus memegangi Nadheera kini tangan Frans bertengker di pinggang Nadheera dan ia terus tersenyum ke arah rekan-rekannya. "Ouh dunia sepertinya sebentar lagi kiamat" Bisik Nadine yang memperhatikan gerak-gerik Frans, hal tersebut masih dapat terdengar ole
Nadheera mengikuti Frans masuk ke Vila ia melewati minibar dan ruang keluarga hingga sampai ke sebuah taman mawar yang indah, indah memang wangi khas bunga mawar yang berwarna warni seakan menenangkan dan angin sepoi-sepoi menerpa mereka semakin membawa semerbak wangi yang lembut, Nadheera menjadi tenang di buatnya, kendati air mata masih dengan tidak sopannya keluar tak tertahankan,"Nevermind, kamu boleh menangis" Frans berubah menjadi sangat lembut malam ini, entah kemana tuan presdir yang dingin pergi yang ada hanya seorang Frans yang memperlakukan wanita seolah-olah terbuat dari kaca yang seolah-olah akan pecah sewaktu-waktu jika ia perlakukan sesikit kasar."Aku ke dalam dulu, aku akan minta pelayan mencarikan selimut yah" ucap Frans, Nadheera hanya mengangguk, entah lah kenapa mereka terlihat romantis dan tanpa mereka sadari sari atas balkon ayah dari presdir dingin ini sedang memperhatikan interaksi mereka yang terlihat sweet,"Greta, coba lihat kesini" panggilnya kepada seseo
Aku seorang duda di tinggal mati, aku memimpin sebuah perusahaan dan merupakan seorang perintis bukan pewaris. Yah, saat-saat aku merintis perusahaanku mungkin aku terlalu mengabaikan istriku sehingga ia tega mencari kepuasan dan kesenangan dengan laki-laki lain, ia berselingkuh dengan mantan pacarnya dan betapa bodohnya dia, laki-laki itu sudah beristri. Lebih sialnya lagi istri selingkuhannya itu adalah seorang wanita yang mengidap Borderline Personality Disorder (BPD) yah gangguan mental yang membuat dia sulit mengendalikan emosi sehingga kejadian naas itu terjadi.Istriku di tikam istri selingkuhannya hingga tewas di sebuah hotel dalam keadaan tanpa busana di pelukan selingkuhannya, betapa tragisnya itu bukan? Bahkan lebih tragis dan pilu dari kisah sinetron-sinetron televisi bertema azab. Kalau di fikir secara akal sehatku pun jangankan pengidap Borderline Personality Disorder (BPD) aku juga yang normal dan terbiasa mengontrol emosi jika melihat kejadian langsung, mereka dalam kea
Nadheera mengikuti Frans masuk ke Vila ia melewati minibar dan ruang keluarga hingga sampai ke sebuah taman mawar yang indah, indah memang wangi khas bunga mawar yang berwarna warni seakan menenangkan dan angin sepoi-sepoi menerpa mereka semakin membawa semerbak wangi yang lembut, Nadheera menjadi tenang di buatnya, kendati air mata masih dengan tidak sopannya keluar tak tertahankan,"Nevermind, kamu boleh menangis" Frans berubah menjadi sangat lembut malam ini, entah kemana tuan presdir yang dingin pergi yang ada hanya seorang Frans yang memperlakukan wanita seolah-olah terbuat dari kaca yang seolah-olah akan pecah sewaktu-waktu jika ia perlakukan sesikit kasar."Aku ke dalam dulu, aku akan minta pelayan mencarikan selimut yah" ucap Frans, Nadheera hanya mengangguk, entah lah kenapa mereka terlihat romantis dan tanpa mereka sadari sari atas balkon ayah dari presdir dingin ini sedang memperhatikan interaksi mereka yang terlihat sweet,"Greta, coba lihat kesini" panggilnya kepada seseo
Bak Pangeran dan Putri dari dalam dongeng kedatangan Frans dan juga Nadheera Jadi pusat perhatian bahkan jadi pusat bidikan camera, Nadheera yang tidak terbiasa dengan itu cukup risih di buatnya, terlihat gerak gerik Nadheera tidak nyaman,"Dira, pandanganmu lurus kedepan. Anggap kamu sedang mendampingi saya saat akan rapat dan anggap orang-orang yang memperhatikan kita adalah pepohonan dan angin." Frans berbisik lalu tersenyum saat Nadheera memandang ke arahnya, Hal tersebut sontak menjadi pemandangan indah untuk anggel camera para wartawan. Deg! Jantung Nadheera seolah berhenti sepersekian detik, lagi-lagi panggilan itu, yah panggilan yang selalu membuat ia mengingat masa lalu suramnya, kini wajah Nadheera kembali pucat namun Frans terus memegangi Nadheera kini tangan Frans bertengker di pinggang Nadheera dan ia terus tersenyum ke arah rekan-rekannya. "Ouh dunia sepertinya sebentar lagi kiamat" Bisik Nadine yang memperhatikan gerak-gerik Frans, hal tersebut masih dapat terdengar ole
29 Hari berlalu, Nadheera lewati tanpa hambatan menurutnya dan Frans juga sudah mulai banyak terbuka kepada Nadheera, ia mulai nyaman dan mulai meminta bantuan-bantuan kecil yang bersifat pribadi seperti mengirim hadiah sebagai tanda ucapan selamat ulang tahun kepada ayahnya dan tak ragu ia menceritakan kenapa ia tidak mau menemui ayahnya dan hal-hal lain yang bersifat lebih pribadi, sementara Nadheera, Frans sama sekali tidak mengetahui kehidupan Nadheera. "Nanti malam saya ada undangan ulang tahun dari sahabat saya Nadine kamu kenal? Dia adik bungsu Nyonya Adhitama" Ujar Frans. "Baik akan saya catat dan masukan kedalam jadwal Bapak." Jawab Nadheera."Bukan itu, kamu di undang juga?" Tanya Frans."Oh, iya Nyonya Adhitama memberikan saya undangan juga." Jawab Nadheera."Kamu akan pergi?" Tanya Frans, seperti biasa Umar curi dengar karena mereka sedang dalam perjalanan menuju tempat meeting, kini umar merapatkan bibirnya seolah sedang menahan senyum."Sepertinya iya karena Nyonya bila
Jam sudah menujukan pukul 12.30 itu artinya jam istirahat hanya tersisa 30 menit sementara rapat baru selesai, beberapa staff SDM yang mengikuti rapat terlihat mengeluh namun tidak dengan Nadheera, ia terlihat masih dalam mode konsentrasi tinggi, bahkan terlihat menelpon seseorang dan memastikan semua materi rapat tidak tercecer, lalu beberapa detik kemudian tangannya dengan cekatan memberikan tab nya kepada atasannya itu yah dia Frans, tertulis di dalamnya 'Notulensi', benar semua itu adalah Notulensi yang selalu Frans baca ulang setelah rapat selesai dan ia selalu meminta tab sebagai medianya agar ia bisa membacanya sambil berjalan saat mengejar jadwalnya yang lain, seperti itu lah pesan Tom dan berhasil di fahami oleh Nadheera.'baner-benar tanpa cela, apa dia merekam semua perkataan Tom? Atau dia kloningan Tom?' Batin Frans.Nadheera membungkuk memberi hormat kepada Frans, lalu segera berlalu, 'benar-benar kebiasaan Tom' dalam benak Frans, lalu ia melihat jam Rolex yang melingkar d
Tom dalam perjalanan menuju kantor Frans yah, tentu saja bersama Nadheera, setelah ia mengantar ibunya ke kantor Adhitama Group kini ia tengah menjelaskan berbagai hal secara singkat sepanjang perjalanan kepada Nadheera, Tom tahu Nadheera sangat cerdas dan cepat tanggap sehingga tidak perlu waktu khusus untuk menjelaskan aturan main berada di dekat pimpinan Frasya Corporate. setelah beberapa menit perjalanan karena jalan sudah mulai lancar kini Tom bersama Nadheera sudah sampai di perusahaan tersebut dan kini mereka sedang berjalan menuju kantor sang pimpinan perusahaan Frans Prasetya Sukmajaya, sempat menjadi pusat perhatian pria tampan pewaris Adhitama Group yang super duper dingin jalan bersama wanita yang tak kalah dingin, satu kata yang mereka fikirkan saat pertama melihat Nadheera 'cantik' yah, tubuh semampai bak model bahkan dengan tinggi Tom saja mungkin hanya terpaut beberapa centi meter saja, terlebih ia tidak menyukai hak tinggi, celana panjang dan blazer yang sangat sopan u
Sinar mentari menyeruak masuk di sela-sela gordeng jendelaku, sinarnya membersit hingga menyentuh wajahku, yah rupanya ini sudah pagi dan Tuhan memberikan ku kesempatan untuk bangun di pagi ini. Aku melakukan rutinitas pagiku seperti biasa mandi pagi, mengenakan setelan untuk ke kantor yah seperti biasa. Aku turun untuk sarapan dan menunggu Tom yang datang menjemputku untuk berangkat ke kantor. Namun tiba-tiba,braaakkkk!Seorang pelayan menabrakku dan menumpahkan cairan berwarna merah muda seperti detergen cair. Aku menghela nafas untuk menahan emosiku, pagi yang ku awali dengan ketenangan tiba-tiba terusik. Aku menoleh ke arah pelayan tersebut, yah wajah yang tidak asing, pelayan ini yang beberapa kali kerap mencari kesempatan untuk menggodaku, namun sumpah demi apa pun aku tidak pernah tergoda. Kepala pelayan terlihat berlari ke arahku,"Maafkan saya tuan, saya akan mendisiplinkan pelayan ini!" Paman Jo terlihat membungkuk ke arahku. "Pecat dia!" ucapku dan berlalu meninggalkan me
Aku seorang duda di tinggal mati, aku memimpin sebuah perusahaan dan merupakan seorang perintis bukan pewaris. Yah, saat-saat aku merintis perusahaanku mungkin aku terlalu mengabaikan istriku sehingga ia tega mencari kepuasan dan kesenangan dengan laki-laki lain, ia berselingkuh dengan mantan pacarnya dan betapa bodohnya dia, laki-laki itu sudah beristri. Lebih sialnya lagi istri selingkuhannya itu adalah seorang wanita yang mengidap Borderline Personality Disorder (BPD) yah gangguan mental yang membuat dia sulit mengendalikan emosi sehingga kejadian naas itu terjadi.Istriku di tikam istri selingkuhannya hingga tewas di sebuah hotel dalam keadaan tanpa busana di pelukan selingkuhannya, betapa tragisnya itu bukan? Bahkan lebih tragis dan pilu dari kisah sinetron-sinetron televisi bertema azab. Kalau di fikir secara akal sehatku pun jangankan pengidap Borderline Personality Disorder (BPD) aku juga yang normal dan terbiasa mengontrol emosi jika melihat kejadian langsung, mereka dalam kea