Aku seorang duda di tinggal mati, aku memimpin sebuah perusahaan dan merupakan seorang perintis bukan pewaris. Yah, saat-saat aku merintis perusahaanku mungkin aku terlalu mengabaikan istriku sehingga ia tega mencari kepuasan dan kesenangan dengan laki-laki lain, ia berselingkuh dengan mantan pacarnya dan betapa bodohnya dia, laki-laki itu sudah beristri. Lebih sialnya lagi istri selingkuhannya itu adalah seorang wanita yang mengidap Borderline Personality Disorder (BPD) yah gangguan mental yang membuat dia sulit mengendalikan emosi sehingga kejadian naas itu terjadi.
Istriku di tikam istri selingkuhannya hingga tewas di sebuah hotel dalam keadaan tanpa busana di pelukan selingkuhannya, betapa tragisnya itu bukan? Bahkan lebih tragis dan pilu dari kisah sinetron-sinetron televisi bertema azab. Kalau di fikir secara akal sehatku pun jangankan pengidap Borderline Personality Disorder (BPD) aku juga yang normal dan terbiasa mengontrol emosi jika melihat kejadian langsung, mereka dalam keadaan tanpa busana di dalam sebuah kamar hotel, aku pun sama ingin sekali membunuhnya.Kejadian tersebut selain merusak reputasi perusaanku, merusak nilai saham perusahaanku juga merusak mentalku, yah...Dimataku wanita adalah makhluk terendah di dunia, bahkan alga yang seperti lendir atau pun kecoa yang hidup di liang kloset jauh lebih berharga dari pada mereka. Di saat aku merintis perusahaan demi menghasilkan pundi-pundi cuan, demi kebahagiaan wanitaku, ia hanya mendahulukan kepuasan selangkangan. Di saat waktu, pikiran ku curahkan semuanya demi kesenangannya ia bersenang-senang dengan pria lain.Jangan tanya kenapa aku bisa berfikir seperti itu! Aku pernah sangat memuja hingga rela meninggalkan perusahaan ayahku, merintis semuanya dari nol, melawan orang tuaku demi wanita yang akhirnya merelakan nyawanya sendiri demi di tiduri laki-laki. Aku tak habis fikir, apa kurangnya aku? Wanita lain bahkan tidak berhenti menggodaku, wanita lain rela merendahkan diri serendah-rendahnya demi tidur denganku, tapi dia mencari laki-laki lain.Aku jadi teringat kata-kata ayahku,"Apa untungnya menikah dengan wanita itu? Apa latar belakangnya? Apa bisa membantu perusahaan?"Yah, awalnya aku dengan sombong berkata, "Dengan dia aku bisa membangun perusahaan!" Perusahaan berhasil ku bangun dan ia seketika menghancurkannya.Butuh waktu beberapa bulan hingga aku bangkit dari keterpurukan, semua berkat bantuan Tom, sang pewaris Adhitama yang rela membantuku dan menjadi sekertarisku di saat-saat terpupurkku. Aku tahu ia dikirim ayahku, karena perusahaan Adhitama memang sedang menjalin kerjasama dengan Sukmajaya Group, mungkin Tom sedang dalam masa pelatihan ayahnya sebelum mewarisi Adhitama. Kini perusahaan yang aku rintis mulai stabil, namun pandanganku terhadap wanita semakin buruk saja terlebih saat ayahku mengabariku akan menikah lagi, ah... apa bagusnya liang selangkangan semua sama saja, itu fikirku. Namun ayahku marah saat aku meremehkan hal tersebut dan berkata bahwa ia menikah kembali karena butuh teman hidup, ia memaklumi jika tahun pertamaku karena di tinggal istriku dengan mengenaskan itu menimbulkan trauma namun ia berpesan agar tidak memandang wanita dengan sebelah mata, namun entahlah aku belum bisa melihat nilai tinggi dari wanita.Empat tahunku berlalu dengan sejuta kesibukan, sekarang mulai banyak para petinggi perusahaan besar yang 'menawarkan' anak-anak perempuannya untukku, sebagai bentuk kerjasama melalui pernikahan. Berbagai cara mereka kerahkan, ada yang sekedar mengajak makan malam bahkan ada yang rela putrinya merangkak ke kamar hotel tempatku menginap saat ada pertemuan bisnis, hal itu membuatku semakin muak saja terhadap wanita. Tom selalu sigap dan mampu membaca situasi hingga aku berhasil menghindari hal-hal terburuk karena ulah mereka.Hari ini, aku dan Tom menghadiri undangan dari Paman Mike, pimpinan group Serayu yang kini melebarkan sayapnya di bidang IT, undangan pesta ulang tahun pernikahannya dengan Nyonya Ambarita, sungguh terlihat seperti pasangan sempurna hingga keriput mereka tetap bersama bahkan terus merayakan ulang tahun pernikahan hingga mencapai angka 30 tahun pernikahan luar biasa bukan? Namun siapa yang tahu kelakuan Nyonya Ambar yang seperti sampah, pengkoleksi brondong dan juga Panam Mike yang selalu mengganti sekertarisnya dalam kurun waktu dekat, yah sekertarisnya setelah hamil selalu ia buang entah sudah berapa puluh bibit berceceran yang ia tanam di rahim sekertaris-sekertarisnya itu. Pesta yang seolah memperlihatkan cinta nyatanya hanya show belaka, karena sejatinya pesta ini adalah ajang pertemuan para investor dan juga pemegang saham perusahaan, rekan bahkan lawan berbisnis saja tidak lebih, cinta yang mereka perlihatkan hanya angin yang berlalu tanpa arti saja."Pak siap-siap Karnoto datang dengan anaknya!" Bisik Tom."Ah, anaknya masih kuliah kan?" Tanyaku."Yang lain bahkan ada yang baru lulus SMA sudah di suruh mengencani duda kan?" Tom sarkas. Aku hanya tersenyum tak habis fikir."Ah, Frans sendiri saja?" Sapa Karnoto."Bersama Tom!" Ujarku sambil mengulurkan tangan dan Karnoto menjabatnya."Ini anakku Frans, kalau belum ada yang tertambat dan aman-aman saja bisa kok menemani kamu malam ini biar gak boring menikmati pestanya" Ujarnya."Ouh, aman sih gak bakal ada yang tiba-tiba tertikam" Ujarku sambil tertawa, agak getir memang hal yang mengerikan itu setelah empat tahun berlalu sekarang hanya sebagai candaan dan ironisnya keluar dari mulutku sendiri. Namun ekspresi Karnoto agak lain, sepertinya ia faham bahwa aku masih terluka dan cukup dalam dan ia yakin bahwa ucapannya bukan bermaksud menyinggung itu."Ah, maaf bukan seperti itu maksudku" Karnoto sedikit kikuk."Gak masalah" Jawabku masih dengan senyum ramah, terlihat putri dari Karnoto itu memandangku seakan terpesona."Maaf Pak, sepertinya ada telpon penting." Tom mengintrupsi, begitulah cara kami menghindari percakapan tentang perjodohan atau perkenalan kami selalu bisa cekap tanggap dan menciptakan alasan untuk mengindar."Mohon maaf Pak, saya mengangkat telpon dulu" aku pamit kepada Karnoto. Aku dan Tom berhasil menghindari situasi tersebut dan kami yang sudah mulai bosan dengan pesta yang tak lebih dari basa-basi ini segera meninggalkan ruangan pesta tersebut."Bro!" Ucapku memecah keheningan, Tom faham kini pengaturannya bukan sebagai atasan dan sekertarisnya lagi tapi sebagai sahabat."Hemmp" Jawab Tom"Ke caffe yang di ujung jalan itu yang kayak terpencil itu loh!" Ajakku."Kenapa?" Tanya Tom"Pengen agak sepi aja" Jawabku dan mobil yang Tom bawa melaju ke sebuah gang, ia segera memarkirkannya di depan sebuah minimarket 24 jam, karena menuju caffe yang aku maksud tidak bisa menggunakan mobil. Kami berjalan dalam keheningan tidak ada sepatah kata pun, Tom terlihat berbalas pesan dengan seseorang."punya pacar bro?" Tanyaku"Enggak, ini mommy. Kapan yah bisa punya pacar? Ngurusin hidup anda saja rasanya gak kelar-kelar!" Jawab Tom sekenanya."Tumben chat sama nyokap dari tadi di perhatiin, biasanya jawaban nya singkat-singkat tapi kini ngetiknya menggebu-gebu begituh""Mommy udah nyuruh ke perusahaan" Jawab Tom"masih menolak?" Tanyaku"Lah, terus gimana? Bapak Frans yang terhormat masih belum bisa menerima sekertaris lain kan?" Jawab Tom sarkas."Boleh sih urus dulu, bawa yang speknya kayak lo" Jawabku"Ada sekertaris mommy mau gak?" Tom balik bertanya ."Cewek?""Yoi, ahh pasti nolak kan?" Jawab Tom."Nah itu tahu!" Jawabku."Padahal 4 tahun ini mommy befikir dia sedang di temanin aku karena karakter, pola fikir dan tindakannya yang selalu efektif dan efisien, menurut mommy mirif.""Ah, merinding Tom versi cewek!" Jawabku"Lah, emang kenapa?""Dingin, mana ada cewek se dingin dan se rasional anda Sekertaris Tom!" Jawabku sekenanya."Kenapa sih gak coba dulu, nih yah saya sampe rela bikin syarat sama mommy,saya siap ke perusahaan asal Nadheera jadi sekertaris anda tuan frans heh asal anda tau saja! dan mommy bilang apa?""Apa?" ledekku"Kamu anak siapa? Anak Si Frans atau anak mommy? Tega-teganya mau ngambil Nadheera demi Frans" Tom menirukan suara mommy nya."Aduh sial kok seketika membayangkan nyokap lo yah saat berkata seperti itu." Jawabku."Gimana bro?" Tanya Tom."Okay, 1 bulan kalau dia nggak kayak kamu dan malah nge goda saya pake baju ketat dll, saya bakal buang sekertaris kesayangan mommy mu itu ke antartika! Dan kamu balik lagi atau carikan yang sama kayak kamu atau AI juga gak apa-apa!""Okay, ini saya bertaruh banyak ini!" Jawab Tom si super perhitungan.Malam pun larut duduk di caffe ini selama kurang lebih 2 jam dengan berbagai cemilan dengan nama-nama unik dan secangkir kopi yang mulai mendingin dan obrolan yang terkesan receh yang kami ciptakan padahal sejuta makna.Triiiinggg.... Pintu Caffe terbuka, aku mengernyitkan dahi melihat ke arah pintu yang tak jauh dari tempat dudukku 'ada cewek yang keluyuran jam segini?' dalam benakku saat seorang wanita masuk. Tom pun menoleh."Nadheera!" Panggil Tom. Dia menoleh ke arah Tom mungkin mendengar namanya dipanggil membuat dia penasaran akan sumber suara tersebut, namun yang mengejutkan adalah responnya, ia hanya membalikan badannya lalu membungkukan badannya ke arah Tom dan tersenyum, senyumannya cukup manis, aku kira dia akan seperti cewek kebanyakan yang langsung mendatangi Tom dan berbasa-basi ria namun setelah itu wanita tersebut hanya mengambil pesanannya dan keluar setelah Tom balas dengan anggukan juga."Itu sekertaris mommy, panjang umur dia" Ujar Tom tanpa aku tanya dia siapa."Rumahnya sekitaran sini?" Entahlah aku sedikit penasaran."Gak tahu kita gak pernah ngobrol juga gak pernah tahu suaranya, tadi repleks aja manggil, agak kaget juga kenapa dia disini!" Jawab Tom."Dia gituh ke semua orang atau ke situ doang?" Tanyaku."Setauku gituh ke semua orang, tapi gak tau yah!""apaan ngerekomendasiin dia yang kayak gituh sikapnya?""Yah emang harus gimana?" Tanya Tom."Okay beneran mirif! Tapi kita lihat kinerjanya" Ucapku.Dan malam itu aku dan Tom sepakat untuk bertaruh, sekertaris Mommy Tom itu akan menggantikan Tom di sisiku dan ia akan ke perusahaan ayahnya menggantikan posisi Mommynya sebagai CEO. Yah, Ayah Tom sebagai Founder hanya bergerak di belakang layar dan modal saja semenjak ia mengalami sakit yang lumayan berat walau kini ia sudah membaik CEO perusahaan tetap di pegang oleh istrinya dan sepertinya mommy Tom sudah mulai kewalahan dan berharap Tom segera memegang kendali perusahaan. Tom mengantarku ke mansion ku, dan si tom pulang ke mansion nya, entahlah aku serahkan sepenuhnya urusan sekertaris dan cara dia dapatkan Nadheera-Nadhera itu kepada Tom. Dan aku berharap hari esok datang dengan mambawa kebaikan, sebelum mataku sepenuhnya terlelap aku berbisik untuk diriku sendiri"Besok pasti akan baik-baik saja"Sinar mentari menyeruak masuk di sela-sela gordeng jendelaku, sinarnya membersit hingga menyentuh wajahku, yah rupanya ini sudah pagi dan Tuhan memberikan ku kesempatan untuk bangun di pagi ini. Aku melakukan rutinitas pagiku seperti biasa mandi pagi, mengenakan setelan untuk ke kantor yah seperti biasa. Aku turun untuk sarapan dan menunggu Tom yang datang menjemputku untuk berangkat ke kantor. Namun tiba-tiba,braaakkkk!Seorang pelayan menabrakku dan menumpahkan cairan berwarna merah muda seperti detergen cair. Aku menghela nafas untuk menahan emosiku, pagi yang ku awali dengan ketenangan tiba-tiba terusik. Aku menoleh ke arah pelayan tersebut, yah wajah yang tidak asing, pelayan ini yang beberapa kali kerap mencari kesempatan untuk menggodaku, namun sumpah demi apa pun aku tidak pernah tergoda. Kepala pelayan terlihat berlari ke arahku,"Maafkan saya tuan, saya akan mendisiplinkan pelayan ini!" Paman Jo terlihat membungkuk ke arahku. "Pecat dia!" ucapku dan berlalu meninggalkan me
Tom dalam perjalanan menuju kantor Frans yah, tentu saja bersama Nadheera, setelah ia mengantar ibunya ke kantor Adhitama Group kini ia tengah menjelaskan berbagai hal secara singkat sepanjang perjalanan kepada Nadheera, Tom tahu Nadheera sangat cerdas dan cepat tanggap sehingga tidak perlu waktu khusus untuk menjelaskan aturan main berada di dekat pimpinan Frasya Corporate. setelah beberapa menit perjalanan karena jalan sudah mulai lancar kini Tom bersama Nadheera sudah sampai di perusahaan tersebut dan kini mereka sedang berjalan menuju kantor sang pimpinan perusahaan Frans Prasetya Sukmajaya, sempat menjadi pusat perhatian pria tampan pewaris Adhitama Group yang super duper dingin jalan bersama wanita yang tak kalah dingin, satu kata yang mereka fikirkan saat pertama melihat Nadheera 'cantik' yah, tubuh semampai bak model bahkan dengan tinggi Tom saja mungkin hanya terpaut beberapa centi meter saja, terlebih ia tidak menyukai hak tinggi, celana panjang dan blazer yang sangat sopan u
Jam sudah menujukan pukul 12.30 itu artinya jam istirahat hanya tersisa 30 menit sementara rapat baru selesai, beberapa staff SDM yang mengikuti rapat terlihat mengeluh namun tidak dengan Nadheera, ia terlihat masih dalam mode konsentrasi tinggi, bahkan terlihat menelpon seseorang dan memastikan semua materi rapat tidak tercecer, lalu beberapa detik kemudian tangannya dengan cekatan memberikan tab nya kepada atasannya itu yah dia Frans, tertulis di dalamnya 'Notulensi', benar semua itu adalah Notulensi yang selalu Frans baca ulang setelah rapat selesai dan ia selalu meminta tab sebagai medianya agar ia bisa membacanya sambil berjalan saat mengejar jadwalnya yang lain, seperti itu lah pesan Tom dan berhasil di fahami oleh Nadheera.'baner-benar tanpa cela, apa dia merekam semua perkataan Tom? Atau dia kloningan Tom?' Batin Frans.Nadheera membungkuk memberi hormat kepada Frans, lalu segera berlalu, 'benar-benar kebiasaan Tom' dalam benak Frans, lalu ia melihat jam Rolex yang melingkar d
29 Hari berlalu, Nadheera lewati tanpa hambatan menurutnya dan Frans juga sudah mulai banyak terbuka kepada Nadheera, ia mulai nyaman dan mulai meminta bantuan-bantuan kecil yang bersifat pribadi seperti mengirim hadiah sebagai tanda ucapan selamat ulang tahun kepada ayahnya dan tak ragu ia menceritakan kenapa ia tidak mau menemui ayahnya dan hal-hal lain yang bersifat lebih pribadi, sementara Nadheera, Frans sama sekali tidak mengetahui kehidupan Nadheera. "Nanti malam saya ada undangan ulang tahun dari sahabat saya Nadine kamu kenal? Dia adik bungsu Nyonya Adhitama" Ujar Frans. "Baik akan saya catat dan masukan kedalam jadwal Bapak." Jawab Nadheera."Bukan itu, kamu di undang juga?" Tanya Frans."Oh, iya Nyonya Adhitama memberikan saya undangan juga." Jawab Nadheera."Kamu akan pergi?" Tanya Frans, seperti biasa Umar curi dengar karena mereka sedang dalam perjalanan menuju tempat meeting, kini umar merapatkan bibirnya seolah sedang menahan senyum."Sepertinya iya karena Nyonya bila
Bak Pangeran dan Putri dari dalam dongeng kedatangan Frans dan juga Nadheera Jadi pusat perhatian bahkan jadi pusat bidikan camera, Nadheera yang tidak terbiasa dengan itu cukup risih di buatnya, terlihat gerak gerik Nadheera tidak nyaman,"Dira, pandanganmu lurus kedepan. Anggap kamu sedang mendampingi saya saat akan rapat dan anggap orang-orang yang memperhatikan kita adalah pepohonan dan angin." Frans berbisik lalu tersenyum saat Nadheera memandang ke arahnya, Hal tersebut sontak menjadi pemandangan indah untuk anggel camera para wartawan. Deg! Jantung Nadheera seolah berhenti sepersekian detik, lagi-lagi panggilan itu, yah panggilan yang selalu membuat ia mengingat masa lalu suramnya, kini wajah Nadheera kembali pucat namun Frans terus memegangi Nadheera kini tangan Frans bertengker di pinggang Nadheera dan ia terus tersenyum ke arah rekan-rekannya. "Ouh dunia sepertinya sebentar lagi kiamat" Bisik Nadine yang memperhatikan gerak-gerik Frans, hal tersebut masih dapat terdengar ole
Nadheera mengikuti Frans masuk ke Vila ia melewati minibar dan ruang keluarga hingga sampai ke sebuah taman mawar yang indah, indah memang wangi khas bunga mawar yang berwarna warni seakan menenangkan dan angin sepoi-sepoi menerpa mereka semakin membawa semerbak wangi yang lembut, Nadheera menjadi tenang di buatnya, kendati air mata masih dengan tidak sopannya keluar tak tertahankan,"Nevermind, kamu boleh menangis" Frans berubah menjadi sangat lembut malam ini, entah kemana tuan presdir yang dingin pergi yang ada hanya seorang Frans yang memperlakukan wanita seolah-olah terbuat dari kaca yang seolah-olah akan pecah sewaktu-waktu jika ia perlakukan sesikit kasar."Aku ke dalam dulu, aku akan minta pelayan mencarikan selimut yah" ucap Frans, Nadheera hanya mengangguk, entah lah kenapa mereka terlihat romantis dan tanpa mereka sadari sari atas balkon ayah dari presdir dingin ini sedang memperhatikan interaksi mereka yang terlihat sweet,"Greta, coba lihat kesini" panggilnya kepada seseo