Tom dalam perjalanan menuju kantor Frans yah, tentu saja bersama Nadheera, setelah ia mengantar ibunya ke kantor Adhitama Group kini ia tengah menjelaskan berbagai hal secara singkat sepanjang perjalanan kepada Nadheera, Tom tahu Nadheera sangat cerdas dan cepat tanggap sehingga tidak perlu waktu khusus untuk menjelaskan aturan main berada di dekat pimpinan Frasya Corporate. setelah beberapa menit perjalanan karena jalan sudah mulai lancar kini Tom bersama Nadheera sudah sampai di perusahaan tersebut dan kini mereka sedang berjalan menuju kantor sang pimpinan perusahaan Frans Prasetya Sukmajaya, sempat menjadi pusat perhatian pria tampan pewaris Adhitama Group yang super duper dingin jalan bersama wanita yang tak kalah dingin, satu kata yang mereka fikirkan saat pertama melihat Nadheera 'cantik' yah, tubuh semampai bak model bahkan dengan tinggi Tom saja mungkin hanya terpaut beberapa centi meter saja, terlebih ia tidak menyukai hak tinggi, celana panjang dan blazer yang sangat sopan untuk ukuran sekertaris di kota metropolitan apalagi sang pimpinan adalah duda keren super tampan pasti wanita lain akan menggunakan segala cara untuk menggodanya, namun sayang seribu sayang pembawaannya mirif dengan Tom yah satu kata yang mewakilinya 'dingin'.
"Nadherra ini Frans Prasetya Sukmajaya pimpinya Frasya Corporate yang tadi sudah saya jelaskan kebiasaannya dan kebutuhannya, hal-hal penting lain saya akan jelaskan perlahan selama satu minggu." Tom menjeda ucapannya dan menoleh ke arah Frans."Selamat Pagi Pak, ini Nadheera Aureliya Wardhani sekertasris yang akan menggantikan saya kedepannya, saya sudah menjelaskan secara singkat tugasnya untuk membersamai anda." Namun Frans masih terdiam seolah sedang meneliti penampilan Nadheera, dan kini saat mendengar nama lengkap Nadheera ia mengerutkan kening,"Kamu dari keluarga Wardhani sang legenda di bidang textile itu?" Tanya Frans. Kini mata Nadheera terbelalak dan memandangi Frans. Yah, Wardhani Tex sudah hampir sepuluh tahun gulung tikar dan kini ayahnya hanya menjalankan bisnis di toko kain biasa bukan lagi perusahaan besar yang menguasai dunia textile di Indonesia. Anak muda seperti Frans akan sangat jarang yang tahu bahkan terlihat dari ekspresi Tom pun ia seperti tidak mengetahui bahwa Nadheera adalah anak dari Wardhani Textile atau lebih tepatnya dari Tuan Dana Wardhani yang hancur karena wanita seperti itulah beritanya. Nadheera segera menguasai dirinya lalu tersenyum ke arah Frans dan menganggukan kepalanya."Waw luar biasa" suara Frans terdengar sangat sinis."Mohon maaf menyela, karena saya sudah di tunggu Ibu saya di Adhitama Group maka mulai hari ini Nadheera akan menggantikan saya" Ucap Tom memecah ke canggungan."Heiii bahlul, ahhh gak habis fikir yah" Kini Frans terdengar prustasi."Okay sekertaris mode off" Canda Tom"Husss sana! Ingat yah saya akan buang sekertatis kesayangan mommy mu ke benua antartika kalau memang kinerjanya jelek dan anda harus balik lagi sebagai gantinya, uji coba 1 bulan" Ucap Frans, kini dahi Nadheera yang terlihat mengernyit, 'ah taruhan apalagi ini? setidak berharganya kah diri ini? seperti barang yang bisa di lempar sana lempar sini sebagai jaminan? Kalau seandainya aku tidak pernah berhutang budi apa pun terhadap Nyonya Adhitama mungkin aku punya sedikit kekuatan untuk menolak, apa-apaan laki-laki di dunia ini semuanya sama hobby bertaruh' dalam benak Nadheera mengutuk mereka."Okay-okay, Nadheera jangan sungkan untuk menghubungi saya jika Tuan Frans yang terhormat ini lepas kendali" Ucap Tom seraya pamit."Sialan Lo!" Frans kesal."Nadheera, hari ini silahkan lihat jadwal saya yang sudah Tom siapkan, dan besok sepertinya kita harus keluar kota, apakah kamu baik-baik saja mengingat dahulu mungkin keluar kota dengan Ibunya Tom, sementara sekarang dengan saya." Yah, maksud Frans adalah dia keluar kota dengan lawan jenis, apakah keluarganya akan keberatan atau tidak."Saya faham maksud Bapak, saya tinggal sendiri. Dan ini sudah menjadi tugas saya, selama bapak bertindak profesional saya pun demikian." Jawab Nadheera pasti, Frans akui bahwa memang sedikit mirif dengan Tom, tegas, lugas, percaya diri dan cepat tanggap."Okay kalau begitu, selamat bergabung di Frasya Corporate, silahkan mulai bekerja." Frans mempersilahkan Nadheera untuk bekerja."Terimakasih Pak, saya permisi menuju meja saya." Ucap Nadheera.Sementara di Adhitama Group ada Tom yang kewalahan berdebat dengan sang mommy. Fasalnya di perjanjian yang di ajukan Mommy nya tentang pertukaran dirinya dengan Nadheera Mommynya menyelipkan satu fasal yang tidak masuk logika Tom, yaitu Bersedia Kencan satu minggu sekali dengan obrolan atau bahasan urusan pribadi bukan pekerjaan dengan Nadheera Aurelia Wardhani dan bujuk Nadheera agar kembali mempercayai Cinta."Mom, apa ini?" teriaknya."Bukan apa-apa toh Nadheera aja setuju!""Iya pasti Mommy ancam!""No, Nadheera bukan wanita yang bisa di ancam!" Mommy bersikeukeuh."Mom, mau dia percaya atau tidak terhadap cinta apa urusan Mommy sih?" Tanya Tom yang sedikit penasaran."Jelas urusan Mommy, kalau pun kamu tidak mau mendekati Nadheera, Mommy masih punya abangmu kok!" dengan entengnya Nyonya Adhitama berucap."Abang sudah menikah dengan kak Olive jangan macem-macem deh ah!" Jawab Tom"Itukan pilihan nenekmu, Nadheera pilihan Mommy" Jawab sang mommy nggak mau kalah."Miiiii pernikahan itu bukan lelucon mi!" Tom meninggi."Siapa yang jadiin pernikahan itu lelucon sih? Yah kalau abangmu gak mau, kamu gak mau yah tinggal Mommy angkat aja jadi anak orang dia sebatang kara!" Mommynya terus bersikukuh."Ouh Mommy sudah di bohongi dia yah? Frans kenal orangtua dia hanya dari nama, dia anak legenda textile Dana Wardhani, masa Mommy gak sadar sih?""Hei, mommy lebih tahu dari siapa pun dia siapa!" Jawab sang mommy yang masih keukeuh gak mau kalah."Terserah mommy aja deh okay kalau kencan selama dia ada waktu aku ikut aja, tapi untuk menyakinkan dia akan cinta, aku bukan pawang cinta mi" Jawab Tom."Mi, kenapa nggak satuin aja perusahaan kak Olive dan ini sih Mi? Jadikan abang CEO nya ngapain sih bujuk aku segala?""Berisik kamu! perusahaan itu milik Olive bukan milik abangmu, dia hanya CEO yang di gaji oleh Olive udah deh yah kamu satu-satunya penerus, kalau gak mau tinggal Mommy angkat Nadheera jadi anak dan berikan perusahaan ini kepada Nadheera" Jawabnya enteng"Miiiiii jangan konyol" Bentak TomYah sifat Tom mungkin diwarisi dari ayahnya, melihat dari gayanya Tom sangat jauh bahkan disa di biliang sangat tidak cocok dengan sang mommy, namun entahlah kenapa Nadheera bertahan sampai 5 tahun lamanya mengingat sifat Nadheera mirif dengan Tom, pasti banyak percekcokan dengan mommynya yang cenderung seenaknya dalam segala hal.Jam sudah menujukan pukul 12.30 itu artinya jam istirahat hanya tersisa 30 menit sementara rapat baru selesai, beberapa staff SDM yang mengikuti rapat terlihat mengeluh namun tidak dengan Nadheera, ia terlihat masih dalam mode konsentrasi tinggi, bahkan terlihat menelpon seseorang dan memastikan semua materi rapat tidak tercecer, lalu beberapa detik kemudian tangannya dengan cekatan memberikan tab nya kepada atasannya itu yah dia Frans, tertulis di dalamnya 'Notulensi', benar semua itu adalah Notulensi yang selalu Frans baca ulang setelah rapat selesai dan ia selalu meminta tab sebagai medianya agar ia bisa membacanya sambil berjalan saat mengejar jadwalnya yang lain, seperti itu lah pesan Tom dan berhasil di fahami oleh Nadheera.'baner-benar tanpa cela, apa dia merekam semua perkataan Tom? Atau dia kloningan Tom?' Batin Frans.Nadheera membungkuk memberi hormat kepada Frans, lalu segera berlalu, 'benar-benar kebiasaan Tom' dalam benak Frans, lalu ia melihat jam Rolex yang melingkar d
29 Hari berlalu, Nadheera lewati tanpa hambatan menurutnya dan Frans juga sudah mulai banyak terbuka kepada Nadheera, ia mulai nyaman dan mulai meminta bantuan-bantuan kecil yang bersifat pribadi seperti mengirim hadiah sebagai tanda ucapan selamat ulang tahun kepada ayahnya dan tak ragu ia menceritakan kenapa ia tidak mau menemui ayahnya dan hal-hal lain yang bersifat lebih pribadi, sementara Nadheera, Frans sama sekali tidak mengetahui kehidupan Nadheera. "Nanti malam saya ada undangan ulang tahun dari sahabat saya Nadine kamu kenal? Dia adik bungsu Nyonya Adhitama" Ujar Frans. "Baik akan saya catat dan masukan kedalam jadwal Bapak." Jawab Nadheera."Bukan itu, kamu di undang juga?" Tanya Frans."Oh, iya Nyonya Adhitama memberikan saya undangan juga." Jawab Nadheera."Kamu akan pergi?" Tanya Frans, seperti biasa Umar curi dengar karena mereka sedang dalam perjalanan menuju tempat meeting, kini umar merapatkan bibirnya seolah sedang menahan senyum."Sepertinya iya karena Nyonya bila
Bak Pangeran dan Putri dari dalam dongeng kedatangan Frans dan juga Nadheera Jadi pusat perhatian bahkan jadi pusat bidikan camera, Nadheera yang tidak terbiasa dengan itu cukup risih di buatnya, terlihat gerak gerik Nadheera tidak nyaman,"Dira, pandanganmu lurus kedepan. Anggap kamu sedang mendampingi saya saat akan rapat dan anggap orang-orang yang memperhatikan kita adalah pepohonan dan angin." Frans berbisik lalu tersenyum saat Nadheera memandang ke arahnya, Hal tersebut sontak menjadi pemandangan indah untuk anggel camera para wartawan. Deg! Jantung Nadheera seolah berhenti sepersekian detik, lagi-lagi panggilan itu, yah panggilan yang selalu membuat ia mengingat masa lalu suramnya, kini wajah Nadheera kembali pucat namun Frans terus memegangi Nadheera kini tangan Frans bertengker di pinggang Nadheera dan ia terus tersenyum ke arah rekan-rekannya. "Ouh dunia sepertinya sebentar lagi kiamat" Bisik Nadine yang memperhatikan gerak-gerik Frans, hal tersebut masih dapat terdengar ole
Nadheera mengikuti Frans masuk ke Vila ia melewati minibar dan ruang keluarga hingga sampai ke sebuah taman mawar yang indah, indah memang wangi khas bunga mawar yang berwarna warni seakan menenangkan dan angin sepoi-sepoi menerpa mereka semakin membawa semerbak wangi yang lembut, Nadheera menjadi tenang di buatnya, kendati air mata masih dengan tidak sopannya keluar tak tertahankan,"Nevermind, kamu boleh menangis" Frans berubah menjadi sangat lembut malam ini, entah kemana tuan presdir yang dingin pergi yang ada hanya seorang Frans yang memperlakukan wanita seolah-olah terbuat dari kaca yang seolah-olah akan pecah sewaktu-waktu jika ia perlakukan sesikit kasar."Aku ke dalam dulu, aku akan minta pelayan mencarikan selimut yah" ucap Frans, Nadheera hanya mengangguk, entah lah kenapa mereka terlihat romantis dan tanpa mereka sadari sari atas balkon ayah dari presdir dingin ini sedang memperhatikan interaksi mereka yang terlihat sweet,"Greta, coba lihat kesini" panggilnya kepada seseo
Aku seorang duda di tinggal mati, aku memimpin sebuah perusahaan dan merupakan seorang perintis bukan pewaris. Yah, saat-saat aku merintis perusahaanku mungkin aku terlalu mengabaikan istriku sehingga ia tega mencari kepuasan dan kesenangan dengan laki-laki lain, ia berselingkuh dengan mantan pacarnya dan betapa bodohnya dia, laki-laki itu sudah beristri. Lebih sialnya lagi istri selingkuhannya itu adalah seorang wanita yang mengidap Borderline Personality Disorder (BPD) yah gangguan mental yang membuat dia sulit mengendalikan emosi sehingga kejadian naas itu terjadi.Istriku di tikam istri selingkuhannya hingga tewas di sebuah hotel dalam keadaan tanpa busana di pelukan selingkuhannya, betapa tragisnya itu bukan? Bahkan lebih tragis dan pilu dari kisah sinetron-sinetron televisi bertema azab. Kalau di fikir secara akal sehatku pun jangankan pengidap Borderline Personality Disorder (BPD) aku juga yang normal dan terbiasa mengontrol emosi jika melihat kejadian langsung, mereka dalam kea
Sinar mentari menyeruak masuk di sela-sela gordeng jendelaku, sinarnya membersit hingga menyentuh wajahku, yah rupanya ini sudah pagi dan Tuhan memberikan ku kesempatan untuk bangun di pagi ini. Aku melakukan rutinitas pagiku seperti biasa mandi pagi, mengenakan setelan untuk ke kantor yah seperti biasa. Aku turun untuk sarapan dan menunggu Tom yang datang menjemputku untuk berangkat ke kantor. Namun tiba-tiba,braaakkkk!Seorang pelayan menabrakku dan menumpahkan cairan berwarna merah muda seperti detergen cair. Aku menghela nafas untuk menahan emosiku, pagi yang ku awali dengan ketenangan tiba-tiba terusik. Aku menoleh ke arah pelayan tersebut, yah wajah yang tidak asing, pelayan ini yang beberapa kali kerap mencari kesempatan untuk menggodaku, namun sumpah demi apa pun aku tidak pernah tergoda. Kepala pelayan terlihat berlari ke arahku,"Maafkan saya tuan, saya akan mendisiplinkan pelayan ini!" Paman Jo terlihat membungkuk ke arahku. "Pecat dia!" ucapku dan berlalu meninggalkan me
Nadheera mengikuti Frans masuk ke Vila ia melewati minibar dan ruang keluarga hingga sampai ke sebuah taman mawar yang indah, indah memang wangi khas bunga mawar yang berwarna warni seakan menenangkan dan angin sepoi-sepoi menerpa mereka semakin membawa semerbak wangi yang lembut, Nadheera menjadi tenang di buatnya, kendati air mata masih dengan tidak sopannya keluar tak tertahankan,"Nevermind, kamu boleh menangis" Frans berubah menjadi sangat lembut malam ini, entah kemana tuan presdir yang dingin pergi yang ada hanya seorang Frans yang memperlakukan wanita seolah-olah terbuat dari kaca yang seolah-olah akan pecah sewaktu-waktu jika ia perlakukan sesikit kasar."Aku ke dalam dulu, aku akan minta pelayan mencarikan selimut yah" ucap Frans, Nadheera hanya mengangguk, entah lah kenapa mereka terlihat romantis dan tanpa mereka sadari sari atas balkon ayah dari presdir dingin ini sedang memperhatikan interaksi mereka yang terlihat sweet,"Greta, coba lihat kesini" panggilnya kepada seseo
Bak Pangeran dan Putri dari dalam dongeng kedatangan Frans dan juga Nadheera Jadi pusat perhatian bahkan jadi pusat bidikan camera, Nadheera yang tidak terbiasa dengan itu cukup risih di buatnya, terlihat gerak gerik Nadheera tidak nyaman,"Dira, pandanganmu lurus kedepan. Anggap kamu sedang mendampingi saya saat akan rapat dan anggap orang-orang yang memperhatikan kita adalah pepohonan dan angin." Frans berbisik lalu tersenyum saat Nadheera memandang ke arahnya, Hal tersebut sontak menjadi pemandangan indah untuk anggel camera para wartawan. Deg! Jantung Nadheera seolah berhenti sepersekian detik, lagi-lagi panggilan itu, yah panggilan yang selalu membuat ia mengingat masa lalu suramnya, kini wajah Nadheera kembali pucat namun Frans terus memegangi Nadheera kini tangan Frans bertengker di pinggang Nadheera dan ia terus tersenyum ke arah rekan-rekannya. "Ouh dunia sepertinya sebentar lagi kiamat" Bisik Nadine yang memperhatikan gerak-gerik Frans, hal tersebut masih dapat terdengar ole
29 Hari berlalu, Nadheera lewati tanpa hambatan menurutnya dan Frans juga sudah mulai banyak terbuka kepada Nadheera, ia mulai nyaman dan mulai meminta bantuan-bantuan kecil yang bersifat pribadi seperti mengirim hadiah sebagai tanda ucapan selamat ulang tahun kepada ayahnya dan tak ragu ia menceritakan kenapa ia tidak mau menemui ayahnya dan hal-hal lain yang bersifat lebih pribadi, sementara Nadheera, Frans sama sekali tidak mengetahui kehidupan Nadheera. "Nanti malam saya ada undangan ulang tahun dari sahabat saya Nadine kamu kenal? Dia adik bungsu Nyonya Adhitama" Ujar Frans. "Baik akan saya catat dan masukan kedalam jadwal Bapak." Jawab Nadheera."Bukan itu, kamu di undang juga?" Tanya Frans."Oh, iya Nyonya Adhitama memberikan saya undangan juga." Jawab Nadheera."Kamu akan pergi?" Tanya Frans, seperti biasa Umar curi dengar karena mereka sedang dalam perjalanan menuju tempat meeting, kini umar merapatkan bibirnya seolah sedang menahan senyum."Sepertinya iya karena Nyonya bila
Jam sudah menujukan pukul 12.30 itu artinya jam istirahat hanya tersisa 30 menit sementara rapat baru selesai, beberapa staff SDM yang mengikuti rapat terlihat mengeluh namun tidak dengan Nadheera, ia terlihat masih dalam mode konsentrasi tinggi, bahkan terlihat menelpon seseorang dan memastikan semua materi rapat tidak tercecer, lalu beberapa detik kemudian tangannya dengan cekatan memberikan tab nya kepada atasannya itu yah dia Frans, tertulis di dalamnya 'Notulensi', benar semua itu adalah Notulensi yang selalu Frans baca ulang setelah rapat selesai dan ia selalu meminta tab sebagai medianya agar ia bisa membacanya sambil berjalan saat mengejar jadwalnya yang lain, seperti itu lah pesan Tom dan berhasil di fahami oleh Nadheera.'baner-benar tanpa cela, apa dia merekam semua perkataan Tom? Atau dia kloningan Tom?' Batin Frans.Nadheera membungkuk memberi hormat kepada Frans, lalu segera berlalu, 'benar-benar kebiasaan Tom' dalam benak Frans, lalu ia melihat jam Rolex yang melingkar d
Tom dalam perjalanan menuju kantor Frans yah, tentu saja bersama Nadheera, setelah ia mengantar ibunya ke kantor Adhitama Group kini ia tengah menjelaskan berbagai hal secara singkat sepanjang perjalanan kepada Nadheera, Tom tahu Nadheera sangat cerdas dan cepat tanggap sehingga tidak perlu waktu khusus untuk menjelaskan aturan main berada di dekat pimpinan Frasya Corporate. setelah beberapa menit perjalanan karena jalan sudah mulai lancar kini Tom bersama Nadheera sudah sampai di perusahaan tersebut dan kini mereka sedang berjalan menuju kantor sang pimpinan perusahaan Frans Prasetya Sukmajaya, sempat menjadi pusat perhatian pria tampan pewaris Adhitama Group yang super duper dingin jalan bersama wanita yang tak kalah dingin, satu kata yang mereka fikirkan saat pertama melihat Nadheera 'cantik' yah, tubuh semampai bak model bahkan dengan tinggi Tom saja mungkin hanya terpaut beberapa centi meter saja, terlebih ia tidak menyukai hak tinggi, celana panjang dan blazer yang sangat sopan u
Sinar mentari menyeruak masuk di sela-sela gordeng jendelaku, sinarnya membersit hingga menyentuh wajahku, yah rupanya ini sudah pagi dan Tuhan memberikan ku kesempatan untuk bangun di pagi ini. Aku melakukan rutinitas pagiku seperti biasa mandi pagi, mengenakan setelan untuk ke kantor yah seperti biasa. Aku turun untuk sarapan dan menunggu Tom yang datang menjemputku untuk berangkat ke kantor. Namun tiba-tiba,braaakkkk!Seorang pelayan menabrakku dan menumpahkan cairan berwarna merah muda seperti detergen cair. Aku menghela nafas untuk menahan emosiku, pagi yang ku awali dengan ketenangan tiba-tiba terusik. Aku menoleh ke arah pelayan tersebut, yah wajah yang tidak asing, pelayan ini yang beberapa kali kerap mencari kesempatan untuk menggodaku, namun sumpah demi apa pun aku tidak pernah tergoda. Kepala pelayan terlihat berlari ke arahku,"Maafkan saya tuan, saya akan mendisiplinkan pelayan ini!" Paman Jo terlihat membungkuk ke arahku. "Pecat dia!" ucapku dan berlalu meninggalkan me
Aku seorang duda di tinggal mati, aku memimpin sebuah perusahaan dan merupakan seorang perintis bukan pewaris. Yah, saat-saat aku merintis perusahaanku mungkin aku terlalu mengabaikan istriku sehingga ia tega mencari kepuasan dan kesenangan dengan laki-laki lain, ia berselingkuh dengan mantan pacarnya dan betapa bodohnya dia, laki-laki itu sudah beristri. Lebih sialnya lagi istri selingkuhannya itu adalah seorang wanita yang mengidap Borderline Personality Disorder (BPD) yah gangguan mental yang membuat dia sulit mengendalikan emosi sehingga kejadian naas itu terjadi.Istriku di tikam istri selingkuhannya hingga tewas di sebuah hotel dalam keadaan tanpa busana di pelukan selingkuhannya, betapa tragisnya itu bukan? Bahkan lebih tragis dan pilu dari kisah sinetron-sinetron televisi bertema azab. Kalau di fikir secara akal sehatku pun jangankan pengidap Borderline Personality Disorder (BPD) aku juga yang normal dan terbiasa mengontrol emosi jika melihat kejadian langsung, mereka dalam kea