Share

Pesta Nadine

29 Hari berlalu, Nadheera lewati tanpa hambatan menurutnya dan Frans juga sudah mulai banyak terbuka kepada Nadheera, ia mulai nyaman dan mulai meminta bantuan-bantuan kecil yang bersifat pribadi seperti mengirim hadiah sebagai tanda ucapan selamat ulang tahun kepada ayahnya dan tak ragu ia menceritakan kenapa ia tidak mau menemui ayahnya dan hal-hal lain yang bersifat lebih pribadi, sementara Nadheera, Frans sama sekali tidak mengetahui kehidupan Nadheera.

"Nanti malam saya ada undangan ulang tahun dari sahabat saya Nadine kamu kenal? Dia adik bungsu Nyonya Adhitama" Ujar Frans.

"Baik akan saya catat dan masukan kedalam jadwal Bapak." Jawab Nadheera.

"Bukan itu, kamu di undang juga?" Tanya Frans.

"Oh, iya Nyonya Adhitama memberikan saya undangan juga." Jawab Nadheera.

"Kamu akan pergi?" Tanya Frans, seperti biasa Umar curi dengar karena mereka sedang dalam perjalanan menuju tempat meeting, kini umar merapatkan bibirnya seolah sedang menahan senyum.

"Sepertinya iya karena Nyonya bilang akan ada orang yang menjemput saya tepat pukul 19.00 nanti." Jawab Nadheera, entah kenapa ada rasa kecewa yang terpancar lewat raut wajah Frans yang tertangkap oleh netra emerald Nadheera "Apa saya tidak boleh pergi?" Tanya Nadheera kepada Frans.

"Kamu kan sekertaris saya, kenapa kamu malah menuruti pengaturan mantan Nyonya kamu itu?" Frans sedikit ketus,

"Maksud bapak? Bukannya itu sudah di luar jam kerja dan bisa jadi bapak berangkat ke pesta dengan pasangan bapak bukan? Oh iya, maaf biasanya Pak Tommy ikut serta dan mendampingi bapak sebagai sekertaris kan? Maaf kan saya, saya kira karena ini undangan dari sabat bapak diluar tujuan bisnis maka saya tidak perlu mendampingi bapak. Dan, mungkin kita juga bisa bertemu di tempat acara bukan?" Penjelasan Nadheera panjang lebar.

"Okay, tapi kalau saya minta di temani sebagai partner saya kamu akan bersedia?" Tanya Frans. Kini Umar tidak dapat menahan senyumannya.

"Untuk saat ini sepertinya tidak karena saya sudah berjanji kepada Nyonya terlebih dahulu." Jawab Nadheera tegas.

"Jadi saya kalah cepat?" Ujar Frans sambil mengalihkan pandangannya ke arah jendela. 'Ish kenapa juga harus kesel kan banyak cewek lain yang bisa nemenin jangankan anak-anak konglomerat artis papan atas pun jika saya hubungi pasti langsung dateng, kenapa juga harus kecewa karena cewek ini?' gerutu Frans hanya dalam hati.

Tiba-tiba Handphone Frans berdering,

"Hallo Tom? Ada apa?" Terdengar suara Frans sesaat setelah mengangkat telphone.

"Sorry banget gue ngerepotin" Jawab Tom di ujung sana.

"Ada apa? apa yang bisa di bantu?" Tanya Frans

"Saya sudah mengutus beberapa pengawal dan dan designer juga make up artis buat ke apartemren anda jam 19.00" Jawab Tom.

"Lah, buat apa? gak" Jawab Frans

"Buat Nadheera. Ini permintaan Mommy, harusnya saya langsung yang menjemput Nadheera tapi ini terjebak hujan badai ini belum bisa pulang di lokasi proyek, dikhawatirkan nantigak tepat waktu, tahu sendirikan Nadheera dia robot hidup dia tidak akan bisa menunggu." penjelasan Tommy panjang lebar,

"Okay di mansion saya dan Nadheera saya bawa sebagai pasangan okay!" Jawab Frans.

"Ayolah, jangan begitu heeummp bisa-bisa di gorok nih. Mommy bersikeras mau buat dia jadi menantunya. Kalau gak berhasil ngerebut hatinya malah dia mau diadopsi sama Mommy! Masa ia ngadopsi bocah 25 tahun? ini gak lucu kan? Jadi mau gak mau harus deketin Nadheera seenggaknya ini demi Mommy" Jawab Tom Kembali. Deg! Jantung Frans seakan berhenti berdetak untuk persekian detik, ada rasa yang tak biasa menyelinap dan membuat hatinya merasa sedikit ngilu.

"Ngobrol langsung saja sama orangnya" Jawab Frans lesu, Nadheera yang memperhatikan perubahan pada Frans sedikit mengernyitkan dahi 'ada apa yang terjadi?' begitulah pertanyaan dalam benak Nadheera.

"Ini calon suamimu menelpon!" Ucap Frans sinis dengan nada lebih dingin dari biasanya dan memberikan Handphone-nya kepada Nadheera, Nadheera yang tidak faham dengan situasi ini malah menolak.

"Tolong jangan becanda saya tidak mempunyai calon suami" Ucap Nadheera tegas dan di balas dengan senyuman smirk khas Frans,

"Bukannya nanti pukul 19.00 pangeranmu akan menjemput kamu? sayangnya dia terjebak badai di lokasi proyeknya" Jawab Frans dingin

"Pangeran?" Tanya Nadheera. Umar yang memperhatikan sedikit kikuk entah apa yang ada dalam benaknya, mungkin ia takut tuannya akan meledak, melihat dari wajah tuannya yang sudah merah padam. Telpon dari Tom belum terputus dan Tom mendengar percakapan mereka, 'ada apa ini? Ada apa dengan Frans? Apa dia sedang cemburu?' Nadheera kini meraih Handphone dari tangan Frans dan menekan tombol load speaker karena sangat penasaran dengan apa yang terjadi namun Frans malah mendecih, kini mata Nadheera tertuju pada Frans dengan tajam dan memegang Handphonen masih diarahkan ke arah Frans.

"Hallo" Sapa Nadheera karena ia yakin telphone masih tersambung.

"Nadheera maafkan saya Mommy meminta saya menjemput kamu nanti pukul 19.00 untuk di bawa ke butik dan salon langganan Mommy, kamu sudah kenal mereka kan? Mommy mengatur kita untuk datang ke pesta Nadine dia tante bungsuku yang seumuran denganku itu loh juga sahabatnya Frans, jadi aku minta bantuan Frans untuk membiarkan designer dan make up artisnya Mommy untuk merias kamu di kediaman Frans. Aku tidak tahu alamat rumah kamu, Mommy juga gak bilang." Penjelasan Tom panjang lebar.

"Oh seperti itu, tidak usah repot-repot biar saya saja ke tempat mereka tidak usah mengirimkan mereka ke kediaman Pak Frans, saya juga belum pernah mengunjungi kediaman Pak Frans takutnya merepotkan. Tolong sampaikan ucapan terimaksih saya kepada nyonya, anda tidak harus menjemput saya silahkan anda lanjutkan pekerjaan anda." Jawab Nadheera dingin dengan mata masih tertuju kepada Frans yang kini menampakan senyum mengejek, entah apa yang dia ejek.

"Bukan begitu Nadheera" Tom terdengar putus asa.

"Tidak apa-apa Pak terimakasih atas kebaikan anda, maaf sudah merepotkan anda." Kini Nadheera memberikan kembali Handphone Frans kepada mpunya dengan tatapan tajam masih menghujani Frans,

"Bro, Nadheera akan berangkat ke pesta bareng saya, biar saya yang ngehubungin mommymu. Thanks bro sudah perhatian sama sekertaris gue." Ucap Frans.

"Okay Bro berarti sudah nerima Nadheera jadi sekertaris anda kan dan tidak akan membuang dia ke antartika?" Tom berkata dengan nada sinis,

"Maksud lo!" Bentak Frans yang tadi sudah terlihat sangat kesal kini hanya dengan sedikit di singgung oleh sahabatnya seakan-akan ingin meledak,

"Besok tepat satu bulan Nadheera bekerja disana, saatnya anda kasih keputusan bukan?" Jawab Tom.

"Shiiitttt!" Frans menutup Handphone nya, ia mengepalkan tangannya kuat hingga urat-uratnya keluar,

"Pak sudah sampai!" Kini umar terlihat gugup dengan keringat yang membasahi wajahnya padahal mobil ini full AC. Nadheera berdehem sambil merapihkan penampilannya. Dia turun tanpa basa-basi dan meninggalkan tuannya.

"Dih, dasar cewek!" Ucap Frans melihat tingkah Nadheera.

Sesaat mereka berdua sudah turun Pak Umar menghela nafas panjang dan mengelus dada.

"Gini nih kalau beruang kutub tawuran modelannya yah begini nih" Ucap Pak Umar asal, lalu ia mengetik pesan yang entah kepada siapa ia sampaikan. Lalu tak lama kemudian telpone nya berdering.

"Iya Pak, begitu lah. Umar udah kayak naik roller coaster kalau di jalan bersama mereka berdua, belum lagi Den Frans gak pernah ngijinin Non Nadheera duduk di samping Umar pak." entah apa jawaban seseorang di ujung sana.

"Boleh gak pak cari yang lain saja umar takut ketahuan nanti Den Frans marah sama Umar Pak." Tiba-tiba Nadheera kembali dan membuka pintu belakang mobil dan Umar yang kaget segera menutup telphonenya.

"Silahkan lanjutkan, saya hanya mengambil file ini, jangan kaget begitu saya masih jadi manusia belum jadi hantu" Ujar Nadheera yang melihat Umar gelagapan karena kaget.

"Bukan begitu neng masa cantik begini hantu, ini loh nengnya tiba-tiba masuk di pintu belakang Umar kan jadi kaget" Nadheera tidak kembali menjawab, hanya menganggukan kepalanya dengan seulas senyum dan kembali dingin saat berbalik menuju tempat meeting. "Hah, mood Non Nadheera pasti lagi gak baik gara-gara tuan." Ujar Umar.

Dua jam Umar menunggu di parkiran dan kini kedua orang yang Umar layani sudah kembali, ada yang tidak biasa Nadheera kini duduk di depan bersama Umar,

"Nadheera, duduk disini atau saya yang kedepan dan kamu Umar turun!" Frans dengan nada memerintah. Nadheera tidak menggubris dan memasang head set nya, namun Frans adalah Frans, dia tidak pernah main-main dengan kata-katanya.

"Umar turun kamu!" Perintahnya, lalu ia naik dan duduk di balik kemudi, Nadheera yang langsung menyadari nya segera membuka Head Set nya.

"Apa-apaan ini Pak?" Bentak Nadheera. Dan kini Frans sudah melajukan mobilnya, lalu Nadheera menoleh ke belakang,

"Nanti Umar gimana? Anda kenapa?" Tanya Nadheera bertubi-tubi. Kini giliran Frans yang membisu.

Mobil melaju dengan kencang membuat Nadheera memegangi handle dengan erat dan terus melafalkan doa. Bahkan lampu merah pun ia terobos dan mengakibatkan klakson dari pengendara lain bersautan, Nadheera sangat kesal dan ia membentak Frans.

"Pak hentikan atau saya loncat!" Kini Frans memelankan laju mobilnya dan memasuki daerah yang banyak berjejer salon kecantikan juga butik. Ia pun menghentikan laju kendaraannya saat memasuki halaman salah satu butik yang cukup terkenal namun bukan langganan Nyonya Adhitama.

"Turun dan ikuti saya! Saya tidak menerima penolakan!" Ucap Frans dingin. Nadheera teringat dengan Umar dan menelphon Umar.

"Pak Umar!" begitu terdengar suara telpon diangkat.

"Iya Non," Jawab Pak Umar

"Bapak baik-baik saja?" Tanya Nadheera

"Tenang Non, disini aman terkendali saya juga sudah pulang ke mansion Tuan.

"Nadheera!" Bentak Frans, ia lalu mengikuti Frans.

Ia di sambut beberapa SPG wanita yang cantik-cantik, dan Frans terlihat mencoba toxedo serta kemeja yang terlihat sangat eleghan menambah kadar ganteng dari seorang Frans Prasetya Sukmajaya.

"Kenapa kamu diam saja? Terpesona melihat ketampanan saya?" Terlihat para SPG butik tersebut saling sikut dan tersenyum malu-malu,

"Nona, ini beberapa gaun yang telihat serasi dengan toxedo tuan silahkan Nona coba dan sepertinya badan Nona sangat bagus mau kami pakaikan apa pun akan tampak cantik" Ujar pemilik butik dengan lemah lembut lalu Nadheera dibantu dua orang SPG mencoba pakaiannya di ruang ganti.

Pakaian pertama yang Nadheera coba adalah gaun pendek yang sedikit mengemabang dengan warna broken white di taburi ornamen berwarna gold serasi dengan kemeja yang Frans kenakan, namun Frans langsung protes begitu melihatnya karena menampkan bahu atau atasannya seperti kemben yang memperlihatkan bahu serta leher jenjang Nadheera dan sebagian belahan dadanya sedikit ter-ekpose.

"No, yah enak aja nggak bisa yah orang lain menikmati tubuhmu seenaknya." Frans ketus, Nadheera hanya mengernyitkan dahi, 'apa dia salah makan?' begitulah yang ada di benak Nadheera kini ia mencoba gaun yang ke dua gaunnya memang tertutup namun menonjolkan lekuk tubuh Nadheera yang indah, dada yang besar serta pinggang bak gitar sepanyol hal tersebut lagi-lagi membuat frans melongo takjub dibuatnya.

"Tuan sampai tidak bisa berkedip melihatnya, ini baru ganti baju apalagi nanti kalau wajahnya sudah di poles make up" Ucap seorang SPG dan disauti seseorang dari belakang mereka,

"syuuuuttt" Yah, dia pemilik butik yang sangat faham akan sifat arogannya Frans, karena memang dia adalah adik dari almarhumah ibunya Frans, dia adalah tante Erina satu-satunya saudara almarhumah ibunya Frans yang selalu berkomunikasi baik dengan Frans mau pun almarhumah ibunya saat masih ada, di saat semua anggota kekuarganya memusuhi Putri Anne almarhumah ibunya Frans karena menikah tanpa restu dengan tuan Sukmajaya dia adalah satu-satunya keluarga yang terus mensuport dan berkomunikasi baik dengan ibunya Frans.

"No yah! Kenapa ini menutupi semuanya tapi menonjolkan semuanya juga sih Tan?" Tanya Frans,

"Ini kan sudah tertutup" Ujar Nadheera.

"Tan ada yang lebih longgar dan lurus aja gituh tan gak usah melekuk seperti itu?" Tanya Frans.

"Ada baju muslim mau? Gamis syar'i lurus dari atas kebawah menutupi semuanya dan longgar" Jawab sang pemilik butik,

"Tante Frans serius tante!" rengeknya

"Tante juga serius, kalau kamu tidak mau ada orang lain yang menikmati indahnya tubuh wanitamu, kurung aja di kamar dan kamu sendiri yang menukmatinya!" Jawab sang pemilik butik itu sekenanya membuat Nadheera terbelalak ia mulai terlihat pucat, namun ia masih dapat menguasai dirinya. Yah, situasi yang di ceritakan oleh sang pemilik butik itu sempat dialami Nadheera dan itu merupakan ingatan buruk yang membuat ia trauma, ia berusaha menekan kenanagan buruk itu agar tidak kembali terlintas di benaknya,

"Gaun ini sudah sangat nyaman buat saya Pak, saya pakai yang ini saja!" Kini ia bersuara,berusaha mengalihkan fikirannya,

"Enggak yah Dira!" Ucap Frans, seketika wajah Nadheera kembali memucat, suara itu, nada bicara itu dan panggilan itu seolah membuat ia sesak dan ia sedikit terhuyung, Frans yang sadar akan perubahan itu pada Nadheera segera menangkapnya dan memapahnya,

"Duduk dulu!" Sang pemilik butik memberikan segelas air dan di terima oleh Frans lalu memberikannya kepada Nadheera,

"Tan, tolong carikan model lain yang tidak terlaku sesak" Kini permintaan Frans di indahkan oleh sang pemilik butik dan di carikannya gaun cantik sesuai permintaan keponakannya yang sedikit over protectif ini.

"Tidak apa-apa, saya hanya kurang tidur mungkin saya anemia tadi terlalu lama berdiri membuat saya pusing," Jawab Nadheera yang terus berusaha menguasai dirinya, menekan semua ingatan buruknya.

"Masih pusing? Ya sudah kita pulang saja tidak usah datang ke acaranya Nadine" Ujar Frans.

"Pak, walau pun saya tidak bisa datang bapak harus tetap datang karena ini undangan dari sahabat bapak sendiri, apalah artinya saya, saya hanya sekertaris sementara bapak!" Jawab Nadheera kini membuat Frans terdiam.

Yah, memang Nadheera adalah hanya sekedar sekertarisnya itu pun dalam uji coba satu bulan mengapa kini ia seheboh ini mengenai penampilan sekertarisnya ini, mengapa ia tidak mau orang lain melihat keindahan yang hanya di miliki sekertarisnya ini? Ada apa dengan dia? yah hal itu terus berputar dalam fikiran Frans 'Kenapa semenjak ada wanita ini moodku seperti naik roller coaster yah? Kenapa juga aku harus heboh banget soal penampilannya? Kenapa aku gak rela orang lain melihat lekuk tubuhnya? Yah ini tanggung jawab, kalau-kalau ada apa-apa dengan dia aku yang repot kan?' Seperti itulah isi kepala Frans saat ini.

"Tidak, saya bukan tipe orang yang senang menikmati pesta!" Jawab Frans.

Kini Nadheera sudah berganti gaun dan tak kalah cantiknya dengan gaun sebelumnya, dengan polesan make up natural wajah Nadheera terlihat sangat cantik, bisa di bilang seratus delapan puluh derajat berbeda dari sebelumnya dan lagi-lagi Frans terpesona, kini meski dia sedang menyetir dia menggenggam tangan Nadheera seolah tidak ingin Nadheera menjauh dan terlepas dari pandangannya barang sedetik pun,

"Pak maaf banget, saya mau balas pesan yang masuk dulu dari Nyonya Adhitama, bisa pinjam tangan saya sebentar?" Nadheera yang sedikit risih kini meminta Frans melepaskan genggamannya, 'ini di mobil woy, aku gak mungkin kabur juga kan?' begitulah isi fikiran Nadheera, ia pun mulai ketakutan.

"Oh, Maaf" Wajah Frans kini memerah dan telinga Frans pun ikut memerah, 'apa-apaan dia? Bisa malu juga?' batin Nadheera.

Perjalanan menuju ke tempat acara pesta ulang tahun pun berlangsung dengan keheningan namun degup jantung Frans seolah tak terkendali, entah apa penyebabnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status