Sejalan dengan larutnya malam, King Klub semakin ramai dipadati tamu. Hampir semua meja penuh direservasi untuk tamu undangan pesta ulang tahun Bella, putri bungsu keluarga konglomerat ternama di kota ini.
Beruntung Sarah berteman baik dengan Sergei, pemilik Klub terkenal ini. Kalo tidak rencananya untuk membututi pacarnya, Barra bisa gagal total karena izin masuk yang tidak didapatnya.
Aktris cantik itu memakai wig rambut pendek berwarna terang dan gaun berwarna hitam dengan tampilan rendah yang menonjolkan keindahan tubuhnya. Sarah memilih berdiri di ujung bar dengan matanya yang sibuk berkeliling mencari wajah tampan Barra di Club itu.
Dari sahabat kecilnya Ella, yang merangkap sekaligus managernya, Sarah tahu kalau Barra diam-diam berada di sini dengan salah satu aktris baru yang ditaksirnya, saat ia membintangi drama serial di televisi. Meski tidak percaya dengan berita itu, Sarah tetap datang ke Klub itu. Ia berniat membuktikan apa benar kekasihnya berselingkuh.
"Bersulang! Cheers!" Seorang laki-laki bersulang ke arahnya.
Sarah tersenyum, menolak halus. Berusaha mengusir-laki itu pelan-pelan. Ia tidak sedang ingin beramah tamah dengan seseorang di sini. Tujuannya cuma satu, menemukan Barra dan melihat apa ia benar berselingkuh seperti yang diceritakan Ella.
"Apa Kamu ingin segelas Champagne juga? My treat, silahkan diminum." Laki-laki itu kembali mengarahkan gelas Champagne-nya ke arah Sarah.
Sarah tidak sedang mood untuk berbincang apalagi minum-minum bersama orang asing. Namun laki-laki berjas hitam itu telah memesan segelas Champagne untuk Sarah. Dan ia tahu jika ia tidak menerima tawarannya, laki-laki itu akan terus menganggunya.
"Sekarang kita bersulang Nona."
"Okey hanya segelas saja ya."
Dengan berat hati Sarah mengambil gelas itu dan bersulang dengannya. Itu ia lakukan agar para tamu tidak curiga padanya.
Sarah menyesap sedikit Champagne lalu menaruh gelas itu di konter bar.
Matanya sibuk mencari Barra.
Sekali lagi laki-laki itu memberikan gelasnya pada Sarah.
"Kita habiskan segelas ini, lalu aku akan pergi dari pesta ini. Aku lihat Kamu sedang tidak ingin ditemani oleh siapa pun malam ini." Laki-laki itu tersenyum geli, matanya pun ikut menyipit ketika ia tersenyum.
Sarah tersenyum sopan, mengangguk lalu menandaskan isi Champagne di gelasnya. Dan ketika hendak menaruh kembali gelasnya, ia merasa tubuhnya semakin menghangat. Seolah-olah pendingin udara di klub itu tidak bekerja dengan baik.
"Apa Kau baik-baik saja?"
Bukannya pergi laki-laki itu malahan menyentuh lengannya pelan.
Sarah merasakan sensasi aneh di tubuhnya. Sentuhan sekilas itu pelan-pelan membakar api di tubuh Sarah. Meninggalkan desiran halus di tubuh bawahnya.
***
DJ merayakan suasana pesta dengan playlist lagu yang menghentak, membuat semakin panas. Semua tamu mulai turun ke lantai dansa dan berbaur bersama. televisi Sarah dan laki-laki itu yang masih berdiri berhadapan.
Merasa gerah dan kehausan, Sarah memesan minuman soda pada bartender. Meski pandangannya mulai berbayang, ia harus menyiramnya dengan segelas soda dingin.
Namun tubuh Sarah tidak kembali dingin. Ia berpikir, tidak seperti biasanya, malam ini alkohol berefek sangat dashyat di tubuhnya. Ia melihat ke sekelilingnya, berusaha mencari Barra di lantai dansa.
Apa mungkin Barra ke toilet. gumam Sarah pada dirinya.
Ia meletakkan gelasnya dan berusaha mencari toilet. Sarah berjalan sempoyongan. Ia berpegangan pada dinding-dinding ruangan, berusaha mencapai toilet.
"Toilet? Di mana ya?" Pandangan Sarah kabur, tidak bisa jelas melihat lagi. Kepalanya semakin bertambah berat. Musik yang menghentak semakin berputar dan terus berputar.
Sarah melihat tanda yang menyerupai petunjuk menuju toilet. Ia berjalan sempoyongan menuju ke arah sana. Tapi Sarah tidak menemukan toilet. Ia malahan menemukan seseorang yang menuntunnya masuk ke sebuah ruangan. Orang itu menopang tubuh Sarah memasuki sebuah ruangan di dalam Klub King.
“Barra.” panggil Sarah pelan ketika mereka memasuki sebuah ruangan di belakang Club.
"Apa itu Kamu Barra?" sekali lagi suaranya memanggil.
Di tengah pencahayaan yang temaram, Sarah bisa melihat kamar itu berdesain sangat mewah. Pelapis dinding yang bernuansa merah, lengkap dengan tempat tidur berukuran king dan sofa panjang, kamar ini layak disebut sebagai kamar tidur Sultan dan Raja-raja.
Seseorang yang memandu Sarah masuk ke ruangan ini tidak lagi terlihat. Ia berusaha berdiri sendiri di atas kedua kakinya. Namun karena pusing di kepala Sarah yang semakin meningkat, membuat tubuhnya limbung. Ia perlu tempat untuk bersandar.
Sarah merasa pusing sekali. Belum lagi gairah yang tiba-tiba muncul. Membuat celah lembutnya basah. Gairah membakar tubuhnya, meminta untuk segera dipuaskan.
Ruangan seperti berputar di sekelilingnya. Di tengah kamar ia melihat ranjang besar yang empuk dan seorang laki-laki bertubuh laki-laki, tampak seperti patung-patung Dewa Yunani sedang berbaring di situ.
Sarah mendekati ranjang itu dan mendekati laki-laki bertubuh Dewa itu. Gairah Sarah seolah membimbingnya untuk berbaring di sebelah laki-laki bertubuh Dewa itu.
Mata laki-laki tampan itu terbuka ketika tubuh Sarah mendekat. Harum tubuh Sarah membuatnya terjaga. Apalagi ketika tangan Sarah, menyentuh dada bidang itu dan mencium bibir laki-laki itu.
Laki-laki muda itu berusaha menahan gejolak yang mulai timbul pada dirinya. Meski dalam pengaruh kuat obat perangsang, ia berusaha berpikir jernih. Ia tahu wanita ini mabuk sehingga ia mencoba menjauhkan Sarah dari tubuhnya. Tapi Sarah malahan semakin memeluknya erat. Tubuh laki-laki itu terbakar kehangatan tubuh Sarah.
Usaha menahan dirinya gagal. Dengan tidak menyentuh dan mencium aroma tubuh Sarah saja membuatnya gila. Laki-laki itu bergairah Ia perlu merasakan wanita yang sedang dipeluknya. Ia perlu bercinta dengan wanita ini. Dengan cepat dan bergairah.
"Aaarrrggh..." satu geraman kasar terlontar dari mulutnya.
Tubuhnya kini terbakar gairah. Gairah yang siap melahap seluruh tubuh wanita seksi ini.
Dengan cepat ia mencium bibir Sarah. Manis, bibir itu terasa sangat manis dan lembut. Keduanya saling berpautan. Lidah mereka saling merasai. Mencicipi api gairah di tubuh keduanya.
Ciuman mereka semakin intens ketika tangan laki-laki itu meraba tubuh Sarah yang terbakar api.
Menyentak gaunnya dengan kasar sehingga memperlihatkan dengan jelas tubuh terbuka Sarah.
Tangan kuatnya dengan cepat merengkuh tubuh Sarah yang menantang itu.
"Oohhh..." satu lenguhan terlepas dari bibir Sarah ketika ciuman laki-laki itu menyusuri leher jenjangnya.
Tidak merasa puas hanya dengan menciumnya, laki-laki itu membuka semua pakaiannya. Suara lenguhan dan desahan bernapsu memenuhi ruangan itu.
Kini keduanya saling bertaut. Polos tanpa pakaian. Entah siapa yang lebih dulu. Satu yang pasti, ia siap menjadikan Sarah miliknya.
Mereka saling menyentuh, meraba dan membelai keindahan masing-masing tubuh keduanya. Percintaan mereka semakin panas. Mereka mulai tenggelam di dalam percintaan dashyat.[]
Mata Sarah terbuka pelan ketika sinar matahari masuk ke sela-sela tirai di jendela ruangan itu.Ia melihat ke sekelilingnya. Kamar berdesain sangat mewah itu memiliki pelapis dinding yang bernuansa merah, dengan Sofa mewah seperti di kamar tidur Sultan dan Raja-raja.Ruangan itu tampak asing baginya. Ia berusaha menumbuhkan ingatannya sedikit demi sedikit, namun ruangan ini tidak tampak familiar sama sekali."Oh My God! Aku ada di mana?" mata Sarah mengerjap berkali-kali berusaha mengenali tempat ia terbangun.Pikirannya langsung tersadar ketika seseorang mencoba mengapai lengannya. Dan ketika ia berhasil, tangan kuat itu semakin mengetatkan pelukannya. Sarah menoleh terkejut melihat pria yang tidur di sebelahnya.Tubuh polos laki-laki itu hanya ditutupi oleh sebagian selimut dan tangan kekarnya itu."Argh..." Sarah menutup mulutnya dengan satu tangannya yang terbebas. Berusaha mengunci rapat-r
"Bagaimana jika Kamu hamil?"Tiba di apartemennya, Sarah segera membersihkan tubuhnya. Menggosok-gosoknya sampai ia merasa aroma maskulin laki-laki itu menghilang dari bekas kulitnya."Bagaimana jika Kamu hamil?" kata-kata laki-laki itu selalu terngiang di telinganya. Sejak ia meninggalkan laki-laki itu tanpa menjawab pertanyaannya dan sejak ia berlari pulang ke apartemen dan mengunci dirinya di dalam. Kata-kata itu terus membuatnya gila.Sarah menatap dirinya di cermin, ia melihat beberapa bercak merah keunguan di bahu dan dadanya. Sebuah ingatan terpatik. Laki-laki kurang ajar itu sedang mengulum dan menghisap kedua gundukan indah di tubuhnya. Sebelum ingatannya akan kejadian tadi malam kembali, Sarah segera memakai bajunya."Sudah... sudah masih banyak yang harus aku siapkan." Batin Sarah berusaha menekan dalam-dalam ingatan tadi malam yang mungkin muncul di permukaan pikirannya.Sarah mengambil ponselnya. Mengecek beberapa panggilan dari Ella yang tidak te
"Kamu belum menjawabku Nona. Saya ulangi sekali lagi, bagaimana jika Kamu Hamil?""Maksud Anda?" nada suara Sarah terdengar meninggi. Gugup dan gelisah bercampur menjadi satu. "Apa dia ingat kejadian hari itu? Apa dia tahu wanita itu aku?" hati Sarah sibuk menduga-duga."Kontrakmu dengan Perusahaanku akan berjalan selama 5 tahun dan bagaimana jika di antara itu Kamu hamil Nona? Itu pertanyaan yang aku ajukan."Sarah menghembuskan napas lega. Sepertinya laki-laki itu tidak tahu wanita yang tidur bersamanya adalah aku."Aku tidak ada niatan menikah dalam waktu dekat." jawab Sarah penuh percaya diri.Wajahnya kembali tegak, penuh dengan aura anggun dan percaya diri. Dialah Sarah Divana Wijaya aktris paling terkenal di seleuruh negeri."Apa kekasihmu sepakat dengan keputusanmu itu? Maksudku tentu Kamu punya kekasih bukan? Kalian tentu sudah membicarakannya bukan?"Wajah Adrian tidak kalah kerasnya. Tatapannya menantang mata Sarah un
Siapa laki-laki yang membuatnya jatuh dan memanggil namanya? hati kecil Sarah bergumam.Sarah tidak bisa mengenalinya ketika airmata terus mengalir dan menghalangi pandangannya."Kamu baik-baik saja Sarah?" Laki-laki itu kembali bertanya.Sarah mengangguk. Menghapus airmatanya dan melihat di depannya. Adrian Darmawan, Miliarder muda yang telah merenggut kesuciannya itu. Kenapa mereka bisa bertemu lagi di situ. Hati kecil Sarah berteriak kesal. Di saat hatinya sedang hancur dan dirinya sedang rapuh laki-laki itu memergokinya. Melihat pertahanan dirinya yang runtuh karena menyaksikan pengkhianatan Barra."Apa Kamu sendiri? Kamu perlu diantar?" Adrian juga heran mengapa suaranya tiba-tiba berubah lembut. Seolah ia merasa iba melihat aktris cantik itu yang tampak seperti sedang terpukul.Sarah melepaskan pegangan Adrian pada lengannya dan berkata dengan sopan. "Tidak perlu aku bisa p
Betapa terkejutnya Ella ketika mendengar Sarah akan menikah dengan Adrian."Apa kau yakin akan menikah dengan Pak Adrian, Sarah?" Ella bertanya dengan mimik muka tidak percaya. Kapan mereka berdua dekat. Ella yang selalu bersama Sarah tidak pernah melihat mereka berduaan. Dan bagimana mereka bisa langsung memutuskan jika mereka baru saja bertemu dua kali. Dan itu pun untuk pertemuan bisnis.Tapi ya Ella berpikir mungkin itu adalah cinta pada pandangan pertama dan mungkin Adrian sudah lama mengagumi Sarah sebagai aktris dan ingin segera memilikinya sebagai wanitanya.Sarah mengangguk mantap melihat keraguan Ella. Tentu saja ia harus menikah dengan Adrian. Dia sedang mengandung anaknya.Awalnya Sarah tidak ingin meminta tanggung jawab laki-laki itu tapi ketika memikirkan efek buruknya untuk anak yang akan dilahirkan kelak. Ketika skandalnya terus diberitakan dan membuat nama besar dan karirnya rusak. Anaknya pasti akan malu menyandang predikat anak ha
Nyonya Eliza Darmawan mengamati calon menantunya dari atas sampai bawah. Ia sangat terkejut ketika tadi pagi ketika sedang sarapan bersama Adrian, putra tersayangnya itu bilang ingin sekali menikah dengan wanita itu. Sarah aktris terkenal yang sedang banyak diperbincangkan di negeri itu.Ibu Adrian tentu tidak setuju mengingat ia ingin sekali Adrian menikah dengan Laura, putri dari sahabat suaminya. Pewaris kekayaan keluarga Haris. Kontraktor terbesar dan pemilik saham di banyak perusahaan multinasional.Selain itu keluarga Laura sudah dianggap seperti kerabat dekat keluarga mereka."Jadi ini Sarah." Ibu Adrian sekarang meneliti gaun yang dipakai Sarah malam ini. Ia berpikir gaun yang dikenakan Sarah pastilah gaun dari desainer luar negeri. Itu pasti gaun rancangan Vera Wang. Gaun yang menonjolkan kesan mewah bagi yang memakainya. Gaun yang sangat elegan. Selera wanita cantik itu sangat bagus. Riasan wajahnya juga sangat sempurna, dia terlihat lebih cantik
"Apa Kamu ingin terus mengenggam tanganku semalaman ini?" Adrian tersenyum geli melihat Sarah yang mengenggam tangannya erat. Melihat Adrian sedang meledeknya Sarah langsung melepaskan tangannya ketika mendengar kata-katanya."Iya maaf, aku lupa." Wajah Sarah bersemu merah."Aku rasa akan lebih banyak Kamu yang melanggar kontrak kita Sayang." gelak tawa Adrian kembali terdengar.Mulutnya memberengut kesal. Matanya berkilat marah."Jangan sombong. Itu semua sandiwara demi membohongi mantan kekasihku." ucap Sarah dengan nada kesal."Tapi aku tidak keberatan kok, kalo Kamu sering-sering melanggar kontrak!" tawa Adrian semakin menjengkelkan Sarah."Aku pikir sebaiknya Kamu segera pulang. Ini sudah malam." kata Sarah mengusir calon suaminya. Sebenarnya dia tidak merasa terganggu dengan adanya Adrian di situ tapi dia tidak ingin membuat Adrian besar kepala. Sarah ingin tetap berjarak dengan Adrian.Adrian mengintip dari balik lubang p
"Good morning Sarah... Aku sudah mengirimkan asistenku, Hendri. He will help you with everything. And i'm sorry i left when you slept. I will see you before the press conference, okay!"Pesan dari Adrian membangunkan Sarah dari tidurnya. Seperti sebuah reminder Adrian mengingatkan Sarah akan kejadian tadi malam. Ia merasa malu telah memperlihatkan kelemahannya. Hormon ibu hamil ini sangat menganggunya.9Sarah bergegas mandi dan berpakaian. Ia sengaja bersiap-siap lebih cepat agar asisten Adrian tidak menunggu lama."Nona, Pak Adrian meminta saya untuk mengantar Nona ke salon untuk persiapan konferensi pers.""Hendri jangan panggil Saya Nona. Panggil Saya Sarah saja ya.""Jangan Nona... Saya tidak berani kurang ajar, Anda adalah tunangan bos Saya dan sebentar lagi akan menjadi istrinya, berarti anda adalah atasan saya juga."Sarah mengangguk mengerti, ia juga tidak ingin membuat Hendri mendapat masalah den