Siapa laki-laki yang membuatnya jatuh dan memanggil namanya? hati kecil Sarah bergumam.
Sarah tidak bisa mengenalinya ketika airmata terus mengalir dan menghalangi pandangannya.
"Kamu baik-baik saja Sarah?" Laki-laki itu kembali bertanya.
Sarah mengangguk. Menghapus airmatanya dan melihat di depannya. Adrian Darmawan, Miliarder muda yang telah merenggut kesuciannya itu. Kenapa mereka bisa bertemu lagi di situ. Hati kecil Sarah berteriak kesal. Di saat hatinya sedang hancur dan dirinya sedang rapuh laki-laki itu memergokinya. Melihat pertahanan dirinya yang runtuh karena menyaksikan pengkhianatan Barra.
"Apa Kamu sendiri? Kamu perlu diantar?" Adrian juga heran mengapa suaranya tiba-tiba berubah lembut. Seolah ia merasa iba melihat aktris cantik itu yang tampak seperti sedang terpukul.
Sarah melepaskan pegangan Adrian pada lengannya dan berkata dengan sopan. "Tidak perlu aku bisa pulang sendiri."
Sarah bergegas meninggalkan tempat itu ketika ia mendengar suara seorang wanita memanggil nama Adrian.
"Adrian kenapa Kamu lama sekali sayang? Ibumu sedang menunggu kita." Suara itu tampak sangat manja dan genit.
Merasa penasaran Sarah menoleh. Ia melihat seorang wanita cantik sedang bersandar pada Adrian. Lalu tubuhnya maju mendekat. Mencium bibir Adrian dengan rakus, seolah-olah tidak ada orang lain berada di situ.
Muak dengan pemandangan di depannya yang mengingatkannya pada perselingkuhan Barra. Sarah bergumam kasar.
"Dasar semua laki-laki bajingan. Lihat Miliarder brengsek itu. Ia sudah memiliki kekasih tapi malam itu dia merenggut kesucianku. Mengambil keuntungan dari keadaan mabukku saat itu. Benar-benar jenis laki-laki sampah!"
Sarah berlalu pergi setelah mencela Adrian Darmawan. Ia berjanji dalam hati tidak akan mau ada urusan lagi dengan Miliarder muda itu.
***
Sudah satu bulan sejak ia memergoki Barra berselingkuh. Sarah memutuskan hubungan dengan Barra lewat pesan di telepon. Dan ia masih menunggu waktu yang tepat untuk mengumumkan perpisahannya kepada wartawan. Tidak sebelum kontrak menjadi Brand Ambassador Miracle Cosmetics milik Adrian ditandatanganinya. Ada sedikit perubahan jadwal penandatangan kontrak karena Adrian harus pergi untuk urusan bisnis ke Amerika dan hari ini adalah hari yang mereka tentukan untuk menandatangani surat kontrak itu.
"Sarah apa yang ingin Kamu makan sebelum kita ke kantor Pak Adrian?"
"Bagaimana kalo Tom Yum, aku lagi pengen makan yang asem-asem nih!"
"Hahaha tumben banget Kamu mau makan asem-asem biasanya juga suka yang manis-manis deh."
"Iya aneh ya, tapi gimana dong kan pengen hehehe...." kata Sarah sambil tertawa.
"Ya udah kita ke restoran Thailand dekat kantor Pak Adrian aja ya!"
Setelah satu jam mereka menyantap hidangan, Sarah merasa perutnya mual dan ingin muntah. Segera saja Ella menepikan mobilnya ke sebuah apotek. Sarah membeli obat untuk pereda sakitnya. Dan ketika ia melihat alat pengetes kehamilan dipajang di kasir sebuah pikiran terbesit di kepalanya. Kapan terakhir ia datang bulan.
"Oh My God, sudah sebulan aku tidak datang bulan. Apa mungkin?" Kata-katanya terhenti. Ia takut melanjutkan apalagi membayangkan sesuatu yang tidak ia inginkan terjadi.
Kepalanya penuh dengan pikiran-pikiran buruk. Dan untuk menuntaskan rasa penasarannya, ia mengambil sebuah alat pengetes kehamilan dan membayarnya.
Sarah meminjam kamar mandi apotek dan melakukan tes itu. Setelah beberapa menit hasilnya telah keluar. Sarah pucat pasi melihat dua garis biru nyata terpampang di tangannya.
"Oh No bagaimana ini?" Jeritnya tertahan.
"Apa Kamu baik-baik saja Sarah?" Ella mengetuk pintunya karena merasa khawatir.
"Oh ya aku baik-baik saja. Sebentar ya." Sarah buru-buru menyimpan alat pengetes kehamilannya ke dalam tas dan menemui Ella.
***
Adrian terlihat semakin tampan dengan jas hitam dan kemejanya yang bernuansa sama. Ia baru saja masuk ke ruangannya ketika Sarah dan Ella duduk di ruang tunggu.
Ia memanggil Sarah dan managernya untuk masuk ke kantornya. Ruangan besar yang dilengkapi dengan furnitur mewah dan modern. Sebuah sofa berada di tengah ruangan besar itu. Adrian meminta Sarah dan Ella untuk duduk di situ.
"Maaf membuat Kalian menunggu. Silahkan membaca dulu surat kontrak yang berada di atas meja." Usai berkata seperti itu, ia menekan saluran telepon dan menyuruh sekretarisnya untuk membawakan minuman untuk tamunya.
"Kami sudah membacanya dan kami pikir ini semua sudah sesuai dengan perjanjian kita kemarin. Sarah akan menandatanganinya Pak."
"Ella bisakah aku berbicara sebentar dengan Pak Adrian. Berdua saja?" Belum selesai Ella berbicara, Sarah meminta sedikit waktu untuk berbicara dengan Adrian secara pribadi.
Awalnya Ella menolak, ia memaksa harus berada di satu ruangan bersama Sarah jika sedang bersama klien.
"Percayalah Ella, aku hanya akan berbicara 5 menit saja. Please tunggu di luar ya."
"Okey, tapi tidak lebih dari 5 menit."
Sarah mengangguk patuh. Dan Ella pun keluar dari ruangan itu.
"So apa yang ingin Kamu bicarakan denganku secara rahasia?" Dahi Adrian berkerut. Menerka apa yang akan dibicarakan oleh aktris cantik itu.
"Ini." Sarah menaruh alat pengetes kehamilan di meja kerja Adrian.
"Kamu selalu bertanya, bagaimana jika aku hamil. Kamu bertanya waktu kita berada di kamar klub King. Ya aku adalah wanita yang waktu itu bermalam denganmu." Mata Sarah tepat tertuju di wajah Adrian.
Meski mendapat tatapan tajam dari wanita berambut kecoklatan itu, Adrian tampak tenang.
"Ya aku tahu, Kamulah wanita yang telah kurenggut kesuciannya."
"Kamu tahu? Lalu kenapa selama ini Kamu bersikap seperti orang yang tidak tahu apa-apa?"
"Bukannya waktu itu Kamu yang meminta untuk melupakan kejadian malam itu?" Adrian mengejek halus sikap Sarah waktu itu.
"Ya memang. Tapi ini masalah serius. Aku hamil dan Kamulah ayah dari janin yang ada di perutku ini."
"Lalu apa yang Kamu inginkan sekarang?" Alis mata Adrian terangkat ketika ia berbicara. Tanda ia menaruh perhatian penuh pada kata-kata Sarah selanjutnya.
"Kamu tahu kan aku aktris, akan terjadi skandal besar jika aku hamil di luar nikah. Karirku akan hancur dan aku akan dihujat netizen. Aku...." Sarah mengacak-acak rambutnya sendiri, stress membayangkan reaksi publik jika kehamilannya terungkap.
"Yang aku tanya bukan itu. Aku ulangi sekali lagi, apa yang Kamu inginkan sekarang?" ucap Adrian berbicara perlahan, menunggu jawaban dari Sarah.
"Aku..." Sarah menggigit bibirnya pelan. Rasa malu perlahan mulai menyergapnya. Sungguh tidak pernah dibayangkan ia harus mengemis agar seorang laki-laki menikahinya.
"Ya Kamu?" Ejek Adrian sekali lagi melihat Sarah terbata-bata.
"Aku ingin Kamu menikahiku." tandas Sarah cepat.
Adrian tersenyum miring. Ia melangkah mendekat ke arah Sarah. Memajukan tubuhnya ke arah Sarah dan membisikkan sesuatu.
"Good. Aku akan menikah denganmu. Kamu akan jadi milikku."[]
Betapa terkejutnya Ella ketika mendengar Sarah akan menikah dengan Adrian."Apa kau yakin akan menikah dengan Pak Adrian, Sarah?" Ella bertanya dengan mimik muka tidak percaya. Kapan mereka berdua dekat. Ella yang selalu bersama Sarah tidak pernah melihat mereka berduaan. Dan bagimana mereka bisa langsung memutuskan jika mereka baru saja bertemu dua kali. Dan itu pun untuk pertemuan bisnis.Tapi ya Ella berpikir mungkin itu adalah cinta pada pandangan pertama dan mungkin Adrian sudah lama mengagumi Sarah sebagai aktris dan ingin segera memilikinya sebagai wanitanya.Sarah mengangguk mantap melihat keraguan Ella. Tentu saja ia harus menikah dengan Adrian. Dia sedang mengandung anaknya.Awalnya Sarah tidak ingin meminta tanggung jawab laki-laki itu tapi ketika memikirkan efek buruknya untuk anak yang akan dilahirkan kelak. Ketika skandalnya terus diberitakan dan membuat nama besar dan karirnya rusak. Anaknya pasti akan malu menyandang predikat anak ha
Nyonya Eliza Darmawan mengamati calon menantunya dari atas sampai bawah. Ia sangat terkejut ketika tadi pagi ketika sedang sarapan bersama Adrian, putra tersayangnya itu bilang ingin sekali menikah dengan wanita itu. Sarah aktris terkenal yang sedang banyak diperbincangkan di negeri itu.Ibu Adrian tentu tidak setuju mengingat ia ingin sekali Adrian menikah dengan Laura, putri dari sahabat suaminya. Pewaris kekayaan keluarga Haris. Kontraktor terbesar dan pemilik saham di banyak perusahaan multinasional.Selain itu keluarga Laura sudah dianggap seperti kerabat dekat keluarga mereka."Jadi ini Sarah." Ibu Adrian sekarang meneliti gaun yang dipakai Sarah malam ini. Ia berpikir gaun yang dikenakan Sarah pastilah gaun dari desainer luar negeri. Itu pasti gaun rancangan Vera Wang. Gaun yang menonjolkan kesan mewah bagi yang memakainya. Gaun yang sangat elegan. Selera wanita cantik itu sangat bagus. Riasan wajahnya juga sangat sempurna, dia terlihat lebih cantik
"Apa Kamu ingin terus mengenggam tanganku semalaman ini?" Adrian tersenyum geli melihat Sarah yang mengenggam tangannya erat. Melihat Adrian sedang meledeknya Sarah langsung melepaskan tangannya ketika mendengar kata-katanya."Iya maaf, aku lupa." Wajah Sarah bersemu merah."Aku rasa akan lebih banyak Kamu yang melanggar kontrak kita Sayang." gelak tawa Adrian kembali terdengar.Mulutnya memberengut kesal. Matanya berkilat marah."Jangan sombong. Itu semua sandiwara demi membohongi mantan kekasihku." ucap Sarah dengan nada kesal."Tapi aku tidak keberatan kok, kalo Kamu sering-sering melanggar kontrak!" tawa Adrian semakin menjengkelkan Sarah."Aku pikir sebaiknya Kamu segera pulang. Ini sudah malam." kata Sarah mengusir calon suaminya. Sebenarnya dia tidak merasa terganggu dengan adanya Adrian di situ tapi dia tidak ingin membuat Adrian besar kepala. Sarah ingin tetap berjarak dengan Adrian.Adrian mengintip dari balik lubang p
"Good morning Sarah... Aku sudah mengirimkan asistenku, Hendri. He will help you with everything. And i'm sorry i left when you slept. I will see you before the press conference, okay!"Pesan dari Adrian membangunkan Sarah dari tidurnya. Seperti sebuah reminder Adrian mengingatkan Sarah akan kejadian tadi malam. Ia merasa malu telah memperlihatkan kelemahannya. Hormon ibu hamil ini sangat menganggunya.9Sarah bergegas mandi dan berpakaian. Ia sengaja bersiap-siap lebih cepat agar asisten Adrian tidak menunggu lama."Nona, Pak Adrian meminta saya untuk mengantar Nona ke salon untuk persiapan konferensi pers.""Hendri jangan panggil Saya Nona. Panggil Saya Sarah saja ya.""Jangan Nona... Saya tidak berani kurang ajar, Anda adalah tunangan bos Saya dan sebentar lagi akan menjadi istrinya, berarti anda adalah atasan saya juga."Sarah mengangguk mengerti, ia juga tidak ingin membuat Hendri mendapat masalah den
"Nona Sarah apa anda sudah siap? Pak Adrian sudah menunggu anda di ballroom, pesta pertunangan anda sebentar lagi akan dimulai." Sarah yang sedang termenung menatap pantulan dirinya di cermin, berbalik menatap salah satu staff Adrian yang sedang berbicara dengannya. "Sebentar lagi, beri aku beberapa menit untuk bersiap." Wanita itu mengangguk, ia cukup paham bahwa kekasih bosnya merasa harus sempurna karena bertunangan dengan salah satu Milyader tertampan di Dunia. "Dalam beberapa bulan lagi perut ini akan terlihat membesar. Orang-orang akan bergunjing jika aku tidak menikah. Ini adalah keputusan yang tepat." Sarah menghela nafas panjang dan segera menuju ballroom di mana pesta pertunangan mereka akan diadakan. "Apa anda siap?" Sekali lagi staff itu mengecek penampilan Sarah yang tanpa cela. Yakin sudah tampak sempurna, staff itu mengumumkan kehadiran calon tunangan Adrian kepada tamu-tamu undangan. Adrian yang sedang asyik berbincang dengan salah satu ta
Alunan musik romantis mengalun merdu. Semua hadirin yang berada di ballroom mewah itu berdansa dengan elegan bersama pasangan mereka. Lampu yang temaram membuat suasana menjadi lebih romantis Tapi tidak bagi seorang wanita yang tengah berdiri dengan segelas sparkling water di tangannya. Ia menatap kesal ke arah tunangannya berdansa. Ya, gadis itu adalah Sarah. Artis terkenal dan juga tunangan resmi Adrian, sang Miliarder muda yang tampan.“Ih nempel terus itu perempuan. Seperti penyakit panu aja deh. Apa perlu dikasih kalpanax juga nih.” Sarah mengibaskan gaunnya kesal. Bagaimana ia tidak kesal jika tunangannya itu berdansa mesra dengan wanita lain di hadapannya.“Huh, salah ku juga sih tadi kenapa tidak nolak aja. Aku kan punya hak sebagai tunangan Adrian. Jadi begini kan jadinya.” Wanita itu bermonolog pada dirinya. Menyesali diri mengapa tidak
“Kamu sangat tampan malam ini Adrian.” Laura memuji Adrian yang sedang berdansa dengannya. Dalam hati ia merasa sangat senang karena bisa berdansa dengan lelaki pujaannya. Ia merasa menang dari Sarah, wanita yang merebut Adrian darinya.Laki-laki berjas mahal itu tidak mengidahkan pujian Laura. Matanya nyalang mencari keberadaan Sarah yang menghilang dari tempat ia meninggalkannya tadi.“Hey Adrian di mana Sarah? Tunanganmu di mana? Boleh aku berdansa dengannya. Sudah sejak lama aku menjadi penggemarnya.” Seorang rekan bisnis Adrian yang juga merupakan teman semasa kuliahnya itu menyapanya. Ia berada tidak jauh dari tempat Adrian berdansa dengan Laura."Sepertinya Kamu sibuk dengan wanita lain, bolehkan aku menemani Sarah berdansa?"Laki-laki itu juga menatap Adrian dengan sarat mengejek kar
“Terima kasih pak.” Sarah menganggukkan sedikit kepalanya. Itu adalah sopan santun yang sudah melekat pada dirinya.Tanpa membuang waktu. Kaki jenjang wanita itu segera masuk dan menaiki lift untuk sampai di apartemen Adrian. Adrian memaksa Sarah untuk tinggal di Apartemennya. Agar lebih mudah bagi Adrian untuk menjaga Sarah yang sedang hamil anaknya. Dan mereka juga akan pindah ke rumah keluarga Adrian ketika mereka sudah menikah nanti.Setelah menyalakan penerangan dan pendingin di ruangan itu, Sarah segera membersihkan diri. Kepalanya penat dan tubuhnya lelah. Ia tidak berbohong, karena memang benar tubuhnya butuh istirahat.00.30Sarah melirik pada jam di ponselnya. Sudah dini hari pikirnya.“Apakah pestanya belum selesai? Sudah dini hari dan Adrian belum juga mengabarinya. Ah, untuk apa aku memikirkannya. Buang-buang waktu saja.” Sarah bermonolog seraya mengeringkan rambutnya. Bagi Sarah, keramas sebelum tidur adalah sa