"Kamu belum menjawabku Nona. Saya ulangi sekali lagi, bagaimana jika Kamu Hamil?"
"Maksud Anda?" nada suara Sarah terdengar meninggi. Gugup dan gelisah bercampur menjadi satu. "Apa dia ingat kejadian hari itu? Apa dia tahu wanita itu aku?" hati Sarah sibuk menduga-duga.
"Kontrakmu dengan Perusahaanku akan berjalan selama 5 tahun dan bagaimana jika di antara itu Kamu hamil Nona? Itu pertanyaan yang aku ajukan."
Sarah menghembuskan napas lega. Sepertinya laki-laki itu tidak tahu wanita yang tidur bersamanya adalah aku.
"Aku tidak ada niatan menikah dalam waktu dekat." jawab Sarah penuh percaya diri.
Wajahnya kembali tegak, penuh dengan aura anggun dan percaya diri. Dialah Sarah Divana Wijaya aktris paling terkenal di seleuruh negeri.
"Apa kekasihmu sepakat dengan keputusanmu itu? Maksudku tentu Kamu punya kekasih bukan? Kalian tentu sudah membicarakannya bukan?"
Wajah Adrian tidak kalah kerasnya. Tatapannya menantang mata Sarah untuk beradu. Memaksa wanita itu untuk tunduk dalam kuasanya.
"Aku pikir itu bukan urusan Anda. Apa yang menjadi urusanku dan kekasihku adalah urusan Kami. Yang perlu Anda ketahui bahwa Kami tidak akan pernah melanggar kontrak di kemudian hari."
Sarah menolak untuk tunduk pada kata-kata Adrian. Matanya balik menantang tatapan Adrian. Menuntut untuk menang dalam pembicaraan ini.
"Good. Kalau begitu minggu depan Kamu bisa menandatangani kontrak itu di kantorku. Selamat siang semuanya." usai berkata begitu, Adrian keluar ruangan diikuti dengan asisten pribadinya, Hendri.
"Kita kembali ke kantor Pak?" tanya Hendri pada bosnya sambil berusaha mengimbangi langkah-langkah panjang Adrian.
"Tidak. Aku tidak akan kembali ke kantor. Ibuku mengundang untuk makan malam di The Palais Hotel."
"Baik Saya akan menyiapkan mobilnya."
"Tidak usah. Aku punya tugas untukmu."
"Baik Pak." Hendri bersiap mendengarkan perintah dari Bos mudanya itu.
"Selidiki siapa yang menaruh obat perangsang di minumanku malam itu."
"Saya akan segera menyelidikinya."
"Dan satu lagi. Selidiki Sarah, apa ia terlibat dengan kasus obat itu atau ia hanya berada di tempat yang salah saat itu."
"Ada lagi Pak?"
"Ya, pastikan penyelidikan ini tidak diketahui kakak tiriku."
Hendri mengangguk. Dan pergi setelah Adrian naik ke mobilnya dan berlalu pergi.
***
Sesaat tadi tubuh Sarah lemas, takut jika Adrian mengenali dirinya. Tapi ia sekarang merasa lega laki-laki itu tidak mengenalinya.
Bagaimana jika ia sampai mengenalinya tadi Akankah itu menjadi lebih rumit. Bagaimana menjelaskannya pada Ella apalagi kepada kekasihnya, Barra.
Barra di mana laki-laki itu? Kenapa sampai sekarang kekasihnya itu tidak menghubunginya.
"Apa kau baik-baik saja Sarah?"
Suara managernya membuat lamunan Sarah terhenti. Sarah tersenyum kepada sahabatnya.
"Tentu aku baik-baik saja. Bagaimana jadwal kita hari ini Ella?"
"Kita akan menemui Barra di tempat lokasi syutingnya. Bukannya Kamu harus meluruskan masalahmu dengan dia. Tadi aku baru saja mendapat telepon dari salah satu media online. Menurut gosip yang sedang beredar, hubunganmu dengan Barra sedang retak."
Ella menghela napasnya panjang-panjang.
"Menurut mereka, Kekasihmu sedang menyelingkuhimu dengan artis pendatang baru di salah satu serialnya." Ella tampak sangat kesal sekarang.
"Lalu apa jawabanmu?"
"Tentu saja aku berbohong. Aku bilang kalian baik-baik saja."
"Sebaiknya sekarang kita segera pergi menemui Barra, Ella."
Ella mengangguk dan segera membimbing Sarah keluar menuju mobilnya.
***
"Ah Kamu sudah datang Sayang." Nyonya Eliza Darmawan, ibu Adrian mengecup kedua pipi putra tersayangnya.
"Adrian, Sayang." Laura wanita seksi dengan gaun malam yang sangat mini mencium bibirnya sekilas. Dan membisikkan kata-katanya dengan suara mendesah.
"Laura. Aku tidak tahu Kamu akan ikut bersama kita makan malam. Ibu? Kenapa Kamu tidak memberitahuku."
"Ah aku harap Kamu tidak keberatan Adrian. Ibumu dan aku habis berbelanja bersama, lalu ibumu mengundangku untuk ikut makan bersamamu."
"Oh tentu tidak Laura. Aku tidak keberatan sama sekali. Hanya saja jika aku tahu Kamu akan ikut, aku akan membawa bunga untukmu."
Laura tersenyum senang mendengar kata-kata Adrian.
Sejak dulu Laura ingin sekali menjadi Nyonya Adrian Darmawan. Bahkan ketika kekasih Adrian, Hannah masih hidup dulu. Ia mengejar Adrian setengah mati. Bahkan rela menjadi penghangat tubuhnya di tempat tidur.
"Kalian sudah memesan?"
"Sudah, Kami juga sudah memesankanmu Fillet Mignon dan sebotol Champagne."
"Sempurna."
"Adrian bagaimana dengan rencanamu membuat Darmawan Foundation, apa tidak ada kendala."
"Semua terkendali Mom. Sebaiknya kita tidak berbicara bisnis malam ini."
Ibu Adrian tersenyum mengangguk. Mereka lalu menikmati makan malam dengan perbincangan kecil.
Adrian menuang Chanpagne ke gelasnya dan Laura dan mengajaknya untuk bersulang.
"Kita bersulang untuk apa?" Kaki Laura di bawah meja diam-diam naik dan meraba paha laki-laki di depannya.
Mendapat sentuhan dari Laura di pangkal pahanya. Ingatan Adrian terpicu. Ia mengingat malam bersama Sarah. Begitu bergairah dan panas. Apa karena efek obat perangsang yang membuatnya begitu bernafsu atau karena kelembaban di kewanitaan Sarah yang membuatnya melakukan pengeluaran berkali-kali.
Sebelum ia menjadi sangat terangsang membayangkan malam itu. Adrian pamit untuk ke kamar kecil.
***
Sarah dan Ella baru saja sampai di The Palais Hotel, tempat syuting Barra. Ella bertanya kepada resepsionis di mana kamar tempat Barra beristirahat.
Setelah mendapatkan nomer kamar, Ella pamit pulang lebih dulu karena adiknya sakit panas tinggi di rumah.
Sarah menuju lift dan menuju pintu kamar Barra. Dengan langkah terburu-buru ia melangkahkan kakinya. Tidak sabar menemui kekasihnya. Betapa terkejutnya ia ketika mendengar dari dalam kamar yang pintunya terbuka terdengar suara erangan wanita dan pria bersahutan dengan suara lembab penyatuan kedua insan.
"Aahhh Sayang, kamu sangat cantik sekali." Suara laki-laki itu terdengar terengah-engah.
"Aaawww Mas Barra, kamu juga sangat tampan. Kamu laki-laki terhebat yang pernah aku temui."
"Tunggu aku, sebentar lagi aku akan mencapai surga."
Pelan-pelan Sarah mengintip ke dalam kamar dan ia melihat seorang perempuan sedang berguncang-guncang di atas Barra. Dalam keadaan tanpa pakaian, kedua tangannya memeluk leher Barra erat.
"Kamu sangat pintar sekali sayang. Kamu sangat tahu bagaimana menyenangkan aku." Barra menjilat daun telinga pasangan bercintanya.
Dengan tubuh yang berguncang wanita bertubuh seksi di atas Barra itu menjawab. "Ah iya Mas Barra aku cinta kamu. Tinggalkan saja Sarah, pilih saja aku mas."
"Aaahhhh aku selesai Sayang. Kamu sangat luar biasa cantik. Kamu selalu bisa menyenangkan aku."
Bibir Barra terus menciumi leher jenjang wanita muda itu. Terdengar bunyi kecupan basah dari lidah dan mulut mereka. Mereka terus berciuman dalam. Dengan tubuh mereka yang masih menyatu dan berpautan.
Tidak tahan melihat pemandangan mengerikan itu, Sarah berlari menjauhi kamar laknat itu. Ia baru saja menyaksikan pengkhianatan terbesar kekasihnya.
Airmata tidak sanggup ia tahan keluar. Dengan terisak ia turun dengan lift menuju toilet di lobi. Ia ingin menangis sekencang-kencangnya di sana.
Ketika Sarah berlari menuju toilet ia bertabrakan dengan seorang laki-laki dan ia terjatuh di lantai.
"Apa Kamu baik-baik saja?" Suara laki-laki itu terdengar khawatir. Laki-laki itu membantu Sarah bangun.
Betapa terkejutnya Adrian ketika melihat wanita yang masih saja menangis itu.
"Sarah? Sedang apa dia di sini dan kenapa dia menangis?"[]
Siapa laki-laki yang membuatnya jatuh dan memanggil namanya? hati kecil Sarah bergumam.Sarah tidak bisa mengenalinya ketika airmata terus mengalir dan menghalangi pandangannya."Kamu baik-baik saja Sarah?" Laki-laki itu kembali bertanya.Sarah mengangguk. Menghapus airmatanya dan melihat di depannya. Adrian Darmawan, Miliarder muda yang telah merenggut kesuciannya itu. Kenapa mereka bisa bertemu lagi di situ. Hati kecil Sarah berteriak kesal. Di saat hatinya sedang hancur dan dirinya sedang rapuh laki-laki itu memergokinya. Melihat pertahanan dirinya yang runtuh karena menyaksikan pengkhianatan Barra."Apa Kamu sendiri? Kamu perlu diantar?" Adrian juga heran mengapa suaranya tiba-tiba berubah lembut. Seolah ia merasa iba melihat aktris cantik itu yang tampak seperti sedang terpukul.Sarah melepaskan pegangan Adrian pada lengannya dan berkata dengan sopan. "Tidak perlu aku bisa p
Betapa terkejutnya Ella ketika mendengar Sarah akan menikah dengan Adrian."Apa kau yakin akan menikah dengan Pak Adrian, Sarah?" Ella bertanya dengan mimik muka tidak percaya. Kapan mereka berdua dekat. Ella yang selalu bersama Sarah tidak pernah melihat mereka berduaan. Dan bagimana mereka bisa langsung memutuskan jika mereka baru saja bertemu dua kali. Dan itu pun untuk pertemuan bisnis.Tapi ya Ella berpikir mungkin itu adalah cinta pada pandangan pertama dan mungkin Adrian sudah lama mengagumi Sarah sebagai aktris dan ingin segera memilikinya sebagai wanitanya.Sarah mengangguk mantap melihat keraguan Ella. Tentu saja ia harus menikah dengan Adrian. Dia sedang mengandung anaknya.Awalnya Sarah tidak ingin meminta tanggung jawab laki-laki itu tapi ketika memikirkan efek buruknya untuk anak yang akan dilahirkan kelak. Ketika skandalnya terus diberitakan dan membuat nama besar dan karirnya rusak. Anaknya pasti akan malu menyandang predikat anak ha
Nyonya Eliza Darmawan mengamati calon menantunya dari atas sampai bawah. Ia sangat terkejut ketika tadi pagi ketika sedang sarapan bersama Adrian, putra tersayangnya itu bilang ingin sekali menikah dengan wanita itu. Sarah aktris terkenal yang sedang banyak diperbincangkan di negeri itu.Ibu Adrian tentu tidak setuju mengingat ia ingin sekali Adrian menikah dengan Laura, putri dari sahabat suaminya. Pewaris kekayaan keluarga Haris. Kontraktor terbesar dan pemilik saham di banyak perusahaan multinasional.Selain itu keluarga Laura sudah dianggap seperti kerabat dekat keluarga mereka."Jadi ini Sarah." Ibu Adrian sekarang meneliti gaun yang dipakai Sarah malam ini. Ia berpikir gaun yang dikenakan Sarah pastilah gaun dari desainer luar negeri. Itu pasti gaun rancangan Vera Wang. Gaun yang menonjolkan kesan mewah bagi yang memakainya. Gaun yang sangat elegan. Selera wanita cantik itu sangat bagus. Riasan wajahnya juga sangat sempurna, dia terlihat lebih cantik
"Apa Kamu ingin terus mengenggam tanganku semalaman ini?" Adrian tersenyum geli melihat Sarah yang mengenggam tangannya erat. Melihat Adrian sedang meledeknya Sarah langsung melepaskan tangannya ketika mendengar kata-katanya."Iya maaf, aku lupa." Wajah Sarah bersemu merah."Aku rasa akan lebih banyak Kamu yang melanggar kontrak kita Sayang." gelak tawa Adrian kembali terdengar.Mulutnya memberengut kesal. Matanya berkilat marah."Jangan sombong. Itu semua sandiwara demi membohongi mantan kekasihku." ucap Sarah dengan nada kesal."Tapi aku tidak keberatan kok, kalo Kamu sering-sering melanggar kontrak!" tawa Adrian semakin menjengkelkan Sarah."Aku pikir sebaiknya Kamu segera pulang. Ini sudah malam." kata Sarah mengusir calon suaminya. Sebenarnya dia tidak merasa terganggu dengan adanya Adrian di situ tapi dia tidak ingin membuat Adrian besar kepala. Sarah ingin tetap berjarak dengan Adrian.Adrian mengintip dari balik lubang p
"Good morning Sarah... Aku sudah mengirimkan asistenku, Hendri. He will help you with everything. And i'm sorry i left when you slept. I will see you before the press conference, okay!"Pesan dari Adrian membangunkan Sarah dari tidurnya. Seperti sebuah reminder Adrian mengingatkan Sarah akan kejadian tadi malam. Ia merasa malu telah memperlihatkan kelemahannya. Hormon ibu hamil ini sangat menganggunya.9Sarah bergegas mandi dan berpakaian. Ia sengaja bersiap-siap lebih cepat agar asisten Adrian tidak menunggu lama."Nona, Pak Adrian meminta saya untuk mengantar Nona ke salon untuk persiapan konferensi pers.""Hendri jangan panggil Saya Nona. Panggil Saya Sarah saja ya.""Jangan Nona... Saya tidak berani kurang ajar, Anda adalah tunangan bos Saya dan sebentar lagi akan menjadi istrinya, berarti anda adalah atasan saya juga."Sarah mengangguk mengerti, ia juga tidak ingin membuat Hendri mendapat masalah den
"Nona Sarah apa anda sudah siap? Pak Adrian sudah menunggu anda di ballroom, pesta pertunangan anda sebentar lagi akan dimulai." Sarah yang sedang termenung menatap pantulan dirinya di cermin, berbalik menatap salah satu staff Adrian yang sedang berbicara dengannya. "Sebentar lagi, beri aku beberapa menit untuk bersiap." Wanita itu mengangguk, ia cukup paham bahwa kekasih bosnya merasa harus sempurna karena bertunangan dengan salah satu Milyader tertampan di Dunia. "Dalam beberapa bulan lagi perut ini akan terlihat membesar. Orang-orang akan bergunjing jika aku tidak menikah. Ini adalah keputusan yang tepat." Sarah menghela nafas panjang dan segera menuju ballroom di mana pesta pertunangan mereka akan diadakan. "Apa anda siap?" Sekali lagi staff itu mengecek penampilan Sarah yang tanpa cela. Yakin sudah tampak sempurna, staff itu mengumumkan kehadiran calon tunangan Adrian kepada tamu-tamu undangan. Adrian yang sedang asyik berbincang dengan salah satu ta
Alunan musik romantis mengalun merdu. Semua hadirin yang berada di ballroom mewah itu berdansa dengan elegan bersama pasangan mereka. Lampu yang temaram membuat suasana menjadi lebih romantis Tapi tidak bagi seorang wanita yang tengah berdiri dengan segelas sparkling water di tangannya. Ia menatap kesal ke arah tunangannya berdansa. Ya, gadis itu adalah Sarah. Artis terkenal dan juga tunangan resmi Adrian, sang Miliarder muda yang tampan.“Ih nempel terus itu perempuan. Seperti penyakit panu aja deh. Apa perlu dikasih kalpanax juga nih.” Sarah mengibaskan gaunnya kesal. Bagaimana ia tidak kesal jika tunangannya itu berdansa mesra dengan wanita lain di hadapannya.“Huh, salah ku juga sih tadi kenapa tidak nolak aja. Aku kan punya hak sebagai tunangan Adrian. Jadi begini kan jadinya.” Wanita itu bermonolog pada dirinya. Menyesali diri mengapa tidak
“Kamu sangat tampan malam ini Adrian.” Laura memuji Adrian yang sedang berdansa dengannya. Dalam hati ia merasa sangat senang karena bisa berdansa dengan lelaki pujaannya. Ia merasa menang dari Sarah, wanita yang merebut Adrian darinya.Laki-laki berjas mahal itu tidak mengidahkan pujian Laura. Matanya nyalang mencari keberadaan Sarah yang menghilang dari tempat ia meninggalkannya tadi.“Hey Adrian di mana Sarah? Tunanganmu di mana? Boleh aku berdansa dengannya. Sudah sejak lama aku menjadi penggemarnya.” Seorang rekan bisnis Adrian yang juga merupakan teman semasa kuliahnya itu menyapanya. Ia berada tidak jauh dari tempat Adrian berdansa dengan Laura."Sepertinya Kamu sibuk dengan wanita lain, bolehkan aku menemani Sarah berdansa?"Laki-laki itu juga menatap Adrian dengan sarat mengejek kar