"Nona Sarah apa anda sudah siap? Pak Adrian sudah menunggu anda di ballroom, pesta pertunangan anda sebentar lagi akan dimulai."
Sarah yang sedang termenung menatap pantulan dirinya di cermin, berbalik menatap salah satu staff Adrian yang sedang berbicara dengannya."Sebentar lagi, beri aku beberapa menit untuk bersiap."Wanita itu mengangguk, ia cukup paham bahwa kekasih bosnya merasa harus sempurna karena bertunangan dengan salah satu Milyader tertampan di Dunia."Dalam beberapa bulan lagi perut ini akan terlihat membesar. Orang-orang akan bergunjing jika aku tidak menikah. Ini adalah keputusan yang tepat."Sarah menghela nafas panjang dan segera menuju ballroom di mana pesta pertunangan mereka akan diadakan."Apa anda siap?" Sekali lagi staff itu mengecek penampilan Sarah yang tanpa cela. Yakin sudah tampak sempurna, staff itu mengumumkan kehadiran calon tunangan Adrian kepada tamu-tamu undangan.Adrian yang sedang asyik berbincang dengan salah satu taAlunan musik romantis mengalun merdu. Semua hadirin yang berada di ballroom mewah itu berdansa dengan elegan bersama pasangan mereka. Lampu yang temaram membuat suasana menjadi lebih romantis Tapi tidak bagi seorang wanita yang tengah berdiri dengan segelas sparkling water di tangannya. Ia menatap kesal ke arah tunangannya berdansa. Ya, gadis itu adalah Sarah. Artis terkenal dan juga tunangan resmi Adrian, sang Miliarder muda yang tampan.“Ih nempel terus itu perempuan. Seperti penyakit panu aja deh. Apa perlu dikasih kalpanax juga nih.” Sarah mengibaskan gaunnya kesal. Bagaimana ia tidak kesal jika tunangannya itu berdansa mesra dengan wanita lain di hadapannya.“Huh, salah ku juga sih tadi kenapa tidak nolak aja. Aku kan punya hak sebagai tunangan Adrian. Jadi begini kan jadinya.” Wanita itu bermonolog pada dirinya. Menyesali diri mengapa tidak
“Kamu sangat tampan malam ini Adrian.” Laura memuji Adrian yang sedang berdansa dengannya. Dalam hati ia merasa sangat senang karena bisa berdansa dengan lelaki pujaannya. Ia merasa menang dari Sarah, wanita yang merebut Adrian darinya.Laki-laki berjas mahal itu tidak mengidahkan pujian Laura. Matanya nyalang mencari keberadaan Sarah yang menghilang dari tempat ia meninggalkannya tadi.“Hey Adrian di mana Sarah? Tunanganmu di mana? Boleh aku berdansa dengannya. Sudah sejak lama aku menjadi penggemarnya.” Seorang rekan bisnis Adrian yang juga merupakan teman semasa kuliahnya itu menyapanya. Ia berada tidak jauh dari tempat Adrian berdansa dengan Laura."Sepertinya Kamu sibuk dengan wanita lain, bolehkan aku menemani Sarah berdansa?"Laki-laki itu juga menatap Adrian dengan sarat mengejek kar
“Terima kasih pak.” Sarah menganggukkan sedikit kepalanya. Itu adalah sopan santun yang sudah melekat pada dirinya.Tanpa membuang waktu. Kaki jenjang wanita itu segera masuk dan menaiki lift untuk sampai di apartemen Adrian. Adrian memaksa Sarah untuk tinggal di Apartemennya. Agar lebih mudah bagi Adrian untuk menjaga Sarah yang sedang hamil anaknya. Dan mereka juga akan pindah ke rumah keluarga Adrian ketika mereka sudah menikah nanti.Setelah menyalakan penerangan dan pendingin di ruangan itu, Sarah segera membersihkan diri. Kepalanya penat dan tubuhnya lelah. Ia tidak berbohong, karena memang benar tubuhnya butuh istirahat.00.30Sarah melirik pada jam di ponselnya. Sudah dini hari pikirnya.“Apakah pestanya belum selesai? Sudah dini hari dan Adrian belum juga mengabarinya. Ah, untuk apa aku memikirkannya. Buang-buang waktu saja.” Sarah bermonolog seraya mengeringkan rambutnya. Bagi Sarah, keramas sebelum tidur adalah sa
Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya. Pagi ini ibunya Adrian mengajak Sarah menemui EO yang akan mengurusi semua keperluan pernikahan mereka.“Sarah, bangun. Hey, mom sudah menelepon sejak tadi. Menyuruhmu bersiap-siap sebelum supir datang menjemput.” Ini sudah ketiga kalinya Adrian membangunkan wanita di sampingnya. Iya, mereka tidur di atas kasur yang sama. Dengan guling sebagai pembatas mereka. Sarah yang membuat peraturan itu. Walaupun ketika Sarah telah tertidur, Adrian melanggarnya dan memeluk wanita itu. Bahkan tak jarang menjahilinya.“Sarah, wake up please.” Wanita di sampingnya tidak bereaksi apapun. Tetap tertidur tanpa terganggu.Adrian mencari cara lain untuk membangunkan calon istrinya itu.Ia tersenyum jahil ketika sebuah ide melintas di dalam pikirannya.Dengan perlahan, ia menciumi seluruh wajah Sarah. Membuat gadis itu terusik.“Ayolah. Ini masih sa
Bunyi ketukan tidak sabar terdengar di depan pintu kamarnya. Itu pasti Adrian. Laki-laki itu memang tidak pernah sabar jika harus menunggu terlalu lama. Setelah lebih dari satu minggu hidup bersama Adrian, Sarah mulai hapal dengan kebiasaan, hal-hal yang disukai dan tidak disukai dari ayah bayinya itu. "Sebentar...." Ketukan terus terdengar sampai Sarah membuka lebar pintu kamarnya. "Per," Adrian baru saja hendak membuka mulutnya. Kesal menunggu terlalu lama. Sarah cepat-cepat keluar dan memotong perkataannya, sebelum Adrian membuka mulutnya untuk mengomel. "Ayo kita sudah terlambat!" Adrian tergugu. Ia merasa tidak percaya dengan sikap Sarah yang bertingkah seolah yang lambat untuk bersiap pergi adalah Adrian dan bukan aktris cantik itu. Setengah tertawa ia berlari keluar menyusul calon istrinya. "You smell good." Aroma manis Sarah selalu disukai Adrian. Laki-laki itu menghirup harum aroma Sarah dalam-dalam ketika
Bachelor night Adrian dirayakan di King Klub. Tempat pertama kali Adrian bertemu dan bercinta dengan Sarah. Seperti biasa, Saturday night di King Klub sangat ramai. Beberapa selebriti terlihat sedang berpesta di salah satu table VIP King Klub. Sedang teman-temannya menggiring Adrian ke tempat yang lebih pribadi yaitu private room khusus tamu member VVIP mengadakan pesta pribadi di Klub ini. Ruangan temaram itu memiliki panggung dengan lampu sorot dan beberapa tiang pole dance untuk para penari yang akan beraksi di pesta nanti. Musik DJ sudah mulai memenuhi ruangan pesta itu. Mereka memiliki bar pribadi di pojok ruangan itu. Beberapa sofa dan meja yang lengkap dengan minuman keras juga sudah dipenuhi oleh tamu-tamu Adrian. Satu kursi tunggal ditempatkan tepat di depan panggung. Kursi panas untuk sang Bachelor diletakkan di tengah-tengah ruangan. Di tempat ia bisa menikmati pertunjukkan erotis di malam terakhirnya sebagai bujangan. Di antara par
Di Malam Bujangannya, Ella mengundang teman-teman SMA wanita Ella dan Sarah untuk berpesta di Penthouse.Suara langkah seseorang masuk ke dalam ruang tengah Penthouse setelah Ella membuka pintu."Maaf tapi saya mendapat laporan ada saluran air yang bocor."Sarah buru-buru menghampiri seorang laki-laki yang datang dengan berpakaian wear pack jeans dengan membawa alat perkakas. Yang aneh dari penampilan tukang reparasi itu adalah dibalik wear pack-nya ia tidak menggunakan kaos apapun. Ia bertelanjang dada."Maaf sepertinya anda salah alamat. Tidak ada saluran yang bocor di tempat saya ini.""Apa anda Nona Sarah?"Sarah mengangguk heran. Kenapa ia bisa tahu namanya, apa ia mengenali Sarah sebagai aktris."Kalau tidak ada saluran yang bocor maka saya akan menari buat anda."Seketika itu juga Ella memadamkan sebagian lampu dan menyetel musik keras-keras. Laki-laki tukang itu mulai menari maskulin.Dia menaruh dengan sem
"Apa ada yang ingin Kamu katakan Sarah? Aku harap setelah kita menikah tidak akan ada lagi rahasia di pernikahan kita."Sarah tampak ragu untuk menjawab. Awalnya ia ingin berkata jujur tentang Mike namun ia takut semuanya akan berantakan sehingga ia menggelengkan kepalanya."Tidak ada, tidak ada rahasia apapun yang perlu kamu khawatirkan."Adrian menutupi rasa kecewanya dengan tersenyum. Bukan itu yang ingin ia dengar dari mulut Sarah. Tapi ia pun tidak memaksa. Tidak ada bukti yang akurat. Baru praduga. Ia hanya bisa menduga Sarah membantu Mike untuk menjatuhkannya. Tapi itupun ia berharap dugaan itu salah.“Hey, get out Pak Adrian! Bad luck jika kedua mempelai bertemu sebelum menikah. Apakah kamu tidak tahu itu?” Ella, manager sekaligus sahabat Sarah itu masuk dan menatap tajam pada Adrian.“Sudah tahu. Kan baru saja diberitahumu."kata Adrian bandel. "Baiklah aku akan keluar. Tolong jaga calon istriku b