Di Malam Bujangannya, Ella mengundang teman-teman SMA wanita Ella dan Sarah untuk berpesta di Penthouse.
Suara langkah seseorang masuk ke dalam ruang tengah Penthouse setelah Ella membuka pintu.
"Maaf tapi saya mendapat laporan ada saluran air yang bocor."
Sarah buru-buru menghampiri seorang laki-laki yang datang dengan berpakaian wear pack jeans dengan membawa alat perkakas. Yang aneh dari penampilan tukang reparasi itu adalah dibalik wear pack-nya ia tidak menggunakan kaos apapun. Ia bertelanjang dada.
"Maaf sepertinya anda salah alamat. Tidak ada saluran yang bocor di tempat saya ini."
"Apa anda Nona Sarah?"
Sarah mengangguk heran. Kenapa ia bisa tahu namanya, apa ia mengenali Sarah sebagai aktris.
"Kalau tidak ada saluran yang bocor maka saya akan menari buat anda."
Seketika itu juga Ella memadamkan sebagian lampu dan menyetel musik keras-keras. Laki-laki tukang itu mulai menari maskulin.
Dia menaruh dengan sem
"Apa ada yang ingin Kamu katakan Sarah? Aku harap setelah kita menikah tidak akan ada lagi rahasia di pernikahan kita."Sarah tampak ragu untuk menjawab. Awalnya ia ingin berkata jujur tentang Mike namun ia takut semuanya akan berantakan sehingga ia menggelengkan kepalanya."Tidak ada, tidak ada rahasia apapun yang perlu kamu khawatirkan."Adrian menutupi rasa kecewanya dengan tersenyum. Bukan itu yang ingin ia dengar dari mulut Sarah. Tapi ia pun tidak memaksa. Tidak ada bukti yang akurat. Baru praduga. Ia hanya bisa menduga Sarah membantu Mike untuk menjatuhkannya. Tapi itupun ia berharap dugaan itu salah.“Hey, get out Pak Adrian! Bad luck jika kedua mempelai bertemu sebelum menikah. Apakah kamu tidak tahu itu?” Ella, manager sekaligus sahabat Sarah itu masuk dan menatap tajam pada Adrian.“Sudah tahu. Kan baru saja diberitahumu."kata Adrian bandel. "Baiklah aku akan keluar. Tolong jaga calon istriku b
Pesta telah usai dan Adrian membawa Sarah ke rumah keluarganya. Bukannya Adrian tidak mampu membeli rumah untuk ia dan Sarah. Namun sebagai Kepala keluarga dan Pimpinan Perusahaan Darmawan Grup ia wajib tinggal di Kediaman keluarganya.Kompleks kediaman Keluarga Darmawan sangatlah luas. Bagunannya terdiri dari tiga gedung. Gedung utama yang ditempati Adrian, dua bangunan di sampingnya ditempati ibu dan kakak tirinya, Mike.Pelayan Adrian membuka pintu utama untuk tuan dan nyonya barunya dengan terburu-buru. Adrian pun terlihat sangat bersemangat berjalan masuk ke dalam bersama pengantin cantiknya."Lepaskan! Aku bisa berjalan sendiri."Sarah meronta-ronta turun dari gendongan Adrian."Ini tradisi Cantik, apa Kami lupa kita baru saja menikah. Dan di keluargaku pengantin Pria harus membopong pengantin wanita sampai ke kamar pengantin mereka. Jika tidak maka mereka akan mendapatkan kesialan. Dan aku tidak mau itu terjadi." kata Adrian mengedipkan mata
"Aku yakin wajah Sarah akan merah seperti kepiting rebus ketika aku sengaja membuka semua pakaianku di kamar." Adrian tertawa usil ketika sedang mandi dan menggosok punggungnya. Ia membayangkan Sarah akan setengah mati malu melihat sikapnya yang provokatif, ia sengaja membuka pakaiannya agar Sarah mengagumi tubuh telanjangnya. "Aku akan pelan-pelan membuat Sarah jatuh cinta padaku. Aku tidak ingin setelah anak kami lahir dia meminta cerai. Bagaimana nasib anakku kelak jika ia yang baru saja lahir harus terpisah dari aku. Ayah kandungnya sendiri." Adrian bergumam sedih dalam hati. Ia bertekad akan membuat pernikahan ini berhasil. Dengan secara perlahan dia akan membuat Sarah jatuh cinta padanya dan tidak akan menceraikan dirinya selamanya. Dan mungkin Adrian pun akan jatuh cinta pada Sarah dan mereka akan bahagia selamanya. Atau apakah dia sudah jatuh cinta sebenarnya? Apa alasannya mempertahankan menikahi Sarah jika itu bukan karena ia mulai mencintai wanita it
"Jangan berpura-pura lagi Sarah, aku tahu kamu juga menginginkan apa yang aku pikirkan."Sarah menelan ludahnya ketika Adrian mendekatinya. Merengkuhnya ke dalam pelukannya. Lalu Sarah menutup matanya, malu apa yang akan Adrian lakukan selanjutnya. Sarah terus menatap matanya sampai sebuah panggilan dari luar membuat lamunannya buyar. Selama ini ternyata Sarah hanya berkhayal. Sesungguhnya ia tidak berani keluar dengan hanya memakai lingerie saja. Setelah panggilan kurang sabar yang kedua dari Adrian terdengar, Sarah memutuskan untuk keluar dari kamar mandi dengan menggunakan selembar handuk besar untuk menutupi salah satu lingerie yang telah dikenakannya.Ketika Sarah keluar dari kamar mandi. Adrian berkata dengan nada kesal. "Aku khawatir setengah mati. Aku pikir kamu pingsan di kamar mandi, setelah menghabiskan hampir satu jam berdiam di sana. Ada apa sebenarnya? Dan kenapa kamu hanya mengenakan handuk saja?"Dengan ragu-ragu Sarah mulai bercerita bahwa Ella
Usai makan malam, Adrian menutup lagi hidangannya itu. Ia memanggil pelayan untuk membersihkannya. Setelah kamar selesai dibersihkan Adrian melihat Sarah hendak berjalan ke tempat tidur."Apa kamu lelah Sarah?" Sarah langsung mengangguk dan bilang ia akan langsung tidur."Oh no, itu akan buruk untuk pencernaanmu Sarah. Kita baru saja makan sebaiknya kita menunggu selama satu jam sampai makan malam kita selesai dicerna."Sarah menyadari kata-kata Adrian sangat benar sehingga ia urung merebahkan tubuhnya dan duduk di ujung tempat tidur.Tangannya sibuk mencari-cari ponsel yang ia letakkan tadi.Adrian masih merasa kesal dengan dugaannya Sarah berhubungan dengan Mike dan berniat akan menjatuhkannya sehingga niat awalnya yang ingin berkeluarga dengan Sarah sedikit tergeser. Ia sekarang berniat menghukum Sarah yang mengkhianatinya. Ia akan membuat Sarah jatuh cinta padanya lalu Adrian tidak akan jatuh cinta padanya. Adrian hanya akan membuat Sarah meras
Adrian memulai aksinya dengan menciumi leher Sarah. Ia menghisap dan menggigitinya dengan bernapsu. Setelah puas meninggalkan jejak di lehernya. Adrian turun menuju dua gundukan seksi yang mencuat di balik lingerie hitamnya yang menerawang. "Please Adrian." Sarah merasakan tali lingerie-nya sudah diturunkan. Hanya tinggal tali pengait bra yang membuat kedua pucuk payudaranya belum terjamah Adrian. Dan itu pun juga tidak bertahan lama. Ia merasakan Adrian dengan mudahnya melepaskan tali pengait branya yang berada di depan. "Oh God Adrian, tolong aku, tersiksa aaahhh ...." Sarah bisa merasakan hembusan napas Adrian di atas pucuk kanan payudaranya. Udara panas yang menerpa payudaranya membuat pucuknya mengeras. Menantang Adrian untuk melumatnya. "Adrian please!" suara Sarah memohon, ia tidak sanggup menahan disiksa Adrian yang memainkan tubuhnya tanpa ia bisa melihat dan melawan. Kedua kaki Sarah yang telanjang bergerak gelisah di atas seprai putih mereka.
Adrian membuka penutup mata Sarah dengan cepat. Ia melihat gairah menggebu di mata Sarah. Adrian mengangkat kaki Sarah dan melingkarkannya di pinggulnya. "Ahhhhh... ahhhhh... oohhh Adrian... ahhhhh..." Sarah mengerang hebat, membuat Adrian semakin mempercepat gerakannya membantu Sarah naik turun di tubuhnya. Dilumatnya bibir merah Sarah yang selalu menggodanya. Sarah memeluk erat tubuh Adrian, menyalurkan rasa nikmat yang ia rasakan. Dan untuk menambah kenikmatan Sarah, Adrian memilin dan menggesek keras puncak payudara Sarah. Gerakan pinggul Sarah sudah tidak terkendali, ia melaju dengan sangat cepat mencoba meraih kenikmatan dashyat yang dijanjikan Adrian. Adrian kini mengambil alih, membantu Sarah mempercepat tempo permainan mereka. Menghentak tubuh di atasnya berkali-kali, sehingga Sarah memejamkan matanya menahan kenikmatan yang tidak kunjung usai. "Buka matamu baby girl! Aku ingin kamu melihatku ketika kamu sedang menunggangiku den
"Aku tidak akan berhenti sampai kamu memohon padaku baby girl!" Tangan Adrian membetulkan posisi tubuh Sarah, ia merenggangkan kedua kaki Sarah dan menekuknya. "Apa yang akan kamu lakukan Adrian?" kata Sarah sedikit ngeri, membayangkan Adrian akan melaksanakan ancamannya." "Sssttt stay still baby, Kamu akan menyukainya. Aku jamin itu!" Adrian menahan kedua kaki Sarah dengan tangannya. Lidahnya mulai menyusuri celah lembut di antara kedua paha mulus Sarah. Sarah mulai mendesah nikmat. Kenikmatanan mulai terasa di seluruh tubuhnya. "Milikmu begitu lembut dan harum baby girl!" kata Adrian di tengah-tengah permainan lidahnya. Lidah Adrian menyusuri dengan perlahan celah itu. Melingkari dengan sangat sabar dan sesekali menekan-nekan tempat kecil itu. Membuat tubuh Sarah bergelanyar nikmat. Nafas Sarah terengah-engah, ia tersentak setiap kali Adrian berhasil menekan titik sensitifnya. Sarah mengerang keras merespon belaian lidah Adrian di sa
Leo meraup tubuh Becca dan membawanya ke kamar mandi. Menurunkannya di bawah shower. Leo menyalakan air di shower itu dengan kecepatan yang pelan. Membuat air menimpa tubuh mereka yang panas."Akuilah Becca kamu masih mencintaiku, kalau tidak bagaimana kamu bisa mengerang begitu keras saat ku setubuhi tadi!""Tidak, aku tidak mencintaimu! Aku membencimu!"Melihat pemandangan tubuh Becca yang basah dan molek dan penolakannya yang munafik membuat hasrat Leo meledak.Dengan bernafsunya, Leo melumat bibir wanita itu, Becca menggigit bibir Leo sehingga pria itu menghukumnya dengan menarik putingnya keras dan saat Becca mengaduh, lidahnya membelit dengan bergairah memberikan kenikmatan luar biasa bagi mereka berdua.Leo mendesak kasar tubuh Becca hingga menempel ke tembok marmer dingin tempat mandi shower itu. Sehingga kedua bokong Becca menempel, menekan marmer yang terasa dingin di kulitnya itu."Aku akan membuktikan kalau kamu masih mencintaiku Becca! Aku akan m
Becca sangat cantik sekali, Leo mengakui itu. Ia seorang laki-laki normal. Apalagi ketika ia melihat puncak payudara Becca yang lebih menonjol dari yang diingat Leo. Mungkin karena ia menyusui putranya sehingga kedua putingnya terlihat lebih menggairahkan.Apalagi bagian intim Becca yang sangat dirindukan Leo untuk dimasukinya, membuat Leo meneguk ludahnya berkali-kali.Kejantanan Leo berdenyut-denyut. Miliknya telah menegang maksimal ketika membayangkan membenamkan dirinya jauh-jauh ke dalam tubuh Becca.Leo meruntuki dirinya sendiri karena merasa terangsang hanya karena melihat tubuh Becca yang telanjang."Please Leo...." desah Becca memohon, entah apa yang ia minta.Erangan pelan keluar dari mulut Becca ketika Leo melumat bibirnya. Lidahnya sangat menuntut Becca untuk membalas ciumannya. Mereka berciuman dengan tergesa membuat nafas Becca tersengal-sengal."I want you to ride me !" Leo mengangkat Rebecca ke atas pangkuannya.
Leo memecah jalanan Ibukota yang ramai dengan mobil sport nya. Informasi terbaru tentang Rebecca membuat ia melupakan sejenak gairahnya yang membludak. Ini teramat penting sehingga Leo menambah kecepatan mobilnya seperti pembalap yang sedang mengikuti lomba."Lacak di mana Rebecca sekarang berada dan tahan sampai saya datang!" Leo memberi perintah melalui pengeras suara teleponnya di mobil oada orang kepercayaannya.Konsentrasinya kembali terpusat pada jalanan di depannya. Ia tidak sabar untuk menemui wanita itu. Hanya dalam lima belas menit ia telah sampai di parkir VIP tempat Rebecca telah ditahan oleh orang kepercayaannya.Leo turun dari mobil dan menghampiri Rebecca yang tampak ketakutan dihadang orang tidak dikenal. Ternyata ia dipancing oleh orang kepercayaan Leo dengan iming-iming informasi terbaru tentang kedua orangtuanya yang masih ia cari sampai sekarang. Ia ditahan di sebuah mobil di parkiran VIP ini sambil menunggu Leo datang menjemputnya."Ikut aku!" Leo menarik tangan
Leo menemani Abigail berbelanja hampir ke seluruh store di mall itu. Mulai berbelanja tas, sepatu, pakaian dan juga aksesoris branded.Selama berbelanja, tubuh Leo bebas untuk digelayuti Abigail untuk bersandar, dipeluk dan digandeng."Okey sekarang barang-barang ini akan diantar langsung ke Penthouse mu Abigail! Karena sudah waktunya makan malam maka sebaiknya kita pergi ke sebuah restoran." usul Leo langsung ditanggapi Abigail dengan anggukan dan gandengan tangannya. Mengajak Leo ke sebuah restoran favorit gadis itu tidak jauh dari sana."Aku akan memanggil driver, jadi kita bisa membuka sebotol Champagne!" Leo memanggil pelayan dan segera menyuruhnya membawa dua gelas dan sebotol Champagne untuk mereka berdua.Abigail menyesap Champagne-nya, lalu Leo mengajaknya bertoast dan meminum Champagne itu sampai habis.Ketika ia lihat Abigail tampak sedikit mabuk, Leo mulai mengajukan pertanyaannya."Abi, apa benar Allen sudah menikah sekarang?" tanya Leo serius pada gadis yang mulai tersen
Selama lima tahun pria itu terus bersembunyi. Ia tidak bisa mempercayai siapapun sekarang. Tidak seperti lima tahun lalu saat ia mempercayai semua orang kepercayaannya dan juga asistennya yang tidak akan pernah mengkhianatinya. Tapi ternyata ia salah. Sampai ia mengetahui kebenarannya dari asisten yang telah menjadi orang terpercayanya sejak dulu.Kalau ia telah menikahkan putrinya pada orang yang hendak membalas dendam pada keluarganya. Pria itu marah dan menyesal setengah mati ketika putri tersayangnya sudah berada di negara belahan dunia yang lain.Pria itu pun sedang membangun kembali perusahaannya. Ia bekerja dengan diam-diam dengan menggunakan identitas lain dibantu oleh orang kepercayaannya.Di dunia bisnis ia dikenal sebagai pebisnis handal. Dalam jangka satu tahun satu perusahaannya berkembang menjadi 10 lalu dua tahun kemudian menjadi 50 perusahaan dan di tahun ke lima ini perusahaannya sudah bisa disejajarkan dengan perusahaan lamanya yang sudah diambil alih menantunya."Ap
"Rebecca, berhenti kamu! Berhenti!" suara Leo terdengar keras memerintah.Tubuh Rebecca gemetar seketika, ia harus memikirkan jalan keluar untuknya secepatnya. Ia tidak ingin bertatapan dengan Leo sekarang ini."Oh Tuhan apa yang harus aku lakukan!" bisik Rebecca berdoa dalam hatinya sementara ia mendengar langkah Leo terus mendekat di belakangnya.Saat ia mengira Leo sudah ada di belakangnya, Rebecca pun berbalik. Ia memasang wajah dingin dan acuh pada Leo di depannya."Oh Tuhan ini benar kamu Rebecca!" suara Leo begitu bergetar seperti seseorang yang sedang menemukan harta karun terbesarnya.Rebecca diam, memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh Leo selanjutnya."Kemana saja kamu selama ini! Aku terus mencarimu tanpa henti!" Leo maju satu langkah namun secara refleks Rebecca pun mundur satu langkah. Menjauhi mantan suaminya itu."Maaf tapi aku harus pergi sekarang!" Rebecca menghindari tatapan Leo dan bermaksud seger
Matheo merogoh saku celananya, ia melihat kartu nama yang sempat diberikan Leo padanya."Apa aku boleh meneleponmu di nomer ini?" tanya Matheo pada Leo saat ia memberikan kartu namanya itu di lobi."Of course, kalau aku senggang tentu aku akan mengangkat telepon kamu. Kalau aku sibuk nanti aku akan menelepon kamu balik."Biasanya dia akan merasa terganggu dengan adanya anak-anak yang berisik tapi dia tidak merasa seperti itu pada Matheo."Baiklah kalau begitu aku akan meneleponmu jika kau tidak keberatan dengan itu!" Matheo mengulurkan tangannya mengajak Leo krmbali berjabat tangan menyetujui idenya.Leo tertawa sambil menyambut uluran tangan bocah itu. Entah mengapa dalam hatinya ia merasa sangat senang menghabiskan waktu bersama Matheo.Matheo memandang kembali kartu nama itu dan menaruh kontaknya di ponselnya. Ia lalu memandang Rebecca dengan lembut."Aku akan senang sekali kalau mom bisa berpacaran dengan pria baik i
"Tuan anda sangat tampan, apa anda sudah memiliki kekasih?" Matheo memperhatikan kenalan barunya itu, pria yang sangat tinggi dan tampan. tubuhnya bagus dan kokoh. Belum lagi pria itu sangat baik dan ramah terhadapnya.Leo tertawa anak kecil itu menanyakan apa ia memiliki kekasih, untuk apa ia perlu bertanya padanya."Kenapa? Apa ada seseorang yang ingin kau kenalkan padaku nak?" tanya Leo sambil tersenyum tipis."Tentu ada jika anda berminat berkenalan." jawab Matheo dengan cepat.Matheo memperhatikan jas yang dipakai pria itu dan jam tangannya terlihat sangat mahal dan pas di badan pria itu. Menyebabkan penampilan pria itu sangat sempurna dan tampak mahal.Leo tertawa, ia lalu mengelus rambut anak laki-laki itu."Itu bisa kamu lakukan nanti, mengenalkanku dengan wanita cantik dan baik tapi sekarang lebih baik kita mencari ibumu dulu. Mungkin sekarang dia sudah sangat khawatir kepadamu."Matheo mengangguk lalu berjalan bersama Leo, mencari ibunya di sekitar lobi. Namun ia tidak nelih
"Apakah itu tuan Leonardo Davis?" seorang wanita bergaun hitam berbelahan dada terbuka menatap penuh minat ke arah Leo yang sedang melintas di depannya."Ya betul itu tuan Leo, semakin tampan dan gagah saja setiap harinya. Tapi lihat siapa itu yang berada di sisinya? Pasti nona Abigail Burke!" wanita muda lainnya yang duduk bersama wanita bergaun hitam ikut memandang dan menimpali kata-katanya."Betul itu Abigail, gadis yang selalu berlagak seperti istri tuan Leo. Betapa menyebalkan! Lihat betapa mesranya dia menggandeng tangan tuan Leo. Aku benci tingkahnya yang seperti memiliki tuan Leo sepenuhnya padahal dia bukan siapa-siapa tuan Leo!" wanita ketiga yang duduk bersama itu menatap penuh iri ke arah Abigail.Pembicaraan ketiga wanita di restoran yang didatangi Leo dan Abigail terdengar samar di telinga Abigail dan membuat gadis itu semakin mengencangkan rangkulannya di lengan Leo."Dasar wanita-wanita yang iri! Lihat aku Abigail, satu-satunya wa