“Terima kasih pak.” Sarah menganggukkan sedikit kepalanya. Itu adalah sopan santun yang sudah melekat pada dirinya.
Tanpa membuang waktu. Kaki jenjang wanita itu segera masuk dan menaiki lift untuk sampai di apartemen Adrian. Adrian memaksa Sarah untuk tinggal di Apartemennya. Agar lebih mudah bagi Adrian untuk menjaga Sarah yang sedang hamil anaknya. Dan mereka juga akan pindah ke rumah keluarga Adrian ketika mereka sudah menikah nanti.
Setelah menyalakan penerangan dan pendingin di ruangan itu, Sarah segera membersihkan diri. Kepalanya penat dan tubuhnya lelah. Ia tidak berbohong, karena memang benar tubuhnya butuh istirahat.
00.30
Sarah melirik pada jam di ponselnya. Sudah dini hari pikirnya.
“Apakah pestanya belum selesai? Sudah dini hari dan Adrian belum juga mengabarinya. Ah, untuk apa aku memikirkannya. Buang-buang waktu saja.” Sarah bermonolog seraya mengeringkan rambutnya. Bagi Sarah, keramas sebelum tidur adalah sa
Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya. Pagi ini ibunya Adrian mengajak Sarah menemui EO yang akan mengurusi semua keperluan pernikahan mereka.“Sarah, bangun. Hey, mom sudah menelepon sejak tadi. Menyuruhmu bersiap-siap sebelum supir datang menjemput.” Ini sudah ketiga kalinya Adrian membangunkan wanita di sampingnya. Iya, mereka tidur di atas kasur yang sama. Dengan guling sebagai pembatas mereka. Sarah yang membuat peraturan itu. Walaupun ketika Sarah telah tertidur, Adrian melanggarnya dan memeluk wanita itu. Bahkan tak jarang menjahilinya.“Sarah, wake up please.” Wanita di sampingnya tidak bereaksi apapun. Tetap tertidur tanpa terganggu.Adrian mencari cara lain untuk membangunkan calon istrinya itu.Ia tersenyum jahil ketika sebuah ide melintas di dalam pikirannya.Dengan perlahan, ia menciumi seluruh wajah Sarah. Membuat gadis itu terusik.“Ayolah. Ini masih sa
Bunyi ketukan tidak sabar terdengar di depan pintu kamarnya. Itu pasti Adrian. Laki-laki itu memang tidak pernah sabar jika harus menunggu terlalu lama. Setelah lebih dari satu minggu hidup bersama Adrian, Sarah mulai hapal dengan kebiasaan, hal-hal yang disukai dan tidak disukai dari ayah bayinya itu. "Sebentar...." Ketukan terus terdengar sampai Sarah membuka lebar pintu kamarnya. "Per," Adrian baru saja hendak membuka mulutnya. Kesal menunggu terlalu lama. Sarah cepat-cepat keluar dan memotong perkataannya, sebelum Adrian membuka mulutnya untuk mengomel. "Ayo kita sudah terlambat!" Adrian tergugu. Ia merasa tidak percaya dengan sikap Sarah yang bertingkah seolah yang lambat untuk bersiap pergi adalah Adrian dan bukan aktris cantik itu. Setengah tertawa ia berlari keluar menyusul calon istrinya. "You smell good." Aroma manis Sarah selalu disukai Adrian. Laki-laki itu menghirup harum aroma Sarah dalam-dalam ketika
Bachelor night Adrian dirayakan di King Klub. Tempat pertama kali Adrian bertemu dan bercinta dengan Sarah. Seperti biasa, Saturday night di King Klub sangat ramai. Beberapa selebriti terlihat sedang berpesta di salah satu table VIP King Klub. Sedang teman-temannya menggiring Adrian ke tempat yang lebih pribadi yaitu private room khusus tamu member VVIP mengadakan pesta pribadi di Klub ini. Ruangan temaram itu memiliki panggung dengan lampu sorot dan beberapa tiang pole dance untuk para penari yang akan beraksi di pesta nanti. Musik DJ sudah mulai memenuhi ruangan pesta itu. Mereka memiliki bar pribadi di pojok ruangan itu. Beberapa sofa dan meja yang lengkap dengan minuman keras juga sudah dipenuhi oleh tamu-tamu Adrian. Satu kursi tunggal ditempatkan tepat di depan panggung. Kursi panas untuk sang Bachelor diletakkan di tengah-tengah ruangan. Di tempat ia bisa menikmati pertunjukkan erotis di malam terakhirnya sebagai bujangan. Di antara par
Di Malam Bujangannya, Ella mengundang teman-teman SMA wanita Ella dan Sarah untuk berpesta di Penthouse.Suara langkah seseorang masuk ke dalam ruang tengah Penthouse setelah Ella membuka pintu."Maaf tapi saya mendapat laporan ada saluran air yang bocor."Sarah buru-buru menghampiri seorang laki-laki yang datang dengan berpakaian wear pack jeans dengan membawa alat perkakas. Yang aneh dari penampilan tukang reparasi itu adalah dibalik wear pack-nya ia tidak menggunakan kaos apapun. Ia bertelanjang dada."Maaf sepertinya anda salah alamat. Tidak ada saluran yang bocor di tempat saya ini.""Apa anda Nona Sarah?"Sarah mengangguk heran. Kenapa ia bisa tahu namanya, apa ia mengenali Sarah sebagai aktris."Kalau tidak ada saluran yang bocor maka saya akan menari buat anda."Seketika itu juga Ella memadamkan sebagian lampu dan menyetel musik keras-keras. Laki-laki tukang itu mulai menari maskulin.Dia menaruh dengan sem
"Apa ada yang ingin Kamu katakan Sarah? Aku harap setelah kita menikah tidak akan ada lagi rahasia di pernikahan kita."Sarah tampak ragu untuk menjawab. Awalnya ia ingin berkata jujur tentang Mike namun ia takut semuanya akan berantakan sehingga ia menggelengkan kepalanya."Tidak ada, tidak ada rahasia apapun yang perlu kamu khawatirkan."Adrian menutupi rasa kecewanya dengan tersenyum. Bukan itu yang ingin ia dengar dari mulut Sarah. Tapi ia pun tidak memaksa. Tidak ada bukti yang akurat. Baru praduga. Ia hanya bisa menduga Sarah membantu Mike untuk menjatuhkannya. Tapi itupun ia berharap dugaan itu salah.“Hey, get out Pak Adrian! Bad luck jika kedua mempelai bertemu sebelum menikah. Apakah kamu tidak tahu itu?” Ella, manager sekaligus sahabat Sarah itu masuk dan menatap tajam pada Adrian.“Sudah tahu. Kan baru saja diberitahumu."kata Adrian bandel. "Baiklah aku akan keluar. Tolong jaga calon istriku b
Pesta telah usai dan Adrian membawa Sarah ke rumah keluarganya. Bukannya Adrian tidak mampu membeli rumah untuk ia dan Sarah. Namun sebagai Kepala keluarga dan Pimpinan Perusahaan Darmawan Grup ia wajib tinggal di Kediaman keluarganya.Kompleks kediaman Keluarga Darmawan sangatlah luas. Bagunannya terdiri dari tiga gedung. Gedung utama yang ditempati Adrian, dua bangunan di sampingnya ditempati ibu dan kakak tirinya, Mike.Pelayan Adrian membuka pintu utama untuk tuan dan nyonya barunya dengan terburu-buru. Adrian pun terlihat sangat bersemangat berjalan masuk ke dalam bersama pengantin cantiknya."Lepaskan! Aku bisa berjalan sendiri."Sarah meronta-ronta turun dari gendongan Adrian."Ini tradisi Cantik, apa Kami lupa kita baru saja menikah. Dan di keluargaku pengantin Pria harus membopong pengantin wanita sampai ke kamar pengantin mereka. Jika tidak maka mereka akan mendapatkan kesialan. Dan aku tidak mau itu terjadi." kata Adrian mengedipkan mata
"Aku yakin wajah Sarah akan merah seperti kepiting rebus ketika aku sengaja membuka semua pakaianku di kamar." Adrian tertawa usil ketika sedang mandi dan menggosok punggungnya. Ia membayangkan Sarah akan setengah mati malu melihat sikapnya yang provokatif, ia sengaja membuka pakaiannya agar Sarah mengagumi tubuh telanjangnya. "Aku akan pelan-pelan membuat Sarah jatuh cinta padaku. Aku tidak ingin setelah anak kami lahir dia meminta cerai. Bagaimana nasib anakku kelak jika ia yang baru saja lahir harus terpisah dari aku. Ayah kandungnya sendiri." Adrian bergumam sedih dalam hati. Ia bertekad akan membuat pernikahan ini berhasil. Dengan secara perlahan dia akan membuat Sarah jatuh cinta padanya dan tidak akan menceraikan dirinya selamanya. Dan mungkin Adrian pun akan jatuh cinta pada Sarah dan mereka akan bahagia selamanya. Atau apakah dia sudah jatuh cinta sebenarnya? Apa alasannya mempertahankan menikahi Sarah jika itu bukan karena ia mulai mencintai wanita it
"Jangan berpura-pura lagi Sarah, aku tahu kamu juga menginginkan apa yang aku pikirkan."Sarah menelan ludahnya ketika Adrian mendekatinya. Merengkuhnya ke dalam pelukannya. Lalu Sarah menutup matanya, malu apa yang akan Adrian lakukan selanjutnya. Sarah terus menatap matanya sampai sebuah panggilan dari luar membuat lamunannya buyar. Selama ini ternyata Sarah hanya berkhayal. Sesungguhnya ia tidak berani keluar dengan hanya memakai lingerie saja. Setelah panggilan kurang sabar yang kedua dari Adrian terdengar, Sarah memutuskan untuk keluar dari kamar mandi dengan menggunakan selembar handuk besar untuk menutupi salah satu lingerie yang telah dikenakannya.Ketika Sarah keluar dari kamar mandi. Adrian berkata dengan nada kesal. "Aku khawatir setengah mati. Aku pikir kamu pingsan di kamar mandi, setelah menghabiskan hampir satu jam berdiam di sana. Ada apa sebenarnya? Dan kenapa kamu hanya mengenakan handuk saja?"Dengan ragu-ragu Sarah mulai bercerita bahwa Ella