Betapa terkejutnya Ella ketika mendengar Sarah akan menikah dengan Adrian.
"Apa kau yakin akan menikah dengan Pak Adrian, Sarah?" Ella bertanya dengan mimik muka tidak percaya. Kapan mereka berdua dekat. Ella yang selalu bersama Sarah tidak pernah melihat mereka berduaan. Dan bagimana mereka bisa langsung memutuskan jika mereka baru saja bertemu dua kali. Dan itu pun untuk pertemuan bisnis.
Tapi ya Ella berpikir mungkin itu adalah cinta pada pandangan pertama dan mungkin Adrian sudah lama mengagumi Sarah sebagai aktris dan ingin segera memilikinya sebagai wanitanya.
Sarah mengangguk mantap melihat keraguan Ella. Tentu saja ia harus menikah dengan Adrian. Dia sedang mengandung anaknya.
Awalnya Sarah tidak ingin meminta tanggung jawab laki-laki itu tapi ketika memikirkan efek buruknya untuk anak yang akan dilahirkan kelak. Ketika skandalnya terus diberitakan dan membuat nama besar dan karirnya rusak. Anaknya pasti akan malu menyandang predikat anak ha
Nyonya Eliza Darmawan mengamati calon menantunya dari atas sampai bawah. Ia sangat terkejut ketika tadi pagi ketika sedang sarapan bersama Adrian, putra tersayangnya itu bilang ingin sekali menikah dengan wanita itu. Sarah aktris terkenal yang sedang banyak diperbincangkan di negeri itu.Ibu Adrian tentu tidak setuju mengingat ia ingin sekali Adrian menikah dengan Laura, putri dari sahabat suaminya. Pewaris kekayaan keluarga Haris. Kontraktor terbesar dan pemilik saham di banyak perusahaan multinasional.Selain itu keluarga Laura sudah dianggap seperti kerabat dekat keluarga mereka."Jadi ini Sarah." Ibu Adrian sekarang meneliti gaun yang dipakai Sarah malam ini. Ia berpikir gaun yang dikenakan Sarah pastilah gaun dari desainer luar negeri. Itu pasti gaun rancangan Vera Wang. Gaun yang menonjolkan kesan mewah bagi yang memakainya. Gaun yang sangat elegan. Selera wanita cantik itu sangat bagus. Riasan wajahnya juga sangat sempurna, dia terlihat lebih cantik
"Apa Kamu ingin terus mengenggam tanganku semalaman ini?" Adrian tersenyum geli melihat Sarah yang mengenggam tangannya erat. Melihat Adrian sedang meledeknya Sarah langsung melepaskan tangannya ketika mendengar kata-katanya."Iya maaf, aku lupa." Wajah Sarah bersemu merah."Aku rasa akan lebih banyak Kamu yang melanggar kontrak kita Sayang." gelak tawa Adrian kembali terdengar.Mulutnya memberengut kesal. Matanya berkilat marah."Jangan sombong. Itu semua sandiwara demi membohongi mantan kekasihku." ucap Sarah dengan nada kesal."Tapi aku tidak keberatan kok, kalo Kamu sering-sering melanggar kontrak!" tawa Adrian semakin menjengkelkan Sarah."Aku pikir sebaiknya Kamu segera pulang. Ini sudah malam." kata Sarah mengusir calon suaminya. Sebenarnya dia tidak merasa terganggu dengan adanya Adrian di situ tapi dia tidak ingin membuat Adrian besar kepala. Sarah ingin tetap berjarak dengan Adrian.Adrian mengintip dari balik lubang p
"Good morning Sarah... Aku sudah mengirimkan asistenku, Hendri. He will help you with everything. And i'm sorry i left when you slept. I will see you before the press conference, okay!"Pesan dari Adrian membangunkan Sarah dari tidurnya. Seperti sebuah reminder Adrian mengingatkan Sarah akan kejadian tadi malam. Ia merasa malu telah memperlihatkan kelemahannya. Hormon ibu hamil ini sangat menganggunya.9Sarah bergegas mandi dan berpakaian. Ia sengaja bersiap-siap lebih cepat agar asisten Adrian tidak menunggu lama."Nona, Pak Adrian meminta saya untuk mengantar Nona ke salon untuk persiapan konferensi pers.""Hendri jangan panggil Saya Nona. Panggil Saya Sarah saja ya.""Jangan Nona... Saya tidak berani kurang ajar, Anda adalah tunangan bos Saya dan sebentar lagi akan menjadi istrinya, berarti anda adalah atasan saya juga."Sarah mengangguk mengerti, ia juga tidak ingin membuat Hendri mendapat masalah den
"Nona Sarah apa anda sudah siap? Pak Adrian sudah menunggu anda di ballroom, pesta pertunangan anda sebentar lagi akan dimulai." Sarah yang sedang termenung menatap pantulan dirinya di cermin, berbalik menatap salah satu staff Adrian yang sedang berbicara dengannya. "Sebentar lagi, beri aku beberapa menit untuk bersiap." Wanita itu mengangguk, ia cukup paham bahwa kekasih bosnya merasa harus sempurna karena bertunangan dengan salah satu Milyader tertampan di Dunia. "Dalam beberapa bulan lagi perut ini akan terlihat membesar. Orang-orang akan bergunjing jika aku tidak menikah. Ini adalah keputusan yang tepat." Sarah menghela nafas panjang dan segera menuju ballroom di mana pesta pertunangan mereka akan diadakan. "Apa anda siap?" Sekali lagi staff itu mengecek penampilan Sarah yang tanpa cela. Yakin sudah tampak sempurna, staff itu mengumumkan kehadiran calon tunangan Adrian kepada tamu-tamu undangan. Adrian yang sedang asyik berbincang dengan salah satu ta
Alunan musik romantis mengalun merdu. Semua hadirin yang berada di ballroom mewah itu berdansa dengan elegan bersama pasangan mereka. Lampu yang temaram membuat suasana menjadi lebih romantis Tapi tidak bagi seorang wanita yang tengah berdiri dengan segelas sparkling water di tangannya. Ia menatap kesal ke arah tunangannya berdansa. Ya, gadis itu adalah Sarah. Artis terkenal dan juga tunangan resmi Adrian, sang Miliarder muda yang tampan.“Ih nempel terus itu perempuan. Seperti penyakit panu aja deh. Apa perlu dikasih kalpanax juga nih.” Sarah mengibaskan gaunnya kesal. Bagaimana ia tidak kesal jika tunangannya itu berdansa mesra dengan wanita lain di hadapannya.“Huh, salah ku juga sih tadi kenapa tidak nolak aja. Aku kan punya hak sebagai tunangan Adrian. Jadi begini kan jadinya.” Wanita itu bermonolog pada dirinya. Menyesali diri mengapa tidak
“Kamu sangat tampan malam ini Adrian.” Laura memuji Adrian yang sedang berdansa dengannya. Dalam hati ia merasa sangat senang karena bisa berdansa dengan lelaki pujaannya. Ia merasa menang dari Sarah, wanita yang merebut Adrian darinya.Laki-laki berjas mahal itu tidak mengidahkan pujian Laura. Matanya nyalang mencari keberadaan Sarah yang menghilang dari tempat ia meninggalkannya tadi.“Hey Adrian di mana Sarah? Tunanganmu di mana? Boleh aku berdansa dengannya. Sudah sejak lama aku menjadi penggemarnya.” Seorang rekan bisnis Adrian yang juga merupakan teman semasa kuliahnya itu menyapanya. Ia berada tidak jauh dari tempat Adrian berdansa dengan Laura."Sepertinya Kamu sibuk dengan wanita lain, bolehkan aku menemani Sarah berdansa?"Laki-laki itu juga menatap Adrian dengan sarat mengejek kar
“Terima kasih pak.” Sarah menganggukkan sedikit kepalanya. Itu adalah sopan santun yang sudah melekat pada dirinya.Tanpa membuang waktu. Kaki jenjang wanita itu segera masuk dan menaiki lift untuk sampai di apartemen Adrian. Adrian memaksa Sarah untuk tinggal di Apartemennya. Agar lebih mudah bagi Adrian untuk menjaga Sarah yang sedang hamil anaknya. Dan mereka juga akan pindah ke rumah keluarga Adrian ketika mereka sudah menikah nanti.Setelah menyalakan penerangan dan pendingin di ruangan itu, Sarah segera membersihkan diri. Kepalanya penat dan tubuhnya lelah. Ia tidak berbohong, karena memang benar tubuhnya butuh istirahat.00.30Sarah melirik pada jam di ponselnya. Sudah dini hari pikirnya.“Apakah pestanya belum selesai? Sudah dini hari dan Adrian belum juga mengabarinya. Ah, untuk apa aku memikirkannya. Buang-buang waktu saja.” Sarah bermonolog seraya mengeringkan rambutnya. Bagi Sarah, keramas sebelum tidur adalah sa
Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya. Pagi ini ibunya Adrian mengajak Sarah menemui EO yang akan mengurusi semua keperluan pernikahan mereka.“Sarah, bangun. Hey, mom sudah menelepon sejak tadi. Menyuruhmu bersiap-siap sebelum supir datang menjemput.” Ini sudah ketiga kalinya Adrian membangunkan wanita di sampingnya. Iya, mereka tidur di atas kasur yang sama. Dengan guling sebagai pembatas mereka. Sarah yang membuat peraturan itu. Walaupun ketika Sarah telah tertidur, Adrian melanggarnya dan memeluk wanita itu. Bahkan tak jarang menjahilinya.“Sarah, wake up please.” Wanita di sampingnya tidak bereaksi apapun. Tetap tertidur tanpa terganggu.Adrian mencari cara lain untuk membangunkan calon istrinya itu.Ia tersenyum jahil ketika sebuah ide melintas di dalam pikirannya.Dengan perlahan, ia menciumi seluruh wajah Sarah. Membuat gadis itu terusik.“Ayolah. Ini masih sa