Beranda / CEO / SATU MALAM BERSAMA MILIARDER / 3 - Dialah Sang Miliarder

Share

3 - Dialah Sang Miliarder

"Bagaimana jika Kamu hamil?"

Tiba di apartemennya, Sarah segera membersihkan tubuhnya. Menggosok-gosoknya sampai ia merasa aroma maskulin laki-laki itu menghilang dari bekas kulitnya.

"Bagaimana jika Kamu hamil?" kata-kata laki-laki itu selalu terngiang di telinganya. Sejak ia meninggalkan laki-laki itu tanpa menjawab pertanyaannya dan sejak ia berlari pulang ke apartemen dan mengunci dirinya di dalam. Kata-kata itu terus membuatnya gila.

Sarah menatap dirinya di cermin, ia melihat beberapa bercak merah keunguan di bahu dan dadanya. Sebuah ingatan terpatik. Laki-laki kurang ajar itu sedang mengulum dan menghisap kedua gundukan indah di tubuhnya.

Sebelum ingatannya akan kejadian tadi malam kembali, Sarah segera memakai bajunya.

"Sudah... sudah masih banyak yang harus aku siapkan." Batin Sarah berusaha menekan dalam-dalam ingatan tadi malam yang mungkin muncul di permukaan pikirannya.

Sarah mengambil ponselnya. Mengecek beberapa panggilan dari Ella yang tidak terangkat olehnya. Sarah memutuskan untuk tidak menceritakan kejadian tadi malam itu kepada managernya.

Kini ia mulai membalas pesan-pesan bernada khawatir dari Ella, sang manager.

“Sori ya aku baru ngabarin. Kepalaku pusing banget nyari Barra di dance floor dan di klub. So aku langsung balik naik taksi.” ujar Sarah berbohong.

Setelah selesai mengirim voice note, Sarah menuju kamarnya dan mulai mencoba-coba baju favoritnya yang akan ia pakai meeting hari ini.

Hari ini adalah hari penting, ada meeting dengan salah satu perusahaan kosmetik yang akan menjadikannya Brand Ambassador. Managernya, Ella sudah menelepon, bahwa akan ada hair stylish yang datang membantu Sarah untuk bersiap.

Bayangan akan mendapatkan kontrak Brand Ambassador baru membuatnya bersemangat untuk tampil cantik. Ia bertekad untuk memastikan semuanya berjalan lancar hari ini.

***

Tepat pukul dua siang, Sarah sudah tiba di kantor dengan blazer merah mudanya yang manis. Wajahnya yang mungil membuat penampilan Sarah yang berusia 25 tahun tampak seperti remaja belia. Senyuman tidak pernah lepas dari wajah cantiknya. Ia mengangguk ramah kepada setiap orang yang ia lewati ketika menuju ruang meeting.

"Jadi tadi malam kamu nggak ketemu sama Barra?" Ella datang menghampiri ketika ia telah duduk di ruang meeting.

“Enggak? Klubnya rame banget.” wajah Sarah bersemu merah ketika menyadari semalam ia tidak bertemu pacarnya dan malahan tidur dengan laki-laki lain.

“Trus Barra udah ngabarin belum dia ke mana tadi malam?" suara Ella sengaja dipelankan, takut ada orang yang mencuri dengar.

“Belum. Ponselnya juga belum aktif."

Sarah melihat layar ponselnya. Dan benar tidak ada satu kabar pun dari pacarnya itu.

Sarah menunduk sedih. "Apa benar kata Ella ya, kalau Barra lagi ada affair dengan wanita lain."

“Udah sih akhirin aja hubungan lo sama si toxic, masih banyak cowok ngantri buat aktris nomer 1 di Indonesia. Iya kan!" Ella menyenggol bahu sahabatnya itu.

Sarah tersenyum juga akhirnya. Memang sejak dulu sahabatnya itu selalu mampu menghibur hatinya yang sedang gundah.

"Eh aku mau ke ruang fotokopi dulu ya. Aku lupa kalau ada surat kontrakmu yang harus aku kopi nih. Kamu tunggu di sini aja ya!"

Sarah mengangguk patuh. Ia lalu asyik melihat-lihat feed dan stories i*******m milik Barra di smart phone-nya. Tidak lama kemudian suara sepatu dan high heels mulai terdengar bersahutan. Satu persatu peserta meeting mulai masuk ke ruangan.

Suara gaduh dan bisik-bisik orang-orang bergosip mulai terdengar di dalam ruangan. Mereka berbisik pelan ketika melihat seseorang berjalan ke arah ruangan meeting. Orang itu tidak asing bagi Sarah. Malahan ia sangat tahu orang yang sebentar lagi akan masuk ke ruangan.

"Laki-laki itu, bukankah itu laki-laki yang semalam...." Sarah menutup rapat mulutnya dengen kedua tangannya. Lututnya melemas. Keringat dingin mulai bermunculan di dahinya.

"Oh God cobaan apalagi ini." batin Sarah dalam hati.

Mereka menyebut nama Adrian Darmawan, CEO Darmawan Grup. Putra bungsu keluarga Darmawan yang terpandang. Pria muda yang sedang menjadi trending topic di semua media, sebagai pria muda tersukses di bawah 30 tahun versi majalah Forbes.

Adrian yang tampan bak Patung Dewa Yunani telah bekerja sangat keras sejak muda, sehingga di usia 29 tahun ia telah berhasil mengembangkan usaha ayahnya dan membangun raksasa bisnisnya sendiri.

"Apa kamu lihat, Bos Darmawan Grup semakin tampan saja dari hari ke hari!" seorang legal bernama Cindy, berkomentar dengan penuh minat.

"Betul! Lihat ganteng banget dia. Sayang ia selalu dingin kalau di depan para wanita. Coba kalo dia mau sama aku, pasti aku akan langsung jawab iya!" Petugas legal yang lain ikut menimpali rekannya.

"Aku juga nggak pernah dengar dia dekat dengan perempuan, aku yakin keluarga Darmawan pasti sangat selektif memilih calon istri untuk putranya ya!" Cindy semakin memelankan suaranya ketika Miliarder muda itu sudah memasuki pintu ruangan.

"Selamat pagi!" Dengan suaranya yang dingin, Adrian menyapa semua orang yang berada di ruang meeting.

Membuat semuanya berhenti bergosip seketika. Dan secara serempak mereka membalas sapaan CEO tampan itu.

Terkecuali satu orang, Sarah. Ia terkejut melihat pria yang ada di depannya adalah si laki-laki vulgar yang kurang ajar. Laki-laki yang telah menodainya tadi malam.

Ia tidak lain adalah Adrian Darmawan, sang CEO produk kosmetik yang akan diwakilinya. Milyader penerus Perusahaan Raksasa Darmawan Grup.

Sarah tampak gugup apalagi ketika mata Adrian bertatapan dengannya.

Dadanya bergetar hebat. Wajahnya bersemu merah dan lutut Sarah terasa semakin lunglai. Ia terus menerka-nerka apa CEO bermata tajam itu mengingatnya. Atau mengingat kejadian bersamanya tadi malam.

"Ah, sepertinya ia tidak ingat." Sarah bernafas lega ketika mata Adrian tidak lagi terarah padanya.

Dan juga di menit-menit berikutnya, Sarah mencurahkan konsentrasinya pada usulan-usulan yang diajukan oleh manager pemasaran Adrian tentang konsep kosmetik yang akan ia wakili.

Sarah merasa laki-laki itu tidak mengenalinya sama sekali. Ia sekarang sudah merasa lebih santai mengikuti rapat bersama Miliarder muda itu.

Sampai ketika pembahasan meeting berlanjut ke pasal-pasal hak dan kewajiban antara Perusahaan dan Aktris-nya, suara lantang Adrian berkumandang di ruangan itu.

Membuat Sarah terpaku. Diam membeku. Ketika mendengar kata-kata Adrian Darmawan yang ditujukan padanya.

"Bagaimana jika Kamu hamil?"[]

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
eh bner gak siih
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
kakakakkakaka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status