Mata Sarah terbuka pelan ketika sinar matahari masuk ke sela-sela tirai di jendela ruangan itu.
Ia melihat ke sekelilingnya. Kamar berdesain sangat mewah itu memiliki pelapis dinding yang bernuansa merah, dengan Sofa mewah seperti di kamar tidur Sultan dan Raja-raja.
Ruangan itu tampak asing baginya. Ia berusaha menumbuhkan ingatannya sedikit demi sedikit, namun ruangan ini tidak tampak familiar sama sekali.
"Oh My God! Aku ada di mana?" mata Sarah mengerjap berkali-kali berusaha mengenali tempat ia terbangun.
Pikirannya langsung tersadar ketika seseorang mencoba mengapai lengannya. Dan ketika ia berhasil, tangan kuat itu semakin mengetatkan pelukannya. Sarah menoleh terkejut melihat pria yang tidur di sebelahnya.Tubuh polos laki-laki itu hanya ditutupi oleh sebagian selimut dan tangan kekarnya itu.
"Argh..." Sarah menutup mulutnya dengan satu tangannya yang terbebas. Berusaha mengunci rapat-rapat suaranya.
Untung saja pekikan terkejutnya melihat milik laki-laki itu teracung bebas di pagi hari, tidak membuat laki-laki itu bangun dari mimpi indahnya.
Dengan menahan geraknya agar tidak mengenai pria itu, Sarah bergerak perlahan.
Shit! Apa yang terjadi semalam? Siapa dia? pikiran-pikiran Sarah terus mengutuk dirinya yang terlalu mabuk untuk mengingat detail tadi malam. Bagaimana ia bisa berakhir tidur bersama laki-laki di ruangan ini."Apa dia seseorang yang kukenal?" pikirannya terus menduga.
Merasakan pergerakan seseorang di ranjangnya, mata laki-laki itu terbuka. Mata coklatnya mengerjap berkali-kali, berusaha memastikan ia sedang terjaga.
Sesaat Sarah sempat terpaku ketika mereka bertatapan. Wajahnya sangat tampan. Rahangnya kokoh seperti laki-laki Eropa. Dan kedua mata indah itu, seperti membiusnya untuk tidak beranjak.
Kekagumannya meluntur ketika Sarah menyadari tubuhnya masih polos dan belum tertutup satu sehelai benang pun.
"Aaarrgghh jangan melihat!" Sarah mendorong laki-laki itu keluar dari ranjang dengan kedua kakinya. Sarah segera menyelimuti tubuh polosnya dengan selimut.
"Ouch..." laki-laki itu mengelus-elus kepalanya yang terantuk lantai dingin di bawah.
"Apa kau sudah gila?" Dengan sigap ia berdiri, menatap nyalang ke arah Sarah. Kilat kemarahan terlihat di sana.
"Tidak, saya tidak gila. Siapa Kamu?" Sarah mengalihkan pandangannya ketika sadar laki-laki itu juga sama sepertinya. Polos tanpa busana.
"Tutup, tutupi dulu dirimu dengan sesuatu!" Sarah berteriak-teriak panik, menunjuk-nunjuk ke arah miliknya yang berdiri tegak di pagi hari.
Kemudian Sarah melempar celana yang berada di pinggir ranjang itu tanpa melihat ke arah tubuh laki-laki itu
Laki-laki jantan itu melihat tubuh bagian bawahnya yang polos.
Rupanya wanita satu ini mau bermain sebagai gadis polos yang baik-baik ya. Okey kalau begitu sebaiknya aku menuruti permainan dia. pikir laki-laki itu cepat.
Ia dengan sigap mengenakan celana yang dilempar Sarah dan kembali mengajukan pertanyaannya tadi.
"Siapa namamu?"
"Sebelum aku menjawab, aku mau tahu bagaimana aku bisa ada di kamar ini berdua denganmu."
Dengan sangat menyebalkan laki-laki itu tertawa geli. "Menurutmu? Apa kurang jelas keadaan kita ini. Laki-laki dan perempuan dalam satu ranjang dan tidak berpakaian. Apa kita sedang bermain truth or dare?"
"Tapi aku tidak ingat apa yang terjadi tadi malam. Bisa jadi itu semua tidak terjadi dan Kamu hanya berbohong saja padaku."
"Itu semua? Oh maksudmu kita bercinta habis-habisan tadi malam itu cuma kebohongan yang aku buat. Aku kecewa jika pelayanan yang kuberikan tidak membuatmu ingat akan jeritan-jeritan kepuasanmu tadi malam Nona."
Wajah Sarah memerah menahan malu. Mengapa laki-laki ini bisa sangat vulgar menceritakan apa yang terjadi pada mereka tadi malam. Seolah ia tidak memiliki malu sedikit pun.
"Aku harus cepat-cepat pergi, sebelum semuanya bertambah rumit! Ini semua hanyalah sebuah kesalahan, mungkin juga kebohongan yang ia ciptakan saja." pikir Sarah dalam hati.
Sarah segera beranjak dari kasur dan mulai memunguti dress-nya di lantai.
"Sekarang giliranmu, siapa namamu dan mengapa Kamu merayuku tadi malam."
Merayu? Apa laki-laki ini sudah gila. Mana mungkin aku, Sarah, aktris papan atas harus merayu untuk tidur dengan laki-laki vulgar seperti itu. Apa dia sudah gila, aku juga sudah punya pacar. Barra. Oh My God Barra! Bagaimana jika Barra tahu kejadian ini. Dan Wartawan? Bagaimana jika mereka tahu skandal ini! Ingin mati saja aku rasanya Tuhan. otak Sarah terus berputar dengan andai-andainya. Ia merasa pusing. Seperti puluhan kunang-kunang berputar di kepalanya.
"Aku harus membungkam mulut laki-laki brengsek ini!" akhirnya Sarah memutuskan untuk membujuk laki-laki itu untuk menutup mulutnya agar tidak menceritakan kejadian tadi malam pada siapapun. Jika perlu aku akan membayarnya.
"Okey dengar ya bagaimana jika kita anggap semua ini tidak terjadi. Aku punya kehidupan dan aku yakin kau juga punya kehidupan. Kita lupakan saja, anggap saja kita tidak pernah bertemu."
Sarah berkacak pinggang. "Jika perlu aku akan membayarmu dengan sangat mahal." lanjut Sarah lagi.
Ketika menyinggung bayaran laki-laki itu tersenyum geli. Uang yang banyak? Apa perempuan ini bercanda. Apa dia tidak tahu dengan siapa dia berbicara.
Laki-laki itu mengangkat kedua tangannya dan ikut juga menaruh keduanya di atas pinggang.
"Lalu bagaimana jika Kamu hamil? Sepertinya aku tidak mengingat menggunakan pengaman tadi malam. Dan apa Kamu minum pil? seingatku Kamu masih tersegel rapat sekali tadi malam. Akulah laki-laki pertama yang tidur denganmu."
Tubuh Sarah melemas, mendengar ucapan seintim itu keluar dari mulut kasar laki-laki itu. Ya ia memang selalu menjaga dirinya dengan baik. Sampai tadi malam. Bahkan Barra pun tidak pernah ia izinkan untuk menyentuh dirinya. Ia selalu menganggap itu adalah hal yang sangat berharga dan akan ia persembahkan untuk suaminya kelak. Entah bagaimana hanya gara-gara laki-laki di depannya semua itu musnah. Harga dirinya hancur. Hatinya terluka.
Sarah berdiri di tengah ruangan, gemetar. Dengan air mata yang sulit untuk ditahannya keluar. Emosinya tersulut, sekarang ia merasa sangat geram sekali.
Melihat Sarah yang terpaku, diam. Tidak menjawab. Dari seberang sana dengan suaranya yang lantang, sekali lagi ia bertanya.
"Sepertinya Kamu tidak melakukan proteksi kehamilan. Lalu bagaimana jika Kau hamil?"[]
"Bagaimana jika Kamu hamil?"Tiba di apartemennya, Sarah segera membersihkan tubuhnya. Menggosok-gosoknya sampai ia merasa aroma maskulin laki-laki itu menghilang dari bekas kulitnya."Bagaimana jika Kamu hamil?" kata-kata laki-laki itu selalu terngiang di telinganya. Sejak ia meninggalkan laki-laki itu tanpa menjawab pertanyaannya dan sejak ia berlari pulang ke apartemen dan mengunci dirinya di dalam. Kata-kata itu terus membuatnya gila.Sarah menatap dirinya di cermin, ia melihat beberapa bercak merah keunguan di bahu dan dadanya. Sebuah ingatan terpatik. Laki-laki kurang ajar itu sedang mengulum dan menghisap kedua gundukan indah di tubuhnya. Sebelum ingatannya akan kejadian tadi malam kembali, Sarah segera memakai bajunya."Sudah... sudah masih banyak yang harus aku siapkan." Batin Sarah berusaha menekan dalam-dalam ingatan tadi malam yang mungkin muncul di permukaan pikirannya.Sarah mengambil ponselnya. Mengecek beberapa panggilan dari Ella yang tidak te
"Kamu belum menjawabku Nona. Saya ulangi sekali lagi, bagaimana jika Kamu Hamil?""Maksud Anda?" nada suara Sarah terdengar meninggi. Gugup dan gelisah bercampur menjadi satu. "Apa dia ingat kejadian hari itu? Apa dia tahu wanita itu aku?" hati Sarah sibuk menduga-duga."Kontrakmu dengan Perusahaanku akan berjalan selama 5 tahun dan bagaimana jika di antara itu Kamu hamil Nona? Itu pertanyaan yang aku ajukan."Sarah menghembuskan napas lega. Sepertinya laki-laki itu tidak tahu wanita yang tidur bersamanya adalah aku."Aku tidak ada niatan menikah dalam waktu dekat." jawab Sarah penuh percaya diri.Wajahnya kembali tegak, penuh dengan aura anggun dan percaya diri. Dialah Sarah Divana Wijaya aktris paling terkenal di seleuruh negeri."Apa kekasihmu sepakat dengan keputusanmu itu? Maksudku tentu Kamu punya kekasih bukan? Kalian tentu sudah membicarakannya bukan?"Wajah Adrian tidak kalah kerasnya. Tatapannya menantang mata Sarah un
Siapa laki-laki yang membuatnya jatuh dan memanggil namanya? hati kecil Sarah bergumam.Sarah tidak bisa mengenalinya ketika airmata terus mengalir dan menghalangi pandangannya."Kamu baik-baik saja Sarah?" Laki-laki itu kembali bertanya.Sarah mengangguk. Menghapus airmatanya dan melihat di depannya. Adrian Darmawan, Miliarder muda yang telah merenggut kesuciannya itu. Kenapa mereka bisa bertemu lagi di situ. Hati kecil Sarah berteriak kesal. Di saat hatinya sedang hancur dan dirinya sedang rapuh laki-laki itu memergokinya. Melihat pertahanan dirinya yang runtuh karena menyaksikan pengkhianatan Barra."Apa Kamu sendiri? Kamu perlu diantar?" Adrian juga heran mengapa suaranya tiba-tiba berubah lembut. Seolah ia merasa iba melihat aktris cantik itu yang tampak seperti sedang terpukul.Sarah melepaskan pegangan Adrian pada lengannya dan berkata dengan sopan. "Tidak perlu aku bisa p
Betapa terkejutnya Ella ketika mendengar Sarah akan menikah dengan Adrian."Apa kau yakin akan menikah dengan Pak Adrian, Sarah?" Ella bertanya dengan mimik muka tidak percaya. Kapan mereka berdua dekat. Ella yang selalu bersama Sarah tidak pernah melihat mereka berduaan. Dan bagimana mereka bisa langsung memutuskan jika mereka baru saja bertemu dua kali. Dan itu pun untuk pertemuan bisnis.Tapi ya Ella berpikir mungkin itu adalah cinta pada pandangan pertama dan mungkin Adrian sudah lama mengagumi Sarah sebagai aktris dan ingin segera memilikinya sebagai wanitanya.Sarah mengangguk mantap melihat keraguan Ella. Tentu saja ia harus menikah dengan Adrian. Dia sedang mengandung anaknya.Awalnya Sarah tidak ingin meminta tanggung jawab laki-laki itu tapi ketika memikirkan efek buruknya untuk anak yang akan dilahirkan kelak. Ketika skandalnya terus diberitakan dan membuat nama besar dan karirnya rusak. Anaknya pasti akan malu menyandang predikat anak ha
Nyonya Eliza Darmawan mengamati calon menantunya dari atas sampai bawah. Ia sangat terkejut ketika tadi pagi ketika sedang sarapan bersama Adrian, putra tersayangnya itu bilang ingin sekali menikah dengan wanita itu. Sarah aktris terkenal yang sedang banyak diperbincangkan di negeri itu.Ibu Adrian tentu tidak setuju mengingat ia ingin sekali Adrian menikah dengan Laura, putri dari sahabat suaminya. Pewaris kekayaan keluarga Haris. Kontraktor terbesar dan pemilik saham di banyak perusahaan multinasional.Selain itu keluarga Laura sudah dianggap seperti kerabat dekat keluarga mereka."Jadi ini Sarah." Ibu Adrian sekarang meneliti gaun yang dipakai Sarah malam ini. Ia berpikir gaun yang dikenakan Sarah pastilah gaun dari desainer luar negeri. Itu pasti gaun rancangan Vera Wang. Gaun yang menonjolkan kesan mewah bagi yang memakainya. Gaun yang sangat elegan. Selera wanita cantik itu sangat bagus. Riasan wajahnya juga sangat sempurna, dia terlihat lebih cantik
"Apa Kamu ingin terus mengenggam tanganku semalaman ini?" Adrian tersenyum geli melihat Sarah yang mengenggam tangannya erat. Melihat Adrian sedang meledeknya Sarah langsung melepaskan tangannya ketika mendengar kata-katanya."Iya maaf, aku lupa." Wajah Sarah bersemu merah."Aku rasa akan lebih banyak Kamu yang melanggar kontrak kita Sayang." gelak tawa Adrian kembali terdengar.Mulutnya memberengut kesal. Matanya berkilat marah."Jangan sombong. Itu semua sandiwara demi membohongi mantan kekasihku." ucap Sarah dengan nada kesal."Tapi aku tidak keberatan kok, kalo Kamu sering-sering melanggar kontrak!" tawa Adrian semakin menjengkelkan Sarah."Aku pikir sebaiknya Kamu segera pulang. Ini sudah malam." kata Sarah mengusir calon suaminya. Sebenarnya dia tidak merasa terganggu dengan adanya Adrian di situ tapi dia tidak ingin membuat Adrian besar kepala. Sarah ingin tetap berjarak dengan Adrian.Adrian mengintip dari balik lubang p
"Good morning Sarah... Aku sudah mengirimkan asistenku, Hendri. He will help you with everything. And i'm sorry i left when you slept. I will see you before the press conference, okay!"Pesan dari Adrian membangunkan Sarah dari tidurnya. Seperti sebuah reminder Adrian mengingatkan Sarah akan kejadian tadi malam. Ia merasa malu telah memperlihatkan kelemahannya. Hormon ibu hamil ini sangat menganggunya.9Sarah bergegas mandi dan berpakaian. Ia sengaja bersiap-siap lebih cepat agar asisten Adrian tidak menunggu lama."Nona, Pak Adrian meminta saya untuk mengantar Nona ke salon untuk persiapan konferensi pers.""Hendri jangan panggil Saya Nona. Panggil Saya Sarah saja ya.""Jangan Nona... Saya tidak berani kurang ajar, Anda adalah tunangan bos Saya dan sebentar lagi akan menjadi istrinya, berarti anda adalah atasan saya juga."Sarah mengangguk mengerti, ia juga tidak ingin membuat Hendri mendapat masalah den
"Nona Sarah apa anda sudah siap? Pak Adrian sudah menunggu anda di ballroom, pesta pertunangan anda sebentar lagi akan dimulai." Sarah yang sedang termenung menatap pantulan dirinya di cermin, berbalik menatap salah satu staff Adrian yang sedang berbicara dengannya. "Sebentar lagi, beri aku beberapa menit untuk bersiap." Wanita itu mengangguk, ia cukup paham bahwa kekasih bosnya merasa harus sempurna karena bertunangan dengan salah satu Milyader tertampan di Dunia. "Dalam beberapa bulan lagi perut ini akan terlihat membesar. Orang-orang akan bergunjing jika aku tidak menikah. Ini adalah keputusan yang tepat." Sarah menghela nafas panjang dan segera menuju ballroom di mana pesta pertunangan mereka akan diadakan. "Apa anda siap?" Sekali lagi staff itu mengecek penampilan Sarah yang tanpa cela. Yakin sudah tampak sempurna, staff itu mengumumkan kehadiran calon tunangan Adrian kepada tamu-tamu undangan. Adrian yang sedang asyik berbincang dengan salah satu ta
Leo meraup tubuh Becca dan membawanya ke kamar mandi. Menurunkannya di bawah shower. Leo menyalakan air di shower itu dengan kecepatan yang pelan. Membuat air menimpa tubuh mereka yang panas."Akuilah Becca kamu masih mencintaiku, kalau tidak bagaimana kamu bisa mengerang begitu keras saat ku setubuhi tadi!""Tidak, aku tidak mencintaimu! Aku membencimu!"Melihat pemandangan tubuh Becca yang basah dan molek dan penolakannya yang munafik membuat hasrat Leo meledak.Dengan bernafsunya, Leo melumat bibir wanita itu, Becca menggigit bibir Leo sehingga pria itu menghukumnya dengan menarik putingnya keras dan saat Becca mengaduh, lidahnya membelit dengan bergairah memberikan kenikmatan luar biasa bagi mereka berdua.Leo mendesak kasar tubuh Becca hingga menempel ke tembok marmer dingin tempat mandi shower itu. Sehingga kedua bokong Becca menempel, menekan marmer yang terasa dingin di kulitnya itu."Aku akan membuktikan kalau kamu masih mencintaiku Becca! Aku akan m
Becca sangat cantik sekali, Leo mengakui itu. Ia seorang laki-laki normal. Apalagi ketika ia melihat puncak payudara Becca yang lebih menonjol dari yang diingat Leo. Mungkin karena ia menyusui putranya sehingga kedua putingnya terlihat lebih menggairahkan.Apalagi bagian intim Becca yang sangat dirindukan Leo untuk dimasukinya, membuat Leo meneguk ludahnya berkali-kali.Kejantanan Leo berdenyut-denyut. Miliknya telah menegang maksimal ketika membayangkan membenamkan dirinya jauh-jauh ke dalam tubuh Becca.Leo meruntuki dirinya sendiri karena merasa terangsang hanya karena melihat tubuh Becca yang telanjang."Please Leo...." desah Becca memohon, entah apa yang ia minta.Erangan pelan keluar dari mulut Becca ketika Leo melumat bibirnya. Lidahnya sangat menuntut Becca untuk membalas ciumannya. Mereka berciuman dengan tergesa membuat nafas Becca tersengal-sengal."I want you to ride me !" Leo mengangkat Rebecca ke atas pangkuannya.
Leo memecah jalanan Ibukota yang ramai dengan mobil sport nya. Informasi terbaru tentang Rebecca membuat ia melupakan sejenak gairahnya yang membludak. Ini teramat penting sehingga Leo menambah kecepatan mobilnya seperti pembalap yang sedang mengikuti lomba."Lacak di mana Rebecca sekarang berada dan tahan sampai saya datang!" Leo memberi perintah melalui pengeras suara teleponnya di mobil oada orang kepercayaannya.Konsentrasinya kembali terpusat pada jalanan di depannya. Ia tidak sabar untuk menemui wanita itu. Hanya dalam lima belas menit ia telah sampai di parkir VIP tempat Rebecca telah ditahan oleh orang kepercayaannya.Leo turun dari mobil dan menghampiri Rebecca yang tampak ketakutan dihadang orang tidak dikenal. Ternyata ia dipancing oleh orang kepercayaan Leo dengan iming-iming informasi terbaru tentang kedua orangtuanya yang masih ia cari sampai sekarang. Ia ditahan di sebuah mobil di parkiran VIP ini sambil menunggu Leo datang menjemputnya."Ikut aku!" Leo menarik tangan
Leo menemani Abigail berbelanja hampir ke seluruh store di mall itu. Mulai berbelanja tas, sepatu, pakaian dan juga aksesoris branded.Selama berbelanja, tubuh Leo bebas untuk digelayuti Abigail untuk bersandar, dipeluk dan digandeng."Okey sekarang barang-barang ini akan diantar langsung ke Penthouse mu Abigail! Karena sudah waktunya makan malam maka sebaiknya kita pergi ke sebuah restoran." usul Leo langsung ditanggapi Abigail dengan anggukan dan gandengan tangannya. Mengajak Leo ke sebuah restoran favorit gadis itu tidak jauh dari sana."Aku akan memanggil driver, jadi kita bisa membuka sebotol Champagne!" Leo memanggil pelayan dan segera menyuruhnya membawa dua gelas dan sebotol Champagne untuk mereka berdua.Abigail menyesap Champagne-nya, lalu Leo mengajaknya bertoast dan meminum Champagne itu sampai habis.Ketika ia lihat Abigail tampak sedikit mabuk, Leo mulai mengajukan pertanyaannya."Abi, apa benar Allen sudah menikah sekarang?" tanya Leo serius pada gadis yang mulai tersen
Selama lima tahun pria itu terus bersembunyi. Ia tidak bisa mempercayai siapapun sekarang. Tidak seperti lima tahun lalu saat ia mempercayai semua orang kepercayaannya dan juga asistennya yang tidak akan pernah mengkhianatinya. Tapi ternyata ia salah. Sampai ia mengetahui kebenarannya dari asisten yang telah menjadi orang terpercayanya sejak dulu.Kalau ia telah menikahkan putrinya pada orang yang hendak membalas dendam pada keluarganya. Pria itu marah dan menyesal setengah mati ketika putri tersayangnya sudah berada di negara belahan dunia yang lain.Pria itu pun sedang membangun kembali perusahaannya. Ia bekerja dengan diam-diam dengan menggunakan identitas lain dibantu oleh orang kepercayaannya.Di dunia bisnis ia dikenal sebagai pebisnis handal. Dalam jangka satu tahun satu perusahaannya berkembang menjadi 10 lalu dua tahun kemudian menjadi 50 perusahaan dan di tahun ke lima ini perusahaannya sudah bisa disejajarkan dengan perusahaan lamanya yang sudah diambil alih menantunya."Ap
"Rebecca, berhenti kamu! Berhenti!" suara Leo terdengar keras memerintah.Tubuh Rebecca gemetar seketika, ia harus memikirkan jalan keluar untuknya secepatnya. Ia tidak ingin bertatapan dengan Leo sekarang ini."Oh Tuhan apa yang harus aku lakukan!" bisik Rebecca berdoa dalam hatinya sementara ia mendengar langkah Leo terus mendekat di belakangnya.Saat ia mengira Leo sudah ada di belakangnya, Rebecca pun berbalik. Ia memasang wajah dingin dan acuh pada Leo di depannya."Oh Tuhan ini benar kamu Rebecca!" suara Leo begitu bergetar seperti seseorang yang sedang menemukan harta karun terbesarnya.Rebecca diam, memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh Leo selanjutnya."Kemana saja kamu selama ini! Aku terus mencarimu tanpa henti!" Leo maju satu langkah namun secara refleks Rebecca pun mundur satu langkah. Menjauhi mantan suaminya itu."Maaf tapi aku harus pergi sekarang!" Rebecca menghindari tatapan Leo dan bermaksud seger
Matheo merogoh saku celananya, ia melihat kartu nama yang sempat diberikan Leo padanya."Apa aku boleh meneleponmu di nomer ini?" tanya Matheo pada Leo saat ia memberikan kartu namanya itu di lobi."Of course, kalau aku senggang tentu aku akan mengangkat telepon kamu. Kalau aku sibuk nanti aku akan menelepon kamu balik."Biasanya dia akan merasa terganggu dengan adanya anak-anak yang berisik tapi dia tidak merasa seperti itu pada Matheo."Baiklah kalau begitu aku akan meneleponmu jika kau tidak keberatan dengan itu!" Matheo mengulurkan tangannya mengajak Leo krmbali berjabat tangan menyetujui idenya.Leo tertawa sambil menyambut uluran tangan bocah itu. Entah mengapa dalam hatinya ia merasa sangat senang menghabiskan waktu bersama Matheo.Matheo memandang kembali kartu nama itu dan menaruh kontaknya di ponselnya. Ia lalu memandang Rebecca dengan lembut."Aku akan senang sekali kalau mom bisa berpacaran dengan pria baik i
"Tuan anda sangat tampan, apa anda sudah memiliki kekasih?" Matheo memperhatikan kenalan barunya itu, pria yang sangat tinggi dan tampan. tubuhnya bagus dan kokoh. Belum lagi pria itu sangat baik dan ramah terhadapnya.Leo tertawa anak kecil itu menanyakan apa ia memiliki kekasih, untuk apa ia perlu bertanya padanya."Kenapa? Apa ada seseorang yang ingin kau kenalkan padaku nak?" tanya Leo sambil tersenyum tipis."Tentu ada jika anda berminat berkenalan." jawab Matheo dengan cepat.Matheo memperhatikan jas yang dipakai pria itu dan jam tangannya terlihat sangat mahal dan pas di badan pria itu. Menyebabkan penampilan pria itu sangat sempurna dan tampak mahal.Leo tertawa, ia lalu mengelus rambut anak laki-laki itu."Itu bisa kamu lakukan nanti, mengenalkanku dengan wanita cantik dan baik tapi sekarang lebih baik kita mencari ibumu dulu. Mungkin sekarang dia sudah sangat khawatir kepadamu."Matheo mengangguk lalu berjalan bersama Leo, mencari ibunya di sekitar lobi. Namun ia tidak nelih
"Apakah itu tuan Leonardo Davis?" seorang wanita bergaun hitam berbelahan dada terbuka menatap penuh minat ke arah Leo yang sedang melintas di depannya."Ya betul itu tuan Leo, semakin tampan dan gagah saja setiap harinya. Tapi lihat siapa itu yang berada di sisinya? Pasti nona Abigail Burke!" wanita muda lainnya yang duduk bersama wanita bergaun hitam ikut memandang dan menimpali kata-katanya."Betul itu Abigail, gadis yang selalu berlagak seperti istri tuan Leo. Betapa menyebalkan! Lihat betapa mesranya dia menggandeng tangan tuan Leo. Aku benci tingkahnya yang seperti memiliki tuan Leo sepenuhnya padahal dia bukan siapa-siapa tuan Leo!" wanita ketiga yang duduk bersama itu menatap penuh iri ke arah Abigail.Pembicaraan ketiga wanita di restoran yang didatangi Leo dan Abigail terdengar samar di telinga Abigail dan membuat gadis itu semakin mengencangkan rangkulannya di lengan Leo."Dasar wanita-wanita yang iri! Lihat aku Abigail, satu-satunya wa