Beranda / CEO / SATU MALAM BERSAMA MILIARDER / 2 - Bagaimana Jika Kamu Hamil

Share

2 - Bagaimana Jika Kamu Hamil

Mata Sarah terbuka pelan ketika sinar matahari masuk ke sela-sela tirai di jendela ruangan itu.

Ia melihat ke sekelilingnya. Kamar berdesain sangat mewah itu memiliki pelapis dinding yang bernuansa merah, dengan Sofa mewah seperti di kamar tidur Sultan dan Raja-raja.

Ruangan itu tampak asing baginya. Ia berusaha menumbuhkan ingatannya sedikit demi sedikit, namun ruangan ini tidak tampak familiar sama sekali.

"Oh My God! Aku ada di mana?" mata Sarah mengerjap berkali-kali berusaha mengenali tempat ia terbangun.

Pikirannya langsung tersadar ketika seseorang mencoba mengapai lengannya. Dan ketika ia berhasil, tangan kuat itu semakin mengetatkan pelukannya. Sarah menoleh terkejut melihat pria yang tidur di sebelahnya.

Tubuh polos laki-laki itu hanya ditutupi oleh sebagian selimut dan tangan kekarnya itu.

"Argh..." Sarah menutup mulutnya dengan satu tangannya yang terbebas. Berusaha mengunci rapat-rapat suaranya.

Untung saja pekikan terkejutnya melihat milik laki-laki itu teracung bebas di pagi hari, tidak membuat laki-laki itu bangun dari mimpi indahnya.

Dengan menahan geraknya agar tidak mengenai pria itu, Sarah bergerak perlahan.

Shit! Apa yang terjadi semalam? Siapa dia? pikiran-pikiran Sarah terus mengutuk dirinya yang terlalu mabuk untuk mengingat detail tadi malam. Bagaimana ia bisa berakhir tidur bersama laki-laki di ruangan ini.

"Apa dia seseorang yang kukenal?" pikirannya terus menduga.

Merasakan pergerakan seseorang di ranjangnya, mata laki-laki itu terbuka. Mata coklatnya mengerjap berkali-kali, berusaha memastikan ia sedang terjaga.

Sesaat Sarah sempat terpaku ketika mereka bertatapan. Wajahnya sangat tampan. Rahangnya kokoh seperti laki-laki Eropa. Dan kedua mata indah itu, seperti membiusnya untuk tidak beranjak.

Kekagumannya meluntur ketika Sarah menyadari tubuhnya masih polos dan belum tertutup satu sehelai benang pun.

"Aaarrgghh jangan melihat!" Sarah mendorong laki-laki itu keluar dari ranjang dengan kedua kakinya. Sarah segera menyelimuti tubuh polosnya dengan selimut.

"Ouch..." laki-laki itu mengelus-elus kepalanya yang terantuk lantai dingin di bawah.

"Apa kau sudah gila?" Dengan sigap ia berdiri, menatap nyalang ke arah Sarah. Kilat kemarahan terlihat di sana.

"Tidak, saya tidak gila. Siapa Kamu?" Sarah mengalihkan pandangannya ketika sadar laki-laki itu juga sama sepertinya. Polos tanpa busana.

"Tutup, tutupi dulu dirimu dengan sesuatu!" Sarah berteriak-teriak panik, menunjuk-nunjuk ke arah miliknya yang berdiri tegak di pagi hari.

Kemudian Sarah melempar celana yang berada di pinggir ranjang itu tanpa melihat ke arah tubuh laki-laki itu

Laki-laki jantan itu melihat tubuh bagian bawahnya yang polos.

Rupanya wanita satu ini mau bermain sebagai gadis polos yang baik-baik ya. Okey kalau begitu sebaiknya aku menuruti permainan dia. pikir laki-laki itu cepat.

Ia dengan sigap mengenakan celana yang dilempar Sarah dan kembali mengajukan pertanyaannya tadi.

"Siapa namamu?"

"Sebelum aku menjawab, aku mau tahu bagaimana aku bisa ada di kamar ini berdua denganmu."

Dengan sangat menyebalkan laki-laki itu tertawa geli. "Menurutmu? Apa kurang jelas keadaan kita ini. Laki-laki dan perempuan dalam satu ranjang dan tidak berpakaian. Apa kita sedang bermain truth or dare?"

"Tapi aku tidak ingat apa yang terjadi tadi malam. Bisa jadi itu semua tidak terjadi dan Kamu hanya berbohong saja padaku."

"Itu semua? Oh maksudmu kita bercinta habis-habisan tadi malam itu cuma kebohongan yang aku buat. Aku kecewa jika pelayanan yang kuberikan tidak membuatmu ingat akan jeritan-jeritan kepuasanmu tadi malam Nona."

Wajah Sarah memerah menahan malu. Mengapa laki-laki ini bisa sangat vulgar menceritakan apa yang terjadi pada mereka tadi malam. Seolah ia tidak memiliki malu sedikit pun.

"Aku harus cepat-cepat pergi, sebelum semuanya bertambah rumit! Ini semua hanyalah sebuah kesalahan, mungkin juga kebohongan yang ia ciptakan saja." pikir Sarah dalam hati. 

Sarah segera beranjak dari kasur dan mulai memunguti dress-nya di lantai.

"Sekarang giliranmu, siapa namamu dan mengapa Kamu merayuku tadi malam."

Merayu? Apa laki-laki ini sudah gila. Mana mungkin aku, Sarah, aktris papan atas harus merayu untuk tidur dengan laki-laki vulgar seperti itu. Apa dia sudah gila, aku juga sudah punya pacar. Barra. Oh My God Barra! Bagaimana jika Barra tahu kejadian ini. Dan Wartawan? Bagaimana jika mereka tahu skandal ini! Ingin mati saja aku rasanya Tuhan. otak Sarah terus berputar dengan andai-andainya. Ia merasa pusing. Seperti puluhan kunang-kunang berputar di kepalanya.

"Aku harus membungkam mulut laki-laki brengsek ini!" akhirnya Sarah memutuskan untuk membujuk laki-laki itu untuk menutup mulutnya agar tidak menceritakan kejadian tadi malam pada siapapun. Jika perlu aku akan membayarnya.

"Okey dengar ya bagaimana jika kita anggap semua ini tidak terjadi. Aku punya kehidupan dan aku yakin kau juga punya kehidupan. Kita lupakan saja, anggap saja kita tidak pernah bertemu."

Sarah berkacak pinggang. "Jika perlu aku akan membayarmu dengan sangat mahal." lanjut Sarah lagi.

Ketika menyinggung bayaran laki-laki itu tersenyum geli. Uang yang banyak? Apa perempuan ini bercanda. Apa dia tidak tahu dengan siapa dia berbicara.

Laki-laki itu mengangkat kedua tangannya dan ikut juga menaruh keduanya di atas pinggang.

"Lalu bagaimana jika Kamu hamil? Sepertinya aku tidak mengingat menggunakan pengaman tadi malam.  Dan apa Kamu minum pil? seingatku Kamu masih tersegel rapat sekali tadi malam. Akulah laki-laki pertama yang tidur denganmu."

Tubuh Sarah melemas, mendengar ucapan seintim itu keluar dari mulut kasar laki-laki itu. Ya ia memang selalu menjaga dirinya dengan baik. Sampai tadi malam. Bahkan Barra pun tidak pernah ia izinkan untuk menyentuh dirinya. Ia selalu menganggap itu adalah hal yang sangat berharga dan akan ia persembahkan untuk suaminya kelak. Entah bagaimana hanya gara-gara laki-laki di depannya semua itu musnah. Harga dirinya hancur. Hatinya terluka.

Sarah berdiri di tengah ruangan, gemetar. Dengan air mata yang sulit untuk ditahannya keluar. Emosinya tersulut, sekarang ia merasa sangat geram sekali.

Melihat Sarah yang terpaku, diam. Tidak menjawab. Dari seberang sana dengan suaranya yang lantang, sekali lagi ia bertanya.

"Sepertinya Kamu tidak melakukan proteksi kehamilan. Lalu bagaimana jika Kau hamil?"[]

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
pasti di jebak mereka
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
jsjsjsjsksososo
goodnovel comment avatar
Thaty Alona
cerita nya bagus aku suka bangettt......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status