SANTET CELANA DALAM 23 "Nggak! Mbak nggak mau merestui kamu, Gal. Apa kamu sudah gila? Kurang apa kamu? Sekarang dompet kamu sudah nggak kalah sama mereka yang berseragam! Wulan saja mau sama kamu, kamunya malah pilih bocah edan itu! M dibak nggak terima, Mbak nggak setuju! Sampai mati Mbak nggak setuju!" Ketus Darsih tak terima. Ia sudah bersusah payah kerja keras untuk mengangkat derajat mereka dan kini setelah ia mampu mewujudkannya ia nggak terima kalau Nining menjadi bagian dari keluargannya, menginggat Nining pernah menolak Galih saat masih kerja serabutan di proyek. Darsih juga lebih berani menanyakan Wulan anak Pak Karta, pemilik usaha bakso mie ayam kampung sebelah. Sama-sama berdagang, Pak Karta tahu bagaimana omset menjadi pengusaha kecil-kecilan seperti mereka yang nggak bisa dipandang sebelah mata. Pak Karta pun setuju dengan tawaran Darsih-Wulan sendiri juga mau. Mereka hanya tinggal menunggu keputusan Galih. Sedangkan Galih malah memilih Nining. "Aku mohon Mbak, a
SANTET CELANA DALAM 24Pintu rumah Aji tertutup rapat. Acara yang seharusnya berlangsung khidmat berakhir dalam sesaat. Aji menyuruh semua orang pulang meninggalkan rumahnya. Hidangan yang mereka suguhkan masih utuh tak tersentuh. Bude Sumini membawanya ke dapur. Memasukkannya ke dalam kulkas. Kemudian, ia dan Ita sebisa mungkin merapikan ruang tamu. Tinggal hamparan karpet di depan dekor sederhana yang tak terjamah. Happy Engagement Galih & Nining. Masih terpampang tulisan itu di korden berwarna putih sebagai background dekornya. "Sayang banget," ucap Ita. Tok! Tok! Tok! Galih mengetuk pintu bercat cokelat itu. Tanpa bertanya siapa tamu yang datang, Ita membukakan pintu. Rupanya Galih dan Darsih. Ita sempat terpaku beberapa saat melihat kedatangan mereka. Mau apa Galih kembali. "Emm, Mbak Darsih, Galih-""Kami mau bicara dengan Mas Aji." "Si-silakan, masuk," jawab Ita masih terheran-heran. Di kepalanya terus berputar sebuah tanya, untuk apa mereka berdua kembali. Acara pert
SANTET CELANA DALAM 25 H-1Semua semakin sibuk dengan persiapan masing-masing. "Bu, Ita ikut ke masjid dengan Erna, ya. Assalamualaikum." Ita pergi setelah mendapat persetujuan dari ibunya. Namun, bukan masjid tempat yang ia tuju, melainkan rumah Ki Darma. Ita berhenti sejenak di depan masjid Al-amin. Tempat di mana besok pagi Galih dan Nining akan melaksanakan ijab qobul. Masjid itu tengah dipasangi tenda dan hiasan-hiasan selayaknya sebuah pesta. Erna dan Raga terlibat di dalamnya, juga teman-teman sepermainan mereka. Harusnya Ita ikut bersama mereka, tetapi ia memilih pergi ke tempat yang tak seharusnya. Setelah menempuh perjalanan selama satu jam setengah lamanya. Ita sampai juga di depan sebuah rumah dengan pintu gerbang yang besar. Ita langsung dipersilakan untuk masuk. Mbok Jumi pembantu Ki Darma sudah sangat mengenalnya. "Mbak Ita, silakan masuk," sambut Mbok Jumi."Ki Darma?" "Ada di atas, seperti biasannya. Mari saya antar," kata Mbok Jumi. Lantai atas adalah lanta
SANTET CELANA DALAM 26 Ita segera mengambil celananya kemudian melemparnya ke lantai. Merontokkan belatung-belatung itu dari sana. Bau amis menguar hebat. Ita menutupi hidungnya. Kemudian ia meraih selang, menghidupkan air untuk menyiram belatung-belatung tersebut di saat semuanya tengah berkumpul di masjid. "Apa ini? Kenapa belatung itu bisa ada di celana dalamku? Kenapa cairan itu terus keluar dari tubuhku? Jangan-jangan Ustad Ilham yang melakukan ini padaku, harusnya ini terjadi kepada Nining. Harusnya dia yang membusuk," gumam Ita. Mendadak ia begitu gelisah, apakah santet yang dikirim Ki Drama justru berbalik kepadanya? Ita masih belum kembali ke acara Nining. Ia berjalan mondar-mandir sambil mengingit ujung jarinya. "Aku harus menemui, Ki Darma sekarang juga!" tekadnya. Ita menyambar kunci motornya, lalu gegas pergi ke rumah Ki Darma. Hari itu kedua orang tuanya pasti akan disibukkan dengan acara pernikahan Nining, mereka tak akan mengetahui jika dirinya tak ada di sana.
SANTET CE LA NA DALAM 27 PINDAHKAN JEMURAN KE DALAM RUMAH SEBELUM MALAM, TERUTAMA PAKAIAN DALAM.JUDUL DI KBM: Santet Pakaian Dalam Nana Shamsy______________Rumah Ki Darma dipenuhi oleh pelayat. Mobil berderet hingga ke ujung jalan. Kepergian Ni Pratiwi menyita banyak perhatian. Anggara putra pertama Ni Pratiwi tampak tegar melepas kepergian ibunya sedangkan Dewi anak bungsunya tak mampu menahan tangis."Sudah, Wi." Angga memeluk erat adiknya. "Dewi, jangan menangisi kepergian ibumu, itu akan memberatkannya. Bukankah, setiap makhluk hidup akan mati pada akhirnya. Nanti kalau Bapa meninggal dunia, berjanjilah untuk tidak menangis," kata Ki Darma. Ia memakai jubah putih dengan sorban warna putih. Orang yang melihat penampilannya pasti tidak akan pernah meyangka kalau sebenarnya kematian Ni Pratiwi adalah akibat perbuatannya. "Bapa. Bapa jangan bilang seperti itu, Dewi ingin Bapa sehat selalu. Dewi cuma nggak rela melihat keadaan Ibu. Dewi yakin, Ibu dibunuh. Bapa, tolong tingga
SANTET CE LA NA DALAM 28 PINDAHKAN JEMURAN KE DALAM RUMAH SEBELUM MALAM, TERUTAMA PAKAIAN DALAM! Judul di Aplikasi KBM: Santet Pakaian Dalam.Cerbung ini hanya bisa dibaca di aplikasi KBM APP.Nana Shamsy-----------------------Pintu kamar Nining tertutup rapat. Galih di dalam bersamanya di saat semua sedang memasak mempersiapkan hidangan berupa nasi tumpeng untuk acara sepasaran nanti sambil bersenda gurau. Moment berkumpul seperti inilah yang membuat rasa persaudaraan menjadi semakin erat. Saat Galih keluar dari kamar Nining. Ita terus memandangnyaa, belum pernah Ita melihat Galih hanya memakai kaos dalam. Rupanya begitu gagah dan mempesona. Galih hanya wara wiri di dalam rumah karena ia masih dilarang untuk keluar rumah.Karena merasa bosan, Galih pun ikut andil dalam acara masak memasak. Lagi pula dia sudah terbiasa mengiris sayuran seperti kol dan wortel untuk usaha gorengan kriuk mereka. "Boleh saya bantu, Mbak Yas?" tanya Galih. "Boleh, kenapa tidak adik iparku yang tam
SANTET CELANA DALAM 29 "Bau apa ini, Pak?" Baru saja bangun tidur Sumini menghidu bau yang membuat perutnya mual. "Bau apa ya, Bu? Kalau bangkai tikus nggak begini baunya," kata Danang sambil menutupi hidungnya."Nah, itu dia. Ini seperti bau cucian yang direndam semalaman, amis-amis basi gimana gitu." Sumini tak mampu mengambarkan bau aneh tersebut. Mereka pun mencoba mencari sumber dari bau busuk itu. Sedangkan Ita masih tergeletak tak sadarkan diri di atas hamparan sajadah dengan masih memakai mukena. Tak menemukan sumber dari bau tak sedap itu, Sumini membuka pintu rumahnya lebar-lebar. Pun juga semua jendela. Ia menyemprotkan pengharum ruangan ke seluruh sudut rumah."Semoga ndang hilang baunya," ujar Sumini. Kemudian ia pun pergi berbelanja. ***Ita membuka mata, tampak hari sudah terang. Cahaya mentari memaksa masuk ke dalam kamarnya melalui celah jendela kayunya membentuk tombak-tombak kecil. "Kenapa aku?" Ita mencoba mengingat apa yang terjadi. Ia baru sadar kalau dir
SANTET CELANA DALAM 30Ita tak langsung pulang, ia melipir ke sungai tempat biasa dia main bersama Galih dan kawan-kawannya dulu. Ita berjalan di bawah rindangnya pohon bambu. Suara gemericik air membuat hati Ita sedikit terasa tenang. Tiba-tiba Galih kecil menabrak dirinya dari belakang. Bayangan masa kecilnya tetiba terlintas jelas di depan matanya seakan ia kembali di masa itu. "Maaf," kata Galih. Ia berlari di depannya. Ita pun mengikutinya, tak jauh dari sana terlihat dirinya, Nining, Erna dan Raga sedang membakar ikan. Ita memperhatikan mereka yang nampak bahagia. "Galih, kamu cari daun pisang, ini ikannya sudah mau matang," teriak Nining kecil dengan rambut yang dikuncir dua. "Siap." Galih segera berlari, karena tak hati-hati Galih hampir saja tergelincir. "Hati-hati." Teriak Ita ketika melihat Galih kecil hampir saja jatuh. Galih menoleh dan tersenyum padanya, kemudian berlari ke kebun pisang tak jauh dari sungai itu. Erna sibuk mengipas bara. Sedangkan Ita kecil memoton