SANTET CELANA DALAM 26 Ita segera mengambil celananya kemudian melemparnya ke lantai. Merontokkan belatung-belatung itu dari sana. Bau amis menguar hebat. Ita menutupi hidungnya. Kemudian ia meraih selang, menghidupkan air untuk menyiram belatung-belatung tersebut di saat semuanya tengah berkumpul di masjid. "Apa ini? Kenapa belatung itu bisa ada di celana dalamku? Kenapa cairan itu terus keluar dari tubuhku? Jangan-jangan Ustad Ilham yang melakukan ini padaku, harusnya ini terjadi kepada Nining. Harusnya dia yang membusuk," gumam Ita. Mendadak ia begitu gelisah, apakah santet yang dikirim Ki Drama justru berbalik kepadanya? Ita masih belum kembali ke acara Nining. Ia berjalan mondar-mandir sambil mengingit ujung jarinya. "Aku harus menemui, Ki Darma sekarang juga!" tekadnya. Ita menyambar kunci motornya, lalu gegas pergi ke rumah Ki Darma. Hari itu kedua orang tuanya pasti akan disibukkan dengan acara pernikahan Nining, mereka tak akan mengetahui jika dirinya tak ada di sana.
SANTET CE LA NA DALAM 27 PINDAHKAN JEMURAN KE DALAM RUMAH SEBELUM MALAM, TERUTAMA PAKAIAN DALAM.JUDUL DI KBM: Santet Pakaian Dalam Nana Shamsy______________Rumah Ki Darma dipenuhi oleh pelayat. Mobil berderet hingga ke ujung jalan. Kepergian Ni Pratiwi menyita banyak perhatian. Anggara putra pertama Ni Pratiwi tampak tegar melepas kepergian ibunya sedangkan Dewi anak bungsunya tak mampu menahan tangis."Sudah, Wi." Angga memeluk erat adiknya. "Dewi, jangan menangisi kepergian ibumu, itu akan memberatkannya. Bukankah, setiap makhluk hidup akan mati pada akhirnya. Nanti kalau Bapa meninggal dunia, berjanjilah untuk tidak menangis," kata Ki Darma. Ia memakai jubah putih dengan sorban warna putih. Orang yang melihat penampilannya pasti tidak akan pernah meyangka kalau sebenarnya kematian Ni Pratiwi adalah akibat perbuatannya. "Bapa. Bapa jangan bilang seperti itu, Dewi ingin Bapa sehat selalu. Dewi cuma nggak rela melihat keadaan Ibu. Dewi yakin, Ibu dibunuh. Bapa, tolong tingga
SANTET CE LA NA DALAM 28 PINDAHKAN JEMURAN KE DALAM RUMAH SEBELUM MALAM, TERUTAMA PAKAIAN DALAM! Judul di Aplikasi KBM: Santet Pakaian Dalam.Cerbung ini hanya bisa dibaca di aplikasi KBM APP.Nana Shamsy-----------------------Pintu kamar Nining tertutup rapat. Galih di dalam bersamanya di saat semua sedang memasak mempersiapkan hidangan berupa nasi tumpeng untuk acara sepasaran nanti sambil bersenda gurau. Moment berkumpul seperti inilah yang membuat rasa persaudaraan menjadi semakin erat. Saat Galih keluar dari kamar Nining. Ita terus memandangnyaa, belum pernah Ita melihat Galih hanya memakai kaos dalam. Rupanya begitu gagah dan mempesona. Galih hanya wara wiri di dalam rumah karena ia masih dilarang untuk keluar rumah.Karena merasa bosan, Galih pun ikut andil dalam acara masak memasak. Lagi pula dia sudah terbiasa mengiris sayuran seperti kol dan wortel untuk usaha gorengan kriuk mereka. "Boleh saya bantu, Mbak Yas?" tanya Galih. "Boleh, kenapa tidak adik iparku yang tam
SANTET CELANA DALAM 29 "Bau apa ini, Pak?" Baru saja bangun tidur Sumini menghidu bau yang membuat perutnya mual. "Bau apa ya, Bu? Kalau bangkai tikus nggak begini baunya," kata Danang sambil menutupi hidungnya."Nah, itu dia. Ini seperti bau cucian yang direndam semalaman, amis-amis basi gimana gitu." Sumini tak mampu mengambarkan bau aneh tersebut. Mereka pun mencoba mencari sumber dari bau busuk itu. Sedangkan Ita masih tergeletak tak sadarkan diri di atas hamparan sajadah dengan masih memakai mukena. Tak menemukan sumber dari bau tak sedap itu, Sumini membuka pintu rumahnya lebar-lebar. Pun juga semua jendela. Ia menyemprotkan pengharum ruangan ke seluruh sudut rumah."Semoga ndang hilang baunya," ujar Sumini. Kemudian ia pun pergi berbelanja. ***Ita membuka mata, tampak hari sudah terang. Cahaya mentari memaksa masuk ke dalam kamarnya melalui celah jendela kayunya membentuk tombak-tombak kecil. "Kenapa aku?" Ita mencoba mengingat apa yang terjadi. Ia baru sadar kalau dir
SANTET CELANA DALAM 30Ita tak langsung pulang, ia melipir ke sungai tempat biasa dia main bersama Galih dan kawan-kawannya dulu. Ita berjalan di bawah rindangnya pohon bambu. Suara gemericik air membuat hati Ita sedikit terasa tenang. Tiba-tiba Galih kecil menabrak dirinya dari belakang. Bayangan masa kecilnya tetiba terlintas jelas di depan matanya seakan ia kembali di masa itu. "Maaf," kata Galih. Ia berlari di depannya. Ita pun mengikutinya, tak jauh dari sana terlihat dirinya, Nining, Erna dan Raga sedang membakar ikan. Ita memperhatikan mereka yang nampak bahagia. "Galih, kamu cari daun pisang, ini ikannya sudah mau matang," teriak Nining kecil dengan rambut yang dikuncir dua. "Siap." Galih segera berlari, karena tak hati-hati Galih hampir saja tergelincir. "Hati-hati." Teriak Ita ketika melihat Galih kecil hampir saja jatuh. Galih menoleh dan tersenyum padanya, kemudian berlari ke kebun pisang tak jauh dari sungai itu. Erna sibuk mengipas bara. Sedangkan Ita kecil memoton
SANTET CELANA DALAM PART 31"Katakan, di mana ce la na dalam Nining dikubur?" Ustad Ilham menunggu jawaban Ita dengan sabar. "Sa-saya tidak tahu Pak Ustad." "Kamu nggak tahu?" Ita menganggukkan kepalanya. "Saya hanya menyerahkan celana itu kepada Ki Darma. Tiga hari setelahnya, saya mendengar kabar yang terjadi kepada Nining dari Erna. Ia mengirimkan vidio Nining kepada saya. Sungguh saya tidak tahu Pak Ustad. Saya tidak bohong, sumpah," kata Ita sambil menangis."Tadinya memang saya bahagia atas apa yang terjadi kepada Nining. Namun, setelah semua yang terjadi, saya mulai sadar bahwa apa yang saya lakukan semuanya sia-sia. Mungkin karena Nining anak baik, karenanya Allah selalu melindunginya. Aku kira aku menang, ternyata aku kalah. Ya, Pak Ustad, saya sadar akan hal itu. Apapun yang saya lakukan, akhirnya saya yang merasakan. Saya kehilangan Galih dan Arkan, bahkan saya bisa saja kehilangan seluruh keluarga saya kalau saya berkata jujur kepada mereka." Ustad Ilham membuang na
SANTET CELANA DALAM PART 32 Semakin hari keadaan Ita semakin memburuk. Badannya yang berisi dalam hitungan hari tinggal kulit membalut tulang. Bersamaan dengan itu bau badannya pun semakin busuk menyebar sehingga mulai mengganggu ketentraman para tetangga. "Ini gimana ya? Iya sih, si Ita lagi sakit, tapi kalau begini terus justru kita yang gantian sakit," kata Bu Indra sambil menutup hidung, padahal ia sudah memakai masker. Di dalam masker ia tetesi aroma terapi. Rumah Bu Indra tepat bersebelahan dengan rumah Sumini. "Iya, terus gimana ya, Bu Indra baiknya. Anakku juga jadi nggak nafsu makan. Mana anakku masih kecil, lagi butuh banyak nutrisi," keluh Nisa. "Apalagi aku. Anakku lagi hamil muda, dia lagi mabok, sekarang malah lebih parah gara-gara Si Ita," timpal Bu Nadin. "Ya, kalau begini kita harus bicara sama Yu Sumi. Kita usulkan saja buat mengungsikan Si Ita sampai sembuh. Nggak mungkin donk, kita begini terus. Masa iya, demi satu orang kita mengorbankan banyak orang," imbu
SANTET CELANA DALAM PART 33Pagi itu ketika berbelanja, Darsih bertemu dengan Yasmin. Ia pun menanyakan bagaimana kabar Ita, bagaimana perkembangannya. "Keadaan Ita makin parah Mbak Darsih. Kemungkinan besok Ita akan kami bawa ke gubuk yang ada di kebun untuk sementara waktu." "Lho, kok, begitu." "Para tetangga mengeluhkan baunya. Jujur, aku saja sebenarnya nggak kuat kalau jendela kamarku terbuka. Mangkanya jendela kamarku tak tutup terus. Tapi, mau bagaimana lagi, aku juga kasian kalau lihat Bude Sumi mengurus Ita sendirian. Sedangkan saat Nining membutuhkan, Bude Sumi selalu menjadi orang pertama yang membantu kami," kata Yasmin sambil memilih sayur. "Oh, begitu. Kalau kata Ustad Ilham bagaimana?" "Ustad Ilham juga berusaha membantu semaksimal mungkin." "Semoga Ita segera membaik." Darsih memegang jemari Yasmin."Makasih Mbak Darsih." Mereka pun saling melempar senyum. "Yas, aku duluan," pamit Darsih setelah membayar belanjaannya.*** Pulang dari berbelanja Galih menden