SANTET CELANA DALAM 30Ita tak langsung pulang, ia melipir ke sungai tempat biasa dia main bersama Galih dan kawan-kawannya dulu. Ita berjalan di bawah rindangnya pohon bambu. Suara gemericik air membuat hati Ita sedikit terasa tenang. Tiba-tiba Galih kecil menabrak dirinya dari belakang. Bayangan masa kecilnya tetiba terlintas jelas di depan matanya seakan ia kembali di masa itu. "Maaf," kata Galih. Ia berlari di depannya. Ita pun mengikutinya, tak jauh dari sana terlihat dirinya, Nining, Erna dan Raga sedang membakar ikan. Ita memperhatikan mereka yang nampak bahagia. "Galih, kamu cari daun pisang, ini ikannya sudah mau matang," teriak Nining kecil dengan rambut yang dikuncir dua. "Siap." Galih segera berlari, karena tak hati-hati Galih hampir saja tergelincir. "Hati-hati." Teriak Ita ketika melihat Galih kecil hampir saja jatuh. Galih menoleh dan tersenyum padanya, kemudian berlari ke kebun pisang tak jauh dari sungai itu. Erna sibuk mengipas bara. Sedangkan Ita kecil memoton
SANTET CELANA DALAM PART 31"Katakan, di mana ce la na dalam Nining dikubur?" Ustad Ilham menunggu jawaban Ita dengan sabar. "Sa-saya tidak tahu Pak Ustad." "Kamu nggak tahu?" Ita menganggukkan kepalanya. "Saya hanya menyerahkan celana itu kepada Ki Darma. Tiga hari setelahnya, saya mendengar kabar yang terjadi kepada Nining dari Erna. Ia mengirimkan vidio Nining kepada saya. Sungguh saya tidak tahu Pak Ustad. Saya tidak bohong, sumpah," kata Ita sambil menangis."Tadinya memang saya bahagia atas apa yang terjadi kepada Nining. Namun, setelah semua yang terjadi, saya mulai sadar bahwa apa yang saya lakukan semuanya sia-sia. Mungkin karena Nining anak baik, karenanya Allah selalu melindunginya. Aku kira aku menang, ternyata aku kalah. Ya, Pak Ustad, saya sadar akan hal itu. Apapun yang saya lakukan, akhirnya saya yang merasakan. Saya kehilangan Galih dan Arkan, bahkan saya bisa saja kehilangan seluruh keluarga saya kalau saya berkata jujur kepada mereka." Ustad Ilham membuang na
SANTET CELANA DALAM PART 32 Semakin hari keadaan Ita semakin memburuk. Badannya yang berisi dalam hitungan hari tinggal kulit membalut tulang. Bersamaan dengan itu bau badannya pun semakin busuk menyebar sehingga mulai mengganggu ketentraman para tetangga. "Ini gimana ya? Iya sih, si Ita lagi sakit, tapi kalau begini terus justru kita yang gantian sakit," kata Bu Indra sambil menutup hidung, padahal ia sudah memakai masker. Di dalam masker ia tetesi aroma terapi. Rumah Bu Indra tepat bersebelahan dengan rumah Sumini. "Iya, terus gimana ya, Bu Indra baiknya. Anakku juga jadi nggak nafsu makan. Mana anakku masih kecil, lagi butuh banyak nutrisi," keluh Nisa. "Apalagi aku. Anakku lagi hamil muda, dia lagi mabok, sekarang malah lebih parah gara-gara Si Ita," timpal Bu Nadin. "Ya, kalau begini kita harus bicara sama Yu Sumi. Kita usulkan saja buat mengungsikan Si Ita sampai sembuh. Nggak mungkin donk, kita begini terus. Masa iya, demi satu orang kita mengorbankan banyak orang," imbu
SANTET CELANA DALAM PART 33Pagi itu ketika berbelanja, Darsih bertemu dengan Yasmin. Ia pun menanyakan bagaimana kabar Ita, bagaimana perkembangannya. "Keadaan Ita makin parah Mbak Darsih. Kemungkinan besok Ita akan kami bawa ke gubuk yang ada di kebun untuk sementara waktu." "Lho, kok, begitu." "Para tetangga mengeluhkan baunya. Jujur, aku saja sebenarnya nggak kuat kalau jendela kamarku terbuka. Mangkanya jendela kamarku tak tutup terus. Tapi, mau bagaimana lagi, aku juga kasian kalau lihat Bude Sumi mengurus Ita sendirian. Sedangkan saat Nining membutuhkan, Bude Sumi selalu menjadi orang pertama yang membantu kami," kata Yasmin sambil memilih sayur. "Oh, begitu. Kalau kata Ustad Ilham bagaimana?" "Ustad Ilham juga berusaha membantu semaksimal mungkin." "Semoga Ita segera membaik." Darsih memegang jemari Yasmin."Makasih Mbak Darsih." Mereka pun saling melempar senyum. "Yas, aku duluan," pamit Darsih setelah membayar belanjaannya.*** Pulang dari berbelanja Galih menden
SANTET CELANA DALAM PART 34 "Bu!" pekik Danang."Ibuuuu!" Danang mencoba membangunkan istrinya dengan cara menepuk-nepuk pipi Sumini. "Bu, bangun, Bu!" ucap Danang. Sedangkan Aji masih mencoba mencerna ucapan Ita barusan. Ia ingin menginterogasi Ita secara mendalam. Namun, keadaan masih belum memungkinkan. Dengan terpaksa Aji harus bersabar meski begitu banyak pertanyaan melintas dibenaknya. Apa maksud dari ucapan Ita bahwa dia adalah dalang dibalik semuanya. Aji keluar dari gubuk menuju ke kamar mandi, mengambil air untuk dicipratkan ke wajah Budenya. "Pakde, coba cipratkan air ini ke wajah, Bude," kata Aji sambil menyodorkan gayung berisi air. Danang mencelupkan kelima ujung jari kanannya kemudian mencipratkan air itu ke wajah Sumini. Tak lama kemudian jari tangan Sumini mulai bergerak. "Bu, kamu sudah sadar?" kata Danang mencoba berkomunikasi. Aji segera menyingkirkan gayung berisi air tadi ke balik dinding gubuk bagian luar. "Ibuuuu!" panggil Ita tanpa bisa bergerak. Ha
SANTET CELANA DALAM 35Kerabat jauh Danang masih belum ada yang datang. Sedangkan Yasmin harus memasak nasi tumpeng sebagai tanda atau memaknai arti dari ikhlas. Nasi tumpeng ini biasanya akan disajikan setelah para pelayat pulang dari pemakaman. Biasanya para tetangga ikut bahu membahu dalam kegiatan ini. Namun berbeda dengan kali ini, Yasmin bahkan belum menyiapkan apapun karena para tetangga engan datang. "Mas, bagaimana ini, aku nggak akan bisa menyiapkan semuanya sendirian, aku butuh bantuan. Apa kita ndak perlu bikin nasi tumpeng, Mas. Toh, ndak ada yang ke sini?" tanya Yasmin dengan perasaan gusar."Masak saja, nanti kita bagi-bagikan sepulang mereka dari pemakaman. Meski jenazah Ita tidak dibawa pulang, mereka pasti akan mengantar dari kebun ke pemakaman.""Siapa yang memandikan jenazah Ita, Mas?" "Pakde dan Bude," jawab Aji sambil bersiap mau pergi ke kebun. "Mas, temanin aku," rengek Yasmin. Andai saja ia tidak ditugaskan untuk membuat nasi tumpeng, pastilah dia turut
SANTET CELANA DALAM 36 Tak butuh waktu lama, semua orang pun mendengar kabar ditemukannya celana dalam Nining di kuburan dari Kardi dan Yusuf. Cerita panjang mengenai kematian Ita, semakin dikait-kaitkan dengan kejadian itu. "Pasti akar-akar aneh itu adalah petunjuk. Kami sampai harus berpindah tiga kali untuk menggali kuburan Ita. Banyak sekali akar pohon yang keras dan batu besar. Pokoknya banyak banget rintangannya. Rasanya juga berat waktu menggali, tapi di tempat terakhir, seolah ada yang membantu kami. Tanahnya begitu gembur, mangkanya kendi itu utuh dan tidak pecah," cerita Kardi antusias di teras rumahnya. Fadli, Haris, Jaka, dan Heri, sengaja main ke rumahnya hanya untuk mendengarkan cerita darinya langsung. Mereka duduk melingkar sambil menikmati secangkir kopi. "Kenapa nggak kamu buka langsung waktu menemukan kendi itu, Di?" tanya Fadli. "Tadinya mau aku buka langsung, tapi nggak tahu kenapa, rasanya seperti ada yang mencegah seakan menyuruhku menunggu Ustad Ilham saja
SANTET CELANA DALAM PART 37"Pak Ustad!" Aji ingin menolong Ustad Ilham, tetapi dengan sigap Galih menghalanginya dengan memegang pundaknya."Ayo kita lanjutkan dzikir kita, Mas Aji. Ustad Ilham butuh bantuan kita," ucap Galih. "Galih benar, Le," sahut Danang. Mereka pun meninggalkan Ustad Ilham yang tengah kesakitan karena lehernya terlilit kain korden. Bismilahirohmanirokhim .....***Nining tertawa terbahak-bahak di depan Ustad Ilham. "Menyerahlah karena Tuhanmu pun tak akan bisa menyelamatkanmu malam ini. Percuma saja kalian melantunkan ayat-ayat Al-qur'an, karena aku lebih fasih dari pada kalian! Hahahaha!""Kamu boleh lebih fasih dari pada kami, tetapi kamu tetap tidak ada apa-apanya dihadapan Allah. Aku tidak meyakini, tetapi aku juga tidak menyangkal bahwasanya ayat-ayat Allah bisa membakarmu. Namun, aku percaya 'Kun Fayakun' jika Allah menghendaki apapun bisa terjadi. Karena itulah aku meminta bantuan kepadanya!" jawab Ustad Ilham masih berusaha melepaskan diri dari lili