SANTET CELANA DALAM 35Kerabat jauh Danang masih belum ada yang datang. Sedangkan Yasmin harus memasak nasi tumpeng sebagai tanda atau memaknai arti dari ikhlas. Nasi tumpeng ini biasanya akan disajikan setelah para pelayat pulang dari pemakaman. Biasanya para tetangga ikut bahu membahu dalam kegiatan ini. Namun berbeda dengan kali ini, Yasmin bahkan belum menyiapkan apapun karena para tetangga engan datang. "Mas, bagaimana ini, aku nggak akan bisa menyiapkan semuanya sendirian, aku butuh bantuan. Apa kita ndak perlu bikin nasi tumpeng, Mas. Toh, ndak ada yang ke sini?" tanya Yasmin dengan perasaan gusar."Masak saja, nanti kita bagi-bagikan sepulang mereka dari pemakaman. Meski jenazah Ita tidak dibawa pulang, mereka pasti akan mengantar dari kebun ke pemakaman.""Siapa yang memandikan jenazah Ita, Mas?" "Pakde dan Bude," jawab Aji sambil bersiap mau pergi ke kebun. "Mas, temanin aku," rengek Yasmin. Andai saja ia tidak ditugaskan untuk membuat nasi tumpeng, pastilah dia turut
SANTET CELANA DALAM 36 Tak butuh waktu lama, semua orang pun mendengar kabar ditemukannya celana dalam Nining di kuburan dari Kardi dan Yusuf. Cerita panjang mengenai kematian Ita, semakin dikait-kaitkan dengan kejadian itu. "Pasti akar-akar aneh itu adalah petunjuk. Kami sampai harus berpindah tiga kali untuk menggali kuburan Ita. Banyak sekali akar pohon yang keras dan batu besar. Pokoknya banyak banget rintangannya. Rasanya juga berat waktu menggali, tapi di tempat terakhir, seolah ada yang membantu kami. Tanahnya begitu gembur, mangkanya kendi itu utuh dan tidak pecah," cerita Kardi antusias di teras rumahnya. Fadli, Haris, Jaka, dan Heri, sengaja main ke rumahnya hanya untuk mendengarkan cerita darinya langsung. Mereka duduk melingkar sambil menikmati secangkir kopi. "Kenapa nggak kamu buka langsung waktu menemukan kendi itu, Di?" tanya Fadli. "Tadinya mau aku buka langsung, tapi nggak tahu kenapa, rasanya seperti ada yang mencegah seakan menyuruhku menunggu Ustad Ilham saja
SANTET CELANA DALAM PART 37"Pak Ustad!" Aji ingin menolong Ustad Ilham, tetapi dengan sigap Galih menghalanginya dengan memegang pundaknya."Ayo kita lanjutkan dzikir kita, Mas Aji. Ustad Ilham butuh bantuan kita," ucap Galih. "Galih benar, Le," sahut Danang. Mereka pun meninggalkan Ustad Ilham yang tengah kesakitan karena lehernya terlilit kain korden. Bismilahirohmanirokhim .....***Nining tertawa terbahak-bahak di depan Ustad Ilham. "Menyerahlah karena Tuhanmu pun tak akan bisa menyelamatkanmu malam ini. Percuma saja kalian melantunkan ayat-ayat Al-qur'an, karena aku lebih fasih dari pada kalian! Hahahaha!""Kamu boleh lebih fasih dari pada kami, tetapi kamu tetap tidak ada apa-apanya dihadapan Allah. Aku tidak meyakini, tetapi aku juga tidak menyangkal bahwasanya ayat-ayat Allah bisa membakarmu. Namun, aku percaya 'Kun Fayakun' jika Allah menghendaki apapun bisa terjadi. Karena itulah aku meminta bantuan kepadanya!" jawab Ustad Ilham masih berusaha melepaskan diri dari lili
SANTET CELANA DALAM PART 38 Nining membuka selimutnya, matanya terbelak dan mulutnya menganga mendapati perutnya yang membuncit."A-apa ini? Kenapa perutku sebesar ini? Apa aku terkena tumor Mas Aji?" Mata Nining berkaca-kaca. Ia bahkan tak berani meraba perutnya. Aji meraih telapak tangannya, menggenggamnya dengan erat. Tangisnya pun kembali pecah."Akan aku ceritakan semua padamu, jika keadaanmu sudah membaik," janji Aji."Mem-membaik? Membaik bagaimana? Apa selama ini aku sakit parah? Kenapa aku merasa seperti tertidur begitu lama? Sebenarnya apa yang terjadi padaku, Mas Aji?" desak Nining dengan bola mata berkaca-kaca. "Mbak Yas. Perut Mbak Yas sudah mengempis, apa dedek bayi sudah lahir? Kenapa aku bisa melewatkan semua ini? Mana dedek, aku mau menggendongnya?" Aji menoleh ke arah Yasmin. Istrinya hanya berdiri terpaku tanpa bisa berkata apa-apa sambil meraba perutnya.Apalagi Sumini dan Danang, mereka bahkan tak mampu menatap bola mata Nining. Bagaimana kalau ia sampai tahu
SANTET CELANA DALAM PART 39"Orang itu adalah dukun cabul, di mana Mas Aji yang membawamu ke sana untuk berobat. Dukun itu memanfaatkan keadaanmu. Kamu lihat foto Erna, Raga dan aku di bawah jembatan itu? Itu adalah foto di mana kami mencoba mengeluarkan kamu dari rumah dukun itu. Sayangnya semua sudah terlambat. Aku minta maaf," ucap Galih penuh penyesalan. Di sini Nining mulai menangis, ia memejamkan matanya beberapa saat. Menyadari jikalau dirinya kini sudah tak suci lagi. "Hal yang lebih menyedihkan lagi, seharusnya ada seseorang yang bisa menyelamatkanmu, tetapi ia lebih memilih diam dan membiarkan dukun itu berbuat tidak senonoh padamu," ucap Galih berhasil memancing reaksi marah Nining. "Apa orang itu juga yang mengirim guna-guna itu padaku?" tebakan Nining kali ini benar, hingga Galih pun mengangguk pelan. "Siapa, Gal?" "Ita," jawab Galih tanpa ragu. "Itaaaa?!" "Ya.""Kamu jangan ngada-ngada, Gal. Ita nggak mungkin melakukan semua itu padaku? Ita itu saudariku, dia itu
SANTET CELANA DALAM PART 40 Kokok ayam jago menandakan hari sudah pagi. Galih mengerjabkan matanya, sesekali ia menguap karena kantuk. Dengan baju yang masih basah ia segera pulang. Seperti biasa, meski masih pagi buta lampu dapur rumahnya sudah menyala. Darsih pasti sudah ke pasar menjajakan dagangannya. Galih mengambil kunci yang tergantung di sudut belakang rumahnya. Ia dan kakaknya biasa menaruh kunci di sana. Galih masuk, kemudian segera mandi. Usai mandi, Galih langsung menuju ke kamarnya karena rasa ngantuk yang sudah tak bisa ia tahan. Hampir semalaman ia tidak tidur. Ia menjatuhkan diri di kasurnya, dalam sekejap saja ia sudah tertidur lelap dengan rambut yang masih basah. ***Di rumah Aji. Nining sudah bangun mendahului Yasmin. Ia memasak masakan kesukaan Aji, kebetulan stok bahan makanan itu ada di kulkas. "Dek, kamu mencium sesuatu nggak?" bisik Aji pagi itu. "Iya, sedep banget. Kayaknya dari dapur Mas," jawab Yasmin. Mereka berdua lantas turun dari tempat tidur.
SANTET CELANA DALAM PART 41"Ini." Galih melepas cincin pernikahannya dan memberikannya kepada Arkan. "Aku kembalikan Nining padamu dalam keadaan utuh. Tolong kamu jaga dia baik-baik karena dia sudah banyak menderita." "Aku pasti akan menjaganya," janji Arkan."Aku percaya padamu, semoga kalian berdua bahagia." "Terima kasih," jawab Arkan. Mereka berdua pun berpelukan. Meski berat rasanya harus melepas Nining untuk Arkan, tetapi itu tak mengapa. Galih hanya ingin melihat Nining bahagia hidup dengan lelaki pilihan hatinya. "Bisakah aku bicara empat mata dengan Nining," tanya Arkan sopan. "Silakan, tapi apa tidak sebaiknya kamu ajak Nining pulang saja. Akan lebih baik kalau kalian gobrol di rumah Mas Aji. Di sana kalian akan bisa bicara lebih santai dan tenang," kata Galih memberi ide. "Benar juga," jawab Arkan. Kurang sopan rasanya kalau ia harus membahas tentang masa depannya bersama Nining di rumah Galih. "Kalau begitu, aku izin mengajak Nining pulang. Ning, ayo," ajak Arkan.
SANTET CELALAN DALAM PART 42 "Om, Galih. Tolongin donk." Seoarang Gadis kecil tiba-tiba datang dan meminta bantuan kepada Galih meniup sebuah balon untuknya. Ia menyodorkan balon berwarna merah kepada Galih. "Sini." Galih mengambil balon tersebut kemudian meniupnya. Tak lama kemudian teman si gadis kecil itu datang. Tiba-tiba saja Galih dan Nining sudah di kerumuni oleh mereka yang meminta bantuan untuk meniup balon."Bu Nining, kenapa tidak mengajar ngaji lagi? Kan, Bu Nining sudah sembuh?" tanya Fredi salah satu murid mengaji Nining. "Nanti ya. Nanti Bu Nining pasti akan mengajar kembali. Fredi udah sampai mana ngajinya?" tanya Nining ramah."Aku sudah iqro lima, Bu." "Wah, hebat donk." "Nanti Bu Nining mengajar lagi ya? Kami kangen," kata Fredi kemudian. "Iya, nanti Bu Nining mengajar lagi." "Bu Nining nggak akan lari-larian di jalan tanpa pakai baju lagi, kan? Itu kan, aurat, Bu?" tanya fredi dengan polosnya. "Iya, benar. Itu kan nggak boleh, Bu," sahut Kanaya."Eh, kata a