SANTET CE LA NA DALAM 28 PINDAHKAN JEMURAN KE DALAM RUMAH SEBELUM MALAM, TERUTAMA PAKAIAN DALAM! Judul di Aplikasi KBM: Santet Pakaian Dalam.Cerbung ini hanya bisa dibaca di aplikasi KBM APP.Nana Shamsy-----------------------Pintu kamar Nining tertutup rapat. Galih di dalam bersamanya di saat semua sedang memasak mempersiapkan hidangan berupa nasi tumpeng untuk acara sepasaran nanti sambil bersenda gurau. Moment berkumpul seperti inilah yang membuat rasa persaudaraan menjadi semakin erat. Saat Galih keluar dari kamar Nining. Ita terus memandangnyaa, belum pernah Ita melihat Galih hanya memakai kaos dalam. Rupanya begitu gagah dan mempesona. Galih hanya wara wiri di dalam rumah karena ia masih dilarang untuk keluar rumah.Karena merasa bosan, Galih pun ikut andil dalam acara masak memasak. Lagi pula dia sudah terbiasa mengiris sayuran seperti kol dan wortel untuk usaha gorengan kriuk mereka. "Boleh saya bantu, Mbak Yas?" tanya Galih. "Boleh, kenapa tidak adik iparku yang tam
SANTET CELANA DALAM 29 "Bau apa ini, Pak?" Baru saja bangun tidur Sumini menghidu bau yang membuat perutnya mual. "Bau apa ya, Bu? Kalau bangkai tikus nggak begini baunya," kata Danang sambil menutupi hidungnya."Nah, itu dia. Ini seperti bau cucian yang direndam semalaman, amis-amis basi gimana gitu." Sumini tak mampu mengambarkan bau aneh tersebut. Mereka pun mencoba mencari sumber dari bau busuk itu. Sedangkan Ita masih tergeletak tak sadarkan diri di atas hamparan sajadah dengan masih memakai mukena. Tak menemukan sumber dari bau tak sedap itu, Sumini membuka pintu rumahnya lebar-lebar. Pun juga semua jendela. Ia menyemprotkan pengharum ruangan ke seluruh sudut rumah."Semoga ndang hilang baunya," ujar Sumini. Kemudian ia pun pergi berbelanja. ***Ita membuka mata, tampak hari sudah terang. Cahaya mentari memaksa masuk ke dalam kamarnya melalui celah jendela kayunya membentuk tombak-tombak kecil. "Kenapa aku?" Ita mencoba mengingat apa yang terjadi. Ia baru sadar kalau dir
SANTET CELANA DALAM 30Ita tak langsung pulang, ia melipir ke sungai tempat biasa dia main bersama Galih dan kawan-kawannya dulu. Ita berjalan di bawah rindangnya pohon bambu. Suara gemericik air membuat hati Ita sedikit terasa tenang. Tiba-tiba Galih kecil menabrak dirinya dari belakang. Bayangan masa kecilnya tetiba terlintas jelas di depan matanya seakan ia kembali di masa itu. "Maaf," kata Galih. Ia berlari di depannya. Ita pun mengikutinya, tak jauh dari sana terlihat dirinya, Nining, Erna dan Raga sedang membakar ikan. Ita memperhatikan mereka yang nampak bahagia. "Galih, kamu cari daun pisang, ini ikannya sudah mau matang," teriak Nining kecil dengan rambut yang dikuncir dua. "Siap." Galih segera berlari, karena tak hati-hati Galih hampir saja tergelincir. "Hati-hati." Teriak Ita ketika melihat Galih kecil hampir saja jatuh. Galih menoleh dan tersenyum padanya, kemudian berlari ke kebun pisang tak jauh dari sungai itu. Erna sibuk mengipas bara. Sedangkan Ita kecil memoton
SANTET CELANA DALAM PART 31"Katakan, di mana ce la na dalam Nining dikubur?" Ustad Ilham menunggu jawaban Ita dengan sabar. "Sa-saya tidak tahu Pak Ustad." "Kamu nggak tahu?" Ita menganggukkan kepalanya. "Saya hanya menyerahkan celana itu kepada Ki Darma. Tiga hari setelahnya, saya mendengar kabar yang terjadi kepada Nining dari Erna. Ia mengirimkan vidio Nining kepada saya. Sungguh saya tidak tahu Pak Ustad. Saya tidak bohong, sumpah," kata Ita sambil menangis."Tadinya memang saya bahagia atas apa yang terjadi kepada Nining. Namun, setelah semua yang terjadi, saya mulai sadar bahwa apa yang saya lakukan semuanya sia-sia. Mungkin karena Nining anak baik, karenanya Allah selalu melindunginya. Aku kira aku menang, ternyata aku kalah. Ya, Pak Ustad, saya sadar akan hal itu. Apapun yang saya lakukan, akhirnya saya yang merasakan. Saya kehilangan Galih dan Arkan, bahkan saya bisa saja kehilangan seluruh keluarga saya kalau saya berkata jujur kepada mereka." Ustad Ilham membuang na
SANTET CELANA DALAM PART 32 Semakin hari keadaan Ita semakin memburuk. Badannya yang berisi dalam hitungan hari tinggal kulit membalut tulang. Bersamaan dengan itu bau badannya pun semakin busuk menyebar sehingga mulai mengganggu ketentraman para tetangga. "Ini gimana ya? Iya sih, si Ita lagi sakit, tapi kalau begini terus justru kita yang gantian sakit," kata Bu Indra sambil menutup hidung, padahal ia sudah memakai masker. Di dalam masker ia tetesi aroma terapi. Rumah Bu Indra tepat bersebelahan dengan rumah Sumini. "Iya, terus gimana ya, Bu Indra baiknya. Anakku juga jadi nggak nafsu makan. Mana anakku masih kecil, lagi butuh banyak nutrisi," keluh Nisa. "Apalagi aku. Anakku lagi hamil muda, dia lagi mabok, sekarang malah lebih parah gara-gara Si Ita," timpal Bu Nadin. "Ya, kalau begini kita harus bicara sama Yu Sumi. Kita usulkan saja buat mengungsikan Si Ita sampai sembuh. Nggak mungkin donk, kita begini terus. Masa iya, demi satu orang kita mengorbankan banyak orang," imbu
SANTET CELANA DALAM PART 33Pagi itu ketika berbelanja, Darsih bertemu dengan Yasmin. Ia pun menanyakan bagaimana kabar Ita, bagaimana perkembangannya. "Keadaan Ita makin parah Mbak Darsih. Kemungkinan besok Ita akan kami bawa ke gubuk yang ada di kebun untuk sementara waktu." "Lho, kok, begitu." "Para tetangga mengeluhkan baunya. Jujur, aku saja sebenarnya nggak kuat kalau jendela kamarku terbuka. Mangkanya jendela kamarku tak tutup terus. Tapi, mau bagaimana lagi, aku juga kasian kalau lihat Bude Sumi mengurus Ita sendirian. Sedangkan saat Nining membutuhkan, Bude Sumi selalu menjadi orang pertama yang membantu kami," kata Yasmin sambil memilih sayur. "Oh, begitu. Kalau kata Ustad Ilham bagaimana?" "Ustad Ilham juga berusaha membantu semaksimal mungkin." "Semoga Ita segera membaik." Darsih memegang jemari Yasmin."Makasih Mbak Darsih." Mereka pun saling melempar senyum. "Yas, aku duluan," pamit Darsih setelah membayar belanjaannya.*** Pulang dari berbelanja Galih menden
SANTET CELANA DALAM PART 34 "Bu!" pekik Danang."Ibuuuu!" Danang mencoba membangunkan istrinya dengan cara menepuk-nepuk pipi Sumini. "Bu, bangun, Bu!" ucap Danang. Sedangkan Aji masih mencoba mencerna ucapan Ita barusan. Ia ingin menginterogasi Ita secara mendalam. Namun, keadaan masih belum memungkinkan. Dengan terpaksa Aji harus bersabar meski begitu banyak pertanyaan melintas dibenaknya. Apa maksud dari ucapan Ita bahwa dia adalah dalang dibalik semuanya. Aji keluar dari gubuk menuju ke kamar mandi, mengambil air untuk dicipratkan ke wajah Budenya. "Pakde, coba cipratkan air ini ke wajah, Bude," kata Aji sambil menyodorkan gayung berisi air. Danang mencelupkan kelima ujung jari kanannya kemudian mencipratkan air itu ke wajah Sumini. Tak lama kemudian jari tangan Sumini mulai bergerak. "Bu, kamu sudah sadar?" kata Danang mencoba berkomunikasi. Aji segera menyingkirkan gayung berisi air tadi ke balik dinding gubuk bagian luar. "Ibuuuu!" panggil Ita tanpa bisa bergerak. Ha
SANTET CELANA DALAM 35Kerabat jauh Danang masih belum ada yang datang. Sedangkan Yasmin harus memasak nasi tumpeng sebagai tanda atau memaknai arti dari ikhlas. Nasi tumpeng ini biasanya akan disajikan setelah para pelayat pulang dari pemakaman. Biasanya para tetangga ikut bahu membahu dalam kegiatan ini. Namun berbeda dengan kali ini, Yasmin bahkan belum menyiapkan apapun karena para tetangga engan datang. "Mas, bagaimana ini, aku nggak akan bisa menyiapkan semuanya sendirian, aku butuh bantuan. Apa kita ndak perlu bikin nasi tumpeng, Mas. Toh, ndak ada yang ke sini?" tanya Yasmin dengan perasaan gusar."Masak saja, nanti kita bagi-bagikan sepulang mereka dari pemakaman. Meski jenazah Ita tidak dibawa pulang, mereka pasti akan mengantar dari kebun ke pemakaman.""Siapa yang memandikan jenazah Ita, Mas?" "Pakde dan Bude," jawab Aji sambil bersiap mau pergi ke kebun. "Mas, temanin aku," rengek Yasmin. Andai saja ia tidak ditugaskan untuk membuat nasi tumpeng, pastilah dia turut
SANTET CELANA DALAM 48Di dalam mobil, Nining tak henti berdoa agar Galih baik-baik saja. "Tenang Ning. Galih pasti akan baik-baik saja," kata Erna. "Mbak Darsih juga tenang, ya. Sebaiknya kita semua berdoa untuk Galih," ujar Erna lagi. Meski ia juga sangat kawatir akan keadaan Galih, tetapi Erna tetap berusaha tenang.Keluarga Ustad Ilham pun turut serta di belakang mobil Arkan. Sesampainya di rumah sakit, Galih langsung dilarikan ke ruang UGD. Mereka semua menunggu di luar dengan perasaan cemas. Aji sejak tadi mondar-mandir berjalan ke kiri dan ke kanan.Yasmin terus berusaha menenangkan Darsih. Sementara itu, Erna dan Nazwa mengapit Nining yang terus menangis sejak tadi.Begitu pintu ruang UGD dibuka. Darsih segera bangkit dan berlari menghampiri Sang Dokter. "Bagaimana keadaan adik saya, Dok?" "Adik Anda baik-baik saja, tapi ia mengalami luka bakar yang cukup serius. Kemungkinan besar separuh wajah adik Anda akan rusak akibat luka bakar tersebut. Ini saja yang bisa kami sampai
Santet Celana dalam 47"Galih?" "Iya," tegas Erna."Kamu jangan bercanda Er. Ini tidak mungkin." "Kalau tidak percaya, kamu bisa lihat sendiri," tentang Erna. Nining pun bangkit dari duduknya. Ia berjalan cepat dan mengintip ke arah ruang tamu. Terlihat Galih duduk di depan Pak Penghulu. Ia menjawab pertanyaan dari Abbah Udin dengan tenang. Namun, tiba-tiba tatapan mata mereka bertemu. "Dia sangat cantik, dia baik, dia tabah menghadapi takdir hidupnya yang pahit. Dia wanita paling kuat dan sederhana yang pernah ku kenal, Bah." "Galih ...." ucap Nining lirih. Di sebelahnya Arkan duduk dengan santainya sambil tersenyum ke arah Nining."Arkan." "Arkan tak mau mengambil kebahagianmu, Ning." Yasmin tiba-tiba muncul di belakang Nining memegang pundak kirinya.."Bagaimana ini bisa terjadi?" "Aku memberitahukan semuanya kepada Bu Aya dan Pak Ismu. Aku memang berjanji tak akan memberitahukan perihal kesalahpahaman itu kepada Galih dan Arkan, tapi aku nggak berjanji untuk diam kepada ke
SANTET CELANA DALAM 46"Mas. Kita harus bicara," kata Yasmin setelah keluarga Arkan pergi dan Budenya pulang. "Mbak Yas, sudah nggak papa," ucap Nining. Ia menarik lengan tangan kakaknya mengiba. "Ning.""Mbak Yas, sudahlah." "Ada apa?" tanya Aji tak mengerti melihat sikap adik dan istrinya. Yasmin melihat ke arah luar. Mobil Arkan sudah melaju pergi. "Mas, sebenarnya apa yang terjadi. Mas bilang sudah mendengar semua percakapanku dengan Nining. Kenapa Mas bisa salah begini?" protes Yasmin."Salah? Apanya yang salah?""Nining memilih Galih, bukan Arkan." Akhirnya Yasmin mengatakannya juga. Nining memejamkan matanya mencoba mengambil napas dalam-dalam lalu ia hembuskan perlahan. Nining takut akan terjadi masalah besar. "Bukankah kamu bilang kalau Arkan pasti akan senang dengan keputusan Nining. Dia sudah lama menunggu jawaban ini dari Nining?" ungkap Aji. "Iya, memang benar Arkan sudah menunggu lama jawaban dari Nining. Tapi apa Mas tahu apa jawaban Nining?!" "Arkan, kan?" "B
SANTET CELANA DALAM PART 45"Galih." "Galih?" "Iya, Galih. Menurutku ... dia yang lebih pantas menjadi ayahnya Gilang. Galih tanpa pamrih menjagaku selama ini meskipun aku pernah menolaknya. Ia juga tak pernah memaksakan kehendaknya padaku. Aku rasa, tak ada kata yang bisa kuungkapkan untuk mengambarkan bagaimana kebaikan Galih dan selain itu juga aku punya alasan lain." Nining pun tertunduk malu. "Apa itu?" "Kurasa ... aku mencintai Galih, Mbak," ucap Nining kemudian. Yasmin pun tersenyum, kemudian memeluk adik iparnya itu dengan gemas. "Mbak Bahagia banget mendengar keputusanmu ini, Ning. Aku yakin kamu akan bahagia bersamanya." "Benarkah, Mbak?" "Ya, Arkan pasti akan senang dengan keputusanmu ini. Mbak bahagia akhirnya kamu mau menikah juga. Dia sudah tak sabar menunggu jawaban darimu," ucap Yasmin. Di saat itulah secara tak sengaja Aji mendengar ucapan Yasmin ketika hendak kembali ke belakang usai mengambil dedak di samping rumah untuk campuran minum ternak kambing merek
SANTET CELANA DALAM PART 44Nining dirujuk ke rumah sakit bersama dengan bayinya. Hari bahagia itu seketika menjadi petaka. Entah apa yang terjadi mereka belum tahu pasti. Yang jelas detak jantung Nining semakin lemah. Sudah hampir satu jam Nining berada di dalam ruangan UGD. Yasmin menggendong putra Nining yang bahkan belum memiliki nama. Mereka semua menunggu kabar dari dokter dengan cemas. Begitu pintu dibuka. Aji langsung menghampiri Sang Dokter."Bagaimana keadaan adik saya, Dok?" "Maaf, kami sudah berusaha." "Apa?! Apa maksud dokter dengan meminta maaf?" bentak Aji."Pasien sudah tiada, kami sudah melakukan segala upaya, tapi Tuhan berkehendak lain." Bagai disambar petir. Aji terpaku di depan ruang UGD. Ia berjalan pelan menuju pintu, lalu melonggok ke dalam. Kain putih sudah menutupi seluruh tubuh Nining. Yasmin membekab mulutnya. Ia menangis tanpa suara. Bayi yang ada dalam gendongannya pun menangis, seakan ia ikut merasakan apa yang terjadi. Betapa malang nasibnya, ia
SANTET CELANA DALAM PART 43Tak mendapatkan jawaban yang pasti dari Nining, Arkan pun tak ingin memaksanya. Dari tempat Dokter, Nining diajak Arkan ke baby shop. Begitu masuk, mereka disuguhkan berbagai macam keperluan bayi.. Mulai dari baju, sepatu, sampai acsesoris. Nining berjalan ke deratan baju-baju bayi bermotif otomotif, lalu mengambil setelan baju anak bergambar pesawat terbang berwarna biru. "Lucu, ya?" tanyanya pada Arkan."Ya." Nining pun memasukannya ke dalam keranjang belanja. Pertama satu, hingga tanpa sadar keranjang belanja itu mulai penuh. "Ini bagus, ya?" "Iya," jawab Arkan. Ia terus memandangi Nining dan buru-buru memalingkan wajah ketika Nining memandangnya. Seperti pasangan suami istri, Arkan dengan sabar menemaninya. Sepatu-sepatu lucu turut masuk ke dalam keranjang, topi, kaos kaki, sampai mainan. "Total semuanya empat juta tiga ratus enam puluh dua, Mas," kata Mbak Kasir. "Hah, yang benar? Coba hitung lagi, Mbak. Siapa tahu salah," ucap Nining kaget
SANTET CELALAN DALAM PART 42 "Om, Galih. Tolongin donk." Seoarang Gadis kecil tiba-tiba datang dan meminta bantuan kepada Galih meniup sebuah balon untuknya. Ia menyodorkan balon berwarna merah kepada Galih. "Sini." Galih mengambil balon tersebut kemudian meniupnya. Tak lama kemudian teman si gadis kecil itu datang. Tiba-tiba saja Galih dan Nining sudah di kerumuni oleh mereka yang meminta bantuan untuk meniup balon."Bu Nining, kenapa tidak mengajar ngaji lagi? Kan, Bu Nining sudah sembuh?" tanya Fredi salah satu murid mengaji Nining. "Nanti ya. Nanti Bu Nining pasti akan mengajar kembali. Fredi udah sampai mana ngajinya?" tanya Nining ramah."Aku sudah iqro lima, Bu." "Wah, hebat donk." "Nanti Bu Nining mengajar lagi ya? Kami kangen," kata Fredi kemudian. "Iya, nanti Bu Nining mengajar lagi." "Bu Nining nggak akan lari-larian di jalan tanpa pakai baju lagi, kan? Itu kan, aurat, Bu?" tanya fredi dengan polosnya. "Iya, benar. Itu kan nggak boleh, Bu," sahut Kanaya."Eh, kata a
SANTET CELANA DALAM PART 41"Ini." Galih melepas cincin pernikahannya dan memberikannya kepada Arkan. "Aku kembalikan Nining padamu dalam keadaan utuh. Tolong kamu jaga dia baik-baik karena dia sudah banyak menderita." "Aku pasti akan menjaganya," janji Arkan."Aku percaya padamu, semoga kalian berdua bahagia." "Terima kasih," jawab Arkan. Mereka berdua pun berpelukan. Meski berat rasanya harus melepas Nining untuk Arkan, tetapi itu tak mengapa. Galih hanya ingin melihat Nining bahagia hidup dengan lelaki pilihan hatinya. "Bisakah aku bicara empat mata dengan Nining," tanya Arkan sopan. "Silakan, tapi apa tidak sebaiknya kamu ajak Nining pulang saja. Akan lebih baik kalau kalian gobrol di rumah Mas Aji. Di sana kalian akan bisa bicara lebih santai dan tenang," kata Galih memberi ide. "Benar juga," jawab Arkan. Kurang sopan rasanya kalau ia harus membahas tentang masa depannya bersama Nining di rumah Galih. "Kalau begitu, aku izin mengajak Nining pulang. Ning, ayo," ajak Arkan.
SANTET CELANA DALAM PART 40 Kokok ayam jago menandakan hari sudah pagi. Galih mengerjabkan matanya, sesekali ia menguap karena kantuk. Dengan baju yang masih basah ia segera pulang. Seperti biasa, meski masih pagi buta lampu dapur rumahnya sudah menyala. Darsih pasti sudah ke pasar menjajakan dagangannya. Galih mengambil kunci yang tergantung di sudut belakang rumahnya. Ia dan kakaknya biasa menaruh kunci di sana. Galih masuk, kemudian segera mandi. Usai mandi, Galih langsung menuju ke kamarnya karena rasa ngantuk yang sudah tak bisa ia tahan. Hampir semalaman ia tidak tidur. Ia menjatuhkan diri di kasurnya, dalam sekejap saja ia sudah tertidur lelap dengan rambut yang masih basah. ***Di rumah Aji. Nining sudah bangun mendahului Yasmin. Ia memasak masakan kesukaan Aji, kebetulan stok bahan makanan itu ada di kulkas. "Dek, kamu mencium sesuatu nggak?" bisik Aji pagi itu. "Iya, sedep banget. Kayaknya dari dapur Mas," jawab Yasmin. Mereka berdua lantas turun dari tempat tidur.