Beranda / Horor / SANTET / Bab 18

Share

Bab 18

Penulis: Nana Shamsy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-09 11:39:33

SANTET CELANA DALAM 18

Pyaar!

Seketika semua terkejut, gelas di atas nampan pun jatuh pecah berserak.

"Innalilahi Nduk, ati-ati," seru Sumini.

"Maaf," ujar Ita tanpa berani memandang wajah Ustad Ilham. Wajah Ita seketika pucat pasi.

Sumini pun membantu Ita memunggut pecahan beling, menaruhnya di atas nampan.

"Awas, tajam," kata Sumini kawatir. Danang gegas ke belakang mengambil keset kain untuk mengeringkan lantai.

Usai membersihkan lantai, Ita kembali ke dapur untuk membuat teh lagi.

"Ayo, Ibu bantu," ucap Sumini. Ia menyiapkan gelas di atas nampan dan menuangkan dua sendok teh gula.

"Kamu kenapa, Nduk? Kamu pucat sekali, kamu sakit, Nak?"" tanya Sumini.

"Nggak papa, Bu," jawab Ita.

"Kalau sakit, sebaiknya kamu pulang istirahat saja, biar Ibu yang bawa teh nya ke depan," kata Sumini. Ia memegang kening putrinya.

"I-iya Bu, Ita memang sedikit pusing," akunya. Sebenarnya Ita bisa saja pulang untuk menghindari Ustad Ilham, tetapi ia tidak ingin melewatkan apapun tentang Ni
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SANTET    Bab 19

    SANTET CE LA NA DALAM 19Ustad Ilham menggenggam buntalan itu beberapa saat, tangganya gemetar saat mencoba menarik kekuatan jahat dari buntalan itu. Allaahumma innaa nastahfidhuka wa nastaudi'uka diinanii wa anfusanaa wa ahlanaa wa aulaadanaa wa amwaalanaa wa kulla syai'in a'thaitanaa. "Ya Allah, kami memohon penjagaan kepada-Mu dan kami menitipkan kepada-Mu agama kami, diri kami, keluarga kami, anak-anak kami, dan segala sesuatu yang Engkau berikan kepada kami."Ustad Ilham mengusap wajahnya. Semuanya terdiam, fokus kepada Ustad Ilham.Ustad Ilham kemudian bangkit, ia menolah ke bingkai pintu di mana semuanya menatap tegang Ustad Ilham tak terkecuali Ita. Apalagi Ustad Ilham menatap lurus ke arahnya. Ita semakin panik saat Ustad Ilham berjalan ke arahnya dan berdiri tepat di depan Ita. Ita tak berani bergerak sampai Ustad Ilham bilang, "Tolong ambilkan kantung kresek!" Tanpa menjawab Ita langsung berlari ke dapur, di sana ia bisa melepaskan napasnya yang sempat tertahan. "Apa U

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-09
  • SANTET    Bab 20

    SANTET CELANA DALAM 20 Ita mondar-mandir di kamarnya, di kepalanya terlintas banyak tanya. Apakah benar Ustad Ilham tak mengetahui bahwa dialah pelakunya? Atau Ustad Ilham hanya berpura-pura tak tahu? Aku harus apa? Ustad Ilham membawa buntalan itu, apakah dia akan ... Ita membuang diri di tempat tidur, menenggelamkan wajahnya di bantal. "Nduk, Ita?" Sumini memanggil anaknya, seharian itu Ita tidak keluar kamar sama sekali. Sumini takut terjadi apa-apa padanya, apalagi Ita mengeluh sakit. "Iya, Bu," jawab Ita setelah membuka pintu. "Kamu nggak makan? Makan, Nak, nanti kamu malah tambah sakit." "Nanti aja, Bu. Ita sudah enakkan kok," jawab Ita. Ia kemudian mengunci pintu kamarnya kembali. Ita duduk di depan meja riasnya, menatap wajahnya baik-baik. "Sekarang aku harus apa? Sudah ada Ustad Ilham yang akan melindungi Nining. Aku harus segera menemui Ki Darma. Aku harus meminta pertolongan darinya. Ya, aku harus segera ke sana!" tekad Ita. Matahari telah kembali keperaduannya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-09
  • SANTET    Bab 21

    SANTET CELANA DALAM 21 "Ita benar-benar keras kepala, Bu. Ia tak mau mengaku. Ia tetap mempertahankan jin jahat itu bersamanya. Ruqyah yang aku lakukan untuknya gagal,," terang Ustad Ilham."Ya, Allah, kenapa bisa begitu?""Karena jiwanya menolak. Mungkin ia masih belum puas dengan perbuatannya, atau justru ia ingin berbuat lebih jauh lagi. Yang jelas Ita tidak mau membebaskan dirinya. Namun, aku yakin, dia tidak akan berani berbuat macam-macam lagi setelah ini. Aku juga terpaksa berbohong kepada orang tuanya." "Berbohong bagaimana, Pak?" "Aku bilang kepada orang tuanya untuk tidak membiarkan Ita keluar rumah. Ita sekarang juga menjadi incaran orang yang menyakiti Nining. Ita bisa saja menjadi seperti Nining. Untungnya mereka percaya, aku bilang begitu agar Ita tak bisa menemui dukunnya." "Untunglah. Kasian, orang tuanya begitu baik, tetapi kenapa anaknya begitu, ya, Pak?" "Sama seperti Pakde, mungkin Ita memiliki luka yang ia sembunyikan." "Semoga Allah selalu menjaga anak-an

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-09
  • SANTET    Bab 22

    SANTET CELANA DALAM 22 "Kabarnya Nining lagi sakit." Erna menghadap semangkuk gorengan. Malam itu seusai salat isya' ia dan Raga bertandang ke tempat jualan Galih. "Bagaimana kalau besok kita ke sana?" usul Raga. "Boleh, sudah lama sekali aku nggak mendengar kabarnya Nining soalnya emang sibuk banget," jawab Galih. Tempat jualan mereka yang baru benar-benar ramai. Sehari ia bisa menghabiskan hampir satu bal tepung. Bahkan kini Galih memiliki empat orang karyawan yang membantunya jualan. "Widih, keren banget sih, jadi Bos nie ceritanya sekarang," goda Raga. Ia mengambil satu tempe mendoan yang masih panas. "Eeemmm kriuk banget, pantesan laris gorenganmu enak!" "Alhamdulillah." "Udah siap nikah, donk!" celetuk Erna. Namun, keadaan tiba-tiba berubah menjadi hening ketika Mbak Darsih lewat di samping mereka. "Oh, iya, Gal. Aku baru ingat, bukankah waktu itu kamu pernah bilang kalau kamu jatuh cinta sama Ita?" tanya Raga penasaran. "Aku? Jatuh cinta pada Ita?" Respon Galih justru

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-09
  • SANTET    Bab 23

    SANTET CELANA DALAM 23 "Nggak! Mbak nggak mau merestui kamu, Gal. Apa kamu sudah gila? Kurang apa kamu? Sekarang dompet kamu sudah nggak kalah sama mereka yang berseragam! Wulan saja mau sama kamu, kamunya malah pilih bocah edan itu! M dibak nggak terima, Mbak nggak setuju! Sampai mati Mbak nggak setuju!" Ketus Darsih tak terima. Ia sudah bersusah payah kerja keras untuk mengangkat derajat mereka dan kini setelah ia mampu mewujudkannya ia nggak terima kalau Nining menjadi bagian dari keluargannya, menginggat Nining pernah menolak Galih saat masih kerja serabutan di proyek. Darsih juga lebih berani menanyakan Wulan anak Pak Karta, pemilik usaha bakso mie ayam kampung sebelah. Sama-sama berdagang, Pak Karta tahu bagaimana omset menjadi pengusaha kecil-kecilan seperti mereka yang nggak bisa dipandang sebelah mata. Pak Karta pun setuju dengan tawaran Darsih-Wulan sendiri juga mau. Mereka hanya tinggal menunggu keputusan Galih. Sedangkan Galih malah memilih Nining. "Aku mohon Mbak, a

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-09
  • SANTET    Bab 24

    SANTET CELANA DALAM 24Pintu rumah Aji tertutup rapat. Acara yang seharusnya berlangsung khidmat berakhir dalam sesaat. Aji menyuruh semua orang pulang meninggalkan rumahnya. Hidangan yang mereka suguhkan masih utuh tak tersentuh. Bude Sumini membawanya ke dapur. Memasukkannya ke dalam kulkas. Kemudian, ia dan Ita sebisa mungkin merapikan ruang tamu. Tinggal hamparan karpet di depan dekor sederhana yang tak terjamah. Happy Engagement Galih & Nining. Masih terpampang tulisan itu di korden berwarna putih sebagai background dekornya. "Sayang banget," ucap Ita. Tok! Tok! Tok! Galih mengetuk pintu bercat cokelat itu. Tanpa bertanya siapa tamu yang datang, Ita membukakan pintu. Rupanya Galih dan Darsih. Ita sempat terpaku beberapa saat melihat kedatangan mereka. Mau apa Galih kembali. "Emm, Mbak Darsih, Galih-""Kami mau bicara dengan Mas Aji." "Si-silakan, masuk," jawab Ita masih terheran-heran. Di kepalanya terus berputar sebuah tanya, untuk apa mereka berdua kembali. Acara pert

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-09
  • SANTET    Bab 25

    SANTET CELANA DALAM 25 H-1Semua semakin sibuk dengan persiapan masing-masing. "Bu, Ita ikut ke masjid dengan Erna, ya. Assalamualaikum." Ita pergi setelah mendapat persetujuan dari ibunya. Namun, bukan masjid tempat yang ia tuju, melainkan rumah Ki Darma. Ita berhenti sejenak di depan masjid Al-amin. Tempat di mana besok pagi Galih dan Nining akan melaksanakan ijab qobul. Masjid itu tengah dipasangi tenda dan hiasan-hiasan selayaknya sebuah pesta. Erna dan Raga terlibat di dalamnya, juga teman-teman sepermainan mereka. Harusnya Ita ikut bersama mereka, tetapi ia memilih pergi ke tempat yang tak seharusnya. Setelah menempuh perjalanan selama satu jam setengah lamanya. Ita sampai juga di depan sebuah rumah dengan pintu gerbang yang besar. Ita langsung dipersilakan untuk masuk. Mbok Jumi pembantu Ki Darma sudah sangat mengenalnya. "Mbak Ita, silakan masuk," sambut Mbok Jumi."Ki Darma?" "Ada di atas, seperti biasannya. Mari saya antar," kata Mbok Jumi. Lantai atas adalah lanta

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-09
  • SANTET    Bab 26

    SANTET CELANA DALAM 26 Ita segera mengambil celananya kemudian melemparnya ke lantai. Merontokkan belatung-belatung itu dari sana. Bau amis menguar hebat. Ita menutupi hidungnya. Kemudian ia meraih selang, menghidupkan air untuk menyiram belatung-belatung tersebut di saat semuanya tengah berkumpul di masjid. "Apa ini? Kenapa belatung itu bisa ada di celana dalamku? Kenapa cairan itu terus keluar dari tubuhku? Jangan-jangan Ustad Ilham yang melakukan ini padaku, harusnya ini terjadi kepada Nining. Harusnya dia yang membusuk," gumam Ita. Mendadak ia begitu gelisah, apakah santet yang dikirim Ki Drama justru berbalik kepadanya? Ita masih belum kembali ke acara Nining. Ia berjalan mondar-mandir sambil mengingit ujung jarinya. "Aku harus menemui, Ki Darma sekarang juga!" tekadnya. Ita menyambar kunci motornya, lalu gegas pergi ke rumah Ki Darma. Hari itu kedua orang tuanya pasti akan disibukkan dengan acara pernikahan Nining, mereka tak akan mengetahui jika dirinya tak ada di sana.

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-09

Bab terbaru

  • SANTET    Bab 48

    SANTET CELANA DALAM 48Di dalam mobil, Nining tak henti berdoa agar Galih baik-baik saja. "Tenang Ning. Galih pasti akan baik-baik saja," kata Erna. "Mbak Darsih juga tenang, ya. Sebaiknya kita semua berdoa untuk Galih," ujar Erna lagi. Meski ia juga sangat kawatir akan keadaan Galih, tetapi Erna tetap berusaha tenang.Keluarga Ustad Ilham pun turut serta di belakang mobil Arkan. Sesampainya di rumah sakit, Galih langsung dilarikan ke ruang UGD. Mereka semua menunggu di luar dengan perasaan cemas. Aji sejak tadi mondar-mandir berjalan ke kiri dan ke kanan.Yasmin terus berusaha menenangkan Darsih. Sementara itu, Erna dan Nazwa mengapit Nining yang terus menangis sejak tadi.Begitu pintu ruang UGD dibuka. Darsih segera bangkit dan berlari menghampiri Sang Dokter. "Bagaimana keadaan adik saya, Dok?" "Adik Anda baik-baik saja, tapi ia mengalami luka bakar yang cukup serius. Kemungkinan besar separuh wajah adik Anda akan rusak akibat luka bakar tersebut. Ini saja yang bisa kami sampai

  • SANTET    Bab 47

    Santet Celana dalam 47"Galih?" "Iya," tegas Erna."Kamu jangan bercanda Er. Ini tidak mungkin." "Kalau tidak percaya, kamu bisa lihat sendiri," tentang Erna. Nining pun bangkit dari duduknya. Ia berjalan cepat dan mengintip ke arah ruang tamu. Terlihat Galih duduk di depan Pak Penghulu. Ia menjawab pertanyaan dari Abbah Udin dengan tenang. Namun, tiba-tiba tatapan mata mereka bertemu. "Dia sangat cantik, dia baik, dia tabah menghadapi takdir hidupnya yang pahit. Dia wanita paling kuat dan sederhana yang pernah ku kenal, Bah." "Galih ...." ucap Nining lirih. Di sebelahnya Arkan duduk dengan santainya sambil tersenyum ke arah Nining."Arkan." "Arkan tak mau mengambil kebahagianmu, Ning." Yasmin tiba-tiba muncul di belakang Nining memegang pundak kirinya.."Bagaimana ini bisa terjadi?" "Aku memberitahukan semuanya kepada Bu Aya dan Pak Ismu. Aku memang berjanji tak akan memberitahukan perihal kesalahpahaman itu kepada Galih dan Arkan, tapi aku nggak berjanji untuk diam kepada ke

  • SANTET    Bab 46

    SANTET CELANA DALAM 46"Mas. Kita harus bicara," kata Yasmin setelah keluarga Arkan pergi dan Budenya pulang. "Mbak Yas, sudah nggak papa," ucap Nining. Ia menarik lengan tangan kakaknya mengiba. "Ning.""Mbak Yas, sudahlah." "Ada apa?" tanya Aji tak mengerti melihat sikap adik dan istrinya. Yasmin melihat ke arah luar. Mobil Arkan sudah melaju pergi. "Mas, sebenarnya apa yang terjadi. Mas bilang sudah mendengar semua percakapanku dengan Nining. Kenapa Mas bisa salah begini?" protes Yasmin."Salah? Apanya yang salah?""Nining memilih Galih, bukan Arkan." Akhirnya Yasmin mengatakannya juga. Nining memejamkan matanya mencoba mengambil napas dalam-dalam lalu ia hembuskan perlahan. Nining takut akan terjadi masalah besar. "Bukankah kamu bilang kalau Arkan pasti akan senang dengan keputusan Nining. Dia sudah lama menunggu jawaban ini dari Nining?" ungkap Aji. "Iya, memang benar Arkan sudah menunggu lama jawaban dari Nining. Tapi apa Mas tahu apa jawaban Nining?!" "Arkan, kan?" "B

  • SANTET    Bab 45

    SANTET CELANA DALAM PART 45"Galih." "Galih?" "Iya, Galih. Menurutku ... dia yang lebih pantas menjadi ayahnya Gilang. Galih tanpa pamrih menjagaku selama ini meskipun aku pernah menolaknya. Ia juga tak pernah memaksakan kehendaknya padaku. Aku rasa, tak ada kata yang bisa kuungkapkan untuk mengambarkan bagaimana kebaikan Galih dan selain itu juga aku punya alasan lain." Nining pun tertunduk malu. "Apa itu?" "Kurasa ... aku mencintai Galih, Mbak," ucap Nining kemudian. Yasmin pun tersenyum, kemudian memeluk adik iparnya itu dengan gemas. "Mbak Bahagia banget mendengar keputusanmu ini, Ning. Aku yakin kamu akan bahagia bersamanya." "Benarkah, Mbak?" "Ya, Arkan pasti akan senang dengan keputusanmu ini. Mbak bahagia akhirnya kamu mau menikah juga. Dia sudah tak sabar menunggu jawaban darimu," ucap Yasmin. Di saat itulah secara tak sengaja Aji mendengar ucapan Yasmin ketika hendak kembali ke belakang usai mengambil dedak di samping rumah untuk campuran minum ternak kambing merek

  • SANTET    Bab 44

    SANTET CELANA DALAM PART 44Nining dirujuk ke rumah sakit bersama dengan bayinya. Hari bahagia itu seketika menjadi petaka. Entah apa yang terjadi mereka belum tahu pasti. Yang jelas detak jantung Nining semakin lemah. Sudah hampir satu jam Nining berada di dalam ruangan UGD. Yasmin menggendong putra Nining yang bahkan belum memiliki nama. Mereka semua menunggu kabar dari dokter dengan cemas. Begitu pintu dibuka. Aji langsung menghampiri Sang Dokter."Bagaimana keadaan adik saya, Dok?" "Maaf, kami sudah berusaha." "Apa?! Apa maksud dokter dengan meminta maaf?" bentak Aji."Pasien sudah tiada, kami sudah melakukan segala upaya, tapi Tuhan berkehendak lain." Bagai disambar petir. Aji terpaku di depan ruang UGD. Ia berjalan pelan menuju pintu, lalu melonggok ke dalam. Kain putih sudah menutupi seluruh tubuh Nining. Yasmin membekab mulutnya. Ia menangis tanpa suara. Bayi yang ada dalam gendongannya pun menangis, seakan ia ikut merasakan apa yang terjadi. Betapa malang nasibnya, ia

  • SANTET    Bab 43

    SANTET CELANA DALAM PART 43Tak mendapatkan jawaban yang pasti dari Nining, Arkan pun tak ingin memaksanya. Dari tempat Dokter, Nining diajak Arkan ke baby shop. Begitu masuk, mereka disuguhkan berbagai macam keperluan bayi.. Mulai dari baju, sepatu, sampai acsesoris. Nining berjalan ke deratan baju-baju bayi bermotif otomotif, lalu mengambil setelan baju anak bergambar pesawat terbang berwarna biru. "Lucu, ya?" tanyanya pada Arkan."Ya." Nining pun memasukannya ke dalam keranjang belanja. Pertama satu, hingga tanpa sadar keranjang belanja itu mulai penuh. "Ini bagus, ya?" "Iya," jawab Arkan. Ia terus memandangi Nining dan buru-buru memalingkan wajah ketika Nining memandangnya. Seperti pasangan suami istri, Arkan dengan sabar menemaninya. Sepatu-sepatu lucu turut masuk ke dalam keranjang, topi, kaos kaki, sampai mainan. "Total semuanya empat juta tiga ratus enam puluh dua, Mas," kata Mbak Kasir. "Hah, yang benar? Coba hitung lagi, Mbak. Siapa tahu salah," ucap Nining kaget

  • SANTET    Bab 42

    SANTET CELALAN DALAM PART 42 "Om, Galih. Tolongin donk." Seoarang Gadis kecil tiba-tiba datang dan meminta bantuan kepada Galih meniup sebuah balon untuknya. Ia menyodorkan balon berwarna merah kepada Galih. "Sini." Galih mengambil balon tersebut kemudian meniupnya. Tak lama kemudian teman si gadis kecil itu datang. Tiba-tiba saja Galih dan Nining sudah di kerumuni oleh mereka yang meminta bantuan untuk meniup balon."Bu Nining, kenapa tidak mengajar ngaji lagi? Kan, Bu Nining sudah sembuh?" tanya Fredi salah satu murid mengaji Nining. "Nanti ya. Nanti Bu Nining pasti akan mengajar kembali. Fredi udah sampai mana ngajinya?" tanya Nining ramah."Aku sudah iqro lima, Bu." "Wah, hebat donk." "Nanti Bu Nining mengajar lagi ya? Kami kangen," kata Fredi kemudian. "Iya, nanti Bu Nining mengajar lagi." "Bu Nining nggak akan lari-larian di jalan tanpa pakai baju lagi, kan? Itu kan, aurat, Bu?" tanya fredi dengan polosnya. "Iya, benar. Itu kan nggak boleh, Bu," sahut Kanaya."Eh, kata a

  • SANTET    Bab 41

    SANTET CELANA DALAM PART 41"Ini." Galih melepas cincin pernikahannya dan memberikannya kepada Arkan. "Aku kembalikan Nining padamu dalam keadaan utuh. Tolong kamu jaga dia baik-baik karena dia sudah banyak menderita." "Aku pasti akan menjaganya," janji Arkan."Aku percaya padamu, semoga kalian berdua bahagia." "Terima kasih," jawab Arkan. Mereka berdua pun berpelukan. Meski berat rasanya harus melepas Nining untuk Arkan, tetapi itu tak mengapa. Galih hanya ingin melihat Nining bahagia hidup dengan lelaki pilihan hatinya. "Bisakah aku bicara empat mata dengan Nining," tanya Arkan sopan. "Silakan, tapi apa tidak sebaiknya kamu ajak Nining pulang saja. Akan lebih baik kalau kalian gobrol di rumah Mas Aji. Di sana kalian akan bisa bicara lebih santai dan tenang," kata Galih memberi ide. "Benar juga," jawab Arkan. Kurang sopan rasanya kalau ia harus membahas tentang masa depannya bersama Nining di rumah Galih. "Kalau begitu, aku izin mengajak Nining pulang. Ning, ayo," ajak Arkan.

  • SANTET    Bab 40

    SANTET CELANA DALAM PART 40 Kokok ayam jago menandakan hari sudah pagi. Galih mengerjabkan matanya, sesekali ia menguap karena kantuk. Dengan baju yang masih basah ia segera pulang. Seperti biasa, meski masih pagi buta lampu dapur rumahnya sudah menyala. Darsih pasti sudah ke pasar menjajakan dagangannya. Galih mengambil kunci yang tergantung di sudut belakang rumahnya. Ia dan kakaknya biasa menaruh kunci di sana. Galih masuk, kemudian segera mandi. Usai mandi, Galih langsung menuju ke kamarnya karena rasa ngantuk yang sudah tak bisa ia tahan. Hampir semalaman ia tidak tidur. Ia menjatuhkan diri di kasurnya, dalam sekejap saja ia sudah tertidur lelap dengan rambut yang masih basah. ***Di rumah Aji. Nining sudah bangun mendahului Yasmin. Ia memasak masakan kesukaan Aji, kebetulan stok bahan makanan itu ada di kulkas. "Dek, kamu mencium sesuatu nggak?" bisik Aji pagi itu. "Iya, sedep banget. Kayaknya dari dapur Mas," jawab Yasmin. Mereka berdua lantas turun dari tempat tidur.

DMCA.com Protection Status