Hampir Fajar.
Setelah perjalanan selama empat hari.
Maureen dan Roland tiba di pintu gerbang kota Herda.
Pintu gerbang besar dan menjulang tinggi dengan megah berdiri kokoh seakan dibangun untuk melindungi kota Herda dari serangan - serangan luar.
Roland berjalan lebih dulu dan menunjukkan plakat miliknya kepada petugas pemeriksaan.
Setelah petugas melihat plakat milik Roland, mereka langsung hormat, dan mempersilahkan Roland masuk.
"Dia bersamaku." Tunjuk Roland pada Maureen.Para petugas memberikan jalan pada Roland dan juga Maureen.
Jarak antara pintu gerbang kota dan Istana tidaklah jauh.Roland menyejajarkan posisinya kudanya disamping Maureen.
"Kita akan masuk melalui gerbang samping, akan terlalu mencolok jika kita masuk melalui gerbang depan!" Roland memberi instruksi.Maureen hanya mengangguk, tidak ada emosi di wajahnya.
Dia hanya fokus ke depan.Gerbang Istana bagian samping.
Saat hari masih gelap .
Para penjaga Istana melihat dua orang menunggangi kuda menuju ke arah mereka. Secara prosedur, mereka harus memeriksa dan memastikan apa tujuan dua orang menuju ke Istana. Terlebih lagi hari masih gelap."Berhenti, ada tujuan apa kalian datang ke Istana?" sang penjaga gerbang memberi pertanyaan.
Roland turun dari kuda diikuti dengan Maureen.
Roland berjalan mendekat ke penjaga gerbang dan menunjukkan plakat yang dia miliki. Penjaga gerbang terkejut setelah tau identitas Roland. "Anda adalah Tuan Roland, pengawal khusus Putra Mahkota." Para penjaga itu membungkuk hormat pada Roland. "Maaf mengganggu perjalanan anda, silahkan masuk." Penjaga gerbang itu bersikap lebih sopan dari sebelumnya."Kalian urus kedua kuda itu!"
"Aku dan temanku akan berjalan kaki menuju kediaman Putra Mahkota!""Baik Tuan Roland."
Maureen memandang istana yang gemerlap. Tatapan dingin muncul dari matanya.
Dia melihat Istana yang megah dan sangat luas. Pantas semua orang ingin masuk dan berkuasa di dalamnya.Maureen memang kadang bertemu dengan adiknya, Mattew.
Tapi, mereka lebih memilih untuk bertemu di luar Istana. Bukan hanya karena di luar suasana bebas, tapi jika mereka bertemu di Istana, banyak pasang mata yang akan mengawasi dan ingin tau. Benar - benar membuat tidak nyaman."Apa masih jauh?" Maureen yang berjalan mengikuti Roland mulai tidak sabar dengan lika liku jalan Istana.
"Sebentar lagi...."
"Kediaman Putra Mahkota berada di bangunan Istana Dalam, kita harus masuk melalui bagian luar dulu baru bisa sampai," Roland menjelaskan.Cukup lama mereka berjalan hingga sudah sampai di area Istana dalam.
Roland membimbing Maureen menuju kediaman Putra Mahkota."Itu..." tunjuk Roland.
"Itu adalah kediaman Putra Mahkota."Maureen bergegas, meninggalkan Roland yang berjalan sedikit lambat.
Dalam pikiran Maureen, dia hanya ingin tau bagaimana keadaan adiknya. Jika di hitung dari Mattew terkena racun, sudah hampir delapan hari berlalu.Dua orang pengawal yang berjaga di kediaman Putra Mahkota menghentikan Maureen yang akan masuk.
"Berhenti, siapa kau? Lancang sekali, masih pagi buta sudah berkunjung ke sini...!!"
Maureen menatap kedua penjaga itu dengan tatapan tajam dan membunuh, seakan dari matanya dia bisa menguliti dua penjaga itu.
Roland berlari kecil menuju depan kediaman Putra Mahkota.
"Dia bersamaku, kalian tidak usah waspada kepadanya," Roland memberi tahu pada dua penjaga itu."Ah... Tuan Roland, ternyata anda sudah kembali?"
"Itu berarti dia.... " wajah kedua penjaga itu sedikit pucat.Mereka adalah orang kepercayaan Kaisar, dan salah satu dari pengawal rahasia milik keluarga kerajaan.
Mereka juga tau tentang rahasia Putri dan Pangeran kembar.Keduanya langsung menunduk.
"Maaf kami tidak mengenali anda Putri Maureen....""Kalian tidak usah memberi hormat padaku. Aku bukan Putri, aku kemari hanya ingin melihat adikku."
Ucap Maureen dengan cuek."Silahkan anda masuk."
Kedua pengawal itu memberikan akses masuk pada Maureen dan Roland.Setelah masuk.
Samar - samar Maureen mendengar suara isak tangis yang tertahan. Dari suaranya Maureen bisa mendengar kalau itu seorang wanita.Dia berhenti di depan pintu kamar adiknya. Dia menghirup nafas dan mengeluarkannya, kemudian dia membuka pintu kamar adiknya.
Seorang wanita di dalam yang sedang menangis terkejut, saat mengetahui pintu kamar terbuka.
"Lancang sekali..!!! "Kau pikir kau siapa berani masuk tanpa pemberitahuan..!!!""Ibu... Ini aku, Maureen."
Wanita yang ternyata adalah Ratu Calista, ibu Maureen dan juga Mattew, membalikkan badan.
"Maureen....?" Tatapan tak percaya muncul di wajahnya. Dia segera berdiri dan berjalan menuju Maureen dan memeluknya. Ada rasa rindu yang dalam, yang dia rasakan untuk putrinya yang tidak bisa diasuhnya sejak kecil. Ratu Calista memeluknya dengan sangat erat. Ada rasa aneh yang muncul di dada Maureen. Jujur dia memang tidak terlalu dekat dengan ibunya. Tapi dipeluk ibunya seperti ini membuat dia nyaman. Maureen pun membalas pelukan ibunya."Maureen, adikmu... adikmu....," dengan tersedu - sedu Ratu berkata pada Maureen.
Maureen tau ibunya sangat sedih, jadi dia sedikit menghibur ibunya.
"Ibu tenanglah, tidak akan ada yang terjadi dengan Mattew. Dia akan sembuh dan baik - baik saja. Aku sudah ada disini."Ratu Calista melepaskan pelukannya dan mengangguk mendengar ucapan Maureen.
Dia membingkai wajah putrinya dengan tatapan lembut, ada rasa bersalah dalam hatinya melihat putrinya tumbuh jauh darinya. "Kakakku benar - benar menjagamu dengan baik." "Istirahatlah lebih dulu, nanti setelah terang aku akan beri tahu ayahmu tentang kedatanganmu." "Aku akan menyuruh pelayan menyiapkan kasur untukmu."Maureen segera memotong.
"Tidak usah ibu, keberadaanku bisa terekspos jika ibu meminta pelayan membersihkan kamar untukku.""Ah.. Iya, maaf ibu benar -benar lupa karena senang kau bisa kemari."
"Aku bisa tidur di kursi dulu."
Maureen bisa melihat jika ibunya sedikit linglung karena khawatir dengan kondisi adiknya. Maureen berjalan ke kursi panjang yang ada di samping kasur Mattew, dia segera berbaring untuk istirahat. Jujur dia sangat lelah karena selama empat hari melakukan perjalanan tanpa henti. Dia juga seorang manusia yang butuh istirahat.Roland yang dari tadi berdiri di luar pintu hanya mendengarkan interaksi anatara ibu dan putrinya.
Dulu dia pernah mendengar Mattew berkata bila jika dia jadi Kaisar, maka dia akan membawa kembali pulang kakaknya, agar mereka sekeluarga bisa berkumpul.
Sepertinya harapan Mattew sedikit terkabul.
"Siapa tadi kau bilang?" Kaisar bertanya pada kasim Yassa. "Tadi pagi, pelayan Ratu memberi tahu, jika Kaisar sudah bangun, Ratu menunggu anda di Kediaman Putra Mahkota." Kasim Yassa yang membantu Kaisar berpakaian memberitahukan bahwa tadi Ratu menyampaikan pesan melalui pelayannya. "Lebih cepat sedikit, setelahnya kita sarapan di Kediaman Putra Mahkota!!" Kaisar memberi perintah.Langkah Kaisar semakin bergegas, sedikit kekhawatiran muncul diraut wajahnya. Apakah Ratu mencarinya karena kondisi Mattew? Semakin memikirkannya, samakin dia merasa gelisah. "Ayo lebih cepat!!"Kaisar langsung masuk aula dalam begitu sampai di kediaman Putra Mahkota. Di luar pintu dia melihat Roland sedang berjaga. Tampang Roland benar - benar mengenaskan, dengan kantung mata yang hitam dan wajah tampak kuyu. "Roland..." "Tampangmu buruk sekali." Roland melihat Kaisar datang dan menyapanya, dia pun memberikan hormat. "Hamba memberi hormat pada Kaisar," ucapnya sambil menundukkan kepala.
Bersama dengan Roland, Maureen melakukan perjalanan untuk ke pergi istana. Dia tidak bisa menunggu lagi, dia sangat mengkawatirkan adik kembarannya. # flashback on 23 tahun yang lalu sang ratu melahirkan bayi kembar. Dikarenakan bayi kembar di percaya membawa bencana maka Kaisar dan ratu menyembunyikan salah satu anaknya. Ya, dia adalah Maureen, yang seharusnya menjadi pewaris tahta karna terlahir lebih dulu. Akan tetapi, tidak ada dalam silsilah kerajaan di pimpin oleh seorang ratu, makanya Maureen lah yang di sembunyikan dan di titipkan kepada kakak kandung ratu, tuan Colin Taro di perbatasan timur. Dan sang adiklah yang sejenis kelamin laki - laki yang di tinggal di istana. Demi menjaga dan melindungi anak perempuannya, kaisar memerintahkan pengawal khusus untuk menjaganya sampai di perbatasan timur, di rumah keluarga Taro. Mesti tidak rela tapi mereka harus mengikhlaskan demi kehidupan yang lebih baik untuk anak perempuannya. # flashback off Butuh waktu hampi
Sang matahari dengan malu - malu mulai menampakkan sinarnya. Langit yang awalnya gelap perlahan - lahan berubah kemerahan menandakan jika pagi sudah datang. Burung -burung mulai berkicau dengan meriah menyambut fajar yang akan segera muncul. Roland yang dari semalam berjaga di depan tenda dan tanpa sadar ketiduran, dan saat pagi dia bangun lebih dulu. Dia melihat ke dalam tenda dan mendapati bahwa Maureen masih belum bangun. Terlihat Maureen masih tertidur dengan memeluk kakinya. Kemudian dia memutuskan untuk mencuci mukanya di sungai dekat tenda terlebih dahulu agar mukanya tampak segar. Sebenarnya wajah Roland cukup tampan, banyak wanita bangsawan yang tergila - gila padanya, akan tetapi karena dia ingin melindungi Mattew sang putra mahkota, dia tidak pernah mananggapi para wanita - wanita itu. Roland juga berasal dari keluarga bangsawan Sullian, dan sudah terkenal sejak lama bahwa keluarga itu selalu menghasilkan pengawal - pengawal khusus bagi kerajaan. Dirasa suda
" Ibu tidak boleh berfikir seperti itu, ini semua adalah jalan yang terbaik ", sahut Maureen. "Kau benar - benar anak yang baik Maureen, kakakku merawat dan mendidikmu dengan sangat baik, aku berhutang banyak pada kakakku dan istrinya", kata Ratu. "Duduklah dan dengarkan ibu..!", perintah Ratu. Maureen duduk di kursi dekat ranjang Mattew, di sampingnya Ratu sambil terus memegang tangannya bercerita tentang rencananya. Maureen mendengar dengan seksama, tanpa menyela pun. Cukup lama Ratu menjelaskan maksudnya, mesti berat membebankan semua ke Maureen, tapi ini jalan satu - satunya untuk mencegah bencana di istana. "Aku siap ibu", kata Maureen. Pagi - pagi sekali kaisar mendatangi kediaman putra mahkota. Dengan penuh wibawa dia berjalan dengan terburu - buru. Dayang di kediaman putra mahkota melihat kaisar dan memberi salam. "Hormat pada Yang Mulia". "Ya," sahutnya singkat. " Apa Ratu masih di dalam ?", tanyanya. "Masih Yang Mulia". Dayang kediaman putra mahko
Siangnya..... Kaisar berjalan menuju kediaman Putra Mahkota setelah selesai rapat bersama para menterinya. Dengan senyum cerah, Kaisar berjalan dengan sedikit terburu- buru. Orang yang melihatnya, hanya merasa Kaisar pasti bahagia karena Putra Mahkota sudah sembuh. Padahal, Kaisar segera ingin bertemu dengan putri satu - satunya. Karena Kaisar hanya punya 3 orang anak yaitu Mattew sang Putra Mahkota, putri Maureen saudara kembar Mattew, dan satu lagi anak selir Jeslin, yaitu Pangeran Andrew. Saat Kaisar tiba, Putri Maureen yang menyamar sebagai Putra Mahkota juga keluar dari arah kediaman. Melihat Kaisar datang Maureen segera memberi hormat. "Hamba memberi hormat pada Ayahanda," ucap Maureen. Kaisar tersenyum dan memeluknya, jelas sekali Kaisar pngin menunjukkan kasih sayangnya. Para dayang, pengawal dan juga Roland memberi salam pada Kaisar. "Hamba memberi salam pada Kaisar," ucap mereka. Kaisar mengangkat tangannya pada mereka. Kemudian dia bertanya pada M
Di tempat lain.... Pangeran Andrew berjalan sambil menahan amarah. Bagaimana tidak, di depan Putra Mahkota dan Para dayang, secara terang- terangan, Ayahnya sang Kaisar menegurnya. Dia sungguh malu, serasa wibawanya di lucuti di depan umum. Di jalan dia menendang sebuah pot bunga sebagai pelampiasan amarahnya. "ROY..!!" panggilnya pada kasimnya. "Siapkan arak aku mau minum..!" Roy sang kasim pangeran Andrew mengernyit dan berkata," Pangeran, ini masih siang dan Anda sudah mau minum ?" Tapi siapa yang tau, Pangeran Andrew langsung menendang kakinya dan berteriak dengan marah. "LAKUKAN SAJA APA YANG AKU BILANG, TIDAK USAH BANYAK BICARA....!!!!!" Sang kasim pun hanya mengangguk dan segera menyiapkan apa yang di minta oleh Pangeran Andrew. Dia berlalu dan meninggalkan Pangeran Andrew yang sedang marah. Dia segera menyiapkan minuman untuk Pangeran Andrew. Dia tau bagaimana tabiat Pangeran Andrew yang keras kepala dan mudah marah, hanya saja dia mengingatkan Panger
Pangeran Andrew masih setia dengan minuman di tangannya. Roy hanya duduk di samping sambil sesekali melihatnya. Wajah Pangeran Andrew yang tampan berubah menjadi awut -awutan seiring bertambah mabuknya dia. Roy merasa Pangerannya sudah di luar kendali, jadi dia menyuruh Pangeran Andrew untuk masuk ke dalam bilik ranjangnya. Pangeran Andrew yang mabuk di papah oleh Roy tanpa perlawanan. Saat menyentuh kasur, Pangeran Andrew langsung tertidur. Sambil tertidur mulutnya masih mengucapkan umpatan - umpatan yang di tujukan pada Putra Mahkota. Roy melihatnya dengan miris. Begitulah keluarga bangsawan. Ada anak sah, dan ada anak tidak sah. Meskipun memiliki ayah yang sama, bukan berarti memiliki takdir yang sama. ....... Sementara di taman tengah...... Kaisar dan Maureen berjalan bersisihan sambil berbincang. Didepan mereka sudah ada paviliun kecil yang berada di tengah taman istana bunga. Tempat yang sangat indah. Terdapat hamparan bunga dan berbagai pohon rin
"Siapkan kursi untuk duduk Ratu, " perintah Kaisar pada dayangnya. Ratu berjalan mendekat, dengan senyuman mengembang di wajahnya. " Hamba memberi salam pada Kaisar," ucap Ratu. Kaisar mengangguk. Maureen berdiri dan memberi salam, " Hamba memberi salam pada ibu Ratu." Ratu mengangguk menerima salam Maureen Bangku Ratu sudah datang dan diletakkan di samping bangku Kaisar. Mereka bertiga duduk dan meminum teh dalam satu meja. Tak terasa waktu sudah semakin siang. Setelahnya Maureen pamit lebih dulu meninggalkan mereka. "Ayah, ibu aku mohon diri, aku ingin istirahat lebih dulu, " ucap Maureen. Kaisar menjawab," Hati - hati, jaga kesehatanmu." Kemudian Maureen pun meninggalkan Kaisar dan Ratu. " Ayu Roland...!" ajak Maureen pada Roland. Roland memohon diri pada Kaisar dan Ratu. "Hamba pamit undur diri terlebih dahulu,'' kata Roland. " Roland, jaga dia.....!" perintah Kaisar pada Roland sebelum pergi. " Pasti Kaisar." ...... "Kenapa kau terburu - buru
Ratu Calista mengernyit, dia cukup terkejut dengan apa yang Maureen katakan. Kenapa Maureen bisa tau tentang kupu - kupu cahaya sejelas itu. "Maureen jelaskan pada ibu apa yang kau tau..!" Ratu Calista mendesak. "Aku punya teman seorang tabib yang hebat, dia sering mengajariku berbagai tanaman obat dan beberapa macam - macam racun. Aku menyuruhnya untuk memeriksa Mattew, dia bilang dia bisa merawat Mattew. Aku hanya minta tolong pada ibu, tolong bujuk ayah untuk memperbolehkan temanku merawat Mattew." Dengan memohon, Maureen berharap Ibunya, Ratu Calista setuju. Bukannya Maureen tidak mempercayai tabib - tabib yang di kirim oleh Kaisar, ayahnya. Tapi Bryan lebih berpengalaman dengan racun - racun aneh sejak dia masih kecil. Sejak kecil Maureen sering melihat Bryan menangani racun - racun, makanya dia ingin Bryan lah yang merawat adiknya. Terlebih dari itu, dia lebih mempercay
Wangi bunga menguar dari tubuh Maureen setelah dia mandi di pagi hari. Tidak ada dayang yang membantunya untuk berpakaian karena semakin sedikit yang tau identitasnya maka semakin sedikit masalah yang akan dia hadapi. Untungnya sejak dia kecil dia terbiasa melakukan segalanya sendiri, jadi dia tidak begitu kesulitan saat berada di sini. Berbeda dengan Loki, dia tau bahwa Putra Mahkota adalah Maureen saudara kembar Mattew yang adalah seorang wanita. Awalnya dia sedikit canggung dan bingung bersikap di hadapan Maureen. Secara sejak dulu dialah yang mengurus segala keperluan Putra Mahkota. Tapi saat dia tau yang menggantikan Putra Mahkota adalah seorang wanita, dia mulai sedikit berhari - hati saat memasangkan sabuk giok dan mahkota giok. Dan sebelum itu, Maureen akan me
Dengan sedikit berjalan bergegas, Maureen masuk ke dalam kediamannya tanpa sedikit kata keluar dari mulutnya. Di belakangnya, Loki mengikutinya dan bertanya dalam hati 'ada apa'. Akan tetapi dia tidak berani untuk bertanya lebih lanjut pada Putra Mahkota. "Cukup kau di sini saja, aku ingin istirahat, " perintah Maureen pada Loki dan berjalan masuk dengan cepat ke dalam ruangan dalam. "Oh iya.. masukkan burung merpati iti ke dalam sangkar lebih dulu. " Di dalam ruangannya, Maureen duduk di bangku dan membaca surat rahasia itu dengan seksama. Dia benar - benar tidak percaya kalau Bryan bisa menyusulnya ke sini. Ada rasa senang dan kawatir uang di rasakan oleh Maureen. Dengan cepat, dia mengambil kuas dan mulai menulis surat balasan untuk Bryan. Tak terasa, waktu sudah tengah malam saat dia selesai menulis balsan surat untuk Bryan. Kemudian dia menyimpan balasan surat itu dan memasukkannya
Penginapan LOTUS. Bryan berjalan momdar mandir di dalam kamar yang di sewanya. Dia sedang memikirkan bagaimana caranya ,dia bisa masuk istana dan menemui Maureen. Dalam kemondar mandirannya, dia sesekali memandang ke arah langit -langit kamar. "Ah.... benar juga, kenapa aku tidak kepikiran dari tadi..! Sepertinya dia sudah menemukan sebuah ide yang cemerlang. Sewaktu Bryan dan Maureen kecil, mereka pernah di hukum keluarga mereka untuk tidak. saling bertemu selama beberapa saat. Karena mereka berdua pergi ke hutan Lawu untuk mencari tanaman obat. Karena tidak bisa bertemu, akhirnya Bryan dan Maureen menukar pesan dengan menggunakan burung merpati. "Ya benar.... merpati. " " Kenapa aku bisa lupa dengan cara itu, sepertinya karena terl
Di kediaman selir Jeslin. Selir Jeslin terlihat mengepalkan tangannya dengan erat. Wajahnya yang cantik sudah memerah karena menahan marah. Dia tertawa seperti orang gila, "Haa... haa... ha... " "Andrew berengsek, apa yang dia pikirkan, harusnya dia berterima kasih padaku karena mau melahirkannya dan memberikan dia status yang tinggi, tapi apa balasan yang dia terima, Andrew bahkan berani berkata kasar padanya. " Selir Jeslin benar - benar merasa sangat marah sampai memukul - mukul mejanya dan menyebabkan buah - buah di piring berserakan. 'Apa yang salah dengannya, dia hanya ingin terlihat cantik di hadapan orang yang dicintainya. Kenapa Andrew selalu mengkritiknya. Jika bukan karena melahirkan Andrew, tubuhnya tidak akan berubah. Bahkan dia melakukan banyak cara demi mempertahankan tubuhnya tetap Bagus. ' Selir Jeslin benar - benar sangat mencintai kaisar Dhika. Dulu saat masih kecil, dia mengikuti ayahnya masuk istana untuk memberikan penghormatan pada ibu suri.
Sementara di dalam istana...... Kediaman Selir Jeslin. Selir Jeslin adalah selir pertama Kaisar. Dia adalah anak perempuan pertama dari keluarga Salamander. Dia juga keponakan pertama dari ibu suri. Makanya ibu suri sangat mendukung pangeran Andrew untuk naik tahta. Pagi - pagi Pangeran Andrew menuju kediaman dari selir Jeslin. Setelah sampai di kediaman selir, dia bertanya pada pelayan apakah ibunya sudah bangun. "Apakah ibunda sudah bangun? " "Hormat saya Pangeran Andrew. Menjawab pangeran Andrew, Yang mulia Selir ada di dalam, beliau sedang bersiap untuk sarapan." Dahi Pangeran Andrew berkerut, "sepagi ini ? " " Benar Pangeran, Yang Mulia Selir sering sarapan pagi d
Angin bertiup dengan pelan, membawa beterbangan daun - daun berwarna kuning yang sudah jatuh dari ranting - ranting pohon. Sebuah hutan yang cukup jauh dari kerajaan. Hutan yang jarang terkena sinar matahari, menbuat tanahnya lembab dan basah. Banyak hewan -hewan berbisa hidup di dalam hutan tersebut. Terdapat sebuat tempat di sisi hutan tersebut. Terlihat seperti lubang goa yang sempit, padahal jika di masuki goa itu menyimpan ruangan yang cukup besar di dalamnya. Dalam sebuah ruangan rahasia, sebuah goa yang cukup besar di dalamnya seorang wanita tua sedang menyiapkan sebuah ramuan di dalam kuali yang ada di atas tungku . Mulutnya tak henti - henti tertawa karena merasa rencananya audah berhasil. Sambil terus mengaduk - aduk kuali tersebut dia menambahkan bahan - bahan ke dalamnya. Suhu kuali yang sangat panas, tidak menghilangkan bau busuk dan lembab yang ada di dalam goa. Terlebih lagi, bangkai tikus dan burung yang berserakan menambah bau tidak sedap
Kediaman Putra Mahkota.... Tatapan Maureen dingin, tidak ada ekspresi apapun di wajah cantiknya, dia semakin diam setelah mendengar apa yang Roland ucapkan. Bahkan dia semakin menyembunyikan ekspresinya. Prioritasnya kali ini adalah menemukkan siapa yang meracuni adiknya, Mattew dan membalas dendam atas perbuatannya kepada Mattew. Tapi. apa yang Roland katakan tadi !? Maureen benar - benar tidak habis fikir dengan pikiran dan tindakan Roland. Apa Roland sedang mabuk ?? Cinta, sayang !? Dua hal yang tidak akan mungkin Maureen lakukan dan pikirkan untuk
Pada malamnya Roland memasuki Istana sebelum jam makan malam. Dia langsung menuju kediaman Putra Mahkota. Dia mengetuk pintu kamar Putra Mahkota. "Tok ..tok.. tok..!" "Hamba Roland meminta ijin untuk menghadap." "Masuklah.." Terdengar sahutan dari arah dalam. Roland pun membuka pintu, dengan pelan dia masuk ke dalam ruangan Putra Mahkota. "Maureen....." "Aku...aku...." " Maureen........., mengenai tadi siang aku minta maaf, mungkin aku terbawa emosi dan tak memikirkan perasaanmu," ungkap Roland di hadapan Maureen. Maureen melihatnya. Dia hanya diam tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya. "Maureen, bicaralah, aku tidak suka kau diam seperti ini....!? desak Roland tidak sabar. " Kenapa kau meminta maaf padaku ?" Maureen mulai berbicara. "Harusnya aku memang salah karena terlalu mengikuti amarahku, mungkin kau bicarakan tadi ada benarnya." "Kurasa aku memang harus menyembunyikan rasaku di Istana ini..," ucap Maureen panjang lebar. Tiba - tiba