共有

Bab 2

作者: Lerina
last update 最終更新日: 2024-12-26 15:34:03

Hampir Fajar. 

Setelah perjalanan selama empat hari.  

Maureen dan Roland tiba di pintu gerbang  kota Herda. 

Pintu gerbang besar dan menjulang tinggi dengan megah berdiri kokoh seakan dibangun untuk melindungi kota Herda dari serangan - serangan luar. 

Roland berjalan lebih dulu dan menunjukkan plakat miliknya kepada petugas pemeriksaan. 

Setelah petugas melihat plakat milik Roland, mereka langsung hormat, dan mempersilahkan Roland masuk. 

"Dia bersamaku."

Tunjuk Roland pada Maureen.

Para petugas memberikan jalan pada Roland dan juga Maureen. 

Jarak antara pintu gerbang kota dan Istana tidaklah jauh. 

Roland menyejajarkan posisinya kudanya disamping Maureen. 

"Kita akan masuk melalui gerbang samping, akan terlalu mencolok jika kita masuk melalui gerbang depan!"

Roland memberi instruksi. 

Maureen hanya mengangguk, tidak ada emosi di wajahnya. 

Dia hanya fokus ke depan. 

Gerbang Istana bagian samping. 

Saat hari masih gelap .

Para penjaga Istana melihat dua orang menunggangi kuda menuju ke arah mereka. 

Secara prosedur, mereka harus memeriksa dan memastikan apa tujuan dua orang menuju ke Istana. 

Terlebih lagi hari masih gelap. 

"Berhenti, ada tujuan apa kalian datang ke Istana?" sang penjaga gerbang memberi pertanyaan. 

Roland turun dari kuda diikuti dengan Maureen. 

Roland berjalan mendekat ke penjaga gerbang dan menunjukkan plakat yang dia miliki. 

Penjaga gerbang terkejut setelah tau identitas Roland. 

"Anda adalah Tuan Roland, pengawal khusus Putra Mahkota."

Para penjaga itu membungkuk hormat pada Roland. 

"Maaf mengganggu perjalanan anda, silahkan masuk."

Penjaga gerbang itu bersikap lebih sopan dari sebelumnya. 

"Kalian urus kedua kuda itu!"

"Aku dan temanku akan berjalan kaki menuju kediaman Putra Mahkota!"

"Baik Tuan Roland."

Maureen memandang istana yang gemerlap. Tatapan dingin muncul dari matanya. 

Dia melihat Istana yang megah dan sangat luas. 

Pantas semua orang ingin masuk dan berkuasa di dalamnya.

Maureen memang kadang bertemu dengan adiknya, Mattew. 

Tapi, mereka lebih memilih untuk bertemu di luar Istana. 

Bukan hanya karena di luar suasana bebas, tapi jika mereka bertemu di Istana, banyak pasang mata yang akan mengawasi dan ingin tau. 

Benar - benar membuat tidak nyaman.

"Apa masih jauh?" Maureen yang berjalan mengikuti Roland mulai tidak sabar dengan lika liku jalan Istana. 

"Sebentar lagi...."

"Kediaman Putra Mahkota berada di bangunan Istana Dalam, kita harus masuk melalui bagian luar dulu baru bisa sampai," Roland menjelaskan. 

Cukup lama mereka berjalan hingga sudah sampai di area Istana dalam. 

Roland membimbing Maureen menuju kediaman Putra Mahkota. 

"Itu..." tunjuk Roland. 

"Itu adalah kediaman Putra Mahkota."

Maureen bergegas, meninggalkan Roland yang berjalan sedikit lambat. 

Dalam pikiran Maureen, dia hanya ingin tau bagaimana keadaan adiknya. 

Jika di hitung dari Mattew terkena racun, sudah hampir delapan hari berlalu. 

Dua orang pengawal yang berjaga di kediaman Putra Mahkota menghentikan Maureen yang akan masuk. 

"Berhenti, siapa kau? Lancang sekali, masih pagi buta sudah berkunjung ke sini...!!"

Maureen menatap kedua penjaga itu dengan tatapan tajam dan membunuh, seakan dari matanya dia bisa menguliti dua penjaga itu. 

Roland berlari kecil menuju depan kediaman Putra Mahkota. 

"Dia bersamaku, kalian tidak usah waspada kepadanya," Roland memberi tahu pada dua penjaga itu. 

"Ah... Tuan Roland, ternyata anda sudah kembali?"

"Itu berarti dia.... " wajah kedua penjaga itu sedikit pucat. 

Mereka adalah orang kepercayaan Kaisar, dan salah satu dari pengawal rahasia milik keluarga kerajaan. 

Mereka juga tau tentang rahasia Putri dan Pangeran kembar. 

Keduanya langsung menunduk. 

"Maaf kami tidak mengenali anda Putri Maureen...."

"Kalian tidak usah memberi hormat padaku. Aku bukan Putri, aku kemari hanya ingin melihat adikku."

Ucap Maureen dengan cuek. 

"Silahkan anda masuk."

Kedua pengawal itu memberikan akses masuk pada Maureen dan Roland. 

Setelah masuk. 

Samar - samar Maureen mendengar suara isak tangis yang tertahan. 

Dari suaranya Maureen bisa mendengar kalau itu seorang wanita. 

Dia berhenti di depan pintu kamar adiknya. Dia menghirup nafas dan mengeluarkannya, kemudian dia membuka pintu kamar adiknya. 

Seorang wanita di dalam yang sedang menangis terkejut, saat mengetahui pintu kamar terbuka. 

"Lancang sekali..!!! 

"Kau pikir kau siapa berani masuk tanpa pemberitahuan..!!!"

"Ibu... Ini aku, Maureen."

Wanita yang ternyata adalah Ratu Calista, ibu Maureen dan juga Mattew, membalikkan badan. 

"Maureen....?"

Tatapan tak percaya muncul di wajahnya. 

Dia segera berdiri dan berjalan menuju Maureen dan memeluknya. 

Ada rasa rindu yang dalam, yang dia rasakan untuk putrinya yang tidak bisa diasuhnya sejak kecil. 

Ratu Calista memeluknya dengan sangat erat. 

Ada rasa aneh yang muncul di dada Maureen. 

Jujur dia memang tidak terlalu dekat dengan ibunya. Tapi dipeluk ibunya seperti ini membuat dia nyaman. 

Maureen pun membalas pelukan ibunya. 

"Maureen, adikmu... adikmu....," dengan tersedu - sedu Ratu berkata pada Maureen. 

Maureen tau ibunya sangat sedih, jadi dia sedikit menghibur ibunya. 

"Ibu tenanglah, tidak akan ada yang terjadi dengan Mattew. Dia akan sembuh dan baik - baik saja. Aku sudah ada disini."

Ratu Calista melepaskan pelukannya dan mengangguk mendengar ucapan Maureen. 

Dia membingkai wajah putrinya dengan tatapan lembut, ada rasa bersalah dalam hatinya melihat putrinya tumbuh jauh darinya. 

"Kakakku benar - benar menjagamu dengan baik."

"Istirahatlah lebih dulu, nanti setelah terang aku akan beri tahu ayahmu tentang kedatanganmu."

"Aku akan menyuruh pelayan menyiapkan kasur untukmu."

Maureen segera memotong. 

"Tidak usah ibu, keberadaanku bisa terekspos jika ibu meminta pelayan membersihkan kamar untukku."

"Ah.. Iya, maaf ibu benar -benar lupa karena senang kau bisa kemari."

"Aku bisa tidur di kursi dulu."

Maureen bisa melihat jika ibunya sedikit linglung karena khawatir dengan kondisi adiknya. 

Maureen berjalan ke kursi panjang yang ada di samping kasur Mattew, dia segera berbaring untuk istirahat. 

Jujur dia sangat lelah karena selama empat hari melakukan perjalanan tanpa henti.

Dia juga seorang manusia yang butuh istirahat.

Roland yang dari tadi berdiri di luar pintu hanya mendengarkan interaksi anatara ibu dan putrinya. 

Dulu dia pernah mendengar Mattew berkata bila jika dia jadi Kaisar, maka dia akan membawa kembali pulang kakaknya, agar mereka sekeluarga bisa berkumpul. 

Sepertinya harapan Mattew sedikit terkabul. 

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

関連チャプター

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 3

    "Siapa tadi kau bilang?" Kaisar bertanya pada kasim Yassa. "Tadi pagi, pelayan Ratu memberi tahu, jika Kaisar sudah bangun, Ratu menunggu anda di Kediaman Putra Mahkota." Kasim Yassa yang membantu Kaisar berpakaian memberitahukan bahwa tadi Ratu menyampaikan pesan melalui pelayannya. "Lebih cepat sedikit, setelahnya kita sarapan di Kediaman Putra Mahkota!!" Kaisar memberi perintah.Langkah Kaisar semakin bergegas, sedikit kekhawatiran muncul diraut wajahnya. Apakah Ratu mencarinya karena kondisi Mattew? Semakin memikirkannya, samakin dia merasa gelisah. "Ayo lebih cepat!!"Kaisar langsung masuk aula dalam begitu sampai di kediaman Putra Mahkota. Di luar pintu dia melihat Roland sedang berjaga. Tampang Roland benar - benar mengenaskan, dengan kantung mata yang hitam dan wajah tampak kuyu. "Roland..." "Tampangmu buruk sekali." Roland melihat Kaisar datang dan menyapanya, dia pun memberikan hormat. "Hamba memberi hormat pada Kaisar," ucapnya sambil menundukkan kepala.

    最終更新日 : 2024-12-26
  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 4

    Hari sudah semakin terang. Kaisar harus meninggalkan mereka untuk rapat dengan para menteri. Sebelum pergi, tadi dia meminta Maureen untuk membersihkan diri dan mengenakan pakaian Mattew. Kaisar ingin Ratu mengajak Maureen berkeliling, selain untuk memperkenalkan Maureen pada tempat - tempat di Istana, itu juga bertujuan untuk mberi tahu semua orang bahwa Putra Mahkota sudah sehat. Sehingga dia bisa mencegah para menteri yang meminta Mattew turun tahta. Seseorang pelayan wanita masuk ke kamar Putra Mahkota. "Dia adalah Mulan, dia akan melayanimu saat kau ada dalam kamarmu.""Sedangkan kasim Haris, hanya melayanimu sebagai formalitas dimata orang luar, "Ratu Calista menjelaskan. "Untuk sementara kamu akan menempati kamar sebelah." "Setelah Mattew dibawa keluar Istana, kau bisa menempati kamarnya." "Kamu tenang saja, aku dan ayahmu sudah mengganti semua pelayan dan pengawal di Kediaman ini dengan orang - orang kepercayaan kami."Maureen yang awalnya khawatir dengan identita

    最終更新日 : 2024-12-26
  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 5

    Kediaman Ibu Suri."Yang Mulia Ibu Suri, Yang Mulia Ratu dan Putra Mahkota meminta ijin untuk menemui anda," ucap pelayan. Ibu Suri yang hendak meminum teh menghentikan aktivitasnya. Dia menatap dayang pengasuhnya, bibi Nanik dengan bingung. "Bukankah kondisi Putra Mahkota sedang koma? Kenapa dia bisa berada di sini? Dia sudah sembuh?""Maaf, hamba juga tidak tau Yang Mulia," bibi Nanik dengan bingung menjawab pertanyaan Ibu Suri. "Suruh mereka masuk!!!" Ibu Suri memberi perintah. Setelah mendapat ijin dari Ibu Suri, Ratu Calista masuk lebih dulu diikuti oleh Maureen. "Hamba memberi hormat pada Ibu." Dengan lembut Ratu memberi hormat pada Ibu Suri. "Hamba memberi hormat pada nenek," Maureen yang berada di sebelah Ratu juga melakukan penghormatan. "Bangunlah kalian!!""Pelayan, siapkan teh untuk Ratu dan Putra Mahkota!!" Ibu Suri memberi perintah. Ratu segera menolak. "Maaf Ibu, kami hanya mampir sebentar." "Kami mampir hanya ingin menyapa anda, dan memberitahu kalau kea

    最終更新日 : 2024-12-28
  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 6

    "Dia sudah bangun?"Tangan Pengeran Andrew yang hendak makan tiba - tiba terhenti karena menerima kabar ini. "Keberuntungan benar - benar berada di dekatnya." Jika di pikir - pikir nasib Putra Mahkota benar - benar beruntung. Dia yang terkena racun mematikan dan masuk dalam kondisi vegetatif bisa bangun bahkan belum ada sebulan. Bukankah sesuatu yang sangat ajaib. Pangeran Andrew yang mendengar laporan bawahannya hanya bisa tersenyum sinis. Rasa iri yang terlihat jelas muncul diwajahnya. Seandainya....... Ah..Semakin dia memikirkannya, semakin dia membenci dirinya sendiri.Pangeran Andrew adalah anak Kaisar dari selir Jeslin. Selir yang seharusnya menjadi Ratu. Tetapi karena Kaisar lebih memilih Calista menjadi Ratunya, menyebabkan Jeslin harus menerima dia hanya menjadi seorang selir. "Roy... !!!" "Kita ke arena pacuan kuda.""Baik, pangeran..." Roy yang mendapatkan perintah langsung menyiapkan pakaian berkuda Pangeran Andrew. Pangeran Andrew dan Roy kasimnya, men

    最終更新日 : 2025-01-01
  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 7

    Angin bertiup dengan pelan, membawa beterbangan daun - daun berwarna kuning yang sudah jatuh dari ranting - ranting pohon.Sebuah hutan yang cukup jauh dari kerajaan.Hutan yang jarang terkena sinar matahari, membuat tanahnya lembab dan basah.Banyak hewan -hewan berbisa hidup di dalam hutan tersebut.Terdapat sebuat tempat di sisi hutan tersebut.Terlihat seperti lubang goa yang sempit, padahal jika di masuki goa itu menyimpan ruangan yang cukup besar di dalamnya.Dalam sebuah ruangan rahasia, sebuah goa yang cukup besar di dalamnya terdapat seorang wanita tua sedang menyiapkan sebuah ramuan di dalam kuali yang ada di atas tungku .Mulutnya tak henti - henti tertawa karena merasa rencananya sudah berhasil.Sambil terus mengaduk - aduk kuali tersebut dia menambahkan bahan - bahan ke dalamnya.Suhu kuali yang sangat panas, tidak menghilangkan bau busuk dan lembab yang ada di dalam goa. Terlebih lagi, bangkai tikus dan burung yang berserakan menambah bau tidak sedap dalam goa itu.kSeak

    最終更新日 : 2025-01-02
  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 8

    Dua hari berlalu, Maureen sudah bisa menghafal letak, nama dan kegunaan bangunan - bangunan yang ada di Istana. Dia juga sudah mengawasi Rumah Lebah Es yang berada di taman tengah. Nanti malam adalah saat dimana Mattew akan dikirim keluar untuk menjalani pengobatan khusus. Kaisar bahkan sudah menyiapkan pengawal khusus yang akan melindungi Mattew. Tiba - tiba pengawal meminta ijin untuk melapor pada Maureen yang sedang belajar di aula dalam kediaman Putra Mahkota. "Kau bilang tadi siapa?" Maureen yang sedang membaca buku, mau tidak mau meletakkan bukunya. "Ada seseorang di gerbang depan yang mengaku sebagai teman anda Yang Mulia." "Dia berkata dari keluarga Shilan."Maureen sedikit memijit pelipisnya. Ternyata rasa kedutan yang dia rasakan dua hari ini berasal dari kedatangan Bryan. Bagaimana orang itu bisa sampai berada disini? "Suruh dia masuk, dan langsung bawa ke kediamanku..!""Baik Yang Mulia." Pengawal itu langsung keluar dan pergi menuju gerbang depan. Bryan de

    最終更新日 : 2025-01-02
  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 9

    Setelah kepergian Bryan, Maureen dengan langkah cepat pergi ke ruang kerja Istana. Saat tengah hari biasanya Kaisar akan berada di sana untuk memeriksa laporan dari para menteri. Haris yang mengikuti dibelakangnya terpaksa harus sedikit berlari untuk mengimbangi langkah Maureen. "Apa Kaisar ada didalam?" Maureen melihat kasim Luo yang berdiri didepan pintu ruang kerja. "Hormat pada Yang Mulia Putra Mahkota." "Menjawab Putra Mahkota." "Kaisar ada didalam, apakah anda ingin menemuinya?""Ya..,aku ingin menemuinya," jawab Maureen. "Sebentar, akan hamba sampaikan kedatangan anda pada Kaisar." "Mohon anda tunggu sebentar." Kasim Luo berbalik dan masuk ke dalam ruang kerja. Maureen menunggu dengan tidak sabaran. Dia terus meremas kedua tangannya tanda tak sabar."Putra Mahkota?" "Ada apa dia kesini?""Hamba tidak tau Kaisar, tadi Putra Mahkota hanya berkata ingin menemui anda." Kasim Luo memberitahukan. "Suruh dia masuk!""Baik Kaisar.""Yang Mulia..." "Kaisar mengijinkan a

    最終更新日 : 2025-01-02
  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 10

    Malamnya. Proses pemindahan Mattew keluar dari Istana diawasi ketat oleh Kaisar. Bahkan Kaisar dan Ratu sendiri berada di Kediaman Putra Mahkota untuk mengantarnya. Saat ini Maureen mengenakan pakaian prianya dia menutup separuh wajahnya menggunakan kain hitam. Dia akan ikut mengantar Mattew menuju tenpat persembunyian yang sudah disiapkan oleh ayahnya. "Kau akan ikut mengantarnya," Ratu Calista melihat Maureen yang mengenakan pakaian prianya tak tahan untuk bertanya. "Iya ibu, lagipula nanti aku harus menemui temanku di luar gerbang kota." Maureen menjelaskan bahwa dia akan menemui Bryan di kluar gerbang kota. "Pastikan semuanya sudah siap dan tidak ada kesalahan." Kali ini Salim diminta Kaisar untuk memimpin pengawal khusus yang ditugaskan untuk melindungi Mattew. Roland yang tadi siang menerima surat Maureen, langsung datang ke Istana begitu mengetahui rencana ini. Sebenarnya dia ingin ikut melindungi Mattew di tempat persembunyian, tapi Kaisar menolak, karena akan s

    最終更新日 : 2025-01-15

最新チャプター

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 24

    Di tempat lain. Maira merasakan nyeri di belakang kepalanya. Pandangannya gelap karena matanya ditutup menggunakan kain hitam. Tangannya diikat di belakang tubuhnya. Sedangkan tubuhnya diikat di tiang. Samar - samar, Maira masih bisa mendengar suara seseorang sedang menyesap minumannya. Bau arak bercampur sesuatu ramuan tercium jelas di hidungnya. "Siapa kau!!" teriaknya. Untung saja mulut Meira tidak disekap, jadi dia bisa berteriak melampiaskan kekesalannya. Tidak mendapat jawaban Maira menggeliat berusaha melepaskan ikatan di tubuhnya. Tapi usahanya sia - sia. "Sialan..!!!" umpatnya. "Diamlah gadis kecil, sekeras apapun kau berteriak dan berusaha melepaskan talinya, itu sudah tidak berguna." "Jadi diamlah dan simpan tenagamu." Suara itu... Itu suara laki - laki. Maira terdiam, meski tidak terlalu pandai bela diri, dia bisa menebak jika orang yang menyekapnya bukan orang sembarangan. Yang perlu dia lakukan sekarang adalah diam mengamat

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 23

    Dengan nafas yang tersenggal - senggal, seorang pria dengan baju basah kuyup masuk kedalam sebuah penginapan. Para pelayan melihatnya dengan terkejut. Tampangnya mengenaskan, dengan banyak noda lumpur yang menempel di wajahnya. Dia bergegas masuk dan bertanya ke meja penjaga. "Apakah sekitar kemarin ada dua orang laki - laki yang menginap disini?" Kemudian pria itu mengatakan ciri - ciri mereka. Penjaga penginapan itu mengingat - ingat, dan tersadar. "Ah...ada..., kemarin ada dua orang pria yang memesan dua kamar tidur." "Mereka bilang sedang menunggu teman mereka." Penjaga penginapan menelisik wajah yang ada dihadapannya. "Apakah kau salah satu dari mereka?" "Kau yang mereka tunggu...?" tanyanya dengan ragu - ragu.

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 22

    Tidak ada jawaban pasti yang diterima oleh Maira. Bahkan ayahnya seperti menyembunyikan sesuatu. Rasa cinta yang dia rasakan selama 5 tahun ini seperti sia - sia. Bahkan kak Bryan juga tidak menemuinya. Bukankah seharusnya kak Bryan menyapanya dan sekedar menanyakan kabarnya. Tapi sama sekali dia tidak perduli. "Ayah....," Maira dengan terisak - isak memanggil ayahnya. Tuan Mahesa Huang, ayah Maira hanya bisa diam saja. "Jangan seperti anak kecil Maira, kau sudah dewasa, maka bersikaplah seperti orang dewasa," ayahnya berkata. Mendapat jawaban yang tidak memuaskan dari ayahnya, Maira menjadi lebih sakit hati. Dia seperti dipermainkan. "Silahkan kalian istirahat di kamar tamu, aku sudah menyiapkannya, " Jimmy Shilan berkata. "Maaf sudah merepotkan anda tuan Shilan," ayah Maira tidak enak dengan kebaikan tuan Shilan.

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 21

    "Kakak...." Seorang gadis berusia 17 tahun muncul dari balik pohon. Bryan membelalakkan matanya tak percaya. Bagaimana gadis itu bisa ada di sini. "Kau...!!!" "Apa yang kau lakukan di sini?" "Dan kenapa kau bisa ada di tempat seperti ini?" Gadis itu tersenyum, menunjukkan giginya yang putih dan rapi. Dia berjalan mendekati Bryan yang terjatuh. Dia ingin memegang kaki Bryan yang terluka dan mengobatinya. Tetapi Bryan menghentikan tangan gadis itu dengan tangannya sendiri. "Tidak usah menyentuhku!" "Aku bisa mengobatinya sendiri." Bryan berkata pada gadis itu dengan dingin. Raut wajah gadis itu yang semula riang menjadi sendu. "Tidak usah menangis, kau bisa kembali ke keperluanmu dan tidak usah mengurusiku." "Aku sedang sibuk sekarang, jadi kau jangan menggangguku Maira!"

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 20

    Roland masih linglung. Pikirannya masih dilema. Memalukan sekali menjadi tidak bisa diandalkan saat bersama orang yang disukai. "Jelak sekali mukamu.""Kalau tidak sanggup lebih baik kau kembali saja.""Aku bisa pergi bersama dengan Bryan saja," Maureen berujar. Roland yang sejak peristiwa panah tadi, masih merasa malu. Dia diam seribu bahasa. Sampai - sampai Maureen merasa kesal sendiri.Dia seperti bersama dengan orang bisu. "Kau sudah selesai istirahat?" Maureen mencoba bertanya. Dia tidak ingin menggoda Roland lagi. "Aku sudah selesai, jika kau juga sudah selesai, ayo kita lanjutkan perjalanan lagi."Tanpa menatap Maureen, Roland berdiri dan bersiap. Maureen, "!?"Akhirnya dia bangkit dan bersiap juga. Sepertinya pilihan yang salah dia pergi bersama Roland. Ternyata Roland adalah orang yang gampang sakit hati, tidak bisa digoda. Keduanya naik ke kuda masing - m

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 19

    Hawa dingin perlahan - lahan menusuk ke dalam tulang. Rasa dingin karena malam semakin larut, semakin terasa di keheningan malam. Maureen dan Roland sudah berjalan jauh ke barat dan akan memasuki hutan hujan. Hutan itu disebut sebagai hutan hujan karena kelembabannya yang sangat besar dan butiran embunnya yang besar menyerupai hujan. Maureen semakin mengencangkan bajunya. Untungnya dia tadi memakai baju berlapis, jadi hawa dingin ini tidak terlalu mengganggunya."Kita tidak akan bisa membuat kemah disini." "Tanahnya lembab, alasnya akan basah jika kita berkemah disini." Roland menyejajarkan kudanya didekat Maureen. "Kita tunggu sampai didekat perbatasan barat. "Tanahnya lebih kering dan pohonnya lebih jarang tidak selebat disini," kata Maureen. "Baiklah."Keduanya tetap melaju, tapi tidak secepat sebelumnya karena saking lebatnya hutan hujan barat ini. Beberapa kali pandangan Roland mandapati Maureen yang selalu mengok ke belakang. Dia pun menengok dan tidak melihat ap

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 18

    Di kediaman tersembunyi. Suhu tubuh Mattew sudah mulai stabil saat ditangani oleh Bryan dan juga tabib Istana. Sepertinya resep yag dibuat oleh Bryan cocok dengan tubuh Mattew. Terbukti dari hawa panas yang ada di tubuh Mattew secara perlahan keluar dan menjadikan suhu tubuhnya stabil. Tabib Istana yang sudah agak tua merasa kagum akan dari keluarga Shilan. "Ini benar - benar keajaiban."Pantas saja keluarga itu dijuluki sebagai keluarga dewa pengobatan. Bryan yang notabene mempunyai umur yang masih sangat muda saja bisa membuat resep dengan cepat dan akurat. Selama bertahun - tahun dia bekerja di Istana dia belum pernah menemui keahlian seperti ini. Banyak tabib yang ingin belajar dari keluarga Shilan. Tetapi mereka selalu menolak dengan tegas, bahkan saat Istana menawarkan gaji yang tinggi pun mereka menolak dengan tegas. Dan sekarang dihadapannya ada seorang tuan muda keluarga Shilan, bukankah dia sangat beruntung bisa bertemu dengan penerus keluarga Shilan. Pada sore

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 17

    Wanita tua berambut putih itu berjalan tertatih - tatih dengan badan membungkuk didalam kegelapan goa yang sangat dalam. Ramuan dalam kualinya sudah hampir selesai. Sebentar lagi... Sebentar lagi... Dia menerawang, melihat di ujung kegelapan. Matanya yang sudah terlihat memudar, tetapi masih dapat fokus melihat di kegelapan memancarkan aura kelicikan. Dengan tidak sabar dia menunggu ramuan buatannya selesai. Sesekali dia mematut dirinya di cermin perunggu yang sudah mulai buram. Wajahnya yang banyak kerutan muncul dari bayangan cermin perunggu. Dia membelai pipi dan bibirnya. Bibirnya yang sudah berkerut tersenyum tipis memandangi wajahnya yang tua. "Cantik..." Pujinya memandang wajahnya. ...... Di Istana. Kediaman Kaisar. Maureen berdiri di hadapan Kaisar. Tatapan matanya tajam memandang kedepan. Kaisar sedikit memijat keningnya. Banyak permasalahan yang terjadi dirapat pagi ini. Banyak terjadi pemberontakan dan korupsi yang dilakukan oleh pejabat daera

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 16

    "Yang Mulia....." dengan suara rendah kasim Haris menyangkal kecurigaan yang diungkapkan oleh Maureen."Aku tidak akan berbelas kasihan, mesti kau orang terdekat yang selalu berada di samping Mattew!" "Jadi sebaiknya kau ungkapkan sendiri, karena kesabaranku tidaklah besar." Dengan cueknya Maureen duduk tenang sambil memainkan cangkir tehnya. "Hamba benar - benar tidak tahu Yang Mulia," ucap kasim Haris sambil bersujud. Maureen bahkan tidak meliriknya sedikitpun. Kesabarannya masih bisa dia kendalikan. "Hamba tidak tahu racun itu, lagipula hamba juga sudah diperiksa dan tidak ditemukan kesalahan pada hamba." "Hamba sangat setia pada Putra Mahkota, lagipula Putra Mahkota sudah hamba anggap anak hamba sendiri, bagaimana hamba bisa begitu tega melihatnya terluka?" kasim Haris terus membela diri. Maureen mengedikkan bahunya. "Siapa yang tau hati manusia, sekarang bisa putih, besok bisa berubah hitam." "Lagipula aku punya buktinya, aku tau kau terlibat."Kasim Haris yang masih

無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status