Hari sudah semakin terang.
Kaisar harus meninggalkan mereka untuk rapat dengan para menteri.
Sebelum pergi, tadi dia meminta Maureen untuk membersihkan diri dan mengenakan pakaian Mattew. Kaisar ingin Ratu mengajak Maureen berkeliling, selain untuk memperkenalkan Maureen pada tempat - tempat di Istana, itu juga bertujuan untuk mberi tahu semua orang bahwa Putra Mahkota sudah sehat. Sehingga dia bisa mencegah para menteri yang meminta Mattew turun tahta.Seseorang pelayan wanita masuk ke kamar Putra Mahkota.
"Dia adalah Mulan, dia akan melayanimu saat kau ada dalam kamarmu."
"Sedangkan kasim Haris, hanya melayanimu sebagai formalitas dimata orang luar, "Ratu Calista menjelaskan.
"Untuk sementara kamu akan menempati kamar sebelah." "Setelah Mattew dibawa keluar Istana, kau bisa menempati kamarnya." "Kamu tenang saja, aku dan ayahmu sudah mengganti semua pelayan dan pengawal di Kediaman ini dengan orang - orang kepercayaan kami."Maureen yang awalnya khawatir dengan identitas kembarnya, sedikit lega setelah mendengar penjelasan ibunya.
"Terima kasih ibu. Aku akan bersiap."
"Ibu akan kembali ke kediaman Ratu, ibu juga harus membersihkan diri."
"Nanti ibu akan memanggilmu kalau sudah selesai.""Haris..!!"
Kasim haris yang berdiri di luar segera masuk. "Iya Yang Mulia. Ada yang bisa hamba lakukan?""Kau jaga dan bersihkan tubuh Mattew, nanti kau akan ikut denganku dan Maureen untuk memperkenalkan Maureen pada tempat - tempat di Istana."
"Baik Yang Mulia."
"Ibu pergi dulu," Ratu Calista keluar dan pergi menuju ke kediamannya.
Setelah kepergian ibunya, Maureen memandang Mattew dan duduk di sisi ranjang.
"Cepatlah bangun, apa kau tak merindukan kakak?" "Kakak sudah ada di sini, kakak akan menjagamu." Tatapan Maureen terlihat lembut dihadapan adiknya. Meskipun terpisah jauh, tapi Maureen sangat menyayangi adiknya."Yang Mulia, anda harus segera bersiap," Mulan mengingatkan.
"Tunjukkan aku jalannya," Maureen memberi perintah pada Mulan.
"Oh iya, Haris, tolong jaga adikku.""Baik Yang Mulia, anda tidak perlu khawatir. Saya akan menjaga Putra Mahkota dengan baik."
Maureen dan Mulan keluar dari kamar Mattew dan bergegas ke kamar sebelah untuk membersihkan diri.
Haris yang masih ada di kamar Putra Mahkota menatap dengan tatapan tak berdaya.
'Putri Maureen seharusnya adalah anak pertama keluarga kerajaan yang mewarisi tahta, jika bukan karena peraturan leluhur mungkin dia dan adiknya tidak akan jadi seperti ini.' Haris menghela nafas, sudah lama dia menjadi kasim Putra Mahkota, jadi dia juga memiliki rasa sayang kepada Putra Mahkota......
Di kamar lain,
Maureen yang berniat membersihkan diri awalnya menolak bantuan dari Mulan.
Dari kecil dia sudah terbiasa melakukannya sendiri. Akan tetapi Mulan tetap memaksa. Saat Maureen melepas pakaian prianya, Mulan sedikit tertegun. Pasalnya tubuh Maureen sangat bagus, tubuh proporsional dan terlihat sangat menggoda. Mulan yang seorang wanita bahkan mengagumi bentuk tubuh Maureen.Maureen masuk ke dalam kolam pemandian, dengan pelan dia menggosok badannya.
Jujur, sebenarnya dia sangat menyukai kolam pemandian ini. Sudah empat hari dia tidak mandi karena harus melakukan perjalanan dari perbatasan timur ke kota Herda."Yang Mulia, anda terlalu lama berada di dalam air. Anda bisa terkena flu jika terlalu lama," Mulan mengingatkan.
Maureen tersadar dari lamunannya. Dia bergegas keluar dan memakai kain kering untuk mengeringkan tubuhnya.
Di depannya sudah ada pakaiannya sebagai Putra Mahkota. Sebelumnya memakainya, Maureen memakai korset untuk menutupi dadanya. Setelahnya dia baru memakai pakaian Putra Mahkota.Mulan yang ada di sebelahnya tak bisa berhenti kagum.
"Anda benar - benar tampak berwibawa Yang Mulia."Maureen melihat dirinya di cermin tembaga.
Tatapannya tak menunjukkan ekspresi apapun.
Dengan tatapan tenang dia hanya melihat dirinya di cermin.Ratu Calista datang tak lama setelah Maureen bersiap.
Ratu meminta Haris untuk ikut bersamanya dan juga Maureen.Ada Salim yang menjaga Putra Mahkota, jadi Maureen tidak perlu khawatir.
Ratu Calista menunjukkan tempat - tempat yang ada dalam Istana berserta nama dan kegunaannya.
Maureen harus mempelajari itu, karena saat dia menggantikan Mattew, tidak boleh ada kesalahan sedikit pun yang membuat orang curiga. Disepanjang perjalanan, banyak kasim dan pelayan wanita yang menatap. Mereka sebelumnya mendengar kabar bahwa Putra Mahkota dalam keadaan koma. Tapi sekarang, Putra Mahkota justru bisa berjalan - jalan bersama Ratu. Ada yang merasa bersyukur karena Putra Mahkota sudah sembuh. Tetapi di sebuah sudut, seseorang menatap tak suka dengan keadaan Putra Mahkota yang baik - baik saja. Seseorang itu menyembunyikan wajahnya dalam kegelapan dan berbalik pergi dengan cepat.Maureen seperti menyadari jika dia ditatap oleh seseorang, tapi dia tidak merasakan kehadiran orang yang berbahaya.
'Mungkin aku terlalu waspada,' batinnya.Perjalanan mereka sampai di Istana Ibu Suri.
Ratu memperingatkan Maureen tentang Ibu Suri. "Ibu Suri dari dulu tidak terlalu suka dengan ku ataupun Mattew." "Tetapi kamu sebagai yang lebih muda harus menyapa terlebih dahulu, itu peraturan di Istana.""Baik ibu, aku akan mengingatnya."
"Apa kau mau menyapanya sekarang?" Ratu bertanya.
"Boleh, lagipula seharusnya sejak lama aku menyapa nenekku."
Ada tatapan tersembunyi dalam mata Maureen. Dia punya rencana lainnya.Kediaman Ibu Suri."Yang Mulia Ibu Suri, Yang Mulia Ratu dan Putra Mahkota meminta ijin untuk menemui anda," ucap pelayan. Ibu Suri yang hendak meminum teh menghentikan aktivitasnya. Dia menatap dayang pengasuhnya, bibi Nanik dengan bingung. "Bukankah kondisi Putra Mahkota sedang koma? Kenapa dia bisa berada di sini? Dia sudah sembuh?""Maaf, hamba juga tidak tau Yang Mulia," bibi Nanik dengan bingung menjawab pertanyaan Ibu Suri. "Suruh mereka masuk!!!" Ibu Suri memberi perintah. Setelah mendapat ijin dari Ibu Suri, Ratu Calista masuk lebih dulu diikuti oleh Maureen. "Hamba memberi hormat pada Ibu." Dengan lembut Ratu memberi hormat pada Ibu Suri. "Hamba memberi hormat pada nenek," Maureen yang berada di sebelah Ratu juga melakukan penghormatan. "Bangunlah kalian!!""Pelayan, siapkan teh untuk Ratu dan Putra Mahkota!!" Ibu Suri memberi perintah. Ratu segera menolak. "Maaf Ibu, kami hanya mampir sebentar." "Kami mampir hanya ingin menyapa anda, dan memberitahu kalau kea
"Dia sudah bangun?"Tangan Pengeran Andrew yang hendak makan tiba - tiba terhenti karena menerima kabar ini. "Keberuntungan benar - benar berada di dekatnya." Jika di pikir - pikir nasib Putra Mahkota benar - benar beruntung. Dia yang terkena racun mematikan dan masuk dalam kondisi vegetatif bisa bangun bahkan belum ada sebulan. Bukankah sesuatu yang sangat ajaib. Pangeran Andrew yang mendengar laporan bawahannya hanya bisa tersenyum sinis. Rasa iri yang terlihat jelas muncul diwajahnya. Seandainya....... Ah..Semakin dia memikirkannya, semakin dia membenci dirinya sendiri.Pangeran Andrew adalah anak Kaisar dari selir Jeslin. Selir yang seharusnya menjadi Ratu. Tetapi karena Kaisar lebih memilih Calista menjadi Ratunya, menyebabkan Jeslin harus menerima dia hanya menjadi seorang selir. "Roy... !!!" "Kita ke arena pacuan kuda.""Baik, pangeran..." Roy yang mendapatkan perintah langsung menyiapkan pakaian berkuda Pangeran Andrew. Pangeran Andrew dan Roy kasimnya, men
Angin bertiup dengan pelan, membawa beterbangan daun - daun berwarna kuning yang sudah jatuh dari ranting - ranting pohon.Sebuah hutan yang cukup jauh dari kerajaan.Hutan yang jarang terkena sinar matahari, membuat tanahnya lembab dan basah.Banyak hewan -hewan berbisa hidup di dalam hutan tersebut.Terdapat sebuat tempat di sisi hutan tersebut.Terlihat seperti lubang goa yang sempit, padahal jika di masuki goa itu menyimpan ruangan yang cukup besar di dalamnya.Dalam sebuah ruangan rahasia, sebuah goa yang cukup besar di dalamnya terdapat seorang wanita tua sedang menyiapkan sebuah ramuan di dalam kuali yang ada di atas tungku .Mulutnya tak henti - henti tertawa karena merasa rencananya sudah berhasil.Sambil terus mengaduk - aduk kuali tersebut dia menambahkan bahan - bahan ke dalamnya.Suhu kuali yang sangat panas, tidak menghilangkan bau busuk dan lembab yang ada di dalam goa. Terlebih lagi, bangkai tikus dan burung yang berserakan menambah bau tidak sedap dalam goa itu.kSeak
Dua hari berlalu, Maureen sudah bisa menghafal letak, nama dan kegunaan bangunan - bangunan yang ada di Istana. Dia juga sudah mengawasi Rumah Lebah Es yang berada di taman tengah. Nanti malam adalah saat dimana Mattew akan dikirim keluar untuk menjalani pengobatan khusus. Kaisar bahkan sudah menyiapkan pengawal khusus yang akan melindungi Mattew. Tiba - tiba pengawal meminta ijin untuk melapor pada Maureen yang sedang belajar di aula dalam kediaman Putra Mahkota. "Kau bilang tadi siapa?" Maureen yang sedang membaca buku, mau tidak mau meletakkan bukunya. "Ada seseorang di gerbang depan yang mengaku sebagai teman anda Yang Mulia." "Dia berkata dari keluarga Shilan."Maureen sedikit memijit pelipisnya. Ternyata rasa kedutan yang dia rasakan dua hari ini berasal dari kedatangan Bryan. Bagaimana orang itu bisa sampai berada disini? "Suruh dia masuk, dan langsung bawa ke kediamanku..!""Baik Yang Mulia." Pengawal itu langsung keluar dan pergi menuju gerbang depan. Bryan de
Setelah kepergian Bryan, Maureen dengan langkah cepat pergi ke ruang kerja Istana. Saat tengah hari biasanya Kaisar akan berada di sana untuk memeriksa laporan dari para menteri. Haris yang mengikuti dibelakangnya terpaksa harus sedikit berlari untuk mengimbangi langkah Maureen. "Apa Kaisar ada didalam?" Maureen melihat kasim Luo yang berdiri didepan pintu ruang kerja. "Hormat pada Yang Mulia Putra Mahkota." "Menjawab Putra Mahkota." "Kaisar ada didalam, apakah anda ingin menemuinya?""Ya..,aku ingin menemuinya," jawab Maureen. "Sebentar, akan hamba sampaikan kedatangan anda pada Kaisar." "Mohon anda tunggu sebentar." Kasim Luo berbalik dan masuk ke dalam ruang kerja. Maureen menunggu dengan tidak sabaran. Dia terus meremas kedua tangannya tanda tak sabar."Putra Mahkota?" "Ada apa dia kesini?""Hamba tidak tau Kaisar, tadi Putra Mahkota hanya berkata ingin menemui anda." Kasim Luo memberitahukan. "Suruh dia masuk!""Baik Kaisar.""Yang Mulia..." "Kaisar mengijinkan a
Malamnya. Proses pemindahan Mattew keluar dari Istana diawasi ketat oleh Kaisar. Bahkan Kaisar dan Ratu sendiri berada di Kediaman Putra Mahkota untuk mengantarnya. Saat ini Maureen mengenakan pakaian prianya dia menutup separuh wajahnya menggunakan kain hitam. Dia akan ikut mengantar Mattew menuju tenpat persembunyian yang sudah disiapkan oleh ayahnya. "Kau akan ikut mengantarnya," Ratu Calista melihat Maureen yang mengenakan pakaian prianya tak tahan untuk bertanya. "Iya ibu, lagipula nanti aku harus menemui temanku di luar gerbang kota." Maureen menjelaskan bahwa dia akan menemui Bryan di kluar gerbang kota. "Pastikan semuanya sudah siap dan tidak ada kesalahan." Kali ini Salim diminta Kaisar untuk memimpin pengawal khusus yang ditugaskan untuk melindungi Mattew. Roland yang tadi siang menerima surat Maureen, langsung datang ke Istana begitu mengetahui rencana ini. Sebenarnya dia ingin ikut melindungi Mattew di tempat persembunyian, tapi Kaisar menolak, karena akan s
Rute yang dilalui menuju kediaman tersembunyi begitu susah. Untung para pengawal khusus Kaisar sudah hafal jalan itu sehingga memudahkan untuk mencapai disana. Maureen yang mengkhawatirkan adiknya tak berhenti untuk selalu menengok ke kereta kuda dan selalu bertanya pada tabib. Tabib selalu meyakinkan jika Putra Mahkota baik - baik saja. Maureen yang ditemeni oleh Bryan disisinya membuat seseorang menjadi kesal. Dari tadi dia akan mempercepat laju kudanya atau melambatkannya untuk mencari perhatian Maureen. Orang itu adalah Roland, pengawal khusus Mattew. Sejak lama Roland sudah mempunyai perasaan terhadap Maureen. Hal itu bermula karena dia selalu mengikuti Mattew saat bertemu dengan Maureen. Maureen terlihat begitu dewasa dan pengertian. Serta Maureen memberikan rasa aman saat berada didekatnya. Awalnya dia menyimpan rapat rasa itu. Tapi sejak dia diutus untuk menjemput Maureen hatinya sudah mulai kacau. Hampir selama empat hari mereka selalu bersama. Sedikit
"Kenapa dari tadi kau memandangiku?" "Aku tau aku tampan, tapi aku tidak berselera dengan laki - laki, apalagi sepertimu." Bryan memandangi Roland yang sejak tadi melihatnya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dia sampe merinding membayangkan yang tidak - tidak. Jangan membuatku takut dengan tatapanmu. Roland yang tidak tahan diduga suka kepada laki - laki berkata dengan ketus. "Aku tidak suka dengan laki - laki lemah sepertimu." "Apalagi aku sudah punya kekasih."Tiba - tiba Maureen menyeletuk. "Kau sudah punya kekasih?" "Aku tak pernah tau, setauku kau selalu bersama Mattew."Roland menjadi salah tingkah. Awalnya dia hanya ingin berbangga di hadapan Bryan, tapi dia malah terkena batunya sendiri dengan kemunculan Maureen yang tiba - tiba. Maureen masih memandang ke arah Roland, seakan akan sedang menunggu penjelasan. "Haahh... Itu rahasiaku kan... tidak semua hal harus aku beritahukan." Roland membuat alasan, keringat dingin keluar dari dahinya tanpa dia sadari. M
Di tempat lain. Maira merasakan nyeri di belakang kepalanya. Pandangannya gelap karena matanya ditutup menggunakan kain hitam. Tangannya diikat di belakang tubuhnya. Sedangkan tubuhnya diikat di tiang. Samar - samar, Maira masih bisa mendengar suara seseorang sedang menyesap minumannya. Bau arak bercampur sesuatu ramuan tercium jelas di hidungnya. "Siapa kau!!" teriaknya. Untung saja mulut Meira tidak disekap, jadi dia bisa berteriak melampiaskan kekesalannya. Tidak mendapat jawaban Maira menggeliat berusaha melepaskan ikatan di tubuhnya. Tapi usahanya sia - sia. "Sialan..!!!" umpatnya. "Diamlah gadis kecil, sekeras apapun kau berteriak dan berusaha melepaskan talinya, itu sudah tidak berguna." "Jadi diamlah dan simpan tenagamu." Suara itu... Itu suara laki - laki. Maira terdiam, meski tidak terlalu pandai bela diri, dia bisa menebak jika orang yang menyekapnya bukan orang sembarangan. Yang perlu dia lakukan sekarang adalah diam mengamat
Dengan nafas yang tersenggal - senggal, seorang pria dengan baju basah kuyup masuk kedalam sebuah penginapan. Para pelayan melihatnya dengan terkejut. Tampangnya mengenaskan, dengan banyak noda lumpur yang menempel di wajahnya. Dia bergegas masuk dan bertanya ke meja penjaga. "Apakah sekitar kemarin ada dua orang laki - laki yang menginap disini?" Kemudian pria itu mengatakan ciri - ciri mereka. Penjaga penginapan itu mengingat - ingat, dan tersadar. "Ah...ada..., kemarin ada dua orang pria yang memesan dua kamar tidur." "Mereka bilang sedang menunggu teman mereka." Penjaga penginapan menelisik wajah yang ada dihadapannya. "Apakah kau salah satu dari mereka?" "Kau yang mereka tunggu...?" tanyanya dengan ragu - ragu.
Tidak ada jawaban pasti yang diterima oleh Maira. Bahkan ayahnya seperti menyembunyikan sesuatu. Rasa cinta yang dia rasakan selama 5 tahun ini seperti sia - sia. Bahkan kak Bryan juga tidak menemuinya. Bukankah seharusnya kak Bryan menyapanya dan sekedar menanyakan kabarnya. Tapi sama sekali dia tidak perduli. "Ayah....," Maira dengan terisak - isak memanggil ayahnya. Tuan Mahesa Huang, ayah Maira hanya bisa diam saja. "Jangan seperti anak kecil Maira, kau sudah dewasa, maka bersikaplah seperti orang dewasa," ayahnya berkata. Mendapat jawaban yang tidak memuaskan dari ayahnya, Maira menjadi lebih sakit hati. Dia seperti dipermainkan. "Silahkan kalian istirahat di kamar tamu, aku sudah menyiapkannya, " Jimmy Shilan berkata. "Maaf sudah merepotkan anda tuan Shilan," ayah Maira tidak enak dengan kebaikan tuan Shilan.
"Kakak...." Seorang gadis berusia 17 tahun muncul dari balik pohon. Bryan membelalakkan matanya tak percaya. Bagaimana gadis itu bisa ada di sini. "Kau...!!!" "Apa yang kau lakukan di sini?" "Dan kenapa kau bisa ada di tempat seperti ini?" Gadis itu tersenyum, menunjukkan giginya yang putih dan rapi. Dia berjalan mendekati Bryan yang terjatuh. Dia ingin memegang kaki Bryan yang terluka dan mengobatinya. Tetapi Bryan menghentikan tangan gadis itu dengan tangannya sendiri. "Tidak usah menyentuhku!" "Aku bisa mengobatinya sendiri." Bryan berkata pada gadis itu dengan dingin. Raut wajah gadis itu yang semula riang menjadi sendu. "Tidak usah menangis, kau bisa kembali ke keperluanmu dan tidak usah mengurusiku." "Aku sedang sibuk sekarang, jadi kau jangan menggangguku Maira!"
Roland masih linglung. Pikirannya masih dilema. Memalukan sekali menjadi tidak bisa diandalkan saat bersama orang yang disukai. "Jelak sekali mukamu.""Kalau tidak sanggup lebih baik kau kembali saja.""Aku bisa pergi bersama dengan Bryan saja," Maureen berujar. Roland yang sejak peristiwa panah tadi, masih merasa malu. Dia diam seribu bahasa. Sampai - sampai Maureen merasa kesal sendiri.Dia seperti bersama dengan orang bisu. "Kau sudah selesai istirahat?" Maureen mencoba bertanya. Dia tidak ingin menggoda Roland lagi. "Aku sudah selesai, jika kau juga sudah selesai, ayo kita lanjutkan perjalanan lagi."Tanpa menatap Maureen, Roland berdiri dan bersiap. Maureen, "!?"Akhirnya dia bangkit dan bersiap juga. Sepertinya pilihan yang salah dia pergi bersama Roland. Ternyata Roland adalah orang yang gampang sakit hati, tidak bisa digoda. Keduanya naik ke kuda masing - m
Hawa dingin perlahan - lahan menusuk ke dalam tulang. Rasa dingin karena malam semakin larut, semakin terasa di keheningan malam. Maureen dan Roland sudah berjalan jauh ke barat dan akan memasuki hutan hujan. Hutan itu disebut sebagai hutan hujan karena kelembabannya yang sangat besar dan butiran embunnya yang besar menyerupai hujan. Maureen semakin mengencangkan bajunya. Untungnya dia tadi memakai baju berlapis, jadi hawa dingin ini tidak terlalu mengganggunya."Kita tidak akan bisa membuat kemah disini." "Tanahnya lembab, alasnya akan basah jika kita berkemah disini." Roland menyejajarkan kudanya didekat Maureen. "Kita tunggu sampai didekat perbatasan barat. "Tanahnya lebih kering dan pohonnya lebih jarang tidak selebat disini," kata Maureen. "Baiklah."Keduanya tetap melaju, tapi tidak secepat sebelumnya karena saking lebatnya hutan hujan barat ini. Beberapa kali pandangan Roland mandapati Maureen yang selalu mengok ke belakang. Dia pun menengok dan tidak melihat ap
Di kediaman tersembunyi. Suhu tubuh Mattew sudah mulai stabil saat ditangani oleh Bryan dan juga tabib Istana. Sepertinya resep yag dibuat oleh Bryan cocok dengan tubuh Mattew. Terbukti dari hawa panas yang ada di tubuh Mattew secara perlahan keluar dan menjadikan suhu tubuhnya stabil. Tabib Istana yang sudah agak tua merasa kagum akan dari keluarga Shilan. "Ini benar - benar keajaiban."Pantas saja keluarga itu dijuluki sebagai keluarga dewa pengobatan. Bryan yang notabene mempunyai umur yang masih sangat muda saja bisa membuat resep dengan cepat dan akurat. Selama bertahun - tahun dia bekerja di Istana dia belum pernah menemui keahlian seperti ini. Banyak tabib yang ingin belajar dari keluarga Shilan. Tetapi mereka selalu menolak dengan tegas, bahkan saat Istana menawarkan gaji yang tinggi pun mereka menolak dengan tegas. Dan sekarang dihadapannya ada seorang tuan muda keluarga Shilan, bukankah dia sangat beruntung bisa bertemu dengan penerus keluarga Shilan. Pada sore
Wanita tua berambut putih itu berjalan tertatih - tatih dengan badan membungkuk didalam kegelapan goa yang sangat dalam. Ramuan dalam kualinya sudah hampir selesai. Sebentar lagi... Sebentar lagi... Dia menerawang, melihat di ujung kegelapan. Matanya yang sudah terlihat memudar, tetapi masih dapat fokus melihat di kegelapan memancarkan aura kelicikan. Dengan tidak sabar dia menunggu ramuan buatannya selesai. Sesekali dia mematut dirinya di cermin perunggu yang sudah mulai buram. Wajahnya yang banyak kerutan muncul dari bayangan cermin perunggu. Dia membelai pipi dan bibirnya. Bibirnya yang sudah berkerut tersenyum tipis memandangi wajahnya yang tua. "Cantik..." Pujinya memandang wajahnya. ...... Di Istana. Kediaman Kaisar. Maureen berdiri di hadapan Kaisar. Tatapan matanya tajam memandang kedepan. Kaisar sedikit memijat keningnya. Banyak permasalahan yang terjadi dirapat pagi ini. Banyak terjadi pemberontakan dan korupsi yang dilakukan oleh pejabat daera
"Yang Mulia....." dengan suara rendah kasim Haris menyangkal kecurigaan yang diungkapkan oleh Maureen."Aku tidak akan berbelas kasihan, mesti kau orang terdekat yang selalu berada di samping Mattew!" "Jadi sebaiknya kau ungkapkan sendiri, karena kesabaranku tidaklah besar." Dengan cueknya Maureen duduk tenang sambil memainkan cangkir tehnya. "Hamba benar - benar tidak tahu Yang Mulia," ucap kasim Haris sambil bersujud. Maureen bahkan tidak meliriknya sedikitpun. Kesabarannya masih bisa dia kendalikan. "Hamba tidak tahu racun itu, lagipula hamba juga sudah diperiksa dan tidak ditemukan kesalahan pada hamba." "Hamba sangat setia pada Putra Mahkota, lagipula Putra Mahkota sudah hamba anggap anak hamba sendiri, bagaimana hamba bisa begitu tega melihatnya terluka?" kasim Haris terus membela diri. Maureen mengedikkan bahunya. "Siapa yang tau hati manusia, sekarang bisa putih, besok bisa berubah hitam." "Lagipula aku punya buktinya, aku tau kau terlibat."Kasim Haris yang masih