Sang matahari dengan malu - malu mulai menampakkan sinarnya.
Langit yang awalnya gelap perlahan - lahan berubah kemerahan menandakan jika pagi sudah datang. Burung -burung mulai berkicau dengan meriah menyambut fajar yang akan segera muncul. Roland yang dari semalam berjaga di depan tenda dan tanpa sadar ketiduran, dan saat pagi dia bangun lebih dulu. Dia melihat ke dalam tenda dan mendapati bahwa Maureen masih belum bangun. Terlihat Maureen masih tertidur dengan memeluk kakinya. Kemudian dia memutuskan untuk mencuci mukanya di sungai dekat tenda terlebih dahulu agar mukanya tampak segar. Sebenarnya wajah Roland cukup tampan, banyak wanita bangsawan yang tergila - gila padanya, akan tetapi karena dia ingin melindungi Mattew sang putra mahkota, dia tidak pernah mananggapi para wanita - wanita itu. Roland juga berasal dari keluarga bangsawan Sullian, dan sudah terkenal sejak lama bahwa keluarga itu selalu menghasilkan pengawal - pengawal khusus bagi kerajaan. Dirasa sudah cukup dia mencuci wajah dan sudah merasa segar dia kembali ke tenda. Dari kejauhan dia melihat Maureen yang berdiri di depan tenda. "Putri anda sudah bangun..?" tanyanya pada Maureen yang sudah berdiri di depan tenda. "Ya.., tidurku lumayan nyenyak, mungkin karena aku merasa aman saat kau menjagaku", ucap Maureen sambil sedikit tertawa. "Aku hanya menjalankan tugasku ", ucap Roland sambil membungkuk. "Ha..ha..ha.., sudah kubilang jangan terlalu formal padaku Roland, kau teman baik adikku jadi aku juga menganggap kamu teman baikku", ucap Maureen sambi tertawa memecah kecanggungan. "Aku akan mencuci mukaku, setelah itu kita lanjutkan perjalanan". Tidak lama Maureen sudah kembali dari mencuci mukanya. Dia terlihat sangat tampan dan menarik dengan pakaian prianya. Jika Roland tidak tau dia seorang wanita maka, mungkin dia akan kagum dengan bentuk tubuh yang bagus milik Maureen. Tanpa menunda waktu lagi, mereka berdua mulai memacu kudanya dengan cepat menuju kota Herda, ibukota kerajaan Starian. Roland memimpin di depan dan di ikuti oleh Maureen di belakangnya. Butuh waktu sehari lagi untuk sampai di kota Herda. Untung saja cuaca lumayan hangat, jadi Maureen merasakan nyaman di tubuhnya. Karena Maureen benci dengan hawa dingin, dia bisa flu atau alergi, jadi dia benar - benar menjaga tubuhnya supaya hangat. Entah berapa sungai dan hutan yang mereka lalui. Bahkan mereka memacu kudanya tanpa henti sejak pagi. Tak terasa matahari sudah hampir tenggelam dan malam mulai menjelang. "Roland...!, panggil Maureen pada Roland. Roland menengok ke belakang dan menghentikan kudanya. "Ada apa ..?" tanyanya. "Cari tempat untuk berkemah, kita istirahat dan bermalam di sekitar sini", perintah Maureen. "Sudah mulai gelap, lagian kita belum makan dari siang, kalo terus berkuda kita bisa lemas". "Baik..", patuh Roland. "Tinggal sebentar lagi kita sampai ke kota Herda, kita istirahat dulu, nanti tengah malam kita berangkat menuju ke istana", lanjut Maureen. Mereka mendirikan tenda secara bersama - sama, agar bisa selesai lebih cepat. Setelah tenda selesai berdiri, Maureen mengeluarkan sisa bekalnya. Dia dan juga Roland makan bersama - sama. Setelah selesai makan Maureen berkata," Roland, kita istirahat, nanti malam kita lanjutkan perjalanan, tinggal beberapa jam lagi kita akan sampai di kota Herda, kau sudah siapkan segalanya untuk memasukkanku ke istana ?". "Jika rencana berjalan lancar, anda bisa masuk secara langsung, karena aku sudah menyiapkan orang kepercayaanku di beberapa tempat di istana", ucap Roland. "Bagus, tak sia - sia kau menjadi orang kepercayaan adikku, ayah dan ibuku", ucap Maureen. "Baiklah, aku sudah selesai makan, ayo kita tidur", sambung Maureen. "Kita harus berangkat tengah malam, jadi sebaiknya tidur dengan cepat", lanjutnya. "Baik, tuan putri", kata Roland. Merekapun mengistirahatkan badannya. Perjalanan yang lumayan jauh dari perbatasan timur ke kota Herda membuat tubuh mereka lelah. Terlebih lagi untuk Roland yang menempuh jalur bolak - balik. Tapi itu sebanding karena dia berhasil membawa Maureen bersamanya. Tengah malam. "Kau sudah siap ?", tanya Maureen pada Roland. "Sudah, mari kita lanjutkan perjalanan. Tolong benarkan tutup wajah anda. Malam ini sedikit berbahaya..", ucap Roland. Maureen mengangguk. Mereka pun naik kuda dan memulai memecah keheningan malam " Hiya.... hiya.... hiya.....", mereka mencambuk kudanya dengan sangat cepat. Setelah menempuh perjalanan sekitar 3 jam, akhirnya gerbang kerajaan mulai terlihat. Roland memberi isyarat pada Meureen untuk mengurangi kecepatan kudanya. Kemudian di depan gerbang terdapat prajurit penjaga yang menghentikan kudanya. Roland mengeluarkan token identitasnya. "Orang yang di belakangku adalah temanku", ucap Roland pada penjaga. Penjaga itu menunduk hormat, lalu berteriak pada penjaga di dalam. "buka gerbangnya...!!!" "Silahkan tuan Roland", ucap pengawal. Roland dan Maureen mulai memasuki istana. Maureen, "huft...," dia menghela nafas. "Kehidupan yang sulit untuk dirinya akan segera di mulai, semoga hal ini akan segera berlalu", batinnya. Mereka di minta turun dari kuda saat akan memasuki istana dalam. Ada penjaga yang mengurus kuda mereka. Tanpa membuang waktu, Roland segera membawa Maureen ke istana Biru, tempat tinggal putra mahkota. Tak cukup lama terlihat istana Biru tempat putra mahkota tinggal. Roland memberi isyarat pada Maureen untuk menunggu, sementara dia masuk ke dalam. "Apa Kaisar dan Ratu ada di dalam ?" tanya Roland pada dayang pelayan yg ada di depan pintu kamar putra mahkota. "Tuan Roland, Kaisar tidak bermalam di sini, hanya ada Yang Mulia Ratu di dalam", kata pelayan. "Kau bisa pergi", ucap Roland. Kemudian dia mengetuk dan berkata," Yang Mulia Ratu Calista, saya Roland, saya sudah berhasil membawanya kemari". "Roland...?" "Kau sudah kembali ?" "Syukurlah..., cepat bawa dia masuk....!" perintah Ratu. Roland keluar dan meminta Maureen untuk masuk. "Mari.. Yang Mulia Ratu sudah menunggu anda", dia berkata pada Maureen sambil memberi jalan pada Maureen. Sampai di depan kamar putra Mahkota, jantung Maureen berdetak lebih kencang. Antara senang bisa bertemu ibu kandungnya dan adiknya, tapi di sisi lain dia sedih dengan keadaan adiknya. "Yang Mulia Ratu, hamba meminta ijin untuk menghadap..," ucap Maureen di depan pintu. "Masuklah," Terdengar suara ratu dari dalam. "Roland kau tunggu dan berjaga di luar ", perintah Ratu. "Baik", sahut Roland. Maureen masuk ke dalam, dia melihat seorang perempuan duduk di samping anak laki - laki yang terbaring di ranjang. Ya..., perempuan itu adalah ibu kandungnya, sedangkan yang terbaring di ranjang adalah adik kembar laki - lakinya. Maureen bingung harus bertindak bagaimana. Tiba - tiba Ratu bangun dan berjalan ke arahnya. Ratu memeluknya dengan sangat erat. Maureen bingung, respon apa yang akan dilakukan. Akhirnya dia memutuskan untuk membalas pelukan itu. "Maaf kan aku anakku," ucap Ratu. "Aku meninggalkanmu pada keluarga lain saat kau masih bayi, aku bukanlah ibu yang baik..," tambah Ratu. "Jangan seperti ini ibu, aku tau betapa sulitnya posisimu saat itu," ucap Maureen. " Ibu sangat senang kau bisa kembali, tapi ibu juga sedih kau kembali dengan situasi seperti ini ", sambung Ratu." Ibu tidak boleh berfikir seperti itu, ini semua adalah jalan yang terbaik ", sahut Maureen. "Kau benar - benar anak yang baik Maureen, kakakku merawat dan mendidikmu dengan sangat baik, aku berhutang banyak pada kakakku dan istrinya", kata Ratu. "Duduklah dan dengarkan ibu..!", perintah Ratu. Maureen duduk di kursi dekat ranjang Mattew, di sampingnya Ratu sambil terus memegang tangannya bercerita tentang rencananya. Maureen mendengar dengan seksama, tanpa menyela pun. Cukup lama Ratu menjelaskan maksudnya, mesti berat membebankan semua ke Maureen, tapi ini jalan satu - satunya untuk mencegah bencana di istana. "Aku siap ibu", kata Maureen. Pagi - pagi sekali kaisar mendatangi kediaman putra mahkota. Dengan penuh wibawa dia berjalan dengan terburu - buru. Dayang di kediaman putra mahkota melihat kaisar dan memberi salam. "Hormat pada Yang Mulia". "Ya," sahutnya singkat. " Apa Ratu masih di dalam ?", tanyanya. "Masih Yang Mulia". Dayang kediaman putra mahko
Siangnya..... Kaisar berjalan menuju kediaman Putra Mahkota setelah selesai rapat bersama para menterinya. Dengan senyum cerah, Kaisar berjalan dengan sedikit terburu- buru. Orang yang melihatnya, hanya merasa Kaisar pasti bahagia karena Putra Mahkota sudah sembuh. Padahal, Kaisar segera ingin bertemu dengan putri satu - satunya. Karena Kaisar hanya punya 3 orang anak yaitu Mattew sang Putra Mahkota, putri Maureen saudara kembar Mattew, dan satu lagi anak selir Jeslin, yaitu Pangeran Andrew. Saat Kaisar tiba, Putri Maureen yang menyamar sebagai Putra Mahkota juga keluar dari arah kediaman. Melihat Kaisar datang Maureen segera memberi hormat. "Hamba memberi hormat pada Ayahanda," ucap Maureen. Kaisar tersenyum dan memeluknya, jelas sekali Kaisar pngin menunjukkan kasih sayangnya. Para dayang, pengawal dan juga Roland memberi salam pada Kaisar. "Hamba memberi salam pada Kaisar," ucap mereka. Kaisar mengangkat tangannya pada mereka. Kemudian dia bertanya pada M
Di tempat lain.... Pangeran Andrew berjalan sambil menahan amarah. Bagaimana tidak, di depan Putra Mahkota dan Para dayang, secara terang- terangan, Ayahnya sang Kaisar menegurnya. Dia sungguh malu, serasa wibawanya di lucuti di depan umum. Di jalan dia menendang sebuah pot bunga sebagai pelampiasan amarahnya. "ROY..!!" panggilnya pada kasimnya. "Siapkan arak aku mau minum..!" Roy sang kasim pangeran Andrew mengernyit dan berkata," Pangeran, ini masih siang dan Anda sudah mau minum ?" Tapi siapa yang tau, Pangeran Andrew langsung menendang kakinya dan berteriak dengan marah. "LAKUKAN SAJA APA YANG AKU BILANG, TIDAK USAH BANYAK BICARA....!!!!!" Sang kasim pun hanya mengangguk dan segera menyiapkan apa yang di minta oleh Pangeran Andrew. Dia berlalu dan meninggalkan Pangeran Andrew yang sedang marah. Dia segera menyiapkan minuman untuk Pangeran Andrew. Dia tau bagaimana tabiat Pangeran Andrew yang keras kepala dan mudah marah, hanya saja dia mengingatkan Panger
Pangeran Andrew masih setia dengan minuman di tangannya. Roy hanya duduk di samping sambil sesekali melihatnya. Wajah Pangeran Andrew yang tampan berubah menjadi awut -awutan seiring bertambah mabuknya dia. Roy merasa Pangerannya sudah di luar kendali, jadi dia menyuruh Pangeran Andrew untuk masuk ke dalam bilik ranjangnya. Pangeran Andrew yang mabuk di papah oleh Roy tanpa perlawanan. Saat menyentuh kasur, Pangeran Andrew langsung tertidur. Sambil tertidur mulutnya masih mengucapkan umpatan - umpatan yang di tujukan pada Putra Mahkota. Roy melihatnya dengan miris. Begitulah keluarga bangsawan. Ada anak sah, dan ada anak tidak sah. Meskipun memiliki ayah yang sama, bukan berarti memiliki takdir yang sama. ....... Sementara di taman tengah...... Kaisar dan Maureen berjalan bersisihan sambil berbincang. Didepan mereka sudah ada paviliun kecil yang berada di tengah taman istana bunga. Tempat yang sangat indah. Terdapat hamparan bunga dan berbagai pohon rin
"Siapkan kursi untuk duduk Ratu, " perintah Kaisar pada dayangnya. Ratu berjalan mendekat, dengan senyuman mengembang di wajahnya. " Hamba memberi salam pada Kaisar," ucap Ratu. Kaisar mengangguk. Maureen berdiri dan memberi salam, " Hamba memberi salam pada ibu Ratu." Ratu mengangguk menerima salam Maureen Bangku Ratu sudah datang dan diletakkan di samping bangku Kaisar. Mereka bertiga duduk dan meminum teh dalam satu meja. Tak terasa waktu sudah semakin siang. Setelahnya Maureen pamit lebih dulu meninggalkan mereka. "Ayah, ibu aku mohon diri, aku ingin istirahat lebih dulu, " ucap Maureen. Kaisar menjawab," Hati - hati, jaga kesehatanmu." Kemudian Maureen pun meninggalkan Kaisar dan Ratu. " Ayu Roland...!" ajak Maureen pada Roland. Roland memohon diri pada Kaisar dan Ratu. "Hamba pamit undur diri terlebih dahulu,'' kata Roland. " Roland, jaga dia.....!" perintah Kaisar pada Roland sebelum pergi. " Pasti Kaisar." ...... "Kenapa kau terburu - buru
Pada malamnya Roland memasuki Istana sebelum jam makan malam. Dia langsung menuju kediaman Putra Mahkota. Dia mengetuk pintu kamar Putra Mahkota. "Tok ..tok.. tok..!" "Hamba Roland meminta ijin untuk menghadap." "Masuklah.." Terdengar sahutan dari arah dalam. Roland pun membuka pintu, dengan pelan dia masuk ke dalam ruangan Putra Mahkota. "Maureen....." "Aku...aku...." " Maureen........., mengenai tadi siang aku minta maaf, mungkin aku terbawa emosi dan tak memikirkan perasaanmu," ungkap Roland di hadapan Maureen. Maureen melihatnya. Dia hanya diam tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya. "Maureen, bicaralah, aku tidak suka kau diam seperti ini....!? desak Roland tidak sabar. " Kenapa kau meminta maaf padaku ?" Maureen mulai berbicara. "Harusnya aku memang salah karena terlalu mengikuti amarahku, mungkin kau bicarakan tadi ada benarnya." "Kurasa aku memang harus menyembunyikan rasaku di Istana ini..," ucap Maureen panjang lebar. Tiba - tiba
Kediaman Putra Mahkota.... Tatapan Maureen dingin, tidak ada ekspresi apapun di wajah cantiknya, dia semakin diam setelah mendengar apa yang Roland ucapkan. Bahkan dia semakin menyembunyikan ekspresinya. Prioritasnya kali ini adalah menemukkan siapa yang meracuni adiknya, Mattew dan membalas dendam atas perbuatannya kepada Mattew. Tapi. apa yang Roland katakan tadi !? Maureen benar - benar tidak habis fikir dengan pikiran dan tindakan Roland. Apa Roland sedang mabuk ?? Cinta, sayang !? Dua hal yang tidak akan mungkin Maureen lakukan dan pikirkan untuk
Angin bertiup dengan pelan, membawa beterbangan daun - daun berwarna kuning yang sudah jatuh dari ranting - ranting pohon. Sebuah hutan yang cukup jauh dari kerajaan. Hutan yang jarang terkena sinar matahari, menbuat tanahnya lembab dan basah. Banyak hewan -hewan berbisa hidup di dalam hutan tersebut. Terdapat sebuat tempat di sisi hutan tersebut. Terlihat seperti lubang goa yang sempit, padahal jika di masuki goa itu menyimpan ruangan yang cukup besar di dalamnya. Dalam sebuah ruangan rahasia, sebuah goa yang cukup besar di dalamnya seorang wanita tua sedang menyiapkan sebuah ramuan di dalam kuali yang ada di atas tungku . Mulutnya tak henti - henti tertawa karena merasa rencananya audah berhasil. Sambil terus mengaduk - aduk kuali tersebut dia menambahkan bahan - bahan ke dalamnya. Suhu kuali yang sangat panas, tidak menghilangkan bau busuk dan lembab yang ada di dalam goa. Terlebih lagi, bangkai tikus dan burung yang berserakan menambah bau tidak sedap
Ratu Calista mengernyit, dia cukup terkejut dengan apa yang Maureen katakan. Kenapa Maureen bisa tau tentang kupu - kupu cahaya sejelas itu. "Maureen jelaskan pada ibu apa yang kau tau..!" Ratu Calista mendesak. "Aku punya teman seorang tabib yang hebat, dia sering mengajariku berbagai tanaman obat dan beberapa macam - macam racun. Aku menyuruhnya untuk memeriksa Mattew, dia bilang dia bisa merawat Mattew. Aku hanya minta tolong pada ibu, tolong bujuk ayah untuk memperbolehkan temanku merawat Mattew." Dengan memohon, Maureen berharap Ibunya, Ratu Calista setuju. Bukannya Maureen tidak mempercayai tabib - tabib yang di kirim oleh Kaisar, ayahnya. Tapi Bryan lebih berpengalaman dengan racun - racun aneh sejak dia masih kecil. Sejak kecil Maureen sering melihat Bryan menangani racun - racun, makanya dia ingin Bryan lah yang merawat adiknya. Terlebih dari itu, dia lebih mempercay
Wangi bunga menguar dari tubuh Maureen setelah dia mandi di pagi hari. Tidak ada dayang yang membantunya untuk berpakaian karena semakin sedikit yang tau identitasnya maka semakin sedikit masalah yang akan dia hadapi. Untungnya sejak dia kecil dia terbiasa melakukan segalanya sendiri, jadi dia tidak begitu kesulitan saat berada di sini. Berbeda dengan Loki, dia tau bahwa Putra Mahkota adalah Maureen saudara kembar Mattew yang adalah seorang wanita. Awalnya dia sedikit canggung dan bingung bersikap di hadapan Maureen. Secara sejak dulu dialah yang mengurus segala keperluan Putra Mahkota. Tapi saat dia tau yang menggantikan Putra Mahkota adalah seorang wanita, dia mulai sedikit berhari - hati saat memasangkan sabuk giok dan mahkota giok. Dan sebelum itu, Maureen akan me
Dengan sedikit berjalan bergegas, Maureen masuk ke dalam kediamannya tanpa sedikit kata keluar dari mulutnya. Di belakangnya, Loki mengikutinya dan bertanya dalam hati 'ada apa'. Akan tetapi dia tidak berani untuk bertanya lebih lanjut pada Putra Mahkota. "Cukup kau di sini saja, aku ingin istirahat, " perintah Maureen pada Loki dan berjalan masuk dengan cepat ke dalam ruangan dalam. "Oh iya.. masukkan burung merpati iti ke dalam sangkar lebih dulu. " Di dalam ruangannya, Maureen duduk di bangku dan membaca surat rahasia itu dengan seksama. Dia benar - benar tidak percaya kalau Bryan bisa menyusulnya ke sini. Ada rasa senang dan kawatir uang di rasakan oleh Maureen. Dengan cepat, dia mengambil kuas dan mulai menulis surat balasan untuk Bryan. Tak terasa, waktu sudah tengah malam saat dia selesai menulis balsan surat untuk Bryan. Kemudian dia menyimpan balasan surat itu dan memasukkannya
Penginapan LOTUS. Bryan berjalan momdar mandir di dalam kamar yang di sewanya. Dia sedang memikirkan bagaimana caranya ,dia bisa masuk istana dan menemui Maureen. Dalam kemondar mandirannya, dia sesekali memandang ke arah langit -langit kamar. "Ah.... benar juga, kenapa aku tidak kepikiran dari tadi..! Sepertinya dia sudah menemukan sebuah ide yang cemerlang. Sewaktu Bryan dan Maureen kecil, mereka pernah di hukum keluarga mereka untuk tidak. saling bertemu selama beberapa saat. Karena mereka berdua pergi ke hutan Lawu untuk mencari tanaman obat. Karena tidak bisa bertemu, akhirnya Bryan dan Maureen menukar pesan dengan menggunakan burung merpati. "Ya benar.... merpati. " " Kenapa aku bisa lupa dengan cara itu, sepertinya karena terl
Di kediaman selir Jeslin. Selir Jeslin terlihat mengepalkan tangannya dengan erat. Wajahnya yang cantik sudah memerah karena menahan marah. Dia tertawa seperti orang gila, "Haa... haa... ha... " "Andrew berengsek, apa yang dia pikirkan, harusnya dia berterima kasih padaku karena mau melahirkannya dan memberikan dia status yang tinggi, tapi apa balasan yang dia terima, Andrew bahkan berani berkata kasar padanya. " Selir Jeslin benar - benar merasa sangat marah sampai memukul - mukul mejanya dan menyebabkan buah - buah di piring berserakan. 'Apa yang salah dengannya, dia hanya ingin terlihat cantik di hadapan orang yang dicintainya. Kenapa Andrew selalu mengkritiknya. Jika bukan karena melahirkan Andrew, tubuhnya tidak akan berubah. Bahkan dia melakukan banyak cara demi mempertahankan tubuhnya tetap Bagus. ' Selir Jeslin benar - benar sangat mencintai kaisar Dhika. Dulu saat masih kecil, dia mengikuti ayahnya masuk istana untuk memberikan penghormatan pada ibu suri.
Sementara di dalam istana...... Kediaman Selir Jeslin. Selir Jeslin adalah selir pertama Kaisar. Dia adalah anak perempuan pertama dari keluarga Salamander. Dia juga keponakan pertama dari ibu suri. Makanya ibu suri sangat mendukung pangeran Andrew untuk naik tahta. Pagi - pagi Pangeran Andrew menuju kediaman dari selir Jeslin. Setelah sampai di kediaman selir, dia bertanya pada pelayan apakah ibunya sudah bangun. "Apakah ibunda sudah bangun? " "Hormat saya Pangeran Andrew. Menjawab pangeran Andrew, Yang mulia Selir ada di dalam, beliau sedang bersiap untuk sarapan." Dahi Pangeran Andrew berkerut, "sepagi ini ? " " Benar Pangeran, Yang Mulia Selir sering sarapan pagi d
Angin bertiup dengan pelan, membawa beterbangan daun - daun berwarna kuning yang sudah jatuh dari ranting - ranting pohon. Sebuah hutan yang cukup jauh dari kerajaan. Hutan yang jarang terkena sinar matahari, menbuat tanahnya lembab dan basah. Banyak hewan -hewan berbisa hidup di dalam hutan tersebut. Terdapat sebuat tempat di sisi hutan tersebut. Terlihat seperti lubang goa yang sempit, padahal jika di masuki goa itu menyimpan ruangan yang cukup besar di dalamnya. Dalam sebuah ruangan rahasia, sebuah goa yang cukup besar di dalamnya seorang wanita tua sedang menyiapkan sebuah ramuan di dalam kuali yang ada di atas tungku . Mulutnya tak henti - henti tertawa karena merasa rencananya audah berhasil. Sambil terus mengaduk - aduk kuali tersebut dia menambahkan bahan - bahan ke dalamnya. Suhu kuali yang sangat panas, tidak menghilangkan bau busuk dan lembab yang ada di dalam goa. Terlebih lagi, bangkai tikus dan burung yang berserakan menambah bau tidak sedap
Kediaman Putra Mahkota.... Tatapan Maureen dingin, tidak ada ekspresi apapun di wajah cantiknya, dia semakin diam setelah mendengar apa yang Roland ucapkan. Bahkan dia semakin menyembunyikan ekspresinya. Prioritasnya kali ini adalah menemukkan siapa yang meracuni adiknya, Mattew dan membalas dendam atas perbuatannya kepada Mattew. Tapi. apa yang Roland katakan tadi !? Maureen benar - benar tidak habis fikir dengan pikiran dan tindakan Roland. Apa Roland sedang mabuk ?? Cinta, sayang !? Dua hal yang tidak akan mungkin Maureen lakukan dan pikirkan untuk
Pada malamnya Roland memasuki Istana sebelum jam makan malam. Dia langsung menuju kediaman Putra Mahkota. Dia mengetuk pintu kamar Putra Mahkota. "Tok ..tok.. tok..!" "Hamba Roland meminta ijin untuk menghadap." "Masuklah.." Terdengar sahutan dari arah dalam. Roland pun membuka pintu, dengan pelan dia masuk ke dalam ruangan Putra Mahkota. "Maureen....." "Aku...aku...." " Maureen........., mengenai tadi siang aku minta maaf, mungkin aku terbawa emosi dan tak memikirkan perasaanmu," ungkap Roland di hadapan Maureen. Maureen melihatnya. Dia hanya diam tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya. "Maureen, bicaralah, aku tidak suka kau diam seperti ini....!? desak Roland tidak sabar. " Kenapa kau meminta maaf padaku ?" Maureen mulai berbicara. "Harusnya aku memang salah karena terlalu mengikuti amarahku, mungkin kau bicarakan tadi ada benarnya." "Kurasa aku memang harus menyembunyikan rasaku di Istana ini..," ucap Maureen panjang lebar. Tiba - tiba