Adrian, berdecak kesal, lalu melangkah lebar keluar meninggalkan rumah Reka, sementara Reka hanya menatap pilu, melihat tingkah Adrian, yang semakin menjauh darinya.Adrian melajukan jeepnya, meninggalkan rumah Reka dengan hati yang kesal, ia sangat marah dengan apa yang dilakukan Reka. Bunyi ponsel, membuyarkan konsentrasi Adrian, ia pun menepikan mobilnya dan menjawab telepon dari Merry, sekretarisnya.“Hallo, Merr ada apa?”“Pak Adrian, saya hanya mengingatkan besok pagi ada penandatangan kontrak dengan klien dari Bali, pembanguan hotel dan resort. Dan untuk saat ini Pak Adrian ditunggu oleh Pak Baskoro di kantor,” jelas Merry.“Oke, 30 menit lagi aku sampai di kantor,” jawab Adrian, lalu menutup ponsel dan melanjutkan perjalanannya menuju PT. Baskoro Group. Adrian melangkah lebar menuju ruang kantor Baskoro. Setelah mengetuk pintu dan terdengar suara dari dalam yang menyuruh masuk, Adrian pun membuka pintu, terlihat Baskoro dan Nilam sedang duduk di sofa dalam kantor, keduany
“Kenalkan, Saraswati, sekretaris pribadi saya,” ucap Dirga, sambil mengulas senyum.Wanita yang bernama Saraswati itu berjalan pelan, dan menjabat tangan, Baskoro dan Merry serta Adrian, tangannya menggenggam erat Adrian, dengan senyum tipis di sudut bibirnya, tatapan keduanya seakan-akan, bertanya tentang kabar mereka.Adrian berusaha tenang, walaupun ingin sekali berbicara banyak dengan Saraswati, wanita yang pernah di jumpai 5 tahun yang lalu di pulau Dewata Bali. Demikian juga dengan Saraswati, ada pertanyaan yang ingin ia cerca pada Adrian, tapi keduanya berusaha menahan diri seakan-akan baru pertama kali bertemu.“Baiklah, kita mulai rapat ini,” ucap Baskoro.Lalu semuanya mulai fokus pada laptop masing-masing, dan Adrian mulai membahas rencana pembangunan hotel dan resort bertarap internasional, sebuah proyek bernilai milyaran rupiah.***Sementara itu, di kantor Swalayan Himawan, terjadi ketegangan antara Thomas dan Bram, keduanya saling adu pendapat mengenai jabatan baru B
Adrian mendadak lemas, dengan cepat ia menarik lengan Saras. ”Apa maksudmu?”“Akbat dari perbuatanmu, aku hamil,” balas Saras, kini bulir bening di matanya lolos begitu saja.Adrian, berlahan melepas lengan Saras, ia mundur satu langkah, jantungnya berdebar cepat.“Jadi, kamu hamil akibat perbuatanku di malam itu?” tanya Adrian, dengan wajah memucat.Saraswati mengangguk, ketika Adrian akan bertanya lagi, terdengar suara langkah kaki menuju lorong.“Saras, setelah rapat ini, kita bicara lagi,” bisik Adrian.“Maaf Adrian, aku tidak bisa, setelah acara selesai, Aku dan Pak Dirga kembali Bali,” jawab Saras, lalu bergegas melangkah pergi.“Siang Pak Adrian,” sapa seorang staff yang melewati Adrian di balas anggukan oleh Adrian.Untuk sejenak Adrian hanya terbengong, memikirkan perkataan Saraswati, lalu ia bergegas kembali menemui Pak Dirga. Terlihat Pak Dirga dan Saras bersiap-siap meninggalkan PT. Baskoro Group.“Oke pak Adrian, Pak Baskoro saya pamit dulu, sampai ketemu di Bali,” ucap
Waktu bergulir, mentari senja menyisakan semburat jingga di langit, Adrian berdiri menatap lepas pantai Kuta, telapak tangannya di masukan ke dalam saku celana. Hatinya serasa teriris, ketika satu jam yang lalu, melihat gadis kecil berusia 5 tahun, terbaring tidak berdaya di tempat tidur pasien rumah sakit. Adrian mengingat kembali pembicaraannya dengan Saras beberapa jam yang lalu.“Apa kamu melahirkan anakku?” tanya Adrian, sambil fokus menyetir, di sampingnya Saras hanya mengangguk pelan, tanpa menatap Adrian.“Dimana Dia, aku ingin bertemu dengannya?” tanya Adrian lagi, jantungnya berdetak tak beraturan, ia tidak menyangka, jika selama ini memiliki seorang anak.“Ada di rumah sakit,”“Dia sakit?”“Iya,” jawab singkat Saras, bibirnya tercekat, tidak mampu berbicara, kesedihan yang teramat dalam menghujam di hatinya, hingga air mata pun mengalir pelan.Sekitar 30 menit, sampailah Adrian dan Saras di sebuah rumah sakit, pemerintah, dengan langkah lebar, Saras dan Adrian menuju kamar
Aroma parfum rose, menguar di ruangan kerja Clara. Aroma yang selalu dirindukan Bramastio. Dengan, mata terpejam dirasakan harum parfum milik Clara. Harum parfum itu masih sama, selera Clara tidak berubah.“Hemmm, setelah beberapa tahun, masih sama aroma parfummu,” ucap Bram, ketika menghirup aroma parfum, yang terasa membangkitkan gairah Bram.“Jangan membicarakan masa lalu, lebih baik kita bicara tentang Agro Darma, kamu tahu telah membuat kerugian Agro Darma,” ucap Clara dengan nada tegas.Bram hanya menatap datar dan tersenyum tipis, ”Memang itu tujuanku,” ucap Bram, membuat Clara geram.“Kenapa kamu masih saja egois Bram.”Bramastio bangkit dari duduknya, berjalan berlahan mendekati Clara, kini tubuhnya tepat di belakang kursi Clara, di pegangnya kedua bahu Clara dari belakang dengan kuat, hingga Clara tidak dapat bergerak, wajah Bram mendekat ke arah telinga Clara seraya berbisik. ”Kecuali, kamu kembali padaku.”“Lepaskan Bram!” bentak Clara, sambil menghempaskan tangan Bram, d
“Layani aku!” bentak Dirga, seraya mendorong tubuh Saras ke ranjang, tubuh sintal itu pun terjatuh di ranjang hingga rok bawahnya tersingkap memperlihatkan daerah sensitif milik Saras. Dengan penuh nafsu Dirga melampiaskan hasratnya pada tubuh sintal itu dan kulit putih Saras, seperti biasa Saras melayani hasrat Dirga, walau kali ini Saras, sangat terpaksa memenuhi keingan Dirga. Malam panjang di lalui Dirga dan Saras, membuat Dirga puas, setelah terlampiaskan hasratnya, ia pergi meninggalkan Saras begitu saja di resort dengan meninggalkan sejumlah uang.Tepat pukul 6 pagi, Saras bergegas pergi ke rumah sakit, semalaman ia meninggalkan Adrian di sana yang menemani Monika. Sebelum berangkat ke kantor, Saras berniat melihat Monika, langkahnya di percepat begitu memasuki lorong rumah sakit yang masih sepi, dibukanya kamar tempat Monika dirawat, terlihat Adrian tertidur dengan tubuh duduk di kursi dan kepala bersandar di tempat tidur seraya tangannya memegangi tangan mungil Monika, melih
“Please, Papa,” mohon Monika, bulir bening itu pun luruh di pipinya.Adrian mengangguk tanda mengiyakan, dalam hatinya terasa teriris di kala melihat putri kandungnya harus memohon dengan derai air mata untuk bisa bersamanya. Di sisi lain, ia mengkhawatirkan pernikahannya dengan Clara. Bagaimana tanggapan Clara, jika tahu suaminya yang di anggap sempurna ternyata memiliki anak di luar nikah. Adrian menghela napas panjang, kemudian tersenyum pada Monika.“Papa, pergi dulu ya, nanti sore Papa akan ke sini lagi,” ujar Adrian, seraya mengenggam telapak tangan Monika.Monika hanya tersenyum dan mengangguk kecil, Adrian mengurai genggamannya dan pergi meninggalkan kamar.***Adrian sudah berada di proyek pembangunan hotel dan resort, yang berlokasi di atas perbukitan, panorama pemandangan yang luar biasa terlihat dari atas bukit, lautan biru yang membentang beberapa ratus meter di bawah menyisakan pemandangan yang memanjakan matanya, untuk sesaat Adrian, mengagumi keindahan alam dari sang p
Adrian terlihat gelisah waktu makan malam bersama Reka, dan kegelisahan itu terbaca oleh Reka.“Adrian, apa sih yang kamu pikirkan, dari tadi Mama merasakan ada sesuatu yang membebanimu?” tanya Reka, sambil menyuap makanan ke mulutnya.“Biasalah Mah, tentang pekerjaan,” sahut Adrian, sambil melirik jam tangan yang melingkar di tangannya, waktu menunjukkan jam 9 malam.“Mah, Adrian tinggal dulu, sebenarnya aku ada janjian sama teman,” ucap Adrian, lalu meneguk jus alpukat.“Baiklah, bersenang-senanglah,” balas Reka, seraya melempar senyum pada Adrian.Adrian bergegas menuju mobilnya, setelah itu melajukan mobilnya meninggalkan kafe. Karena merasa curiga akan sikap Adrian, diam-diam Reka mengikutinya dengan naik taksi. Beberapa menit kemudian Adrian memasuki Rumah Sakit Medika Internasional, dan itu membuat Reka kecewa.“Oh, ternyata pergi ke rumah sakit, tak kira pergi kencan dengan Saras,” gerutu Reka di dalam taksi yang ditumpanginya.“Pak, kita ke Exotic Hotel,” pinta Reka pada sop