“Kapan-kapan, bolehkah aku menjengguk Monika,” pinta Clara.“Maaf, Bu Clara, saat ini Monika berada di ruangan ICU, di isolasi, karena beberapa hari ini dia akan menjalani operasi donor sumsum tulang belakang,” jelas Saras.“Kasihan sekali Monika, kamu yang kuat Saras,” ucap Clara seraya menepuk pelan bahu Saras, memberi semangat.Keduanya keluar dari lift, begitu sampai di lantai 10, setelah itu mereka memasuki apartemen masing-masing.Clara kembali ke kamar dan menaruh kunci mobil Adrian, di tempat semula, ditatapnya wajah pria, yang menjadi suaminya hampir satu tahun itu. Ada rasa curiga, yang menelisik hatinya, bahwa Adrian, menyembunyikan sesuatu yang besar darinya, perlahan dia merebahkan tubuhnya, kembali di tempat tidur dan mencoba memejamkan netranya.Pagi hari menyapa, waktu menunjukkan pukul tujuh pagi, Adrian terlihat sudah menyantap sepiring roti bakar dan meminum teh hangat. Ia ingin sekali membangunkan Clara yang masih terlelap tidur, Adrian merasa bersalah dan belum me
Tepat tengah hari, Clara sampai di perkebunan, setelah makan siang dan mengantarkan Jose dan Tini, ia dan Hanggoro menuju kantor Agro Darma, sesampainya di sana, Clara langsung menemui Bramastio dan beberapa staff untuk meeting mengenai kontrak kerja sama dengan Rama Swalayan. Selama kurang dari dua jam rapat dilaksanakan. Bram sesekali mencuri pandang Clara yang duduk di depannya, jantungnya masih saja bedesir, ketika menatap wanita cantik yang mengenakan blose warna hijau, dengan blazer hitam, dan rok sebatas lutut, sungguh penampilan yang sempurna di mata Bramastio, dan membuatnya semakin tidak bisa menjauh dari wanita yang pernah mengisi hari-harinya dengan cinta.“Clara,” panggil Bram, ketika Clara akan meninggalkan ruang rapat. Panggilan Bram, membuat Clara menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Bram.“Ada apa?” tanya Clara, seraya menoleh ke arah Bram dengan tatapan datar.“Selama di Bandung, bolehkan setiap hari aku menemui Jose,” pinta Bram.“Jose, anakmu, kamu boleh men
Clara membanting ponselnya di tempat tidur, ia kesal dengan Adrian. Sejak kemarin, ponsel Adrian tidak bisa dihubungi, bahkan Adrian belum mengabari menginap di hotel mana, selama berada di Singapura, rasa khawatir bercampur marah mendera di dada Clara, apalagi kata-kata Baskoro kemarin yang menilai bahwa Adrian, sedang ada masalah atau ada sesuatu yang disembunyikan, membuat Clara semakin gelisah dan bertanya-tanya, ada apa dengan suaminya yang tiba-tiba berubah. Clara beranjak dari kamarnya, lalu menemui Hanggoro yang saat itu sedang bersantai dengan Ki Darma, di halaman samping rumah.“Ayah, apa Adrian pernah bercerita, jika dia ada masalah akhir-akhir ini?” tanya Clara seraya duduk bergabung di sebuah gazebo.“Ayah, akhir-akhir ini jarang bertemu dengan Adrian,” sahut Hanggoro.“Memangnya, kenapa Adrian?” tanya Ki Darma.“Ini Kek, akhir-akhir ini ada yang aneh dengan Adrian, Clara sendiri merasakan, jika Adrian sedang menyembunyikan sesuatu, dan Papa Bas juga merasa begitu, karena
Sekitar 60 menit, sampailah Bram dan Clara di parkiran Rumah Sakit Medika Internasional, waktu menunjukkan pukul 7 pagi. Clara menghela napas panjang, sebelum keluar dari mobil, jantungnya berdetak lebih cepat.“Clara, aku akan menunggumu di loby rumah sakit, jika kamu perlu bantuanku kamu telepon saja,” pinta Bram.Clara tersenyum kecil pada Bram, dan berucap, ”Terima kasih, kamu bisa pulang sekarang.”“Tidak, aku tidak akan meninggalkanmu, aku tahu kamu ada masalah, jadi aku akan menunggumu di sini, sampai aku memastikan, jika kamu baik–baik saja,” balas Bram.Clara kembali tersenyum kecil, terlihat jelas ada rasa cemas yang menggantung di matanya. ”Terima kasih Bram,” ucap Clara, sembari memegang telapak tangan Bram, dan setelah itu beranjak menuju resepsionis rumah sakit.“Maaf, saya mau bertanya, apakah ada pasien yang bernama Adrian Putra Baskoro?” tanya Clara, pada seorang wanita berpakaian kemeja batik.“Sebentar ya Bu,” jawab resepsionis.Terlihat resepsionis fokus pada komp
Nilam beranjak pergi meninggalkan rumah Atik, mobilnya melaju kencang menuju PT. Baskoro Group, sesampainya di sana, ia langsung menemui Saras, yang kebetulan ada di ruang staff, dengan geram Nilam menghampiri Saras yang masih sibuk di depan laptopnya.“Saras!” bentak Nilam ketus.Plak!.. tamparan keras melayang di pipi Saras, hingga menyisakan bekas merah di wajah Saras.“Kamu srigala berbulu domba, mulai sekarang, aku memecatmu dari PT. Baskoro Group!” perintah Nilam.Saras berlahan mengangkat wajahnya, dan menatap Nilam dengan tatapan penuh amarah.“Yang berhak memecat saya, hanya Adrian dan Pak Baskoro, ibu Nilam tidak mempunyai kedudukan apa-apa di sini,” balas Saras, tanpa ada rasa takut sedikitpun.Pernyataan Saras, membuat seluruh staff terkejut, mereka saling pandang, dan bertanya-tanya dalam hati. Kenapa Saras, karyawan baru sudah berseteru dengan istri pemilik perusahaan dan dengan tenang melawan perkataan Nilam.“Ayo, kita temui Baskoro, biar kamu di pecat,” balas Nilam,
Saras terlihat tersenyum kecil, ketika bertemu dengan Reka, di depan kamar rawat Monika.“Tante Reka, Clara sudah tahu tentang Monika dan Adrian, dia tadi menemui Adrian,” ucap Saras pelan.“Itu memang kemauanku, jadi sekarang kamu harus menekan Adrian, lewat Monika, jadikan Monika sebagai alasan kalian bersama,” balas Reka, senyum licik tersunging di sudut bibirnya, sambil matanya menatap ke arah jendela kamar Monika.“Aku akan melakukan, sesuai keinginan Tante,” sahut Saras. Ada sedikit rasa tenang di hati Saras, karena mendapat dukungan dari Reka, tapi ia tidak mengetahui, jika Dirga mulai mengancam hidupnya.Sementara itu Clara masih menyendiri di dalam kamar, ia merenungkan tentang segala yang terjadi dalam hidupnya, mulai dari pernikahannya dengan Bram yang gagal, dan berujung sakit hati, dan kini Clara berpikir apakah akan terulang lagi pada pernikahannya yang kedua, ia berpikir, Adrian adalah sosok yang sempurna yang mencintai dirinya apa adanya, menemani di masa-masa terburu
Bram masuk kedalam apartemen, di baringkannya tubuh Clara di tempat tidur, lalu Bram membuka blezer yang di kenakan Clara, blezer itu kotor bekas mutahan Clara, lalu Bram, menaruh blezer di keranjang cucian, yang berada di kamar mandi, sekalian dia mengambil handuk kecil dan sebaskom air yang di isi air hangat.Berlahan Bram, mendekati tubuh Clara, di tatap dalam tubuh yang pernah memberinya kenikmatan surgawi, tubuh itu masih tetap sama, putih bersih dan halus, berlahan di sekanya wajah Clara, dengan lembut, hingga desiran halus naik kejantung Bram, ia merindukan Clara, apalagi ketika melihat tubuh Clara hanya mengenakan tank top warna hitam, dengan belahan dada rendah, memperlihatkan bentuk dadanya.“Adrian, peluk aku, jangan tinggalkan aku,” racau Clara, sembari menarik leher Bram dalam pelukannya.Bram hanya terdiam, ketika tubuhnya menyatu dengan Clara, nafsunya kini menguasai akalnya, berlahan Bram mulai membelai helai rambut Clara, dan mengecup bibir Clara. Untuk sesaat, bibir B
Clara melangkah pelan menuju kamar rawat Adrian, langkahnya ragu, ia mulai mencerna, apa yang dikatakan oleh Saras, memang Adrian mempunyai tanggung jawab pada Monika dan Saras, tapi haruskah Adrian akan mengorbankan pernikahannya.Ceklek! Clara membuka pintu, terlihat Adrian, mulai membuka matanya pelan, tangan kirinya masih terpasang alat infus, Adrian mendesah pelan.“Kenapa aku di sini lagi?” gerutu Adrian.“Kamu pingsan, ada pendarahan di bekas operasimu,” jelas Clara sembari mendekati Adrian, dan membenarkan letak selimut yang mulai berantakan.Tangan Adrian meraih tangan Clara. ”Duduklah aku ingin bicara,” ucap Adrian pelan.“Jika, kamu masih sakit, jangan di paksakan.”“Aku lebih sakit, jika kamu, tidak mempercayai aku, dengarkan semua akan aku ceritakan,” ucap Adrian, mulai terlihat kesal atas sikap Clara yang seakan cuek, tapi Adrian tahu Clara butuh penjelasan.Clara menghela napas panjang, dan ia menghempaskan pelan tubuhnya di kursi samping tempat tidur. Sementara Adrian
Bram, sampai di depan ruangan Fandi, tanpa mengetuk pintu, ia langsung masuk, Fandi terkejut dengan kehadiran Bram yang tampak begitu cemas.“Kak Bram, duduklah,” pinta Fandi, ia tahu persis maksud Bram menemuinya.Bram pun duduk, menghela nafas berat dan kemudian berucap.“Apakah benar, Jose harus tranplantasi jantung?” tanya Bram dengan bibir gemetar.“Benar Kak Bram, Jose mengalami lubang di pembuluh darah aorta yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Dari hasil pemeriksaan, sakit jantung Jose sudah sangat parah, pengobatan dan operasi sudah tidak memungkinkan, dan jalan satu-satunya adalah tranplantasi jantung,” jelas Fandi.“Berapa lama Jose bertahan?” tanya Bram.“Kita punya waktu satu bulan sampai kita mendapat donor jantung yang sesuai, kami sudah menghubungi Rumah Sakit Jantung Singapura, untuk mendapatkan donor jantung,” balas Fandi dengan serius.“Jika dalam satu bulan, Jose tidak mendapatkan donor jantung, apa yang terjadi?” tanya Bram lagi, kali ini jantungnya
Kaki Clara terasa lemas, Jose akan di tangani lima dokter sekaligus, pertanyaan sakit apa Jose, membayangi pikiran Clara. Langkahnya pelan, keluar dari ruangan Dokter Ridwan. Nilam yang menunggu Jose, juga terlihat cemas, ketika melihat Clara, seperti orang linglung.“Clara, Jose, baik-baik saja ‘kan?” tanya Nilam, menatap putrinya dengan tatapan dalam.“Tidak Bu, Jose tidak baik-baik saja, cobaan apalagi ini Bu, kenapa masalah suka sekali menghampiriku,” balas Clara, terlihat putus asa, ia menghempaskan pantatnya di kursi tunggu, lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, dan berlahan terdengar isakan tangis. Suara tangisan Clara, begitu memilukan, membuat Nilam bersedih, dan cemas akan keadaan Jose. Nilam duduk di sebelah Clara, di usapnya punggung Clara dengan lembut, seraya menunggu pernyataan dari dari putrinya, tentang sakit yang di derita Jose.“Adrian dan Baskoro suruh pulang, jika memang ini serius,” ujar Nilam pelan.Clara mendesah pelan, dan menghentikan tangis
Satu bulan setelah penculikan Jose, Clara dan Adrian lebih memperhatikan Jose, pengawasan ketat dilakukan, Clara tidak mau lengah lagi, ia masih tak menyangka, kalau Dinda yang melakukan penculikan. Clara dan Adrian selalu mencurahkan kasih sayangnya pada Jose. Clara juga mengizinkan Bram, ayah kandung Jose untuk sesekali bertemu dengan Jose.Setiap malam Clara menyempatkan menemani dan membacakan buku cerita pada Jose, sampai Jose tertidur pulas, seperti malam ini, dengan manjanya Jose menarik tangan Clara sambil berucap manja.“Mommy, ayo bacakan cerita kancil ke cebur sumur, dan di tolong sama gajah,” rengek Jose sambil bergelayut manja.“Okey, sayang, Jose sikat gigi dulu, lalu naik ke tempat tidur, nanti Mommy bacakan cerita,” balas Clara sambil menggandeng tangan mungil Jose.Jose pun menuruti apa yang di perintahkan Clara, dengan berlari kecil ia masuk ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya, dan setelah itu berajak naik ke tempat tidur dan di sana Clara sudah duduk bersanda
Clara dan Adrian hampir putus asa, sudah satu minggu lamanya Jose tidak di ketemukan, Pagi itu Clara masih duduk di tempat tidur, matanya sembab, di peluknya foto Jose, sesekali di pandanginya foto bocah umur lima tahun yang lucu itu. Adrian yang melihat keadaan Clara turut sedih, tapi dia lebih menfokuskan mencari Jose, tiap satu jam sekali dia menghubungi anak buahnya untuk memgetahui perkembangan pencarian Jose, tapi lagi-lagi nihil.“Clara, aku bawakan sarapan, kamu harus tetap makan, satu minggu ini makanmu tidak teratur,” ucap Adrian dengan membawa nampan berisi semangkuk bubur, dan segelas susu lalu di letakan di meja samping tempat tidur.Clara menatap sendu dan berujar, ”Adrian aku tak sanggup, jika harus kehilangan Jose.”“Jose, baik-baik saja, percayalah, sebentar lagi kita akan menemukannya,” ucap Adrian tangannya mengusap bulir bening yang mengalir di pipi Clara. Lalu di raihnya semangkuk bubur dan suap demi suap dimasukannya ke mulut Clara. Hari menjelang siang, Polisi
Lima bulan berlalu, Clara dan Adrian dengan susah payah melupakan kesedihannya kehilangan janin dalam kandungan Clara. Sementara Bram telah membayar kesalahannya di balik jeruji besi.Di kediaman Thomas terjadi keributan, Bram yang baru saja bebas dari penjara, pulang ke rumah dengan keadaan mabuk, melihat itu Thomas geram.“Tampaknya aku sudah tidak bisa berharap lagi pada Bram, cintanya pada Clara merusak jiwanya, satu–satunya harapanku hanya pada Jose, cucu laki-lakiku, aku akan berusaha merebut Jose dari tangan Clara, dan akan kuwariskan semua bisnisku kelak pada Jose,” ucap ThomasElin hanya terdiam, penyesalan menyelimuti dirinya, perceraian Bram dengan Clara, justru menghancurkan kehidupan Bram. Sekarang Clara menjalani kehidupan bahagia dengan Adrian.Sementara itu di rumah Baskoro, Clara sedang memperhatikan Jose yang sedang bermain-main dengan Baskoro dan Nilam. Clara yang berdiri di atas balkon kamar tersenyum bahagia menyaksikan Jose begitu akrab dengan kakek tirinya, la
Setelah kasus kematian Ki Darma terpecahkan, Clara dan Adrian kembali ke Jakarta, hari menjelang malam, udara terasa dingin, beberapa kali Clara menguap, ia pun menyandarkan kepalanya di bahu Adrian dan terlelap tidur, sementara Adrian terus fokus menyetir, melajukan kendaraannya meninggalkan kota Bandung.Beberapa jam kemudian mereka sampai, Adrian membangunkan Clara.“Sayang, kita sudah sampai,” ucap pelan Adrian dengan lembut, sambil mengusap-usap pipi Clara. Sehingga membuat Clara terbangun dan mengerjab-ngerjabkan matanya, yang masih sedikit kabur.“Di mana ini?”“Di apartemen, besok kita ke rumah ayahmu, dan bertemu Jose, lalu kita akan jalan-jalan bertiga bersama Jose, kamu pasti sudah kangen ‘kan hampir dua minggu tidak ketemu Jose.”“Iya, Adrian aku kangen banget ingin cium pipi tembemnya,” sahut Clara sambil tersenyum, membayangkan wajah imut yang mengemaskan.Adrian dan Clara masuk ke dalam apartemen, setelah membersihkan diri, Adrian duduk di sofa depan televisi, matanya t
Clara memutuskan tinggal di rumah Ki Darma, yang sekarang menjadi miliknya, setelah polisi memberinya izin. Penyelidikan polisi masih berlanjut, tapi Clara juga tidak mau tinggal diam saja, apalagi petunjuk tentang kematian Kakeknya sudah jelas, satu-satunya orang yang Clara curigai adalah Mala dan ada kemungkinan bekerja sama dengan Pak Iwan.Clara hampir tak percaya, Mala sudah di anggap sahabatnya, dan Pak Iwan sudah puluhan tahun mengabdi pada Ki Darma mampu berkhianat. Clara menceritakan semuanya pada Adrian, dan Adrian berjanji akan menemani Clara dalam menyelesaikan kasus ini.“Sayang, aku akan Ke Bandung dua hari lagi, kamu harus hati-hati, ada kemungkinan pelaku juga akan menyakitimu,” pesan Adrian lewat telefon“Okey, aku akan hati-hati,” jawab Clara dan menutup pembicaraan lewat ponsel.Pagi itu Clara menunggu kedatangan Pak Satria yang berjanji akan memperlihatkan aset-aset Ki Darma. Akhirnya yang di tunggu pun datang.“ Pagi, Clara,” sapa Pak Satria pada Clara.“Pagi Pak
Dua minggu sudah, Clara dan Adrian pergi bulan madu yang kedua, kebahagian masih terpancar di mata mereka, Adrian lebih perhatian pada Clara, cintanya semakin kuat terpatri di hatinya, untuk satu-satunya wanita yang membuatnya berubah menjadi manusia yang lebih baik. Sepulang dari Eropa, mereka langsung menemui Jose.Clara langsung memeluk bocah kescil itu, kecupan dan ciuman sayang di daratkan di wajah mungilnya, demikian juga dengan Adrian di peluknya tubuh gendut dan pipi tembem Jose, dekapan seorang ayah diberikannya pada Jose. Tiba-tiba kebahagian mereka terusik dengan kabar duka. Clara mendapat telefon dari Bi Anah, bahwa Ki Darma meninggal dunia. Clara shock mendengar hal itu, ia teringat terakhir kali memeluk Kakeknya, sebelum Clara pergi ke Eropa. Clara tidak percaya kalau itu adalah pelukan terakhir untuk Kakeknya.Clara menangis histeris, di pelukan Adrian.“Sudah Clara, jangan bersedih, kita harus segera ke Bandung untuk pemakaman Ki Darma,” ucap Adrian dan memapah Clara k
Pagi menyapa, Adrian dan team pengacara datang ke kantor polisi, dan menyerahkan hasil rekaman. Setelah polisi memutar video rekaman di laptop dan meneliti keasliannya, maka segeralah di ambil keputusan untuk penyelidikan kembali dan membebaskan Clara.Pak Adrian, apa bapak memiliki musuh?” tanya polisi dengan tegas.“Tidak, pak. Selama ini saya menjalankan bisnis dengan baik, saya merasa tidak punya musuh,” jelas Adrian.“Baiklah, kami akan melakukan penyelidikan lagi, siapa dua orang bertopeng itu?” kata polisi dengan tegas dan serius.Kemudian, polisi membuatkan surat pernyataan pembebasan terhadap Clara, kurang dari satu jam, terlihat Clara dengan di kawal seorang polwan, menemui Adrian dan Yusuf.“Selamat Bu Clara. Anda di bebaskan, dan kasus di buka lagi, polisi akan memburu pelaku sebenarnya,” ucap Pak Yusuf dengan menjabat tangan ClaraClara membalas jabatan tangan Yusuf sembari berucap, ”Terima kasih Pak Yusuf.”Kemudian pandangannya beralih pada Adrian, dan langsung memelu