Clara melangkah pergi, hatinya masih di liputi kecemasan, sekaligus rasa kecewa yang menyusup ke dalam hati, Adrian, laki-laki yang di anggapnya sempurna, tapi ternyata menyimpan masa lalu yang sungguh mengejutkan, tapi Clara melihat ada kejujuran dan ketulusan di mata elang milik Adrian, tatapannya yang tajam, menyisakan penyesalan yang teramat dalam, akan suatu kesalahan di masa lalu.Clara menaiki taksi menuju apartemennya, ia mencoba untuk hidup normal kembali, menerima segala kekurangan dari suaminya, jika memang Monika akan tinggal bersamanya, ia akan menganggap Monika seperti putri kandungnya, seperti Adrian yang menganggap Jose anak kandungnya, bahkan sebelum Jose lahir, Adrian, sudah menjaganya dan mencurahkan kasih sayangnya.Clara berdiri di atas balkon kamarnya, menatap suasana siang yang begitu panas di pusat kota Jakarta, lamunannya membuyar, ketika suara ketukkan pintu terdengar dari pintu depan, dengan langkah lebar Clara, berjalan ke arah pintu, dan di bukanya, terli
Bagai petir yang menyambar berulang kali di telinga Adrian, permintaan Saras sungguh membuat Adrian geram.“Kamu, berpikir apa tidak hah! kamu tahu ‘kan, aku sudah menikah, permintaanmu itu mustahil,” gertak Adrian pelan, namun terdengar tajam di telinga Saras.“Apa kamu juga berpikir, 6 tahun yang lalu, kamu memperkosaku dan kamu menghilangkan warna dalam hidupku, memberi beban tak berunjung usai, dengan melahirkan anak tanpa ikatan pernikahan, apa kamu tidak memikirkan itu,” balas gertak Saras, kini terlihat matanya berkaca-kaca menahan tangis, mengingat penderitaannya selama 6 tahun terakhir.Adrian terdiam, ia merasa sangat bersalah pada wanita di hadapannya, bagaimanapun dia yang bersalah.“Tapi aku tidak bisa menikahimu,” sahut Adrian.“Kalau begitu, jangan ambil Monika dariku,” tukas Saras dengan geram.Adrian berdecak kesal, ia menatap tajam Saras, yang mengusap titik embun di sudut matanya. Lalu Saras menatap sepiring nasi rames yang ada di hadapannya, dengan pelan menyuap ke
Clara melangkah lebar menuju kamarnya, Adrian hanya berdecak kesal, ia kesal pada Saras dan Reka.Ck...“Saras, kenapa sih, kamu selalu bertindak semaumu, ini masalah besar, menyangkut pernikahanku,” ucap Adrian, dengan nada kesal.“Maaf Adrian, sebenar aku ke sini ingin memberitahukan padamu, jika besok pagi Monika diperbolehkan untuk pulang,” sahut Saras, kini raut wajahnya mengiba.“Iya, Adrian, jangan salahkan Saras, dia itu korban, apa kamu tidak punya hati memperlakukan Saras seperti itu. Dan selama 5 tahun kamu menelantarkan anak kandungmu sendiri, malah menyayangi Jose yang bukan darah dagingmu,” tukas Reka.“Cukup Ma, jangan libatkan Jose, baik Jose dan Monika bagiku mereka anakku,” sahut Adrian, dengan tegas.“Adrian, besok Monika akan aku bawa di apartemenku, aku dan tante Reka sudah menyiapkan kamar untuk Monika,” sela Saras.“Untuk sementara memang lebih baik Monika bersamamu dulu, kita akan tetap bersandiwara, jika kita baik-baik saja,” jelas Adrian.“Baiklah, tapi itu
Monika Gadis Kecil yang PolosAdrian kembali menghampiri Bram, yang terlihat sudah berdiri tegak, dan bersiap membalas pukulan Adrian.“Dasar suami tak berguna, main pukul saja, jika aku tidak menolong Clara, mungkin Clara sudah habis oleh laki-laki hidung belang di dalam sana,” bentak Bram, dengan mata nyalang.“Apa kamu pikir aku tidak tahu apa yang kamu inginkan, kamu menginginkan istriku Clara ‘kan!” gertak Adrian, dan seraya melayangkan pukulan, tapi dengan cepat Bram menangkisnya, dan memberikan pukulan pada Adrian, baku hantam dua pria tampan itu pun berlangsung sengit , hingga dua orang security melerainya.“Hentikan atau kami lapor polisi!” ancam seorang security, berbadan besar dengan memeggangi Bram, dan security satunya memegangi Adrian. Keduanya saling tatap nyalang, seakan ingin saling menerkam.“Lepaskan! Aku akan pergi,” sahut Adrian.Securty pun melepaskan Adrian. Lalu Adrian melangkah cepat menuju jeepnya, dan langsung tancap gas, keluar area parkir Bintang Night Cl
Masih di Jakarta dengan hiruk pikuk dan kemacetan lalu lintas. Thomas Himawan terlihat geram, ketika mendapat kiriman foto dari anak buahnya, yang kebetulan memergoki Bram bersama Clara di night club. Dengan langkah cepat, ia menuju kamar tidur Bram, yang masih tertutup rapat, menandakan Bram masih tertidur.Tok!... Tok!..suara pintu kamar di ketuk dengan keras, tidak lama kemudian, terlihat Bram membuka pintu, wajah memarnya masih terlihat jelas, akibat pukulan dari Adrian semalam.“Jadi sekarang kesibukanmu, mengurusi istri orang, bahkan berkelahi hanya untuk seorang wanita!” bentak Thomas, seraya mengepalkan telapak tangannya.“Pa, Bram sudah dewasa, jangan campuri urusan Bram,” balas Bram.“Dewasa, dengan terus mengejar wanita yang sudah bersuami,” tukas Thomas semakin geram.“Wanita itu mantan istriku, dan ibu dari anakku!” balas Bram dengan nada tinggi.Plak!...tamparan keras melayang di pipi Bramastio. Thomas dengan tatapan tajam ke arah putranya, sambil berucap, ”Jika kamu ti
Reka mondar-mandir di kamarnya, sambil sesekali jari telunjuknya ditempelkannya di dahi, seakan memutar otak, berpikir bagaimana membuat Adrian bersedia menikahi Saras, dan bercerai dengan Clara, cukup lama Reka berpikir, akhirnya ia mendapatkan ide, di raihnya ponselnya dan menekan nama Saras.“Saras, aku punya ide untuk menekan Adrian, besok datanglah ke villa yang ada puncak, akan aku siapkan kejutan untuk Adrian, nanti aku shareloc,” jelas Reka penuh dengan semangat.“Terus apa yang aku lakukan?” “Besok pagi, kamu kirim chat ke Adrian, bilang kamu ingin bertemu di villa yang ada di puncak.”“Oke Tante,” balas Saras, di seberang telepon, seraya tersenyum kecil.Pagi yang cerah. Clara duduk di balkon kamar bersama Adrian sambil menikmati secangkir kopi, keduanya tampak bahagia, hingga saat ini masih bersama.“Bagaimana dengan Saras, apa dia sudah berubah pikiran mengenai persyaratannya?” tanya Clara, seraya menoleh menatap Adrian.“Hemmm belum, Saras masih kekeh pada pendiriannya,
Beberapa menit kemudian, Clara terbangun dari pingsannya, ia terkejut melihat Saras sudah terbujur kaku, dengan luka tembakan, Clara menatap pistol yang tergeletak di tangannya, Clara terpaku, terdiam, dan ketakutan, jantungnya berpacu cepat, dan berdetak kencang.“Clara, kamu membunuh Saras,” teriak Reka, dengan wajah menegang.“Mama, aku....,” suara Clara terlihat gemetar.“Aku akan lapor polisi,” ucap Reka, lalu meraih ponsel dari dalam tas.Reka tampak gugup berbicara lewat ponsel, sementara Clara terduduk di lantai dengan memeluk kedua lututnya sambil menangis, ia tidak tahu apa yang terjadi. Tidak lama kemudian, dua buah mobil polisi datang, dan segera membawa Clara dan Reka ke kantor polisi, sedangkan sebagian polisi masih di tempat kejadian, memasang police line di sekitar kejadian.Kini Clara dan Reka sudah berada di rungan berbeda, Clara begitu shock, setelah menjalani pemeriksaan, Clara membersihkan diri dan berganti baju, kini ia dimintai keterangan.“Apakah Ibu Clara, yan
Sementara itu Adrian kembali ke Kota Jakarta, pikirannya kacau, ia sangat percaya pada Clara, istrinya itu tidak mungkin, melakukan pembuhuhan yang di bilang sangat keji, tapi siapa yang membunuh Saras dan melimpahkan kesalahan itu pada Clara. Dengan melajukan mobilnya, Adrian terus berpikir.Seharusnya aku yang datang ke villa itu, apakah peristiwa penembakan Saras akan terjadi dan aku yang akan disalahkan? pertanyaan dalam hati terus menyelimuti hati Adrian. Beberapa jam kemudian, sampailah Adrian di kantor PT. Baskoro Group. Terlihat di sana Baskoro dan Nilam juga Pak Yusuf seorang pengacara, sudah menunggu di ruang rapat. Adrian duduk, semua mata menuju kepadanya, berharap memperoleh informasi dari Adrian. “Adrian, bagaimana keadaan Clara?” tanya Nilam, tidak bisa menahan kesedihannya, kabar Clara menjadi tersangka, pembunuhan Saraswati sungguh sangat mengejutkan dan membuat shock Nilam.“Keadaannya sangat buruk, semua bukti mengarah pada Clara,” balas Adrian.“Tapi Reka, ada di
Bram, sampai di depan ruangan Fandi, tanpa mengetuk pintu, ia langsung masuk, Fandi terkejut dengan kehadiran Bram yang tampak begitu cemas.“Kak Bram, duduklah,” pinta Fandi, ia tahu persis maksud Bram menemuinya.Bram pun duduk, menghela nafas berat dan kemudian berucap.“Apakah benar, Jose harus tranplantasi jantung?” tanya Bram dengan bibir gemetar.“Benar Kak Bram, Jose mengalami lubang di pembuluh darah aorta yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Dari hasil pemeriksaan, sakit jantung Jose sudah sangat parah, pengobatan dan operasi sudah tidak memungkinkan, dan jalan satu-satunya adalah tranplantasi jantung,” jelas Fandi.“Berapa lama Jose bertahan?” tanya Bram.“Kita punya waktu satu bulan sampai kita mendapat donor jantung yang sesuai, kami sudah menghubungi Rumah Sakit Jantung Singapura, untuk mendapatkan donor jantung,” balas Fandi dengan serius.“Jika dalam satu bulan, Jose tidak mendapatkan donor jantung, apa yang terjadi?” tanya Bram lagi, kali ini jantungnya
Kaki Clara terasa lemas, Jose akan di tangani lima dokter sekaligus, pertanyaan sakit apa Jose, membayangi pikiran Clara. Langkahnya pelan, keluar dari ruangan Dokter Ridwan. Nilam yang menunggu Jose, juga terlihat cemas, ketika melihat Clara, seperti orang linglung.“Clara, Jose, baik-baik saja ‘kan?” tanya Nilam, menatap putrinya dengan tatapan dalam.“Tidak Bu, Jose tidak baik-baik saja, cobaan apalagi ini Bu, kenapa masalah suka sekali menghampiriku,” balas Clara, terlihat putus asa, ia menghempaskan pantatnya di kursi tunggu, lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, dan berlahan terdengar isakan tangis. Suara tangisan Clara, begitu memilukan, membuat Nilam bersedih, dan cemas akan keadaan Jose. Nilam duduk di sebelah Clara, di usapnya punggung Clara dengan lembut, seraya menunggu pernyataan dari dari putrinya, tentang sakit yang di derita Jose.“Adrian dan Baskoro suruh pulang, jika memang ini serius,” ujar Nilam pelan.Clara mendesah pelan, dan menghentikan tangis
Satu bulan setelah penculikan Jose, Clara dan Adrian lebih memperhatikan Jose, pengawasan ketat dilakukan, Clara tidak mau lengah lagi, ia masih tak menyangka, kalau Dinda yang melakukan penculikan. Clara dan Adrian selalu mencurahkan kasih sayangnya pada Jose. Clara juga mengizinkan Bram, ayah kandung Jose untuk sesekali bertemu dengan Jose.Setiap malam Clara menyempatkan menemani dan membacakan buku cerita pada Jose, sampai Jose tertidur pulas, seperti malam ini, dengan manjanya Jose menarik tangan Clara sambil berucap manja.“Mommy, ayo bacakan cerita kancil ke cebur sumur, dan di tolong sama gajah,” rengek Jose sambil bergelayut manja.“Okey, sayang, Jose sikat gigi dulu, lalu naik ke tempat tidur, nanti Mommy bacakan cerita,” balas Clara sambil menggandeng tangan mungil Jose.Jose pun menuruti apa yang di perintahkan Clara, dengan berlari kecil ia masuk ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya, dan setelah itu berajak naik ke tempat tidur dan di sana Clara sudah duduk bersanda
Clara dan Adrian hampir putus asa, sudah satu minggu lamanya Jose tidak di ketemukan, Pagi itu Clara masih duduk di tempat tidur, matanya sembab, di peluknya foto Jose, sesekali di pandanginya foto bocah umur lima tahun yang lucu itu. Adrian yang melihat keadaan Clara turut sedih, tapi dia lebih menfokuskan mencari Jose, tiap satu jam sekali dia menghubungi anak buahnya untuk memgetahui perkembangan pencarian Jose, tapi lagi-lagi nihil.“Clara, aku bawakan sarapan, kamu harus tetap makan, satu minggu ini makanmu tidak teratur,” ucap Adrian dengan membawa nampan berisi semangkuk bubur, dan segelas susu lalu di letakan di meja samping tempat tidur.Clara menatap sendu dan berujar, ”Adrian aku tak sanggup, jika harus kehilangan Jose.”“Jose, baik-baik saja, percayalah, sebentar lagi kita akan menemukannya,” ucap Adrian tangannya mengusap bulir bening yang mengalir di pipi Clara. Lalu di raihnya semangkuk bubur dan suap demi suap dimasukannya ke mulut Clara. Hari menjelang siang, Polisi
Lima bulan berlalu, Clara dan Adrian dengan susah payah melupakan kesedihannya kehilangan janin dalam kandungan Clara. Sementara Bram telah membayar kesalahannya di balik jeruji besi.Di kediaman Thomas terjadi keributan, Bram yang baru saja bebas dari penjara, pulang ke rumah dengan keadaan mabuk, melihat itu Thomas geram.“Tampaknya aku sudah tidak bisa berharap lagi pada Bram, cintanya pada Clara merusak jiwanya, satu–satunya harapanku hanya pada Jose, cucu laki-lakiku, aku akan berusaha merebut Jose dari tangan Clara, dan akan kuwariskan semua bisnisku kelak pada Jose,” ucap ThomasElin hanya terdiam, penyesalan menyelimuti dirinya, perceraian Bram dengan Clara, justru menghancurkan kehidupan Bram. Sekarang Clara menjalani kehidupan bahagia dengan Adrian.Sementara itu di rumah Baskoro, Clara sedang memperhatikan Jose yang sedang bermain-main dengan Baskoro dan Nilam. Clara yang berdiri di atas balkon kamar tersenyum bahagia menyaksikan Jose begitu akrab dengan kakek tirinya, la
Setelah kasus kematian Ki Darma terpecahkan, Clara dan Adrian kembali ke Jakarta, hari menjelang malam, udara terasa dingin, beberapa kali Clara menguap, ia pun menyandarkan kepalanya di bahu Adrian dan terlelap tidur, sementara Adrian terus fokus menyetir, melajukan kendaraannya meninggalkan kota Bandung.Beberapa jam kemudian mereka sampai, Adrian membangunkan Clara.“Sayang, kita sudah sampai,” ucap pelan Adrian dengan lembut, sambil mengusap-usap pipi Clara. Sehingga membuat Clara terbangun dan mengerjab-ngerjabkan matanya, yang masih sedikit kabur.“Di mana ini?”“Di apartemen, besok kita ke rumah ayahmu, dan bertemu Jose, lalu kita akan jalan-jalan bertiga bersama Jose, kamu pasti sudah kangen ‘kan hampir dua minggu tidak ketemu Jose.”“Iya, Adrian aku kangen banget ingin cium pipi tembemnya,” sahut Clara sambil tersenyum, membayangkan wajah imut yang mengemaskan.Adrian dan Clara masuk ke dalam apartemen, setelah membersihkan diri, Adrian duduk di sofa depan televisi, matanya t
Clara memutuskan tinggal di rumah Ki Darma, yang sekarang menjadi miliknya, setelah polisi memberinya izin. Penyelidikan polisi masih berlanjut, tapi Clara juga tidak mau tinggal diam saja, apalagi petunjuk tentang kematian Kakeknya sudah jelas, satu-satunya orang yang Clara curigai adalah Mala dan ada kemungkinan bekerja sama dengan Pak Iwan.Clara hampir tak percaya, Mala sudah di anggap sahabatnya, dan Pak Iwan sudah puluhan tahun mengabdi pada Ki Darma mampu berkhianat. Clara menceritakan semuanya pada Adrian, dan Adrian berjanji akan menemani Clara dalam menyelesaikan kasus ini.“Sayang, aku akan Ke Bandung dua hari lagi, kamu harus hati-hati, ada kemungkinan pelaku juga akan menyakitimu,” pesan Adrian lewat telefon“Okey, aku akan hati-hati,” jawab Clara dan menutup pembicaraan lewat ponsel.Pagi itu Clara menunggu kedatangan Pak Satria yang berjanji akan memperlihatkan aset-aset Ki Darma. Akhirnya yang di tunggu pun datang.“ Pagi, Clara,” sapa Pak Satria pada Clara.“Pagi Pak
Dua minggu sudah, Clara dan Adrian pergi bulan madu yang kedua, kebahagian masih terpancar di mata mereka, Adrian lebih perhatian pada Clara, cintanya semakin kuat terpatri di hatinya, untuk satu-satunya wanita yang membuatnya berubah menjadi manusia yang lebih baik. Sepulang dari Eropa, mereka langsung menemui Jose.Clara langsung memeluk bocah kescil itu, kecupan dan ciuman sayang di daratkan di wajah mungilnya, demikian juga dengan Adrian di peluknya tubuh gendut dan pipi tembem Jose, dekapan seorang ayah diberikannya pada Jose. Tiba-tiba kebahagian mereka terusik dengan kabar duka. Clara mendapat telefon dari Bi Anah, bahwa Ki Darma meninggal dunia. Clara shock mendengar hal itu, ia teringat terakhir kali memeluk Kakeknya, sebelum Clara pergi ke Eropa. Clara tidak percaya kalau itu adalah pelukan terakhir untuk Kakeknya.Clara menangis histeris, di pelukan Adrian.“Sudah Clara, jangan bersedih, kita harus segera ke Bandung untuk pemakaman Ki Darma,” ucap Adrian dan memapah Clara k
Pagi menyapa, Adrian dan team pengacara datang ke kantor polisi, dan menyerahkan hasil rekaman. Setelah polisi memutar video rekaman di laptop dan meneliti keasliannya, maka segeralah di ambil keputusan untuk penyelidikan kembali dan membebaskan Clara.Pak Adrian, apa bapak memiliki musuh?” tanya polisi dengan tegas.“Tidak, pak. Selama ini saya menjalankan bisnis dengan baik, saya merasa tidak punya musuh,” jelas Adrian.“Baiklah, kami akan melakukan penyelidikan lagi, siapa dua orang bertopeng itu?” kata polisi dengan tegas dan serius.Kemudian, polisi membuatkan surat pernyataan pembebasan terhadap Clara, kurang dari satu jam, terlihat Clara dengan di kawal seorang polwan, menemui Adrian dan Yusuf.“Selamat Bu Clara. Anda di bebaskan, dan kasus di buka lagi, polisi akan memburu pelaku sebenarnya,” ucap Pak Yusuf dengan menjabat tangan ClaraClara membalas jabatan tangan Yusuf sembari berucap, ”Terima kasih Pak Yusuf.”Kemudian pandangannya beralih pada Adrian, dan langsung memelu