Monika Gadis Kecil yang PolosAdrian kembali menghampiri Bram, yang terlihat sudah berdiri tegak, dan bersiap membalas pukulan Adrian.“Dasar suami tak berguna, main pukul saja, jika aku tidak menolong Clara, mungkin Clara sudah habis oleh laki-laki hidung belang di dalam sana,” bentak Bram, dengan mata nyalang.“Apa kamu pikir aku tidak tahu apa yang kamu inginkan, kamu menginginkan istriku Clara ‘kan!” gertak Adrian, dan seraya melayangkan pukulan, tapi dengan cepat Bram menangkisnya, dan memberikan pukulan pada Adrian, baku hantam dua pria tampan itu pun berlangsung sengit , hingga dua orang security melerainya.“Hentikan atau kami lapor polisi!” ancam seorang security, berbadan besar dengan memeggangi Bram, dan security satunya memegangi Adrian. Keduanya saling tatap nyalang, seakan ingin saling menerkam.“Lepaskan! Aku akan pergi,” sahut Adrian.Securty pun melepaskan Adrian. Lalu Adrian melangkah cepat menuju jeepnya, dan langsung tancap gas, keluar area parkir Bintang Night Cl
Masih di Jakarta dengan hiruk pikuk dan kemacetan lalu lintas. Thomas Himawan terlihat geram, ketika mendapat kiriman foto dari anak buahnya, yang kebetulan memergoki Bram bersama Clara di night club. Dengan langkah cepat, ia menuju kamar tidur Bram, yang masih tertutup rapat, menandakan Bram masih tertidur.Tok!... Tok!..suara pintu kamar di ketuk dengan keras, tidak lama kemudian, terlihat Bram membuka pintu, wajah memarnya masih terlihat jelas, akibat pukulan dari Adrian semalam.“Jadi sekarang kesibukanmu, mengurusi istri orang, bahkan berkelahi hanya untuk seorang wanita!” bentak Thomas, seraya mengepalkan telapak tangannya.“Pa, Bram sudah dewasa, jangan campuri urusan Bram,” balas Bram.“Dewasa, dengan terus mengejar wanita yang sudah bersuami,” tukas Thomas semakin geram.“Wanita itu mantan istriku, dan ibu dari anakku!” balas Bram dengan nada tinggi.Plak!...tamparan keras melayang di pipi Bramastio. Thomas dengan tatapan tajam ke arah putranya, sambil berucap, ”Jika kamu ti
Reka mondar-mandir di kamarnya, sambil sesekali jari telunjuknya ditempelkannya di dahi, seakan memutar otak, berpikir bagaimana membuat Adrian bersedia menikahi Saras, dan bercerai dengan Clara, cukup lama Reka berpikir, akhirnya ia mendapatkan ide, di raihnya ponselnya dan menekan nama Saras.“Saras, aku punya ide untuk menekan Adrian, besok datanglah ke villa yang ada puncak, akan aku siapkan kejutan untuk Adrian, nanti aku shareloc,” jelas Reka penuh dengan semangat.“Terus apa yang aku lakukan?” “Besok pagi, kamu kirim chat ke Adrian, bilang kamu ingin bertemu di villa yang ada di puncak.”“Oke Tante,” balas Saras, di seberang telepon, seraya tersenyum kecil.Pagi yang cerah. Clara duduk di balkon kamar bersama Adrian sambil menikmati secangkir kopi, keduanya tampak bahagia, hingga saat ini masih bersama.“Bagaimana dengan Saras, apa dia sudah berubah pikiran mengenai persyaratannya?” tanya Clara, seraya menoleh menatap Adrian.“Hemmm belum, Saras masih kekeh pada pendiriannya,
Beberapa menit kemudian, Clara terbangun dari pingsannya, ia terkejut melihat Saras sudah terbujur kaku, dengan luka tembakan, Clara menatap pistol yang tergeletak di tangannya, Clara terpaku, terdiam, dan ketakutan, jantungnya berpacu cepat, dan berdetak kencang.“Clara, kamu membunuh Saras,” teriak Reka, dengan wajah menegang.“Mama, aku....,” suara Clara terlihat gemetar.“Aku akan lapor polisi,” ucap Reka, lalu meraih ponsel dari dalam tas.Reka tampak gugup berbicara lewat ponsel, sementara Clara terduduk di lantai dengan memeluk kedua lututnya sambil menangis, ia tidak tahu apa yang terjadi. Tidak lama kemudian, dua buah mobil polisi datang, dan segera membawa Clara dan Reka ke kantor polisi, sedangkan sebagian polisi masih di tempat kejadian, memasang police line di sekitar kejadian.Kini Clara dan Reka sudah berada di rungan berbeda, Clara begitu shock, setelah menjalani pemeriksaan, Clara membersihkan diri dan berganti baju, kini ia dimintai keterangan.“Apakah Ibu Clara, yan
Sementara itu Adrian kembali ke Kota Jakarta, pikirannya kacau, ia sangat percaya pada Clara, istrinya itu tidak mungkin, melakukan pembuhuhan yang di bilang sangat keji, tapi siapa yang membunuh Saras dan melimpahkan kesalahan itu pada Clara. Dengan melajukan mobilnya, Adrian terus berpikir.Seharusnya aku yang datang ke villa itu, apakah peristiwa penembakan Saras akan terjadi dan aku yang akan disalahkan? pertanyaan dalam hati terus menyelimuti hati Adrian. Beberapa jam kemudian, sampailah Adrian di kantor PT. Baskoro Group. Terlihat di sana Baskoro dan Nilam juga Pak Yusuf seorang pengacara, sudah menunggu di ruang rapat. Adrian duduk, semua mata menuju kepadanya, berharap memperoleh informasi dari Adrian. “Adrian, bagaimana keadaan Clara?” tanya Nilam, tidak bisa menahan kesedihannya, kabar Clara menjadi tersangka, pembunuhan Saraswati sungguh sangat mengejutkan dan membuat shock Nilam.“Keadaannya sangat buruk, semua bukti mengarah pada Clara,” balas Adrian.“Tapi Reka, ada di
Tok!..tok!..pintu diketuk oleh seseorang dengan keras, membuat Reka terjingkat, karena kaget, tidak lama kemudian, asisten rumah tangga Reka datang dan memberitahu, jika ada tamu. Dengan langkah lebar Reka menuju ruang tamu, terlihat Nilam sudah duduk di sofa, melihat Nilam datang ke rumahnya, amarah Reka memuncak.“Aku sudah bilang, jangan kamu menginjakan kaki di rumahku!” bentak Reka“Reka, tolong jangan memberi kesaksian yang memberat posisi Clara, putriku itu tidak mungkin melakukan kejahatan sebesar itu,” pinta Nilam sambil berderai air mata.Reka tersenyum sinis, ia sangat puas melihat Nilam, wanita yang sangat di bencinya memohon-mohon dan berderai air mata.“Apa kamu yakin, Clara tidak menembak Saras! Kecemburuan, dan takut kehilangan Adrian, membuatnya buta, Clara yang menembak Saras,” tegas Reka.Nilam masih menangis, ”Kamu melihat setelah satu jam kejadian, kenapa kamu beramsumsi seperti itu,” tukas Nilam dengan nada kesal.“Karena, waktu itu hanya ada Saras dan Clara, d
Pagi menyapa, Adrian dan team pengacara datang ke kantor polisi, dan menyerahkan hasil rekaman. Setelah polisi memutar video rekaman di laptop dan meneliti keasliannya, maka segeralah di ambil keputusan untuk penyelidikan kembali dan membebaskan Clara.Pak Adrian, apa bapak memiliki musuh?” tanya polisi dengan tegas.“Tidak, pak. Selama ini saya menjalankan bisnis dengan baik, saya merasa tidak punya musuh,” jelas Adrian.“Baiklah, kami akan melakukan penyelidikan lagi, siapa dua orang bertopeng itu?” kata polisi dengan tegas dan serius.Kemudian, polisi membuatkan surat pernyataan pembebasan terhadap Clara, kurang dari satu jam, terlihat Clara dengan di kawal seorang polwan, menemui Adrian dan Yusuf.“Selamat Bu Clara. Anda di bebaskan, dan kasus di buka lagi, polisi akan memburu pelaku sebenarnya,” ucap Pak Yusuf dengan menjabat tangan ClaraClara membalas jabatan tangan Yusuf sembari berucap, ”Terima kasih Pak Yusuf.”Kemudian pandangannya beralih pada Adrian, dan langsung memelu
Dua minggu sudah, Clara dan Adrian pergi bulan madu yang kedua, kebahagian masih terpancar di mata mereka, Adrian lebih perhatian pada Clara, cintanya semakin kuat terpatri di hatinya, untuk satu-satunya wanita yang membuatnya berubah menjadi manusia yang lebih baik. Sepulang dari Eropa, mereka langsung menemui Jose.Clara langsung memeluk bocah kescil itu, kecupan dan ciuman sayang di daratkan di wajah mungilnya, demikian juga dengan Adrian di peluknya tubuh gendut dan pipi tembem Jose, dekapan seorang ayah diberikannya pada Jose. Tiba-tiba kebahagian mereka terusik dengan kabar duka. Clara mendapat telefon dari Bi Anah, bahwa Ki Darma meninggal dunia. Clara shock mendengar hal itu, ia teringat terakhir kali memeluk Kakeknya, sebelum Clara pergi ke Eropa. Clara tidak percaya kalau itu adalah pelukan terakhir untuk Kakeknya.Clara menangis histeris, di pelukan Adrian.“Sudah Clara, jangan bersedih, kita harus segera ke Bandung untuk pemakaman Ki Darma,” ucap Adrian dan memapah Clara k