Davira tertawa, lalu mencibirnya, "Nggak bisa berbuat apa-apa? Menurutku kamulah yang sudah berbuat memalukan tapi nggak mau dihujat. Kamu ingin mendapatkan uang Valerio, tapi juga ingin menggugurkan kandunganmu. Mana ada hal menguntungkan seperti itu yang bisa didapatkan secara cuma-cuma?""Davira, diamlah." Valerio menghentikan Davira dan menatap wajah Briella yang tidak terlihat takut.Ada wanita yang merendahkannya, tetapi Briella masih bisa bersikap tenang. Apa dia tidak merasa cemburu sedikit pun?Makin tenang Briella, hati Valerio makin tergelitik. Dia ingin merobek topeng kepura-puraan yang menutupi wajah Briella dan melihat dengan jelas apa yang ada di dalam pikiran wanita licik ini.Davira makin cemburu melihat Valerio membela Briella seperti ini. Makin ke sini Davira makin merasa kalau Briella makin menjengkelkan dan mengganggu.Sambil bersedekap, Davira melirik perut Briella, lalu mencibir di dalam hati. "Briella, kamu benar-benar wanita yang licik. Tipu muslihat dan trik l
Briella masuk ke dalam vila dan kembali ke kamarnya. Dia teringat Zayden yang ada di rumah dan memutuskan untuk menelepon Gita.Beberapa hari ini banyak hal yang harus diurus Briella, jadi dia selalu merepotkan Gita. Selama beberapa tahun ini, di sisinya selalu ada Gita yang membantunya menyelesaikan masalah. Pertemanan mereka sudah berada di tahap saling bergantung satu sama lain."Gita, apa Zayden ada di rumahmu?""Ya, baru aku jemput." Gita sedang bersantai di sofa sambil memakai masker dan menikmati keripik yang diletakkan di atas dadanya dan kaki di silangkan. Jarinya menekan-nekan masker yang menggelembung di wajahnya, lalu berkata dengan malas, "Briella, kamu ke mana saja? Kalau Zayden nggak telepon minta jemput, aku nggak akan tahu kalau Mama nya Zayden yang nggak pergi kerja itu nggak menginginkan Zayden lagi!"Briella menjatuhkan tubuhnya dengan lelah di tempat tidur empuk berukuran besar. Dia mengusap alisnya yang berkerut, lalu menjawab tidak berdaya, "Ada sesuatu yang terj
Briella berpikir keras tentang bagaimana cara menghilangkan rasa takut dan keraguan di dalam dirinya. Karena tidak yakin, dia memilih untuk membiarkannya dulu untuk saat ini.Saat Briella tengah tenggelam dalam pikirannya, tiba-tiba sebuah ketukan terdengar di depan pintu kamarnya. Briella mendongak dan melihat kalau Davira sudah melangkah masuk. Dia membawa semangkuk sup ayam dan menunjukkan senyum berseri di wajahnya. Sikapnya saat ini jauh berbeda dari tatapan dingin dan perkataan ketus yang wanita itu tunjukkan sebelumnya."Kenapa datang ke sini?" Briella menatap Davira dengan tatapan waspada.Davira memusuhinya. Dia membawa semangkuk sup ayam di tengah malam menandakan kalau dia punya niat buruk.Davira menaruh sup ayam di atas meja, lalu tersenyum pada Briella. Dia menunjuk ke arah mangkuk, lalu mengatakan, "Ini sup ayam yang dibuat khusus untukmu. Kamu lagi hamil, jadi harus makan makanan yang bergizi."Briella melihat semangkuk sup ayam di atas meja. Dalam hati, dia berpikir ka
Davira menjernihkan pikirannya, mencoba mencerna informasi yang dikatakan oleh Briella. Ternyata Valerio memberikan vila Galapagos kepada Briella sebagai hadiah. Davira tahu kalau Valerio memang murah hati, tetapi dia masih tidak menyangka kalau pria itu akan memberikan Galapagos kepada Briella.Hal ini sudah cukup untuk mengetahui Briella seperti apa posisi Briella di hati Valerio.Dalam hati, Davira merasa makin cemburu. Jelas-jelas dialah wanita Valerio, kenapa malah direbut sama Briella?Briella menumpahkan sup yang dibawakan Davira, lalu mengeluarkan tisu untuk menyeka ujung jarinya. Tatapannya memancarkan cahaya dingin. Dia melirik sekilas ke arah Davira yang masih terdiam, lalu menyunggingkan senyum dingin."Kenapa? Lagi mikirin cara buat melakukan sesuatu kepadaku lagi?""Melakukan sesuatu kepadamu?" Davira memperlihatkan ekspresi arogan di wajahnya. Dia adalah orang yang selalu pintar menilai situasi dan tahu kalau saat ini Valerio tidak berpihak kepadanya. Saat ini, Briella b
Briella selalu punya cara untuk memadamkan amarah Valerio, membuat Valerio tidak bisa melakukan sesuatu kepada wanita itu.Mana mungkin Valerio tega membiarkan Briella melihatnya pergi ke kamar dengan wanita lain? Sementara wanita ini, bagaimana mungkin dia bisa membiarkan Valerio berbagi kamar dengan wanita lain?Apa Briella tidak merasa cemburu sedikit pun?Valerio tidak rela. Briella makin tidak peduli, yang malah membuat Valerio ingin menguak kebenaran dalam diri wanita itu. Seperti merobek pakaian yang menutupi pinggul Briella, Valerio ingin merobek penampilan palsu Briella hingga berkeping-keping, lalu mengoyaknya dan mengeluarkan hatinya. Valerio ingin melihat apa yang tersembunyi di dalam hati yang membuat takjub semua orang ini, sampai bisa membuat seorang Valerio tidak tenang, sampai membuat seorang Valerio memiliki emosi yang seharusnya hanya dimiliki oleh pria normal."Kamu keluar. Mulai hari ini, kamu nggak boleh masuk kamar ini tanpa izin dariku."Valerio menatap Davira,
"Silakan pergi dari kamarku." Ujung jari Briella menunjuk ke arah pintu kamar. Sikap keras kepala yang terlihat jelas di wajahnya begitu putus asa dan dingin, seperti bongkahan es di dalam lemari pendingin. Apa pun yang terjadi, dia akan tetap menjaga harga dirinya, tidak akan menerima perlakukan buruk dan penghinaan orang lain kepadanya.Pandangan Valerio mengikuti arah jari Briella dan alisnya berkerut makin dalam.Wanita ini menganggapnya sedang berakting?Bagian mana dari dirinya yang terlihat seperti berpura-pura? Jelas sekali kalau wanita ini hanya ingin melarikan diri dari situasi ini. Dalam hal kemampuan akting, kalau Briella menganggap dirinya jadi nomor dua, tidak ada siapa pun yang berani mengklaim posisi pertama!"Kamu wanita berhati kejam!"Valerio menggertakkan gigi, menatap sosok Briella yang berdiri tak jauh darinya. Sepertinya kata itu dia lontarkan dengan penuh kemarahan.Jika bukan karena ada orang lain di tempat ini, Valerio akan membuat Briella tahu apa yang akan t
"Briella bukan wanita gila dan sangat menghargai makanan. Dia nggak pernah membuang sisa makanan tanpa sebab. Kalaupun ada jamuan makan di luar, dia biasanya akan membungkus sisanya dan dibawa pulang. Dia itu wanita pelit dan nggak akan buang-buang makanan seperti yang kamu bilang. Aku nggak percaya."Kata-kata Valerio diucapkan berdasarkan penilaiannya terhadap Briella selama ini. Mungkin sedikit menyindir Briella, tetapi masih saja tetap membelanya. Ini merupakan sanggahan mutlak untuk tuduhan yang dilontarkan Davira."Jadi kamu nggak percaya kalau Briella membuang sup yang aku kasih?"Mata Davira tiba-tiba basah dan air mata langsung terjatuh saat dia mengedipkan matanya.Barusan Briella memang membuang sup yang Davira buat sendiri. Meskipun dia memasukkan obat penggugur kandungan ke dalam sup itu, tetapi tidak bisa dipungkiri kalau Briella tidak sesederhana dan sesuci yang dikatakan Valerio."Kalau begitu, kita tanya saja sama Briella sebagai pembuktian, apa dia membuang sup yang a
Valerio menatap punggung Davira. Bibir tipisnya sedikit mengerucut dan dalam hati dia merasa sedikit kasihan kepada Davira. Manusia bukanlah batang pohon yang tidak punya perasaan. Bagaimanapun, Davira pernah menyelamatkannya. Perlakuannya kepada Davira hari ini memang sedikit berlebihan.Hanya saja, hanya Briella yang ada di dalam hatinya. Bagaimana dia bisa menerima wanita lain? Yang bisa dia berikan kepada Davira hanyalah kompensasi materi yang lebih banyak ....Pria itu melirik pintu kamar Briella yang tertutup. Dia merasa tidak berdaya sekaligus marah, ingin menerobos masuk dan berdebat dengan wanita itu. Namun, dia tahu dengan jelas Briella wanita seperti apa. Dia tidak akan mendengarkan penjelasan apa pun yang dikatakan Valerio. Lebih baik menenangkan diri masing-masing dan membicarakannya lagi setelah mereka tenang.Briella keluar dari kamar mandi setelah selesai membersihkan diri. Dia teringat Zayden yang berada di rumah Gita, jadi mengeluarkan ponselnya untuk melakukan panggi