Kecurigaan tiba-tiba terlintas di benak Briella. Dia merasa bahwa kemunculan Elena yang tiba-tiba di depan rumahnya hari ini terlalu mendadak.Ketika Briella tengah memikirkan kemungkinan ini, Valerio tiba-tiba menelepon.Pria itu pasti baru bangun tidur. Suaranya sengau, terdengar rendah dan magnetis."Apa anak-anak sudah bangun?""Pak Valerio, bisakah Pak Valerio nggak memberi tahu siapa pun alamat tempat tinggalku seenaknya?""Apa maksudmu? Aneh sekali."Mendengar sikap Valerio, Briella memiliki tebakan sendiri di dalam benaknya.Seperti yang dia duga. Elena datang bukan untuk menjemput anak-anak, tetapi untuk menyatakan kedaulatannya.Terlalu samar untuk menganggapnya sebagai ancaman."Barusan Elena datang dan bilang kalau dia ingin menjeput anak-anak.""Anak-anak ikut dengannya?""Aku nggak kasih izin."Pria itu terdiam, tidak mengatakan apa-apa lagi.Kemudian, dia berkata, "Marco sudah dapat kamar terbaru terkait anak itu. Rumah sakit memang membawa anakmu pergi dan berbohong kep
Ruang presdir Perusahaan Regulus.Seorang pria dan wanita tengah berada di ruang istirahat setelah menyelesaikan olahraga panas mereka.Briella Dominic yang bercucuran keringat terbaring lemas dalam pelukan Valerio Regulus. Dengan tidak sabar pria itu mendorongnya menjauh, lalu masuk ke dalam kamar mandi.Briella yang sudah terbiasa dengan sikap pria itu pun beranjak dari ranjang dan mengenakan jubah mandi. Dia berjalan ke lemari pakaian dan menyiapkan pakaian Valerio.Selesai mandi, Valerio mengenakan handuk untuk menutup tubuh bagian bawahnya. Tubuh bagian atasnya sangat kekar dan kencang. Tetesan air sisa mandi masih menetes di garis ototnya, memberikan kesan seksi layaknya adegan di film klasik.Briella membawa pakaian yang sudah dia siapkan dan berdiri di depan Valerio. Dia membantu Valerio berpakaian dan mengikatkan dasi pria itu.Valerio sangat tinggi. Tinggi pria itu sekitar 190 cm sehingga Briella harus berjinjit, membuat kedua lengan kecil dan rampingnya pegal karena terangka
Putra Briella, Zayden Dominic sekolah di sini. Karena Zayden tidak terdaftar sebagai warga negara, jadi dia tidak diterima di sekolah negeri. Briella harus menyekolahkannya di sekolah swasta dekat perusahaan.Biayanya memang agak mahal, tetapi fasilitas yang disediakan cukup lengkap.Untung saja Valerio sering memberinya banyak uang. Kalau hanya mengandalkan gajinya sebagai sekretaris, akan sangat sulit bagi keduanya untuk bisa memenuhi kebutuhan mereka.Awalnya Briella khawatir dia akan ketahuan oleh Valerio saat mengantar dan menjemput putranya ke sekolah karena jarak taman kanak-kanak ini terlalu dekat dengan Perusahaan Regulus.Faktanya, pria itu sama sekali tidak peduli dengan hidupnya. Valerio bahkan tidak tahu kalau informasi pribadi yang Briella serahkan saat bergabung dengan perusahaan adalah palsu.Begitu masuk ke dalam taman kanak-kanak, Briella melihat putranya dikerubungi banyak orang."Anak haram, kenapa kamu memukul anakku!"Seorang pria yang terlihat seperti orang kaya
Briella dan Zayden berjalan sekitar dua puluh menit dan akhirnya sampai di rumah mereka. Briella menyewa rumah seluas 60 meter persegi yang berada di sebuah lingkungan tua."Zayden, nonton televisi dulu, ya. Mama mau ganti baju."Briella segera masuk ke kamar tidur, bersandar ke pintu dan membungkuk dalam-dalam. Dia menutupi wajahnya, tidak mampu lagi menahan emosinya dan menangis tanpa suara.Saat ini, dia merasa sedih, takut, terhina dan tidak berdaya. Semua itu mengungkungnya seakan ingin melahapnya tanpa sisa. Martabat yang dia junjung tinggi selama ini ternyata sangat rapuh.Setelah cukup lama melampiaskan emosinya, Briella keluar dari kamar seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan bersiap untuk memasak."Kenapa mata Mama merah?""Bulu mata Mama masuk ke mata. Karena dikucek terlalu keras, jadi merah begini."Zayden tidak mengatakan apa pun lagi, tetapi dalam hati dia merasa sedih.Dia tahu kalau ibunya berbohong.Namun, Zayden tahu kalau saat ini ibunya lebih ingin melihatnya berpur
"Davira, kamu sudah kembali?""Pak Sony, apa kabar?"Briella tersenyum sopan. Gerakannya sangat cekatan, membuatnya berhasil menghindari pelukan pria itu.Dia sudah berpengalaman karena mengikuti Valerio menghadiri berbagai kegiatan, jadi dia bisa mengendalikan situasi saat menghadiri perjamuan kecil seperti ini."Davira, hari ini kamu sangat cantik."Tatapan penuh nafsu Pak Sony menyapu seluruh tubuh Briella.Briella tetap tersenyum.Dia memiliki wajah yang mirip dengan Davira. Tidak heran jika pria ini salah mengenalinya."Pak Sony, perkenalkan, ini Davira Atmaja, kepala bagian keuangan yang baru di Perusahaan Regulus."Briella langsung menegang saat mendengar perkataan Valerio.Jadi, Valerio menggunakannya sebagai tameng.Valerio melindungi wanita yang dia cintai dengan sangat baik dan menjadikannya pengganti untuk publisitas.Melihat Valerio yang tertawa dan bercanda dengan orang-orang di dalam ruangan ini, Briella sudah memiliki firasat akan nasibnya malam ini.Dia akan jatuh ke d
Briella keluar dari dalam ruang pribadi. Pandangannya sedikit buram karena terhalang darah di bulu matanya. Dia berjalan di lorong dengan langkah tertatih. Saat sampai di belokan, dia melihat Valerio yang masih menelepon."Aku nggak minum, tenang saja. Wanita? Aku datang sama sekretarisku, Briella."Briella sangat jarang mendengar Valerio bicara dengan begitu sabar kepada siapa pun. Kelembutan semacam ini hanya dia tunjukkan kepada Davira seorang.Briella berbalik dan berjalan ke arah lain.Luka di dahinya sangat sakit. Briella hanya ingin menjauh dari pria itu. Dia bahkan tidak memiliki energi untuk menghadapi pria itu.Setelah mengakhiri panggilan dan kembali ke ruang pribadi, Valerio hanya melihat pemandangan para pria tengah memeluk wanita muda berpakaian minim. Suasananya sangat kacau.Dia mengedarkan pandangannya dan tidak melihat sosok Briella. Seketika alisnya berkerut.Dia bertanya dengan dingin, "Di mana sekretarisku?"Pak Sony mengangkat wajahnya dari dada wanita yang duduk
Saat Briella tiba di Galapagos, vila dalam keadaan gelap. Hanya gemercik air yang sayup-sayup terdengar dari kamar mandi di lantai atas.Dia menaiki tangga ke lantai dua dan berdiri di ambang pintu sambil melihat ke dalam.Udara dingin dan sejuk masuk ke dalam pakaiannya yang longgar, membuatnya gemetar."Masuklah."Suara dalam yang memikat itu terdengar dan Briella melangkah masuk tanpa menggunakan alas kaki.Valerio membelakanginya sehingga dia bisa menatap punggung Valerio yang lebar dan kekar. Air mengalir di garis-garis ototnya dan turun ke pinggulnya yang indah. Air terus mengalir ke kaki ramping dan panjangnya, membuat sosoknya terlihat seperti lukisan yang sempurna.Briella mengambil handuk dan berjalan mendekat, lalu menyampirkan handuk di tangannya ke tubuh pria itu."Kamu mandi air dingin?"Valerio berbalik. Tatapannya menyapu tubuh Briella dan jatuh pada telapak kakinya yang tidak mengenakan alas kaki, saling bertumpuk satu sama lain. Sangat ironis.Valerio melingkarkan tan
"Lala, kamu bikin orang khawatir saja."Keesokan paginya, Zayden diantar pulang oleh Gita. Begitu masuk ke dalam rumah, dia melihat Briella tengah tertidur di sofa.Zayden berdiri di dekat sofa. Melihat luka di dahi Briella, alisnya berkerut dan ekspresinya menjadi suram.Kalau di rumah ini ada pria dewasa, ibunya pasti tidak perlu bekerja sekeras ini.Zayden menghela napas dalam dan duduk di dekat sofa, mulai tenggelam dalam pikirannya.Pria yang muncul di saluran keuangan tadi malam cukup lumayan ....Pikiran Zayden teringat kembali akan wajah tampan pria itu.Semalam dia mencari tahu tentang identitas pria yang dia lihat semalam. Pria itu adalah presdir Perusahaan Regulus, yang juga atasan ibunya. Mungkinkah ibunya mengandung anak atasan itu, jadi tidak berani memberitahukan hal itu kepada orang lain dan memilih untuk melahirkannya secara diam-diam?"Sayang, kamu sudah pulang?"Briella langsung melihat putranya begitu membuka mata. Karena suasana hatinya sedang bagus, Briella pun la