Share

Romansa Valerio dan Briella
Romansa Valerio dan Briella
Penulis: Julio

Bab 1

Penulis: Julio
Ruang presdir Perusahaan Regulus.

Seorang pria dan wanita tengah berada di ruang istirahat setelah menyelesaikan olahraga panas mereka.

Briella Dominic yang bercucuran keringat terbaring lemas dalam pelukan Valerio Regulus. Dengan tidak sabar pria itu mendorongnya menjauh, lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Briella yang sudah terbiasa dengan sikap pria itu pun beranjak dari ranjang dan mengenakan jubah mandi. Dia berjalan ke lemari pakaian dan menyiapkan pakaian Valerio.

Selesai mandi, Valerio mengenakan handuk untuk menutup tubuh bagian bawahnya. Tubuh bagian atasnya sangat kekar dan kencang. Tetesan air sisa mandi masih menetes di garis ototnya, memberikan kesan seksi layaknya adegan di film klasik.

Briella membawa pakaian yang sudah dia siapkan dan berdiri di depan Valerio. Dia membantu Valerio berpakaian dan mengikatkan dasi pria itu.

Valerio sangat tinggi. Tinggi pria itu sekitar 190 cm sehingga Briella harus berjinjit, membuat kedua lengan kecil dan rampingnya pegal karena terangkat tinggi.

Merasa kalau wanita di depannya kesusahan, Valerio sedikit membungkuk. Mata hitamnya yang terkesan dingin terus menatap wajah Briella yang merona.

"Jangan lupa minum pilnya."

Briella menganggukkan kepalanya dan menjawab, "Ya, aku nggak akan lupa."

Belakangan ini Valerio memiliki niat untuk mengakhiri hubungan dengan Briella. Baginya, hamil adalah hal yang merepotkan, jadi dia selalu menaruh perhatian khusus dalam hal kontrasepsi.

Pria itu sudah berpakaian lengkap dan rapi. Dia mengamati raut wajah Briella yang tidak menunjukkan ekspresi apa pun dan berkata dengan hangat.

"Beberapa tahun ini kinerjamu sangat bagus. Mengenai biaya perpisahan, kamu bisa minta berapa pun."

Briella mengangguk patuh, lalu menjawab, "Ya."

Valerio menyipitkan matanya.

Wanita lain mungkin akan menangis dan merengek jika mendengar kata putus darinya.

Alasan inilah yang membuat Valerio lebih suka tidur dengan Briella selama lima tahun ini dan tidak ingin melakukannya dengan orang lain.

Briella adalah wanita yang cerdas, berpengetahuan luas, cekatan dan bisa disingkirkan dengan uang.

Ketika Valerio mabuk di sebuah perjamuan hotel yang dia hadiri, dia tidak sengaja masuk ke sebuah kamar dan tidur dengan Briella. Hubungan malam itu memberi kesan yang mendalam untuk Valerio, sampai menjadikan Briella sekretaris di perusahaannya.

Valerio merangkul pinggang Briella yang ramping dan memeluknya.

Hubungan mereka memang sudah mau berakhir, tetapi Valerio tidak membatasi diri untuk melakukan kontak fisik secara intim dengan Briella. Pria itu bahkan menyukainya.

Briella sedikit kehilangan fokus saat tubuhnya menempel ke dada Valerio yang kekar dan merasakan jantung pria itu yang berdetak dengan kencang.

Briella mendorong bahu Valerio dan menarik diri untuk memberi jarak.

Ketergantungan bukanlah sesuatu yang baik, terlebih ketergantungan kepada seseorang seperti Valerio.

Briella mendongak dan tersenyum lembut, "Jadi, kapan Pak Valerio akan memintaku untuk pergi?"

Pria itu menundukkan kepalanya dan menggigit ujung hidung Briella.

"Kamu mungkin ingin memanfaatkan saat-saat terakhir sebelum kita resmi berpisah."

"Memanfaatkan apa?"

Briella berpura-pura polos. Tangannya memainkan dasi Valerio.

Dia hanya menganggap Valerio sedang menggodanya.

Sebenarnya, tanpa perlu dikatakan mereka sudah tahu alasan keduanya berpisah.

Wanita kesayangan Valerio sudah kembali. Briella yang memiliki paras mirip dengan wanita itu sudah menemaninya selama lima tahun dan sekarang saatnya mereka berpisah.

Valerio menurunkan pandangannya dan menatap bibir merah muda Briella. Hanya melihatnya saja sudah mampu membangkitkan kembali gairah di dalam dirinya.

Belum genap sepuluh menit mereka beristirahat, tetapi mereka sudah kembali bergumul ....

Setengah jam kemudian, gairah mereka mencapai puncak. Briella bangun dan mengenakan pakaian sekretaris miliknya yang berserakan di lantai.

Pria yang sudah puas itu tidur menyamping dengan tangan menopang kepalanya. Tatapannya tidak sengaja jatuh ke punggung Briella yang seksi.

Pakaian kerja yang sangat biasa bisa terlihat begitu menggoda saat dikenakan Briella. Pantas saja saat negosiasi kali ini, bos dari mitra kerja selalu melirik ke arah Briella saat berbicara. Hal ini membuat Valerio tidak fokus dan mengakhiri negosiasi dengan terburu-buru lalu keduanya masuk ke negosiasi yang lebih panas.

Keduanya keluar dari ruang istirahat. Ruang presdir sangat besar. Hanya area kantor saja luasnya mencapai dua ratus meter persegi.

"Pak Valerio, negosiasi hari ini akan berlangsung sengit. Pihak mereka memberikan penawaran 200 miliar lebih tinggi dari target yang diharapkan."

Dalam sekejap, Briella beralih ke sikap profesionalnya dalam bekerja, lalu menyerahkan kontrak negosiasi kepada Valerio.

"Ini kontrak kesepakatannya. Silakan tanda tangan."

Valerio mendengus dingin dan melemparkan kontrak itu ke samping setelah menandatanganinya.

"Aku berbaik hati karena nggak minta lebih tinggi. Lain kali jangan pakai pakaian seperti ini. Pakai saja seragam petugas kebersihan yang lebih besar."

"Baik, Pak Valerio. Kalau begitu silakan lanjutkan pekerjaan Anda. Panggil saya kalau butuh sesuatu."

Briella mengangguk dan tersenyum. Dia menunjukkan sikap sopan yang terkesan asing tanpa menunjukkan kesalahan sedikit pun.

Dia berbalik dan melangkah keluar sembari membawa kontrak itu.

Valerio menatap punggung wanita itu dan mulai tenggelam dalam lamunannya sendiri.

Briella seperti robot yang sempurna, sangat cakap dan teliti saat sedang bekerja. Saat bersama dengannya, wanita itu sangat menggoda. Dia melakukan segala sesuatu dengan sempurna. Mungkin karena itulah Valerio terus mempertahankan Briella selama lima tahun.

Selama lima tahun ini, Briella tidak pernah menginginkan status apa pun darinya. Entah karena dia memang orang yang santai atau memang dia orang yang penuh tipu muslihat yang sulit ditebak.

Briella keluar dari ruang presdir dan kembali ke meja kerjanya. Tubuhnya begitu lemah dan sakit. Dia duduk dan bersandar di meja, mencoba menenangkan diri.

Sayup-sayup dia mendengar rekan kerjanya membicarakan gosip perusahaan.

"Dengar-dengar Pak Valerio menyukai kepala bagian keuangan yang baru, Davira Atmaja. Selama ini Pak Valerio juga nggak dekat sama wanita mana pun dan nggak terlibat gosip apa pun. Dia sangat menjaga diri."

"Dari mana kamu tahu nggak ada wanita lain? Kalau memang suka, kenapa nggak dinikahi saja dari awal? Menurutku Pak Valerio nggak sesuka itu sama Davira."

"Pak Valerio pasti akan menikahinya. Berapa banyak wanita yang bersedia melakukan apa pun tanpa memedulikan nyawanya demi bisa mendapatkan pria yang disukainya? Davira orang yang seperti itu."

Briella mendengarkan dengan tenang, menyalakan komputer dan menulis surat pengunduran diri. Namun, tiba-tiba perkataan Valerio kembali terngiang-ngiang di benaknya.

"Kamu mungkin ingin memanfaatkan saat-saat terakhir."

Selama ini, Briella sangat sadar dan menganggap kalau hubungan mereka hanya sekadar bisnis. Yang dia inginkan hanyalah uang. Masa-masa sulit yang dia alami sebelumnya sudah merenggut separuh hidupnya. Dia tidak ingin mengulanginya lagi.

Sementara Valerio, pria itu bukanlah orang yang bisa dia atur sesukanya. Dia tidak dapat menginginkan pria seperti itu.

Briella pulang kerja tepat pukul enam sore.

Setelah berjalan sekitar lima menit, dia sampai di sebuah taman kanak-kanak.

Bab terkait

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 2

    Putra Briella, Zayden Dominic sekolah di sini. Karena Zayden tidak terdaftar sebagai warga negara, jadi dia tidak diterima di sekolah negeri. Briella harus menyekolahkannya di sekolah swasta dekat perusahaan.Biayanya memang agak mahal, tetapi fasilitas yang disediakan cukup lengkap.Untung saja Valerio sering memberinya banyak uang. Kalau hanya mengandalkan gajinya sebagai sekretaris, akan sangat sulit bagi keduanya untuk bisa memenuhi kebutuhan mereka.Awalnya Briella khawatir dia akan ketahuan oleh Valerio saat mengantar dan menjemput putranya ke sekolah karena jarak taman kanak-kanak ini terlalu dekat dengan Perusahaan Regulus.Faktanya, pria itu sama sekali tidak peduli dengan hidupnya. Valerio bahkan tidak tahu kalau informasi pribadi yang Briella serahkan saat bergabung dengan perusahaan adalah palsu.Begitu masuk ke dalam taman kanak-kanak, Briella melihat putranya dikerubungi banyak orang."Anak haram, kenapa kamu memukul anakku!"Seorang pria yang terlihat seperti orang kaya

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 3

    Briella dan Zayden berjalan sekitar dua puluh menit dan akhirnya sampai di rumah mereka. Briella menyewa rumah seluas 60 meter persegi yang berada di sebuah lingkungan tua."Zayden, nonton televisi dulu, ya. Mama mau ganti baju."Briella segera masuk ke kamar tidur, bersandar ke pintu dan membungkuk dalam-dalam. Dia menutupi wajahnya, tidak mampu lagi menahan emosinya dan menangis tanpa suara.Saat ini, dia merasa sedih, takut, terhina dan tidak berdaya. Semua itu mengungkungnya seakan ingin melahapnya tanpa sisa. Martabat yang dia junjung tinggi selama ini ternyata sangat rapuh.Setelah cukup lama melampiaskan emosinya, Briella keluar dari kamar seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan bersiap untuk memasak."Kenapa mata Mama merah?""Bulu mata Mama masuk ke mata. Karena dikucek terlalu keras, jadi merah begini."Zayden tidak mengatakan apa pun lagi, tetapi dalam hati dia merasa sedih.Dia tahu kalau ibunya berbohong.Namun, Zayden tahu kalau saat ini ibunya lebih ingin melihatnya berpur

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 4

    "Davira, kamu sudah kembali?""Pak Sony, apa kabar?"Briella tersenyum sopan. Gerakannya sangat cekatan, membuatnya berhasil menghindari pelukan pria itu.Dia sudah berpengalaman karena mengikuti Valerio menghadiri berbagai kegiatan, jadi dia bisa mengendalikan situasi saat menghadiri perjamuan kecil seperti ini."Davira, hari ini kamu sangat cantik."Tatapan penuh nafsu Pak Sony menyapu seluruh tubuh Briella.Briella tetap tersenyum.Dia memiliki wajah yang mirip dengan Davira. Tidak heran jika pria ini salah mengenalinya."Pak Sony, perkenalkan, ini Davira Atmaja, kepala bagian keuangan yang baru di Perusahaan Regulus."Briella langsung menegang saat mendengar perkataan Valerio.Jadi, Valerio menggunakannya sebagai tameng.Valerio melindungi wanita yang dia cintai dengan sangat baik dan menjadikannya pengganti untuk publisitas.Melihat Valerio yang tertawa dan bercanda dengan orang-orang di dalam ruangan ini, Briella sudah memiliki firasat akan nasibnya malam ini.Dia akan jatuh ke d

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 5

    Briella keluar dari dalam ruang pribadi. Pandangannya sedikit buram karena terhalang darah di bulu matanya. Dia berjalan di lorong dengan langkah tertatih. Saat sampai di belokan, dia melihat Valerio yang masih menelepon."Aku nggak minum, tenang saja. Wanita? Aku datang sama sekretarisku, Briella."Briella sangat jarang mendengar Valerio bicara dengan begitu sabar kepada siapa pun. Kelembutan semacam ini hanya dia tunjukkan kepada Davira seorang.Briella berbalik dan berjalan ke arah lain.Luka di dahinya sangat sakit. Briella hanya ingin menjauh dari pria itu. Dia bahkan tidak memiliki energi untuk menghadapi pria itu.Setelah mengakhiri panggilan dan kembali ke ruang pribadi, Valerio hanya melihat pemandangan para pria tengah memeluk wanita muda berpakaian minim. Suasananya sangat kacau.Dia mengedarkan pandangannya dan tidak melihat sosok Briella. Seketika alisnya berkerut.Dia bertanya dengan dingin, "Di mana sekretarisku?"Pak Sony mengangkat wajahnya dari dada wanita yang duduk

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 6

    Saat Briella tiba di Galapagos, vila dalam keadaan gelap. Hanya gemercik air yang sayup-sayup terdengar dari kamar mandi di lantai atas.Dia menaiki tangga ke lantai dua dan berdiri di ambang pintu sambil melihat ke dalam.Udara dingin dan sejuk masuk ke dalam pakaiannya yang longgar, membuatnya gemetar."Masuklah."Suara dalam yang memikat itu terdengar dan Briella melangkah masuk tanpa menggunakan alas kaki.Valerio membelakanginya sehingga dia bisa menatap punggung Valerio yang lebar dan kekar. Air mengalir di garis-garis ototnya dan turun ke pinggulnya yang indah. Air terus mengalir ke kaki ramping dan panjangnya, membuat sosoknya terlihat seperti lukisan yang sempurna.Briella mengambil handuk dan berjalan mendekat, lalu menyampirkan handuk di tangannya ke tubuh pria itu."Kamu mandi air dingin?"Valerio berbalik. Tatapannya menyapu tubuh Briella dan jatuh pada telapak kakinya yang tidak mengenakan alas kaki, saling bertumpuk satu sama lain. Sangat ironis.Valerio melingkarkan tan

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 7

    "Lala, kamu bikin orang khawatir saja."Keesokan paginya, Zayden diantar pulang oleh Gita. Begitu masuk ke dalam rumah, dia melihat Briella tengah tertidur di sofa.Zayden berdiri di dekat sofa. Melihat luka di dahi Briella, alisnya berkerut dan ekspresinya menjadi suram.Kalau di rumah ini ada pria dewasa, ibunya pasti tidak perlu bekerja sekeras ini.Zayden menghela napas dalam dan duduk di dekat sofa, mulai tenggelam dalam pikirannya.Pria yang muncul di saluran keuangan tadi malam cukup lumayan ....Pikiran Zayden teringat kembali akan wajah tampan pria itu.Semalam dia mencari tahu tentang identitas pria yang dia lihat semalam. Pria itu adalah presdir Perusahaan Regulus, yang juga atasan ibunya. Mungkinkah ibunya mengandung anak atasan itu, jadi tidak berani memberitahukan hal itu kepada orang lain dan memilih untuk melahirkannya secara diam-diam?"Sayang, kamu sudah pulang?"Briella langsung melihat putranya begitu membuka mata. Karena suasana hatinya sedang bagus, Briella pun la

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 8

    "Hei, Bu Davira sudah di dalam selama satu jam. Tirai di ruangan juga ditutup rapat. Coba tebak, apa yang mereka lakukan di dalam sana."Briella berjalan melewati kerumunan orang dan duduk kembali di meja kerjanya. Dia punya banyak hal yang harus dilakukan, jadi tidak punya energi untuk mengurusi hal lain.Begitu duduk di kursinya, telepon di meja kerjanya terus berdering, yang semuanya datang dari Valerio."Bu Briella, bawakan segelas susu panas.""Bu Briella, suhu ruangan terlalu panas, turunkan suhu AC-nya.""Bu Briella, minta petugas kebersihan membereskan ruang istirahat."Kedatangan Davira menambah beban kerja Briella. Namun, dia menyanggupi semua perintah tersebut.Setelah mengurus ini dan itu, tiba waktunya bagi Briella untuk pergi ke ruang rapat dan menemui klien.Keributan terjadi di kantor saat petugas kebersihan membawa troli pembersih."Luar biasa. Apa yang mereka lakukan di ruang istirahat sampai harus dibersihkan!"Briella berjalan cepat dengan membawa dokumen di tangann

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 9

    Zayden menatap mereka semua dalam diam. Dia sama sekali tidak panik, ekspresinya terlihat sangat tenang.Mereka semua adalah rekan kerja ibunya. Dia harus pergi diam-diam secepat mungkin agar tidak membuat masalah untuk ibunya.Beberapa rekan kerja wanita melihat ekspresi tenang di wajah kecilnya yang tampan, lalu berjongkok untuk menggodanya."Hei, ganteng. Kamu ganteng sekali. Sini, biar Tante peluk sebentar."Rekan kerja lain mencibir, "Dasar cabul. Anak kecil saja masih diincar.""Ini waktu kerja, apa yang kalian lakukan di sini?"Suara tegas tiba-tiba terdengar dan kerumunan orang yang mengagumi kegemasan Zayden langsung kembali ke meja kerja mereka.Setelah duduk, barulah mereka tahu siapa orang yang menegur mereka.Dia adalah Davira, kepala bagian keuangan baru di perusahaan.Bukankah dia bekerja di bagian keuangan, kenapa terus menerus datang ke kantor presdir? Membuat orang tidak nyaman saja.Semua orang saling memandang. Meski mereka tidak senang, tetapi tetap saja tidak ada

Bab terbaru

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 583

    Kecurigaan tiba-tiba terlintas di benak Briella. Dia merasa bahwa kemunculan Elena yang tiba-tiba di depan rumahnya hari ini terlalu mendadak.Ketika Briella tengah memikirkan kemungkinan ini, Valerio tiba-tiba menelepon.Pria itu pasti baru bangun tidur. Suaranya sengau, terdengar rendah dan magnetis."Apa anak-anak sudah bangun?""Pak Valerio, bisakah Pak Valerio nggak memberi tahu siapa pun alamat tempat tinggalku seenaknya?""Apa maksudmu? Aneh sekali."Mendengar sikap Valerio, Briella memiliki tebakan sendiri di dalam benaknya.Seperti yang dia duga. Elena datang bukan untuk menjemput anak-anak, tetapi untuk menyatakan kedaulatannya.Terlalu samar untuk menganggapnya sebagai ancaman."Barusan Elena datang dan bilang kalau dia ingin menjeput anak-anak.""Anak-anak ikut dengannya?""Aku nggak kasih izin."Pria itu terdiam, tidak mengatakan apa-apa lagi.Kemudian, dia berkata, "Marco sudah dapat kamar terbaru terkait anak itu. Rumah sakit memang membawa anakmu pergi dan berbohong kep

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 582

    Briella kembali ke kursi kemudi dan menyesuaikan sudut kursi, baru menyalakan mobil untuk pulang.Setelah melakukan banyak hal semalaman, Zayden mengikuti Briella pulang dan masuk ke kamar tamu untuk tidur. Briella memandangi kedua kakak beradik yang tertidur lelap di atas tempat tidur. Kedua anak kecil ini benar-benar seperti malaikat, sangat pintar dan pandai bagaimana cara bersikap. Papa mereka memang suka main perempuan, tetapi sungguh sebuah keberuntungan yang luar biasa karena bisa menemukan wanita-wanita yang bisa melahirkan anak sesempurna mereka.Briella membantu mereka memakaikan selimut, lalu kembali ke tempat tidurnya.Dia tidur hingga pukul sepuluh keesokan harinya dan dibangunkan oleh suara bel pintu.Setelah mengan mengenakan sandal rumahan dan melewati kamar tamu, Briella tidak lupa membuka pintu kamar tamu untuk melihat Zayden dan Queena yang masih tertidur.Menutup pintu kamar tamu, Briella berjalan ke pintu depan dan melihat melalui mata kucing.Wanita yang berdiri d

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 581

    Briella berjalan keluar bersama Zayden dan masuk ke dalam mobil Nathan. Saat itu sudah pukul dua pagi.Nathan mengetuk pintu mobil Briella, memberi isyarat agar Briella keluar dan berbicara.Briella menatap Zayden. "Jangan keluar dari mobil. Tidur saja kalau kamu ngantuk."Zayden memelototi Nathan dan mendengus dingin, "Banyak sekali masalah pria itu."Briella membelai kepala Zayden. "Dia memang banyak masalah. Meskipun begitu, dia bukan orang jahat. Dia akan berguna dalam keadaan darurat."Zayden menunjukkan sikap posesifnya. "Kalau begitu Mama nggak boleh suka sama dia. Mama cuma boleh suka sama Papa saja."Briella tersenyum tidak berdaya. "Apa Papa nggak pernah bilang siapa Mama kamu?""Tentu saja Papa pernah bilang. Kamu."Briella hanya menganggapnya sebagai lelucon. "Nak, tidurlah di mobil. Setelah itu, kita akan pulang."Nathan merokok tidak jauh dari situ, mengembuskan kepulan asap putih di tengah dinginnya cuaca malam. Melihat Briella turun dari mobil dan berjalan mendekat, dia

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 580

    Nathan dan Zayden berhenti berdebat dan menatap Briella bersamaan. Keduanya sedikit takut saat melihat Briella marah.Erna memperhatikan Nathan. Siapa pun pasti bisa melihat kalau Nathan sangat menyukai Briella.Dia langsung bertanya pada Nathan, "Apa hubunganmu dengan Briella?""Aku mantan pacarnya."Erna kembali melanjutkan, "Lala sudah punya tunangan. Dia akan menikah dengan Klinton, tuan muda dari Keluarga Atmaja. Lebih baik kamu nggak berhubungan lagi dengannya setelah ini.""Kamu dan Klinton bertunangan?" Nathan berkata sambil menatap Briella, bertanya dengan nada serius."Dia itu rubah tua, apalagi adiknya, Davira. Apa kamu bisa hidup damai kalau menikah dengannya? Jangan menikah dengannya. Lebih baik bersamaku daripada bersamanya. Kamu mengerti?"Briella menjawab tanpa mengangkat matanya, "Kenapa aku harus menikah? Setelah menemukan anakku, aku akan baik-baik saja bahkan tanpa menikah.""Omong kosong apa yang kamu bicarakan!" Erna melanjutkan dengan kesal, "Apa maksudnya menemu

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 579

    Cahaya di mata Zayden sudah meredup. Neneknya tidak sadarkan diri sejak dia lahir, jadi neneknya belum pernah bertemu dengan Zayden. Wajar saja kalau dia tidak mengenali Zayden."Dia Zayden Dominic. Biarkan saja dia memanggilmu begitu." Briella tidak tega melihat kelopak mata Zayden yang terkulai dan kehilangan. "Bukannya kamu ingin aku punya anak? Kebetulan sekali ada yang memanggilmu nenek."Erna melihat Zayden, lalu bertanya pada Briella dengan ragu, "Katakan, apa dia benar-benar anakmu?""Bukan." Briella menunjukkan ekspresi bingung. "Ini anak atasanku. Aku diminta menjaganya.""Kalau itu bukan anakmu, kenapa nama belakangnya Dominic?" Nathan berjalan mendekat dan menunjuk ke arah kepala Briella. "Apa kepalamu ini benar-benar terbentur. Kenapa kamu masih nggak percaya?"Briella tiba-tiba memikirkan hal ini dan ternyata benar. Zayden punya nama belakang yang sama dengannya.Namun, tidak peduli seberapa banyak Briella memikirkannya, dia tidak ingat kalau dia punya seorang putra seusi

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 578

    Briella bisa merasakan ketidakbahagiaan Nathan. Kebencian Nathan kepada Rieta sama besarnya dengan rasa sayangnya kepada Rieta. Dia tidak bisa bertemu dengan ibu kandungnya lagi, mana mungkin dia tidak sedih?"Aku memang sakit. Hatiku yang sakit."Briella menutup mulutnya dan menatap punggung Nathan tanpa berkata apa-apa."Jadi aku teringat denganmu. Melihatmu bisa membuatku merasa lebih baik.""Aku bukan obat penghilang rasa sakit. Pergilah ke rumah sakit kalau kamu nggak sehat.""Kamu jauh lebih manjur dibandingkan dokter dan perawat rumah sakit. Apa kaki dan pinggang mereka sekecil milikmu? Daripada mencari mereka, lebih baik aku menemuimu."Sebelum Briella sempat mengatakan sesuatu, Zayden berteriak marah, "Dasar memalukan!"Briella menutup telinga Zayden. "Nathan, kamu boleh sedih, tapi tolong tunjukkan rasa hormat padaku. Ada anak kecil di dalam mobil. Apa kamu nggak bisa bersikap normal?""Normal, aku sangat normal. Aku nggak nangis dan membuat masalah, kenapa kamu bilang aku ng

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 577

    Nathan melihat bahwa Briella tidak terlihat berpura-pura. "Ayo. Aku akan mengantarmu menemui ibu asuhmu. Kalian bisa bernostalgia di jalan.""Tunggu dulu. Aku mau ganti baju.""Pergilah. Pakai jaket dan sekalian bawakan jaket untuk putramu."Kata Nathan sambil menarik Zayden ke dalam rangkulannya.Briella menatap Zayden dan hatinya gelisah. Lalu, dia memerintahkan, "Aku ambil baju dulu. Nggak akan lama."Melihat Briella berbalik dan masuk ke dalam kamar, pria itu mencubit wajah Zayden dan menggodanya."Kasihan sekali, ibumu sendiri nggak mengakuimu sebagai anaknya."Zayden menoleh dengan angkuh, lalu berkata sambil mengerutkan kening, "Jangan menyentuhku!"Nathan menimpali, "Sifatmu ini sama persis seperti Valerio.""Aku anak kandungnya, tentu saja sama sepertinya.""Sepertinya kamu sangat menyukainya. Nggak boleh begitu. Apa kamu sudah lupa bagaimana dia memperlakukan Mama mu? Kamu harusnya membencinya.""Jangan mengatakan sesuatu yang nggak kamu mengerti." Zayden mencibir, "Aku punya

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 576

    Briella menutup pintu untuk menghalangi pandangan kedua anak itu. Lalu, dia mengerutkan keningnya dengan tidak senang. "Nathan, apa yang kamu lakukan di sini?"Nathan bersandar di ambang pintu, wajahnya terlihat sedikit muram. Bahkan tercium bau alkohol dari napasnya. Entah karena kematian Rieta atau karena apa, tetapi pria itu tidak terlihat baik-baik saja."Sudah malam. Kamu pergi saja."Lelaki itu mengaitkan bibirnya, berkata sambil tersenyum sangat tipis, "Kenapa? Sekarang kamu akhirnya berani mengakui kalau kamu itu Briella?"Briella mengabaikannya dan menutup pintu untuk mengusir Nathan pergi.Tangan Nathan menghalangi pintu dan melambai ke arah Zayden yang berada di dalam, "Nak, kamu masih nggak kenal sama Om?"Briella menoleh ke belakang. "Zayden, bawa adikmu ke kamar.""Zayden, kamu sama saja dengan Mama mu, tidak mau mengakuiku. Bagaimanapun, dulu aku pernah menolong kalian berdua, tapi sekarang kalian jadi orang yang nggak tahu terima kasih."Briella menyadari sesuatu, lalu

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 575

    "Queena khawatir nggak akan bisa bertemu Tante lagi, hiks."Briella menepuk-nepuk punggung Queena, mencoba menenangkannya, "Jangan menangis. Itu tempat orang jahat ditempatkan. Tante nggak melakukan kesalahan, mana mungkin dikurung di sana?"Kepala Queena terbenam dalam pelukan Briella, terus menempel kepadanya. "Lalu siapa orang jahatnya?"Briella menjilat bibirnya dan berkata dengan ragu-ragu, "Tante nggak tahu siapa orang jahatnya. Yang Tante tahu, orang jahat pasti akan dihukum."Queena mengedipkan matanya yang berkaca-kaca dengan polos. "Tapi kata para pelayan, Nenek meninggal dan Mama yang membunuhnya."Zayden berkata dengan jengkel, "Dia bukan Mama mu. Dia memperlakukanmu dengan nggak baik dan mengajarimu hal buruk. Dia nggak pantas untuk menjadi seorang ibu."Queena mengerutkan kening dan berkata dengan cemas, "Mama Queena orang yang jahat. Apa orang lain juga akan menganggap Queena jahat?""Nggak akan." Zayden bersumpah, "Selama ada Kakak, nggak akan ada yang berani menyebutmu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status