Ketiga orang ini hanya tetap berada di tempat masing-masing dan terdiam, seakan waktu berhenti berputar.Mobil Bentley diparkir tidak jauh dari mobil Nathan. Adrian menyaksikan dengan tangan bersedekap. Dia melipat kakinya dengan santai, terlihat seperti tuan muda yang menjalani hidupnya dengan santai. Dia seperti tengah menyaksikan drama dan duduk dengan tenang menanti adegan apa yang akan terjadi selanjutnya.Malam ini pasti akan ada kejadian menarik ....Nathan adalah orang pertama yang bereaksi. Dia turun dari mobil dan berjalan menghampiri Valerio.Dua pasang mata yang saling bertatapan seperti menyalurkan listrik, membuat suasana di sekitar terasa penuh permusuhan. Rasanya tempat ini berubah menjadi medan perang yang mencekam.Valerio melangkah maju, berniat melewati Nathan untuk membuka pintu mobil dan menarik Briella keluar.Nathan menghadang pintu dengan tenang. Tubuh jenjangnya menghalangi mobil tanpa menyisakan celah sedikit pun.Valerio menyipitkan matanya. Mata hitamnya me
Sebuah tinju menghantam wajah Valerio, meninggalkan lebam di wajah dingin pria itu.Seketika, aura dingin yang menusuk menyeruak dari dalam diri Valerio, membuat bulu kuduk merinding.Wajah kaku pria itu tetap tidak berubah. Dia mencekik leher Nathan dan mengayunkan tinjunya yang terkepal ke wajah Nathan. Dalam sekejap, wajah Nathan yang penuh kemarahan pun membengkak.Bagi Valerio, ini merupakan sebuah serangan balik yang cantik.Kedua pria itu saling bertarung dan keadaan jadi kacau.Baru setelah Nathan mengeluarkan belati tajam entah dari mana dan menikamkannya langsung ke jantung Valerio, Adrian yang menyaksikan ini pun menyadari kesalahan situasi ini. Dia menyingkirkan rasa tertariknya terhadap drama ini dan ekspresi santai yang dia tunjukkan pun berubah kaku. Dia berlari menghampiri mereka, tetapi tiba-tiba mendengar suara yang memekakkan telinga.Dor!Itu adalah suara tembakan.Valerio mengeluarkan pistol dari pinggangnya dan menekan pelatuknya ke arah langit."Valerio, kamu gil
Setelah memikirkannya, Adrian mencoba berbicara dengan mengedepankan akal sehat."Hubungan Rio dan Davira nggak sedalam yang terlihat di luar. Davira menyelamatkan nyawa Rio dan Rio adalah orang yang sangat bertanggung jawab. Dia nggak mungkin bisa melupakan bantuan itu. Tapi kamu berbeda karena bisa menjadi sekretarisnya. Aku belum pernah melihat Rio mempertahankan seorang wanita selama lima tahun."Adrian mengatakan itu sambil melirik ekspresi Briella. Wanita itu tidak menunjukkan reaksi apa pun, mungkin hanya menganggap perkataan Adrian angin lalu saja."Bagaimanapun, anak dalam kandunganmu adalah anak Rio. Pikirkan seberapa menyakitkannya kalau kamu benar-benar menggugurkan anak itu. Rio orang yang punya status dan pengaruh, berapa banyak wanita yang memikirkan cara untuk bisa mengandung anaknya? Kamu sudah lama berada di sisinya, bukankah kamu juga menginginkan uangnya? Kamu akan dapat uang banyak dengan adanya anak dalam kandunganmu. Apa kamu bodoh!"Adrian memandang Briella, yan
Valerio berjalan ke pintu samping kemudi. Dia mengetuk jarinya ke kaca mobil, memberi isyarat kepada wanita yang duduk di dalam untuk keluar dari mobil.Briella mengangkat pandangannya dan memalingkan wajahnya ke samping. Tatapan dinginnya bertemu dengan mata pria itu. Ketika keduanya saling bersitatap, Briella bisa melihat sedikit kelembutan dan binar cahaya di dalam tatapan dingin Valerio.Mereka sudah berkali-kali tidur bersama, tetapi Briella hanya melihat nafsu dan hasrat dalam diri Valerio. Dia tidak pernah melihat Valerio yang seperti ini, menatapnya dengan kasih sayang yang sangat lembut.Briella menunduk dan menggigit bibir bawahnya pelan.Dia pasti salah lihat. Mana mungkin pria berdarah dingin dan kejam seperti Valerio bisa memiliki perasaan seperti itu padanya?Briella tidak percaya. Pria yang berada di puncak piramida sepertinya, berapa banyak orang di luar sana yang ingin mendapatkannya?Bagi keduanya, perasaan hanyalah kelemahan yang tidak berguna.Valerio langsung membu
"Apa aku memperlakukanmu dengan buruk?" Emosi Valerio telah mencapai batasnya. Dia mencengkeram rahang Briella, lalu satu tangan lainnya menekan bagian belakang kepala Briella. Dahi mereka saling menempel satu sama lain, lalu Valerio melanjutkan, "Apa yang membuatnya lebih baik dariku? Apa dia menghidupi mu selama lima tahun atau dia bisa membuatmu merasa lebih baik saat di ranjang!"Tubuh kurus Briella bergidik, merasakan embusan napas pria itu mengenai wajah dan telinganya, memunculkan rasa geli yang menggelitik.Briella menunduk, menghindari sensasi yang sengaja diciptakan pria itu untuknya. "Pak Valerio, tolong jaga sikapmu."Sambil menunduk, tangan Briella meraba pintu mobil, mencoba membukanya dan melarikan diri.Dengan mata merah karena amarah, Valerio menarik Briella ke dalam pelukannya. Dia menundukkan kepalanya dan mencium bibir Briella.Briella meronta, mendorong bahu pria itu dengan kedua tangannya. Namun, upayanya tidak membuahkan hasil.Setelah hanya diam untuk beberapa s
Adrian masuk ke dalam mobil, menatap dua orang yang duduk di kursi belakang. Suasana di dalam mobil dipenuhi dengan kesan ambigu. Tanpa tahu faktanya, Adrian berpikir kalau kedua orang ini habis melakukan hal-hal yang menyenangkan."Rio, ayo kita pergi. Mau ke mana kita?"Adrian meletakkan tangannya di setir dan mengemudikan mobil keluar dari tempat parkir rumah sakit."Daerah Kenaris." Briella tidak menunggu Valerio menjawab dan langsung mengatakan daerah tempat tinggalnya.Valerio melirik sekilas ke arah Briella dan mengendus pelan. Lalu, dia menjawab datar, "Galapagos."Briella mengerutkan bibirnya dan mengatakan, "Aku mau pulang dan ganti baju. Selain itu, bukankah tunanganmu lagi ada di Galapagos?""Itu Galapagos milikmu," Valerio melirik ke arah perut Briella. "Selama kamu nggak menggugurkan kandunganmu, aku akan memberimu Galapagos sebagai hadiah."Briella memegang perutnya, hatinya bimbang.Setelah keduanya berpisah, kompensasi perpisahan yang diberikan oleh Valerio memang tida
Davira tertawa, lalu mencibirnya, "Nggak bisa berbuat apa-apa? Menurutku kamulah yang sudah berbuat memalukan tapi nggak mau dihujat. Kamu ingin mendapatkan uang Valerio, tapi juga ingin menggugurkan kandunganmu. Mana ada hal menguntungkan seperti itu yang bisa didapatkan secara cuma-cuma?""Davira, diamlah." Valerio menghentikan Davira dan menatap wajah Briella yang tidak terlihat takut.Ada wanita yang merendahkannya, tetapi Briella masih bisa bersikap tenang. Apa dia tidak merasa cemburu sedikit pun?Makin tenang Briella, hati Valerio makin tergelitik. Dia ingin merobek topeng kepura-puraan yang menutupi wajah Briella dan melihat dengan jelas apa yang ada di dalam pikiran wanita licik ini.Davira makin cemburu melihat Valerio membela Briella seperti ini. Makin ke sini Davira makin merasa kalau Briella makin menjengkelkan dan mengganggu.Sambil bersedekap, Davira melirik perut Briella, lalu mencibir di dalam hati. "Briella, kamu benar-benar wanita yang licik. Tipu muslihat dan trik l
Briella masuk ke dalam vila dan kembali ke kamarnya. Dia teringat Zayden yang ada di rumah dan memutuskan untuk menelepon Gita.Beberapa hari ini banyak hal yang harus diurus Briella, jadi dia selalu merepotkan Gita. Selama beberapa tahun ini, di sisinya selalu ada Gita yang membantunya menyelesaikan masalah. Pertemanan mereka sudah berada di tahap saling bergantung satu sama lain."Gita, apa Zayden ada di rumahmu?""Ya, baru aku jemput." Gita sedang bersantai di sofa sambil memakai masker dan menikmati keripik yang diletakkan di atas dadanya dan kaki di silangkan. Jarinya menekan-nekan masker yang menggelembung di wajahnya, lalu berkata dengan malas, "Briella, kamu ke mana saja? Kalau Zayden nggak telepon minta jemput, aku nggak akan tahu kalau Mama nya Zayden yang nggak pergi kerja itu nggak menginginkan Zayden lagi!"Briella menjatuhkan tubuhnya dengan lelah di tempat tidur empuk berukuran besar. Dia mengusap alisnya yang berkerut, lalu menjawab tidak berdaya, "Ada sesuatu yang terj