Valerio berjalan ke pintu samping kemudi. Dia mengetuk jarinya ke kaca mobil, memberi isyarat kepada wanita yang duduk di dalam untuk keluar dari mobil.Briella mengangkat pandangannya dan memalingkan wajahnya ke samping. Tatapan dinginnya bertemu dengan mata pria itu. Ketika keduanya saling bersitatap, Briella bisa melihat sedikit kelembutan dan binar cahaya di dalam tatapan dingin Valerio.Mereka sudah berkali-kali tidur bersama, tetapi Briella hanya melihat nafsu dan hasrat dalam diri Valerio. Dia tidak pernah melihat Valerio yang seperti ini, menatapnya dengan kasih sayang yang sangat lembut.Briella menunduk dan menggigit bibir bawahnya pelan.Dia pasti salah lihat. Mana mungkin pria berdarah dingin dan kejam seperti Valerio bisa memiliki perasaan seperti itu padanya?Briella tidak percaya. Pria yang berada di puncak piramida sepertinya, berapa banyak orang di luar sana yang ingin mendapatkannya?Bagi keduanya, perasaan hanyalah kelemahan yang tidak berguna.Valerio langsung membu
"Apa aku memperlakukanmu dengan buruk?" Emosi Valerio telah mencapai batasnya. Dia mencengkeram rahang Briella, lalu satu tangan lainnya menekan bagian belakang kepala Briella. Dahi mereka saling menempel satu sama lain, lalu Valerio melanjutkan, "Apa yang membuatnya lebih baik dariku? Apa dia menghidupi mu selama lima tahun atau dia bisa membuatmu merasa lebih baik saat di ranjang!"Tubuh kurus Briella bergidik, merasakan embusan napas pria itu mengenai wajah dan telinganya, memunculkan rasa geli yang menggelitik.Briella menunduk, menghindari sensasi yang sengaja diciptakan pria itu untuknya. "Pak Valerio, tolong jaga sikapmu."Sambil menunduk, tangan Briella meraba pintu mobil, mencoba membukanya dan melarikan diri.Dengan mata merah karena amarah, Valerio menarik Briella ke dalam pelukannya. Dia menundukkan kepalanya dan mencium bibir Briella.Briella meronta, mendorong bahu pria itu dengan kedua tangannya. Namun, upayanya tidak membuahkan hasil.Setelah hanya diam untuk beberapa s
Adrian masuk ke dalam mobil, menatap dua orang yang duduk di kursi belakang. Suasana di dalam mobil dipenuhi dengan kesan ambigu. Tanpa tahu faktanya, Adrian berpikir kalau kedua orang ini habis melakukan hal-hal yang menyenangkan."Rio, ayo kita pergi. Mau ke mana kita?"Adrian meletakkan tangannya di setir dan mengemudikan mobil keluar dari tempat parkir rumah sakit."Daerah Kenaris." Briella tidak menunggu Valerio menjawab dan langsung mengatakan daerah tempat tinggalnya.Valerio melirik sekilas ke arah Briella dan mengendus pelan. Lalu, dia menjawab datar, "Galapagos."Briella mengerutkan bibirnya dan mengatakan, "Aku mau pulang dan ganti baju. Selain itu, bukankah tunanganmu lagi ada di Galapagos?""Itu Galapagos milikmu," Valerio melirik ke arah perut Briella. "Selama kamu nggak menggugurkan kandunganmu, aku akan memberimu Galapagos sebagai hadiah."Briella memegang perutnya, hatinya bimbang.Setelah keduanya berpisah, kompensasi perpisahan yang diberikan oleh Valerio memang tida
Davira tertawa, lalu mencibirnya, "Nggak bisa berbuat apa-apa? Menurutku kamulah yang sudah berbuat memalukan tapi nggak mau dihujat. Kamu ingin mendapatkan uang Valerio, tapi juga ingin menggugurkan kandunganmu. Mana ada hal menguntungkan seperti itu yang bisa didapatkan secara cuma-cuma?""Davira, diamlah." Valerio menghentikan Davira dan menatap wajah Briella yang tidak terlihat takut.Ada wanita yang merendahkannya, tetapi Briella masih bisa bersikap tenang. Apa dia tidak merasa cemburu sedikit pun?Makin tenang Briella, hati Valerio makin tergelitik. Dia ingin merobek topeng kepura-puraan yang menutupi wajah Briella dan melihat dengan jelas apa yang ada di dalam pikiran wanita licik ini.Davira makin cemburu melihat Valerio membela Briella seperti ini. Makin ke sini Davira makin merasa kalau Briella makin menjengkelkan dan mengganggu.Sambil bersedekap, Davira melirik perut Briella, lalu mencibir di dalam hati. "Briella, kamu benar-benar wanita yang licik. Tipu muslihat dan trik l
Briella masuk ke dalam vila dan kembali ke kamarnya. Dia teringat Zayden yang ada di rumah dan memutuskan untuk menelepon Gita.Beberapa hari ini banyak hal yang harus diurus Briella, jadi dia selalu merepotkan Gita. Selama beberapa tahun ini, di sisinya selalu ada Gita yang membantunya menyelesaikan masalah. Pertemanan mereka sudah berada di tahap saling bergantung satu sama lain."Gita, apa Zayden ada di rumahmu?""Ya, baru aku jemput." Gita sedang bersantai di sofa sambil memakai masker dan menikmati keripik yang diletakkan di atas dadanya dan kaki di silangkan. Jarinya menekan-nekan masker yang menggelembung di wajahnya, lalu berkata dengan malas, "Briella, kamu ke mana saja? Kalau Zayden nggak telepon minta jemput, aku nggak akan tahu kalau Mama nya Zayden yang nggak pergi kerja itu nggak menginginkan Zayden lagi!"Briella menjatuhkan tubuhnya dengan lelah di tempat tidur empuk berukuran besar. Dia mengusap alisnya yang berkerut, lalu menjawab tidak berdaya, "Ada sesuatu yang terj
Briella berpikir keras tentang bagaimana cara menghilangkan rasa takut dan keraguan di dalam dirinya. Karena tidak yakin, dia memilih untuk membiarkannya dulu untuk saat ini.Saat Briella tengah tenggelam dalam pikirannya, tiba-tiba sebuah ketukan terdengar di depan pintu kamarnya. Briella mendongak dan melihat kalau Davira sudah melangkah masuk. Dia membawa semangkuk sup ayam dan menunjukkan senyum berseri di wajahnya. Sikapnya saat ini jauh berbeda dari tatapan dingin dan perkataan ketus yang wanita itu tunjukkan sebelumnya."Kenapa datang ke sini?" Briella menatap Davira dengan tatapan waspada.Davira memusuhinya. Dia membawa semangkuk sup ayam di tengah malam menandakan kalau dia punya niat buruk.Davira menaruh sup ayam di atas meja, lalu tersenyum pada Briella. Dia menunjuk ke arah mangkuk, lalu mengatakan, "Ini sup ayam yang dibuat khusus untukmu. Kamu lagi hamil, jadi harus makan makanan yang bergizi."Briella melihat semangkuk sup ayam di atas meja. Dalam hati, dia berpikir ka
Davira menjernihkan pikirannya, mencoba mencerna informasi yang dikatakan oleh Briella. Ternyata Valerio memberikan vila Galapagos kepada Briella sebagai hadiah. Davira tahu kalau Valerio memang murah hati, tetapi dia masih tidak menyangka kalau pria itu akan memberikan Galapagos kepada Briella.Hal ini sudah cukup untuk mengetahui Briella seperti apa posisi Briella di hati Valerio.Dalam hati, Davira merasa makin cemburu. Jelas-jelas dialah wanita Valerio, kenapa malah direbut sama Briella?Briella menumpahkan sup yang dibawakan Davira, lalu mengeluarkan tisu untuk menyeka ujung jarinya. Tatapannya memancarkan cahaya dingin. Dia melirik sekilas ke arah Davira yang masih terdiam, lalu menyunggingkan senyum dingin."Kenapa? Lagi mikirin cara buat melakukan sesuatu kepadaku lagi?""Melakukan sesuatu kepadamu?" Davira memperlihatkan ekspresi arogan di wajahnya. Dia adalah orang yang selalu pintar menilai situasi dan tahu kalau saat ini Valerio tidak berpihak kepadanya. Saat ini, Briella b
Briella selalu punya cara untuk memadamkan amarah Valerio, membuat Valerio tidak bisa melakukan sesuatu kepada wanita itu.Mana mungkin Valerio tega membiarkan Briella melihatnya pergi ke kamar dengan wanita lain? Sementara wanita ini, bagaimana mungkin dia bisa membiarkan Valerio berbagi kamar dengan wanita lain?Apa Briella tidak merasa cemburu sedikit pun?Valerio tidak rela. Briella makin tidak peduli, yang malah membuat Valerio ingin menguak kebenaran dalam diri wanita itu. Seperti merobek pakaian yang menutupi pinggul Briella, Valerio ingin merobek penampilan palsu Briella hingga berkeping-keping, lalu mengoyaknya dan mengeluarkan hatinya. Valerio ingin melihat apa yang tersembunyi di dalam hati yang membuat takjub semua orang ini, sampai bisa membuat seorang Valerio tidak tenang, sampai membuat seorang Valerio memiliki emosi yang seharusnya hanya dimiliki oleh pria normal."Kamu keluar. Mulai hari ini, kamu nggak boleh masuk kamar ini tanpa izin dariku."Valerio menatap Davira,