"Briella, nggak ada orang yang menyukai wanita yang nggak mencintai dirinya sendiri." Nada bicara Klinton tiba-tiba berubah dingin, "Punya anak tanpa status, tapi masih punya anak lainnya di dalam kandungan. Nona Briella, kelakuanmu yang seperti ini nggak bisa dipahami oleh akal sehat manusia. Selain itu, Nona Briella sudah terlalu banyak melakukan perbuatan tercela. Aku nggak mengatakan apa pun karena aku memikirkan harga diri mu. Tapi kalau kamu nggak menganggap itu sebagai aib, ya sudah. Nggak ada hal yang tabu untuk dibicarakan."Briella menunduk dan menatap pola pada selimut yang menutupi tubuhnya. Matanya tiba-tiba menjadi sedikit kabur saat mendengar kata-kata Klinton yang menusuk hatinya seperti pedang. Gelombang rasa malu dan harga diri membanjiri benak Briella, membuatnya terlihat menyedihkan.Dia seperti pendosa yang melakukan kejahatan keji, jadi pantas menerima semua penderitaan yang dia alami sekarang.Briella merasa sedikit tercekik dan menutupi dadanya untuk bernapas.K
Suara mobil terdengar menusuk karena rem yang diinjak, membuat roda ban bergesekan dengan tanah.Mobil itu berhenti di depan kediaman Keluarga Regulus dan berhenti di depan gerbang utama. Pak Rinto bergegas turun dari mobil.Menatap rumah tua yang megah di depannya, Pak Rinto menepuk-nepuk debu yang menempel di tubuhnya dan berjalan masuk ke dalam dengan langkah cepat.Di ambang pintu ada pelayan rumah yang berjejer. Melihat kedatangan Pak Rinto, mereka pun menyambutnya. Pak Rinto bertanya, "Apa tuan besar ada di dalam?""Baru saja selesai sarapan dan mendengarkan lagu di kursi malas. Sekarang, beliau tertidur."Pak Rinto memelankan suaranya, bahkan langkah kakinya pun tanpa sadar menjadi pelan."Buat kebisingan dan buat tuan besar bangun. Ada hal mendesak yang ingin aku sampaikan.""Nggak bisa. Kalau tuan besar marah dan menyalahkanku, aku akan dimarahi lagi.""Urusanku lebih penting daripada urusanmu. Dimarahi tuan besar atau dibunuh Pak Valerio, mana yang kamu pilih?"Pelayan itu te
Valerio melirik dokumen yang diserahkan Rieta. Dia bahkan tidak repot-repot membacanya dan langsung membuangnya."Aku tahu persis apa yang harus kukatakan, jadi nggak perlu membuatkan jawaban untukku."Valerio tahu kalau apa yang Rieta ingin Valerio jawab adalah semua jawaban yang sudah dia susun dan semuanya bertentangan dengan apa yang ada di dalam hati Valerio."Aku nggak mengizinkanmu membuat jawaban sendiri." Rieta memungut dokumen yang dibuang oleh Valerio, lalu melemparkan ke pelukan Valerio. "Kamu mewakili Perusahaan Regulus. Sebagai ketua dewan direksi Perusahaan Regulus, kamu harus membela kepentingan perusahaan dan para pemegang saham dan berbicara. Ingat, sikap impulsifmu bisa membuat kerugian dan masalah yang sangat besar. Sadar dan bersikap dewasalah.""Gimana kalau aku nggak mau?" Valerio melipat kakinya, lalu melanjutkan, "Gimana kalau aku malah bilang akan membatalkan pertunangan dan menikahi Briella?""Valerio! Jangan main-main!""Siapa yang main-main, aku atau kamu,
Valerio menatap layar ponselnya dan melihat foto Briella yang tengah berbaring di atas ranjang."Di mana?""Sebuah vila di hutan pinggiran kota."Valerio mengangkat alisnya heran. "Milik Keluarga Atmaja?""Ya. Ada Klinton yang menjaga Briella. Dia baik-baik saja.""Kenapa?" Valerio kembali bertanya karena tidak mengerti, "Kenapa kamu melakukan ini? Briella nggak salah, dia bahkan sedang mengandung anakku! Jangan melibatkannya ke dalam masalah di antara kita.""Kamu harusnya merenungkan kesalahanmu." Rieta menyimpan kembali ponselnya, lalu melanjutkan, "Aku janji Briella dan bayi dalam kandungannya akan baik-baik saja. Kami bahkan akan melindunginya. Yang penting kamu mau bekerja sama dan bersikap patuh di depan media untuk menstabilkan citra perusahaan dan para pemegang saham perusahaan. Setelah itu, aku akan mempertemukan kalian lagi.""Bersikap patuh di depan media katamu?""Aku nggak punya permintaan lain kepadamu selama kamu dan Davira bertindak layaknya pasangan yang saling mencin
Abimana memahami sesuatu begitu mendengar Valerio mengatakan ini. Dia melirik Rieta dan menghela napas dalam hati.Sama seperti dulu, dia tidak bisa menghentikan perceraian orang tua kandung Valerio. Sekarang, dia pun dia tidak bisa menghentikan Rieta yang mengandalkan status sebagai ibu Valerio untuk mengatur pernikahan Valerio demi kepentingan perusahaan.Tidak ada kebebasan bagi seorang anak dalam keluarga besar seperti mereka, terutama kalau sudah terkait ahli waris.Abimana sangat menyayangi Briella, tetapi aturan semacam ini sudah ditetapkan oleh leluhur keluarga mereka. Abimana mengakui kalau aturan ini kurang sesuai. Jadi, kalau Valerio berani melanggarnya demi Briella, tentu saja dia akan sangat mendukung. Hanya saja, Valerio memilih untuk tetap berpegang teguh pada peraturan dan menjaga bisnis keluarga di saat-saat genting seperti ini."Lakukan saja apa yang sudah kamu putuskan. Nggak ada lagi yang bisa aku lakukan."Abimana berdiri dan menghormati pilihan Valerio meskipun wa
...Malam tiba, waktu pun berlalu dengan sangat cepat. Briella terus tertidur di dalam kamar. Saat ini, ada seorang pria dan wanita yang berdiri di sampingnya, tengah membicarakan sesuatu dengan suara pelan."Davira, kamu harus tahu kalau Valerio nggak mencintaimu."Davira mendengus kesal dan melangkah keluar dari kamar."Kita bicara di luar saja, Kak."Klinton melepas jaket yang dia kenakan dan memakaikannya ke tubuh Davira. Setelah itu, dia baru mengikuti Davira berjalan keluar dari kamar Briella.Keduanya duduk di ruang tamu sambil minum teh, mereka duduk berhadapan dan membicarakan banyak hal.Dalam beberapa hari ini Davira selalu merasa khawatir. Dia merasa kalau konferensi pers besok akan menjadi titik balik yang krusial. Namun, dia cukup puas dengan apa yang sudah berjalan sejauh ini.Setelah masalah besok selesai, semuanya pun berakhir. Sudah saatnya menentukan siapa pemenang dari situasi yang terus tarik ulur ini."Kak, aku sangat bahagia punya seorang kakak sepertimu." Davira
Klinton terlihat sedikit khawatir, tetapi apa yang ada di dalam hatinya tidak bisa dia katakan di saat seperti ini. Dia menyimpannya sendiri dan memilih untuk tidak mengungkapkannya. Selama adiknya bisa bahagia, dia bersedia melakukan apa pun.Davira terlihat sangat ceria dan bahagia. Dia pun memeluk Klinton lagi dan mengatakan, "Kak, aku juga dapat dukungan dari Keluarga Regulus. Seluruh dunia ada di pihakku, jadi aku nggak takut pada apa pun. Aku ingin menikah dengan Valerio sesegera mungkin. Bulan depan saja. Yang penting kita menikah secara resmi dan aku menjadi istrinya yang sah. Setelah itu, aku bisa berpuas diri dan nggak perlu mengkhawatirkan apa pun. Ya, Kak?"Klinton menghela napas dalam, menatap adiknya untuk waktu yang lama. setelah itu, dia baru mengiakan walau sedikit enggan."Haha, aku sangat senang. Terima kasih sudah sangat menyayangiku, Kak!"Davira berdiri, lalu mengatakan, "Kak, aku sudah nggak sabar dan mau ketemu Rio sekarang juga. Aku akan memberitahunya kalau ta
"Bu Rieta, apa kedatanganku yang selarut ini mengganggu istirahat Bu Rieta?"Davira menatap Rieta yang duduk di seberang meja dengan saksama. Bahkan cara bicaranya pun menjadi lebih sopan dan santun.Rieta merapikan rambutnya dan kedua kakinya ditumpuk dan tersembunyi di balik terusan yang dia kenakan. Tatapan datarnya menatap Davira, lalu menjawab sembari menyunggingkan senyuman tipis."Nggak, kok. Kalau malam ini kamu nggak datang pun aku akan tetap menghubungimu. Mulai hari ini, kita akan menjadi keluarga. Jadi, kamu juga nggak perlu sesopan itu saat bicara denganku."Davira terlihat malu, lalu menundukkan kepalanya. Sikapnya terlihat sedikit kaku. "Kalaupun seperti itu, etika yang seharusnya ada, nggak boleh diabaikan. Bu Rieta barusan bilang akan menghubungiku? Apa ada sesuatu yang terjadi?"Rieta mengambil cangkir tehnya dan menyesapnya perlahan."Saat konferensi pers besok, Rio akan mengumumkan tanggal pernikahan kalian. Aku memintamu datang biar kamu bisa berdiskusi dengannya d