Briella memilih untuk masuk melalui pintu masuk perusahaan yang lain.Dia lebih memilih untuk menghindari Kinan.Lagipula, berbicara dengan seorang pengganggu sangat menguras energi dan stamina.Kinan sangat senang ketika melihat Briella menghindar begitu melihatnya. Dia berpikir kalau Briella takut padanya.Dia mengikuti Briella dengan langkah cepat, lalu meraih tas Briella.Briella menoleh ke belakang dan terlihat sangat lelah. Dia sudah menghindar, tetapi masih saja tidak bisa menyingkirkan pengganggu yang menjengkelkan ini."Kamu bawa apa?"Kinan tersenyum menghina saat melihat kue yang dibawa Briella di tangannya."Wah, ini buat siapa?"Briella melepaskan diri dari Kinan dan menjawab marah, "Kinan, kamu mau apa lagi!""Mau apa lagi! Apa kamu bodoh!" Kinan merapikan pakaiannya dan menatap Briella dengan remeh, seolah-olah dia sedang melihat pelaku kejahatan.Briella menatap Kinan dengan tatapan dingin dan melemparkan kue di tangannya ke tubuh Kinan.Kinan berdiri di atas tumpukan k
Semua orang menantikan pernyataan yang akan dilontarkan Kinan dan masih menunggu dengan tenang di tempat mereka berdiri.Briella maju selangkah dan berdiri di depan Kinan, membantunya membersihkan sisa-sisa kue dari rambutnya. Wajah Briella memperlihatkan senyum hambar dan sikapnya menunjukkan kepedulian palsu. Briella menatap kerumunan, memperlihatkan sosoknya yang cantik dan sisi lain dalam dirinya yang menyeramkan."Lihatlah, kenapa kamu ceroboh sekali."Briella membantu Kinan merapikan rambutnya yang berantakan, sambil berkata dengan nada dingin di telinganya, "Kinan, apa kamu mau mati?"Ini adalah pertama kalinya Kinan melihat Briella seperti ini. Dia hanya mengatakan satu kalimat saja, tetapi sudah mampu membuat Kinan berkeringat dingin.Briella membersihkan remah-remah di kerah baju Kinan dan melanjutkan dengan wajah tanpa ekspresi, "Kalau kamu mau mati, kamu bisa ceritakan semua yang kamu tahu tentangku."Tubuh Kinan membeku dan menatap Briella dengan linglung. Entah kenapa dia
Ini pertama kalinya Briella mendengarkan pernyataan Kinan yang sombong dan angkuh. Dia benar-benar gambaran dari manusia yang sangat tidak tahu malu."Kakak yang kamu maksud itu Davira?" Briella memperjelas, "Dia tunangan presiden Perusahaan Regulus. Kamu nggak tahu tentang itu, 'kan?""Tentu saja aku tahu, tapi sepupuku itu cinta pertamanya. Itulah hubungan mereka."Briella mengernyitkan dahinya, mulai khawatir dengan kecerdasan Kinan.Awalnya dia khawatir Kinan akan membuat masalah untuknya. Namun, dengan kecerdasan Kinan yang seperti ini, Briella tidak perlu menggunakan sepuluh persen kekuatannya untuk melawan."Sudah mau terlambat." Briella mengguncang jam tangan di pergelangan tangannya. "Cepatlah. Aku nggak mau gajiku dipotong."Briella langsung berjalan ke pintu depan setelah mengatakan.Hari itu berjalan dengan baik tanpa Kinan dan kekacauan lain yang mengganggu suasana hati Briella. Jadi, dia bisa memberikan fokus penuh pada pekerjaannya.Di penghujung hari, Briella sudah berk
Briella dan Rieta sudah bertemu dua kali sebelumnya. Kesan Rieta terhadap Briella hanya sebatas sekretaris Valerio, wanita yang diperlakukan dengan baik oleh seorang Abimana.Hanya saja, hari ini dia meminta Briella masuk lewat pintu samping. Ini adalah sesuatu yang tidak akan pernah terjadi jika di masa lalu.Kalaupun Rieta tidak menyukai Briella, dia tidak akan membiarkan Briella masuk walaupun harus lewat pintu samping. Bagaimanapun, etika keluarga besar harus tetap diperlihatkan.Pikiran Briella bergerak cepat dan dia bisa menduga kalau Davira mungkin sudah mengatakan sesuatu kepada Rieta, sampai penilaian Rieta terhadap Briella pun berubah.Apa yang sebenarnya Davira dikatakan, Briella juga tidak tahu. Intinya itu bukan sesuatu yang baik."Kakek, Bu Rieta."Briella membungkuk sedikit ke arah keduanya. Dia baru masuk, tetapi sudah memutuskan sesuatu di benaknya. Karena ada Bu Rieta di sini, jadi etiketnya harus sepuluh kali lebih baik. Kalau tidak, dia akan dimarahi.Benar saja, be
Abimana mendongak dan melirik Rieta dengan tatapan kesal."Kalau kamu seorang peri pun nggak akan aku terima!" Abimana menepuk tangan Briella. "Nak, hari ini kamu temani Kakek makan kue dan main poker. Jangan takut sama siapa pun. Apa kamu dengar?"Mata Briella terasa perih dan dia pun mengangguk kuat-kuat.Sikap Abimana membuat Rieta marah. Alisnya berkerut tidak senang karena melihat Abimana memperlakukan Briella dengan lebih penuh kasih sayang dibandingkan dengan semua anggota Keluarga Regulus.Namun, dia lebih kesal pada Briella."Ayah itu tetua Keluarga Regulus, aku menghormati setiap keputusan Ayah, melindungi serta menghargai keinginan pribadi Ayah. Tapi, aku nggak bisa setuju dengan pilihan Ayah dalam hal memilih istri untuk Rio."Abimana meremehkan, "Kalau kamu nggak setuju, aku akan memanggil Rio sekarang juga dan memaksanya untuk menikahi Briella walaupun dia nggak mau."Rieta terdiam, tidak menyangka kalau Abimana akan sebegitu melindungi Briella."Kenapa? Kamu mau aku memo
"Aku tahu posisiku lebih baik dari siapa pun." Briella beranjak. "Hanya saja, penilaian yang Bu Rieta katakan kepadaku ini bukan penilaian objektif, melainkan cerminan sikap Bu Rieta sendiri yang terlalu membanggakan diri."Rieta mencibir. Dia melipat kakinya dan menatap Briella dengan tangan bersedekap."Aku tahu kamu pintar dan bicaramu pun hebat. Kalau nggak, kamu nggak akan bisa terus berada di sisi Valerio untuk waktu yang lama. Tapi Briella, kamu terlalu sok pintar dan nggak pantas mendapat tempat di Keluarga Regulus."Menghadapi sindiran Rieta, Briella masih terlihat tenang. Dia sudah pernah mendengar kata-kata yang jauh lebih menusuk, mana mungkin masih terpengaruh oleh kata-kata seperti ini?"Pertama, aku nggak pernah punya keinginan untuk menjadi bagian dari Keluarga Regulus. Sekali lagi, aku datang ke sini karena diundang oleh Kakek, jadi aku ini tamu. Meminta tamu masuk melalui pintu yang dijaga anjing, ini adalah sikap yang sangat mempermalukan tamu. Bisa dilihat seperti a
Briella berjalan keluar dari rumah Abimana dan ternyata di luar gerimis. Dia berjalan di sepanjang jalan dan tiba-tiba ada payung hitam disandarkan di atas kepalanya.Menengok ke belakang, ternyata Marco."Pak Valerio sedang melakukan perjalanan bisnis. Dia sudah memerintahkanku untuk menjaga Nona Briella dan Tuan Muda Zayden." Marco menunjuk ke Rolls Royce yang diparkir di seberang jalan. "Nona Briella, silakan masuk."Briella agak terkejut dengan kemampuan Marco dalam menyelesaikan sesuatu. "Kenapa kamu bisa tahu kalau aku ada di sini?""Pak Valerio yang memberitahuku, katanya kamu akan datang menemui Tuan Besar hari ini.""Oh, begitu."Briella mengangguk dan mengikuti Marco ke mobil.Marco dan sopir duduk di barisan depan, sementara Briella duduk di belakang.Melalui kaca spion, Marco bisa merasakan kalau suasana hati Briella sedang tidak baik. Pria itu menoleh dan memperhatikan ekspresi Briella, merasa kalau Briella terlihat murung dan kecewa.Pak Valerio sempat memberi perintah se
"Papa telepon, katanya mau lihat Mama untuk menonton video Mama."Begitu Briella mendengarnya, dia menyangga tubuhnya dan duduk, lalu melirik layar di ponsel putranya. Terlihat kalau Valerio tengah berada di kamar hotel, dengan latar belakang pemandangan yang luas. Dari kamarnya, bisa melihat pemandangan malam yang gemerlap dan megah di seluruh kota.Wajah pria tampan dan sangat gagah itu memanjakan mata Briella. Seketika, Briella jadi tersadar.Dia tersenyum. "Pak Valerio."Zayden menjatuhkan ponselnya tepat di atas tempat tidur dan beranjak dari sana, lalu berlari keluar."Mama, Zayden mau tidur sendiri malam ini. Mama sama Papa ngobrol dulu saja."Briella hanya bisa menggelengkan kepalanya saat melihat putranya melarikan diri dengan sangat cepat dari kamarnya, bahkan dia berkata tanpa menoleh ke belakang.Dia menunduk dan mengambil ponsel di kasur. Terlihat Valerio berpakaian santai dan mengenakan jubah mandi. Briella tidak bisa menahan perasaannya. Kenapa seorang presdir bisa setam