"Aku tahu posisiku lebih baik dari siapa pun." Briella beranjak. "Hanya saja, penilaian yang Bu Rieta katakan kepadaku ini bukan penilaian objektif, melainkan cerminan sikap Bu Rieta sendiri yang terlalu membanggakan diri."Rieta mencibir. Dia melipat kakinya dan menatap Briella dengan tangan bersedekap."Aku tahu kamu pintar dan bicaramu pun hebat. Kalau nggak, kamu nggak akan bisa terus berada di sisi Valerio untuk waktu yang lama. Tapi Briella, kamu terlalu sok pintar dan nggak pantas mendapat tempat di Keluarga Regulus."Menghadapi sindiran Rieta, Briella masih terlihat tenang. Dia sudah pernah mendengar kata-kata yang jauh lebih menusuk, mana mungkin masih terpengaruh oleh kata-kata seperti ini?"Pertama, aku nggak pernah punya keinginan untuk menjadi bagian dari Keluarga Regulus. Sekali lagi, aku datang ke sini karena diundang oleh Kakek, jadi aku ini tamu. Meminta tamu masuk melalui pintu yang dijaga anjing, ini adalah sikap yang sangat mempermalukan tamu. Bisa dilihat seperti a
Briella berjalan keluar dari rumah Abimana dan ternyata di luar gerimis. Dia berjalan di sepanjang jalan dan tiba-tiba ada payung hitam disandarkan di atas kepalanya.Menengok ke belakang, ternyata Marco."Pak Valerio sedang melakukan perjalanan bisnis. Dia sudah memerintahkanku untuk menjaga Nona Briella dan Tuan Muda Zayden." Marco menunjuk ke Rolls Royce yang diparkir di seberang jalan. "Nona Briella, silakan masuk."Briella agak terkejut dengan kemampuan Marco dalam menyelesaikan sesuatu. "Kenapa kamu bisa tahu kalau aku ada di sini?""Pak Valerio yang memberitahuku, katanya kamu akan datang menemui Tuan Besar hari ini.""Oh, begitu."Briella mengangguk dan mengikuti Marco ke mobil.Marco dan sopir duduk di barisan depan, sementara Briella duduk di belakang.Melalui kaca spion, Marco bisa merasakan kalau suasana hati Briella sedang tidak baik. Pria itu menoleh dan memperhatikan ekspresi Briella, merasa kalau Briella terlihat murung dan kecewa.Pak Valerio sempat memberi perintah se
"Papa telepon, katanya mau lihat Mama untuk menonton video Mama."Begitu Briella mendengarnya, dia menyangga tubuhnya dan duduk, lalu melirik layar di ponsel putranya. Terlihat kalau Valerio tengah berada di kamar hotel, dengan latar belakang pemandangan yang luas. Dari kamarnya, bisa melihat pemandangan malam yang gemerlap dan megah di seluruh kota.Wajah pria tampan dan sangat gagah itu memanjakan mata Briella. Seketika, Briella jadi tersadar.Dia tersenyum. "Pak Valerio."Zayden menjatuhkan ponselnya tepat di atas tempat tidur dan beranjak dari sana, lalu berlari keluar."Mama, Zayden mau tidur sendiri malam ini. Mama sama Papa ngobrol dulu saja."Briella hanya bisa menggelengkan kepalanya saat melihat putranya melarikan diri dengan sangat cepat dari kamarnya, bahkan dia berkata tanpa menoleh ke belakang.Dia menunduk dan mengambil ponsel di kasur. Terlihat Valerio berpakaian santai dan mengenakan jubah mandi. Briella tidak bisa menahan perasaannya. Kenapa seorang presdir bisa setam
Rieta agak terkejut. Ternyata Briella jauh lebih kurang ajar dan tidak bisa diprediksi dibanding yang dia perkirakan. Dia pun sedikit kewalahan."Wanita liar macam apa kamu ini!"Dia telah menyelidiki Briella sebelum datang ke mari. Namun, informasi yang diberikan detektif itu sangat sedikit. Selain punya anak dan ibu, semua masa lalu Briella seakan sengaja disembunyikan dengan rapat. Dia bahkan tidak tahu apa pun terkait kehidupan Briella sebelum bergabung dengan Perusahaan Regulus."Bu Rieta nggak perlu terlalu memedulikanku dan nggak perlu menyelidikiku secara khusus. Karena aku sendiri pun ingin tahu latar belakangku, jauh melebihi Bu Rieta."Mata Briella berubah muram saat mengatakan ini.Rieta menatap Briella dengan ekspresi rumit, yang benar-benar membuatnya bingung."Terlepas dari apa pun itu, aku peringatkan. Jauhi Valerio dan jangan merusak hubungannya dengan Davira."Briella terdiam sejenak dan berkata dengan terus terang, "Kalau Bu Rieta punya cara untuk membantuku meningga
Mata Rieta bergerak cepat dan jatuh di tangan Nathan yang menggenggam tangan Briella. "Jangan terlalu dekat dengannya. Dia selingkuhan Valerio."Nathan menatap Rieta dengan raut wajah marah. "Nyonya, aku nggak memberimu izin untuk menggunakan kata menghina seperti itu untuk menggambarkan pacarku."Rieta terkejut, tidak kalah terkejutnya dengan kenyataan ketika dia tahu kalau Briella tengah mengandung anak Valerio."Apa katamu? Katakan lagi!" Rieta berdiri dan tiba-tiba berjalan mendekati keduanya. Dia menarik tangan Nathan yang menggandeng tangan Briella, mencoba memisahkan keduanya.Nathan menegakkan tubuh dan melindungi Briella di belakangnya, menghalangi ledakan emosi Rieta.Nathan menatap Rieta dan mengulangi perkataannya tanpa ekspresi, "Briella pacarku. Anak di dalam kandungannya adalah anakku."Emosi Rieta saat ini tidak bisa lagi digambarkan sebagai keterkejutan. Dia menatap Briella dengan mata terbelalak, mengambil kopi di atas meja dan menyiramkannya ke arah Nathan dan Briell
Briella mencoba mengatur pikirannya dan mulai bertanya, "Apa kamu membiayai biaya pengobatan ibuku karena statusku sebagai sekretaris Valerio?"Nathan mengangguk mengiakan, "Aku akui kalau aku punya niat buruk saat mendekatimu dulu. Tapi ....""Nggak ada tapi." Briella mengangkat tangannya untuk menghentikan apa yang akan dikatakan Nathan. "Yang harus kamu lakukan adalah bilang ya atau nggak atas pertanyaanku."Nathan menghentikan mobil di pinggir jalan dan menanggapi pertanyaan Briella dengan sangat serius, "Mungkin tujuanku pada awalnya memang nggak baik, karena aku punya pikiran buat memanfaatkanmu. Tapi setelah itu perasaanku berubah dan niat untuk mendekatimu untuk mengincar Valerio pun lenyap entah ke mana."Briella menempelkan jarinya ke bibir, mengisyaratkan kepada Nathan untuk diam."Lalu aku hamil dan kamu ingin menjadikan bayi ini sebagai anakmu. Apa kamu juga ingin menggunakan bayi ini untuk melawan Valerio?""Nggak sepenuhnya begitu." Nathan meraih tangan Briella, tetapi d
Briella bersandar di kursi mobil dan mengembuskan napasnya pelan. "Ya. Kamu tahu aku sedang bimbang, mana mungkin aku tega melibatkanmu juga."Nathan tersenyum tipis. "Apa kamu pernah berpikir, kalaupun nggak ada kamu, kebencian itu nggak akan hilang."Briella meletakkan tangannya di atas pembuka pintu mobil. "Tapi aku nggak mau membuat segala sesuatu di antara kita menjadi rumit."Setelah mengatakan itu, Briella membuka pintu mobil dan turun."Nathan, aku berharap yang terbaik untukmu. Lebih baik kita nggak saling berhubungan."Senyum pucat mengembang di bibir Nathan. "Aku pernah bilang sebelumnya. Kamu ini wanita yang nggak tahu terima kasih.""Pikirkan apa pun yang kamu inginkan." Briella berkata tanpa daya, "Aku akan mencari cara untuk mengembalikan semua biaya yang sudah kamu keluarkan untuk pengobatan ibuku. Aku bisa mengirimkannya pada rekening yang kamu pakai buat membayar tagihan, 'kan?"Briella berkata dengan datar. Tepat setelah dia mengetahui hubungan antara Rieta dan Natha
"Kamu yakin mau aku ikut denganmu?" Briella mendongak, tepat menatap mata Valerio."Jangan banyak omong kosong." Valerio melihat Briella dari atas ke bawah, melihat kalau Briella mengenakan pakaian longgar dan terlalu santai.Briella memutuskan untuk datang ke sini secara tiba-tiba, bahkan kopernya saja ada di mobil dan di bawa pergi sama Marco. Tidak baik kalau dia muncul di depan kamera dengan penampilan seperti ini bersama Valerio.Valerio melakukan panggilan dan berjalan mondar-mandir di depan jendela kamar. Dia bersandar di pagar dan matanya tetap tertuju pada Briella, masih dengan telepon di telinga."Siapkan setelan kerja perempuan." Valerio menyipitkan matanya dan terus mengamati Briella. "Dada 92, pinggang 60, pinggul 88."Briella sedikit tidak nyaman dengan tatapan pria itu. Meskipun keduanya sudah sering melakukannya, tetapi tatapan pria itu terlalu tajam, seperti raja binatang buas di hutan yang sedang menatap mangsanya yang akan masuk ke dalam perangkap dan siap disantap.