Valerio membawa Davira ke rumah sakit dan Klinton pun menyusul dengan mengendarai mobilnya sendiri.Klinton membuka bagian belakang mobil Valerio dan melihat adiknya dalam keadaan berantakan. Davira sedang menggigiti kukunya seperti anak kecil, menunjukkan kalau emosinya tidak stabil.Sebagai anak pertama dari Keluarga Atmaja, Klinton adalah orang yang sangat bertanggung jawab. Melihat adiknya sendiri sampai seperti ini, dia bahkan punya keinginan untuk membunuh Valerio."Valerio, bajingan! Kamu membuat adikku sampai seperti ini!"Valerio keluar dari mobil dan disambut oleh pukulan Klinton. Namun, dia berhasil menghindar dengan gesit."Aku nggak punya waktu meladenimu. Lebih baik cepat bawa dia ke dokter atau besok kita akan bertemu dalam konferensi pers karena aku akan memutuskan pertunanganku secara langsung.""Kamu benar-benar keterlaluan!" Klinton sangat marah dan menimpali dengan gigi terkatup, menyuarakan kemarahannya, "Kamu sangat egois dan cuma peduli sama dirimu sendiri. Apa k
Davira berlutut di depan Valerio, membuat orang yang menyaksikan ini pun mendekat dan mengerumuni mereka.Hati Klinton terasa seperti teriris ribuan pisau saat melihat sikap adiknya yang menghancurkan dirinya sendiri seperti ini.Di satu sisi dia tidak tega, di sisi lain dia membenci Davira karena tidak bisa bersikap tegar. Sebagai seorang kakak, dia merasa sangat tidak berguna karena tidak bisa melakukan apa pun.Valerio menunduk, menatap wanita yang berlutut di depannya dan mengerutkan kening."Davira, berdirilah!"Davira melingkarkan tangannya di kaki Valerio, menatap pria itu dengan wajah dingin dan mulai menangis."Rio, tolong jangan tinggalkan aku. Lakukan apa pun yang kamu mau, yang penting biarkan aku tetap di sisimu. Aku nggak akan menghalangimu untuk bertemu dengan Briella, aku nggak akan menghentikannya untuk melahirkan anakmu."Valerio tertegun. Bagaimanapun, wanita ini pernah menyelamatkan nyawanya. Meskipun dia tidak punya perasaan apa pun pada Davira, tetapi utang budi m
"Nggak! Aku nggak mau!" Davira menutup telinganya dan berteriak keras, "Aku akan pergi ke mana pun kamu pergi. Aku mau ikut kamu."Valerio menunduk dan berkata dengan nada memerintah, "Nggak bisa.""Kamu nggak kasih izin aku tinggal di Galapagos karena Briella ada di sana, begitu? Hatimu sudah berubah! Dialah orang yang kamu cintai! Penantian pahitku selama beberapa tahun ini dan semua kerja kerasku nggak bisa membuatku mendapatkan kembali kasih sayangmu untukku."Valerio terdiam. Davira tertawa getir, lalu menjatuhkan pandangannya dengan melihat ke arah pemandangan yang berlalu dengan cepat di luar jendela.Apa gunanya Davira hidup kalau di dalam hati Valerio tidak ada dirinya?Davira membuka jendela dan menjulurkan kepalanya, membuat tubuh bagian atasnya keluar dari mobil. Rasanya sangat menyakitkan, jadi lebih baik mati saja.Valerio terkejut saat melihat sikapnya dan langsung menepi ke sisi jalan. "Davira! Sadarlah."Wajah Davira pucat dan dia kembali bersandar pada sandaran kursi.
"Pak Klinton, anakku sedang menungguku di rumah, jadi aku cuma punya waktu setengah jam saja.""Kalau begitu, aku akan langsung ke intinya." Klinton menatap Briella yang begitu menawan. Bahkan Klinton sampai melupakan peringatan yang sudah dia susun saat dalam perjalanan ke mari."Kamu sangat cantik." Klinton tidak lupa mengungkapkan pujiannya."Terima kasih."Briella tersenyum tipis sebagai balasan. Dia sudah terbiasa dengan pujian atas kecantikannya."Mirip sekali dengan adikku."Briella bisa memahami maksud lain dari perkataan Klinton. Selama lima tahun ini, dia menjadi pengganti Davira. Saat itu, Valerio memilihnya juga karena dia memiliki paras yang mirip dengan Davira.Klinton meminta bertemu dengannya hari ini, sepertinya karena ingin membujuk Briella agar tidak merusak kebahagiaan adiknya, bukan?Briella menggenggam kedua tangannya dengan erat dan sedikit bersandar ke belakang. Sikapnya ini memancarkan ketenangan dan rasa percaya diri yang kuat.Sambil mengaduk kopi di cangkirn
"Cuma kamu yang bisa melepaskan simpul di hati adikku.""Aku nggak punya kemampuan sehebat itu." Briella mengangkat bahunya. "Jangan bilang Pak Klinton ingin aku menyelesaikan semua masalah ini? Berapa banyak yang ingin kamu berikan untuk meyakinkanku?""Kamu benar-benar wanita mata duitan." Klinton mengeluarkan selembar cek senilai dua miliar dari saku jasnya, lalu meminta pulpen kepada pelayan untuk membubuhkan tanda tangannya.Bagi tuan muda kaya sepertinya, uang dua miliar bukanlah jumlah yang banyak, hanya satu tetes dari air di dalam ember.Briella melirik deretan angka nol di cek itu dan berkata dengan tenang. "Pak Klinton benar-benar sangat murah hati. Hanya saja, aku nggak akan menerima uang itu. Katakan saja, apa yang kamu ingin aku lakukan? Kamu ingin aku merusak reputasiku dan meninggalkan Kota Tamar sebagai wanita simpanan? Atau ingin aku mengakhiri hubunganku dengan Valerio dan menghilang sepenuhnya?""Kamu cukup pintar untuk tahu apa yang harus dilakukan.""Aku paham. Be
Menyembunyikan keberadaannya dari semua orang? Hati Briella tercekat. Bagaimana cara melakukannya? Dia masih harus menjaga ibu dan putranya. Bukankah sangat tidak bertanggung jawab kalau dia pergi begitu saja?"Bagaimana? Tertarik buat kerja sama?""Begini." Briella mengambil sikap seperti seorang bos. "Untuk masalah itu beda harga."Klinton tidak bisa menahan senyumnya. "Nona Briella, kamu memperlakukan percakapan kita seperti sebuah negosiasi. Bukankah kamu terlalu mendalami sandiwaramu?""Aku nggak pernah melakukan sandiwara dan memperlakukan semua orang dengan niat baik.""Lima tahun kebersamaanmu dengan Valerio, bukankah itu hanya sandiwara?"Briella bingung bagaimana harus menjawab pertanyaan ini. Ya, lima tahun melakukan sandiwara dengan Valerio, lima tahun menyembunyikan masa lalunya bahkan masa sekarang, bukankah Briella melakukan itu hanya untuk mendapatkan uang."Aku nggak akan berhubungan lagi dengan Pak Valerio. Selain itu, aku sudah pindah dari rumahnya.""Baguslah kalau
"Nak, kamu nggak takut melihat tayangan seperti itu?" Briella berjalan mendekat dan mengambil remot untuk mengganti saluran televisi. "Mama carikan kartun yang cocok untukmu.""Jangan." Zayden merebut remot dari Briella. "Aku lebih suka menonton Animal World.""Kenapa?""Yang kuat akan bertahan. Itu hukum alam dan cocok dengan dunia manusia. Apa Mama nggak merasa kalau tayangan seperti menarik?"Briella melirik ke arah televisi yang menunjukkan gambar singa yang sedang membelah kijang menjadi beberapa bagian. Gambar itu membuat Briella mual dan menutup mulutnya. Dia bahkan pergi ke kamar mandi untuk muntah."Mama kenapa?"Melihat hal ini, Zayden langsung turun dari sofa dan mengikuti Briella ke kamar mandi.Zayden sedikit panik ketika melihat Briella berdiri di depan wastafel dan muntah-muntah."Mama, sudah mendingan? Mau aku telepon ambulans.""Nggak perlu." Briella menegakkan tubuhnya, lalu berkumur. Meskipun rasanya sangat tidak nyaman, tetapi dia akan berpura-pura tenang agar putra
Bagaimana Valerio bisa menemukan tempat mereka secepat ini.Zayden membuka pintu sedikit. Melalui celah sempit di pintu, dia melihat pria itu berdiri di ambang pintu dan terlihat sedikit cemas.Zayden berpikir kalau Mama pulang tanpa berpamitan dengan Om Valerio. Mungkin Om Valerio marah."Siapa?""Zayden, buka pintunya.""Nggak bisa. Mama bilang jangan buka pintu untuk orang asing.""Aku Valerio.""Om Valerio, Mama sakit. Apa kamu bisa membawanya ke rumah sakit?"Suara Valerio terdengar lebih dingin dibandingkan sebelumnya. "Buka pintunya."Zayden ragu sejenak. Namun, dia sudah menghubungi Om Nathan ....Terserah. Dia akan meminta tolong kepada siapa pun yang datang.Begitu Zayden membuka pintu, Valerio langsung melangkah masuk."Di mana Mamamu?"Zayden menunjuk ke arah kamar tidur. "Om Valerio, kamu harus menolong Mama. Dia demam."Valerio melangkah masuk ke kamar tidur. Setelah masuk, Briella demam dan kesadarannya sangat lemah. Dia melihat seorang pria di samping tempat tidurnya, t