Apa yang membuat Syena semakin terhina adalah kata-kata Morgan berikutnya, "Apa kamu tahu kenapa aku minta kamu mempertahankan anak itu?"Syena menggeleng pelan, "Kenapa?""Karena aku mau membalas dendam Nana! Kamu 'kan yang sudah menyakiti anaknya? Aku juga mau kamu merasakan ketika anakmu disakiti!" Morgan terlihat seperti raja neraka.Seluruh tubuh Syena gemetar. Meski dia tidak menyukai Talitha, dia tetap melahirkan Talitha."Morgan, tega banget kamu?"Hingga saat ini, Syena menyadari bahwa dia tidak mengenali Morgan sama sekali."Talitha masih sangat kecil, jangan sakiti dia!""Oh ... jadi kamu juga bisa sayang sama anak kecil?" Morgan bertanya balik.Syena terdiam.Melihat Syena diam, Morgan meminta seseorang untuk melepaskan ikatannya, "Sekarang kamu akan patuh?"Syena tidak berani melawan orang ini lagi."Apa Reina yang memintamu melakukan ini?" Syena masih menyukai Morgan, dia hanya bisa membohongi dirinya sendiri bahwa semua yang dilakukan Morgan karena hasutan Reina."Kamu m
Maxime langsung menjawab telepon, "Ya Bu, ada apa?""Morgan sudah pulang. Aku rasa ada yang nggak beres dengannya. Tolong bantu aku awasi dia saat kamu ada waktu luang," kata Joanna.Maxime hanya mendengarkan, dia tidak memberitahu Joanna yang sebenarnya."Ya, aku ngerti."Setelah menutup telepon, dia melihat semua orang bersantai di ruang tamu bersama Reina, tanpa ada yang berniat untuk pergi."Apa kalian akan tinggal di sini hari ini?" Maxime pun bertanya dengan nada sedikit dingin.Seandainya mereka tahu cara membaca mata orang, mereka pasti tahu bahwa sudah waktunya untuk pergi, tapi mereka semua justru berkata serempak, "Ya, kami punya sudah memikirkannya. Nanti kami akan minta bibi pembantu menyiapkan selimut supaya kita semua bisa tidur di ruang tamu."Reina tidak menolak suasana yang begitu hangat ini.Suasana hati Maxime makin buruk. Setelah akhirnya menemukan Nana dan membawanya pulang, mereka berdua bahkan belum punya waktu untuk berduaan.Dia mau mengusir orang-orang ini, t
"Nana, satu hal lagi. Ibu kandungmu adalah Liane. Dia juga pasti tahu tentang kepulanganmu." Alana melanjutkan, "Kamu harus bersiap kalau dia datang mengunjungimu."Alana juga memberi tahu Reina apa yang sudah dilakukan Liane pada Reina dan Riko sebelumnya, berharap Reina memahami situasinya.Reina mengangguk, "Oke, aku sudah menghafal semua yang kamu katakan semalam.""Oke, selanjutnya terserah kamu ya," ucap Alana.Benar saja, Joanna dan Liane juga tahu bahwa Reina sudah kembali dengan selamat.Begitu matahari terbit, Liane bergegas ke Vila Magenta tapi dihentikan di depan pintu oleh satpam."Maaf Bu Liane, nggak ada yang bisa masuk tanpa izin bos kami."Liane berujar dengan cemas, "Tolonglah, putriku ada di dalam."Satpam berpura-pura bingung, "Putri? Bukannya putrimu Syena? Dia ada di kediaman utama Sunandarm 'kan sekarang?"Liane tercekat.Liane menelepon Maxime, tapi tidak ada yang menjawab.Sekretaris di sampingnya pun berkata, "Itu pasti keputusan Maxime. Nggak mungkin satpam b
Di mata si sekretaris, Liane selalu menjadi wanita yang kuat dan tidak layak menerima perlakuan dingin seperti itu.Sekretaris itu hanya bisa bersimpati dan mengikuti Liane masuk ke rumah.Saat Joanna dan Liane datang, Reina serta yang lainnya hendak menyiapkan sarapan.Tak lama kemudian, terdengar suara anak-anak rusuh di luar.Liam dan Leo sangat suka berceloteh, kedua anak itu sangat bersemangat."Nana." Joanna berjalan ke ruang tamu dan berteriak pada Reina yang sedang sibuk dengan Sisil dan yang lainnya di dapur.Reina menoleh menatap wanita berpakaian elegan itu, lalu menatap dua anak kecil yang sangat imut di sisi wanita itu.Alana langsung mengingatkannya, "Ini adalah ibu Maxime, ibu mertuamu."Pantas saja Reina merasa familiar. Dulu waktu masih kecil, dia pergi ke Keluarga Sunandar dan bertemu Joanna beberapa kali.Dia tersenyum pada Joanna tapi malu untuk memanggilnya.Joanna tidak melihat sesuatu yang aneh pada Reina, dia meminta pengasuh untuk maju bersama kedua cucunya, "A
Reina agak terkejut melihat si kembar bersembunyi di belakangnya.Meski tidak ingat apa-apa, Reina punya kesan baik terhadap si kembar, dia pun membujuk Sisil, "Sisil sudahlah, lihat mereka semua ketakutan."Sisil hanya bisa cemberut, "Oke ... tapi Bos, memang ya ikatan darah itu memang kuat, mereka sadar Bos mamanya. Dulu waktu mereka masih kecil, mereka nggak mungkin tuh sembunyi dibalik orang lain kalau aku cubit pipi mereka."Hati Reina terasa hangat mendengar ucapan itu. Setelah Sisil pergi, dia menoleh pada si kembar dan berkata dengan lembut, "Oke, sudah aman ya."Si kembar tersipu malu saat mendengar suara lembut Reina, mereka pun berlari menghampiri kedua kakak mereka dan mengajak mereka bermain.Riki menanggapi hal ini seperti anak kecil, dia tidak menyukai mereka, "Ngeselin banget. Begitu datang langsung nyusahin mama."Sedangkan Riko bisa bersikap bijak seperti seorang kakak, "Mereka masih sangat kecil, nyusahin apanya?""Kakak nggak paham sih, aku tuh bisa lihat maksud hat
Tangan Liane mematung di tempat.Syena yang berdiri di samping Liane pun mengangkat alisnya dan menjawab dengan kesal, "Kamu yang beli sendiri atau beli pakai duit suami orang? Daripada minta duit suami orang, mendingan beli pakai uang di kartu ini. Kan pakai duit orang tua nggak memalukan?"Seketika, suasana pun hening.Alana langsung marah dan bertanya, "Syena, apa maksudmu pakai duit suami orang?"Liane juga mengernyit dan berkata, "Syena, jangan ngomong sembarangan!"Syena memasang tampang bersalah dan pura-pura sudah salah bicara."Maaf Bu, aku 'kan orangnya terang-terangan. Kemarin waktu aku keluar negeri, aku lihat Reina dan Morgan bersama. Morgan yang bayar penginapan dan semua keperluan Reina. Makanya aku ... Hahh, gimana ngomongnya ya?"Semua orang kaget bukan main.Alana terdiam beberapa saat.Wajah Reina seketika menjadi pucat.Jika Reina tahu Morgan berbohong, jika Reina tahu Morgan sudah punya istri dan anak, Reina pasti tidak mau berpacaran dengan Morgan.Namun, sudah te
Begitu dibentak oleh Liane, wajah Syena langsung memerah."Ibu nggak adil! Apa sekarang Ibu melupakanku karena sudah ketemu putri kandungmu? Bagus, bagus sekali!"Syena langsung bergegas keluar rumah dengan penuh emosi.Dada Liane terus naik dan turun.Sekretaris Liane pun bertanya padanya, "Apa perlu aku kejar Nona Syena?"Liane menggeleng, "Buat apa? Dia begitu karena aku manjain."Sejujurnya, jika bukan karena hasutan berulang kali dari Syena, Liane tidak akan mencari masalah dengan Reina, dengan begitu dia juga tidak akan menyakiti putri kandungnya.Kalau bukan karena Liane yang mengasihi Syena seperti anak kandungnya, dia pasti sudah langsung memutuskan hubungan ibu-anak dengan Syena.Joanna juga merasa jengah, "Besan, kamu memang terlalu memanjakan Syena. Bisa-bisanya dia menghina putraku di depan ibunya sendiri. Keterlaluan!"Sebagai seorang ibu, Liane tidak punya pilihan selain minta maaf atas perbuatan putrinya, "Besan, aku sangat menyesal, nanti aku akan mendidik dan memberin
Kebetulan sekali Syena juga pergi ke perusahaan. Maxime menutup telepon dan meminta sopir mengemudi lebih cepat.Saat ini di Grup Rajawali.Aarav, Rendy dan Melisha sedang memaksa Morgan mundur dari jabatannya."Morgan, kami sudah memberimu kesempatan untuk menjalankan perusahaan tapi sekarang situasi perusahaan makin buruk, saham perusahaan anjlok, sudah saatnya kamu mundur dan memberi kesempatan bagi orang lain. "Morgan duduk di kursi pimpinan. Begitu mendengar ucapan ini, dia melirik para pemegang saham dan eksekutif senior di sekitarnya dan bertanya, "Kalian semua berpikir begitu?"Semua orang terdiam."Kalau aku berinisiatif mundur, lalu siapa yang akan duduk di posisi aku saat ini?" Morgan bertanya lagi.Rendy tampak sombong, "Ngapain mikir? Sudah jelas ayahku adalah kandidat terbaik."Rendy sudah bisa keluar dari rumah sakit di awal tahun ini. Begitu Maxime tidak mengurusinya, dia pun mulai bisa berulah.Morgan sendiri sebenarnya hanya mau mengambil perusahaan ini dari tangan M
Reina tahu betul seperti apa sikap orang penghisap darah seperti nenek Diego. Begitu dikasih sekali, pasti akan minta lagi lain kali.Joanna juga tahu, tapi dia tidak bisa apa-apa."Iya tapi kalau nggak dia malah bikin ribut di sini.""Kalau begitu panggil polisi."Joanna membelalak tidak percaya.Nenek Diego bahkan lebih terkejut, "Kurang ajar! Apa katamu? Aku ini nenekmu.""Treya dan aku nggak punya hubungan darah. Kamu bukan nenekku dan kamu nggak pernah sayang sama aku."Nenek Diego sangat marah dan menuding Reina, dia sangat marah sampai tidak bisa bicara.Reina juga tidak memberinya muka."Ucapanmu barusan sudah kurekam. Jadi kalau kamu mau memeras kami 100 miliar, kamu tunggu saja akan mendekam di penjara!" ucap Reina sambil mengangkat ponselnya.Nenek Diego tidak menyangka Reina akan merekam ucapannya barusan, "Dasar kurang ajar! Percuma putriku membesarkanmu, kamu malah berdiri di pihak orang lain!""Justru kamu yang orang luar, dia ini ibu mertuaku. Aku sudah menghargai Treya
"Kamu tertohok ya sama kata-kataku?" Melihat Joanna kesal, nenek Diego malah makin menyerang."Semua orang juga tahu suamimu nggak pernah pulang, bisa jadi dia punya banyak anak haram di luar!"Joanna terdidik dengan baik sejak kecil. Dia mengepalkan tangannya erat-erat dan berusaha untuk tidak membalas ucapan nenek Diego.Reina langsung melangkah maju ke hadapan nenek Diego."Kamu bilang Diego menghabiskan banyak uang untuk putri Keluarga Sunandar? Siapa? Mana buktinya?"Nenek Diego terdiam.Sebelum dia sempat berpikir, Reina melanjutkan, "Kalau nggak bisa ngasih bukti, aku bisa menuntutmu karena sudah memfitnah."Nenek Diego tersadar."Dasar gadis sialan! Hanna nama gadis itu! Dia dari Keluarga Sunandar, 'kan?""Mengenai bukti, wanita zaman sekarang itu pintar. Bisa aja mereka habiskan uang tanpa bukti." Nenek Diego menarik pakaian Reina, " Cepat minta ibu mertuamu balikin uangnya ke aku, atau aku akan sebarkan berita ini ke awak media.""Ternyata harta Keluarga Sunandar dari hasil p
Diego benar-benar ketakutan, "Aku ngerti Kak. Kak, bantuin aku supaya Keluarga Sunandar nggak mempermasalahkan hal ini."Dia telah menyinggung dan berutang pada banyak orang. Jika masih menyinggung Keluarga Sunandar yang lain, bukannya sama saja dia mencari mati?Reina tidak menanggapi Diego dan menutup telepon.Setelah menutup telepon, dia bertanya pada Deron."Gimana kabar Diego sekarang?""Kayaknya dia tahu dia nggak bisa menikahi Hanna, jadi dia berencana untuk melarikan diri." Deron mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan pada Reina posisi Diego saat ini.Reina memperhatikan dalam diam, "Ikuti diam-diam dan pastikan dia lebih menderita."Sejak masih muda, Diego sangat dimanja sehingga memanfaatkan orang lain sembarangan tanpa rasa bersalah."Oke." Deron mengangguk.Reina mengenal Diego. Jika dia berani melarikan diri, berarti dia masih punya sisa uang.Reina memberi tahu buah pemikirannya pada Deron.Deron tahu apa yang harus dilakukan.Setelah Deron pergi, Reina bersandar di kursi
Setelah Hanna menolak, dia menambahkan, "Diego, sebaiknya kita nggak sering ketemu. Aku nggak berniat punya teman laki-laki, lagian nggak seharusnya pria dan wanita yang cuma teman begitu intim."Hanna tidak memberi Diego kesempatan menyahut."Jangan meneleponku lagi, aku akan memblokir nomor teleponmu."Hanna menutup telepon dan memblokir nomor Diego.Diego benar-benar panik.Dia menelepon Hanna lagi, tetapi tidak bisa tersambung ...."Kok jadi begini?"Dalam satu malam, Hanna berubah jadi orang yang sama sekali berbeda, padahal kemarin dia masih baik-baik saja.Diego sekarang berada di rumah neneknya. Neneknya mengernyit bingung, "Cucuku sayang, ada apa? Apa gadis itu marah sama kamu?""Dia menolakku." Diego menunduk."Gadis sialan! Kenapa dia menolakmu? Kamu sangat baik dan tampan, mana ada yang bisa menandingi kamu?"Diego sekarang sakit kepala dan kesal saat mendengar omelan neneknya."Nenek, berhentilah ngomel, aku sangat kesal sekarang.""Cucuku sayang, jangan khawatir. Kamu san
Keesokan harinya.Setelah Reina bangun, dia membuat janji dengan Hanna untuk memperjelas semuanya agar dia tidak tertipu lagi.Hanna sudah benar-benar sadar, tapi wajahnya masih pucat.Saat bangun, Hanna menerima pesan dari Diego yang mengkhawatirkannya. Dia ragu-ragu untuk waktu yang lama dan tidak membalasnya.Saat waktu yang disepakati dengan Reina tiba, Hanna keluar menemuinya.Di dalam kedai kopi yang tenang.Mereka berdua sama-sama memesan kopi.Sebelum Reina mulai bicara, Hanna sudah angkat bicara lebih dulu, "Kak, maaf. Orangtuaku meneleponmu larut malam dan mereka salah paham tentang adikmu."Reina tidak menyangka Hanna sepolos ini sampai masih menyalahkan dirinya sendiri atas kesalahan ini."Hanna, kamu kepikir nggak, mungkin ini semua bukan kesalahpahaman?" kata Reina.Hanna tertegun sejenak , lalu tersenyum, "Mana mungkin? Menurutku Diego itu orang baik, lagian dia itu adimu, mana mungkin dia menyakitiku.""Kita harus waspada sama orang lain, siapa pun orangnya. Bahkan kamu
Ines memberi tahu Hanna semua informasi tentang Diego.Awalnya setelah pesta semalam, Ines sangat tertarik dengan Diego. Pertama, karena kakak Diego adalah Reina, lalu mereka tahu bahwa Diego juga anak tunggal, jadi mereka langsung meminta seseorang untuk menyelidikinya.Mereka langsung terkejut begitu tahu semua tentang Diego.Hanna mendengarkan dalam diam dan membelalak tidak percaya.Dia juga berpikir Diego adalah orang yang baik, kenapa faktanya berbanding terbalik begitu drastis?"Diego sudah menghancurkan keluarga besar Andara. Kalau kamu sama dia, bisa-bisa kita yang tersiksa."Hanna spontan tersenyum, "Ibu salah paham. Aku nggak suka sama dia, aku hanya menganggapnya sebagai teman."Ines menghela napas lega."Syukurlah."Hanna mengangguk."Tapi Hans juga nggak sebaik itu." Ines merasa sangat kesal begitu tahu hasil penyelidikannya kemarin, "Dia sudah punya istri, dia juga kakak laki-laki Jason. Meski dia lebih baik dari Jason dari segi karakter moral dan kemampuan, tapi bagaima
Diego langsung berkata pada mereka semua, "Dengar, 'kan? Aku benar-benar nggak bersalah."Reina terdiam.Orangtua Hanna masih curiga.Putri mereka jarang pulang terlambat. Ini adalah pertama kalinya dia pulang telat sejak kembali ke Kota Simaliki, ini juga pertama kalinya Hanna minum sampai mabuk berat. Kalau bukan dari mulut Hanna sendiri, mereka pasti tidak percaya.Hanna melihat Reina dan terkejut, "Kak Reina? Kok kamu juga di sini?"Ines langsung melangkah maju dan berkata, "Ada kesalahpahaman, tapi sudah nggak apa-apa. Hanna, kamu terlalu mabuk, istirahatlah.""Yah, kepalaku sakit. Aku minum terlalu banyak," katanya.Ayah Hanna memanggil Reina dan Diego keluar.Sesampainya di luar, dia dengan tulus minta maaf dan berkata, "Pak Diego, maaf, aku salah paham."Dia minta maaf Reina dan berkata, "Nana, aku minta maaf karena meneleponmu malam-malam."Reina melambaikan tangannya, "Nggak apa-apa, yang penting Hanna nggak apa-apa.""Ya." Ayah Hanna mengangguk, lalu berkata, "Dari dulu dia
Kalau dia mengakui Diego akan mencelakai Hanna, maka orangtua Hanna pasti melihat Reina dengan buruk dan ujung-ujungnya, Reina ikut terdampak karena kejahatan Diego.Reina mengepalkan tangannya erat-erat dan menjawab."Bibi, Paman, bagaimana kalau kita menunggu sampai Hanna bangun dan langsung tanya sama Hanna." Reina terdiam, "Kalau Diego benar-benar punya niat jahat sama Hanna, terserah kalian mau apakan dia, kalian bisa jeblosin dia ke penjara."Wajah Diego menjadi pucat.Bagaimana bisa Reina berkata seperti itu?Mengirimnya ke penjara?Karena Reina sudah berkata demikian, orangtua Hanna tentu saja tidak bisa berkata apa-apa.Ines berkata, "Ayo, kita tunggu di dalam.""Oke."Namun Adrian berkata, "Saya kembali dulu ya, tadi saya izin sama atasan.""Jangan pergi!" Diego menghentikannya, "Kamu mau pergi setelah menjebakku? Nggak boleh!"Adrian terlihat kesal dan hendak setuju untuk tinggal.Reina berkata, "Jangan mempersulit orang lain. Dia itu kerja di Klub Beautide, kalau dia bersal
Diego tidak akan membiarkan Adrian merusak rencananya.Dia meninju wajah Adrian, lalu langsung masuk ke dalam mobil dan menyalakan mobil.Adrian ingin menghentikannya, tapi sudah terlambat."Krak!" Sesuatu jatuh dari mobil.Adrian berjalan ke depan dan melihat yang rusak adalah ponsel Hanna.Tepat pada saat ini, ibu Hanna menelepon dan Adrian menjawab panggilan tersebut....Di sisi lain, Reina sudah tidur, namun terbangun oleh dering telepon.Reina bangun dan melihat Diego meneleponnya.Kenapa Diego menelepon semalam ini?Reina menerimanya dengan ragu, "Halo.""Nana?"Suara di telepon bukan suara Diego, melainkan suara wanita paruh baya."Siapa kamu?" Reina tidak mengenali suara itu."Aku ibu Hanna," jawab wanita paruh baya itu.Ternyata Ines."Bibi kok meneleponku pakai nomor Diego?" Reina samar-samar merasa ada sesuatu yang buruk telah terjadi.Ines tidak menjawab, tapi berkata dengan agak serius, "Bisa ke Hotel Fourse, kamar 6008 sekarang?""Oke."Reina tahu, ada yang tidak beres.