Maxime menghampiri, "Masuklah dulu, ada banyak hal yang terjadi. Sekarang Reina lupa ingatan."Lupa ingatan?Mereka semua tercengang.Reina juga sedikit menyesal, "Maaf, aku ...""Nana, ayo masuk dan duduk. Kenapa kamu minta maaf pada kami? Kami semua sudah seperti saudara kandungmu." Alana buru-buru meraih tangannya, "Sini, kalau memang nggak ingat, nggak apa-apa, pikirkan saja perlahan, kalaupun benar-benar lupa, mari kita saling mengenal lagi.""Ya, ya, kita bisa saling mengenal lagi."Perabotan di ruang tamu dan dekorasi rumah masih sama seperti sebelumnya.Maxime tidak memindahkan apa pun dari tempat ini sejak Reina menghilang.Suasana rumah yang terasa begitu hangat ini membuat kepala Reina terasa sakit, beberapa memori pun terlintas di benaknya.Reina takut rasa sakit dan tidak berani terus memikirkannya, jadi Alana mengajaknya untuk duduk.Kemudian, Reina menatap semua orang yang mulai memperkenalkan diri."Bos, aku Sisil, tangan kananmu. Aku sudah bekerja denganmu ..." Sisil m
Apa yang membuat Syena semakin terhina adalah kata-kata Morgan berikutnya, "Apa kamu tahu kenapa aku minta kamu mempertahankan anak itu?"Syena menggeleng pelan, "Kenapa?""Karena aku mau membalas dendam Nana! Kamu 'kan yang sudah menyakiti anaknya? Aku juga mau kamu merasakan ketika anakmu disakiti!" Morgan terlihat seperti raja neraka.Seluruh tubuh Syena gemetar. Meski dia tidak menyukai Talitha, dia tetap melahirkan Talitha."Morgan, tega banget kamu?"Hingga saat ini, Syena menyadari bahwa dia tidak mengenali Morgan sama sekali."Talitha masih sangat kecil, jangan sakiti dia!""Oh ... jadi kamu juga bisa sayang sama anak kecil?" Morgan bertanya balik.Syena terdiam.Melihat Syena diam, Morgan meminta seseorang untuk melepaskan ikatannya, "Sekarang kamu akan patuh?"Syena tidak berani melawan orang ini lagi."Apa Reina yang memintamu melakukan ini?" Syena masih menyukai Morgan, dia hanya bisa membohongi dirinya sendiri bahwa semua yang dilakukan Morgan karena hasutan Reina."Kamu m
Maxime langsung menjawab telepon, "Ya Bu, ada apa?""Morgan sudah pulang. Aku rasa ada yang nggak beres dengannya. Tolong bantu aku awasi dia saat kamu ada waktu luang," kata Joanna.Maxime hanya mendengarkan, dia tidak memberitahu Joanna yang sebenarnya."Ya, aku ngerti."Setelah menutup telepon, dia melihat semua orang bersantai di ruang tamu bersama Reina, tanpa ada yang berniat untuk pergi."Apa kalian akan tinggal di sini hari ini?" Maxime pun bertanya dengan nada sedikit dingin.Seandainya mereka tahu cara membaca mata orang, mereka pasti tahu bahwa sudah waktunya untuk pergi, tapi mereka semua justru berkata serempak, "Ya, kami punya sudah memikirkannya. Nanti kami akan minta bibi pembantu menyiapkan selimut supaya kita semua bisa tidur di ruang tamu."Reina tidak menolak suasana yang begitu hangat ini.Suasana hati Maxime makin buruk. Setelah akhirnya menemukan Nana dan membawanya pulang, mereka berdua bahkan belum punya waktu untuk berduaan.Dia mau mengusir orang-orang ini, t
"Nana, satu hal lagi. Ibu kandungmu adalah Liane. Dia juga pasti tahu tentang kepulanganmu." Alana melanjutkan, "Kamu harus bersiap kalau dia datang mengunjungimu."Alana juga memberi tahu Reina apa yang sudah dilakukan Liane pada Reina dan Riko sebelumnya, berharap Reina memahami situasinya.Reina mengangguk, "Oke, aku sudah menghafal semua yang kamu katakan semalam.""Oke, selanjutnya terserah kamu ya," ucap Alana.Benar saja, Joanna dan Liane juga tahu bahwa Reina sudah kembali dengan selamat.Begitu matahari terbit, Liane bergegas ke Vila Magenta tapi dihentikan di depan pintu oleh satpam."Maaf Bu Liane, nggak ada yang bisa masuk tanpa izin bos kami."Liane berujar dengan cemas, "Tolonglah, putriku ada di dalam."Satpam berpura-pura bingung, "Putri? Bukannya putrimu Syena? Dia ada di kediaman utama Sunandarm 'kan sekarang?"Liane tercekat.Liane menelepon Maxime, tapi tidak ada yang menjawab.Sekretaris di sampingnya pun berkata, "Itu pasti keputusan Maxime. Nggak mungkin satpam b
Di mata si sekretaris, Liane selalu menjadi wanita yang kuat dan tidak layak menerima perlakuan dingin seperti itu.Sekretaris itu hanya bisa bersimpati dan mengikuti Liane masuk ke rumah.Saat Joanna dan Liane datang, Reina serta yang lainnya hendak menyiapkan sarapan.Tak lama kemudian, terdengar suara anak-anak rusuh di luar.Liam dan Leo sangat suka berceloteh, kedua anak itu sangat bersemangat."Nana." Joanna berjalan ke ruang tamu dan berteriak pada Reina yang sedang sibuk dengan Sisil dan yang lainnya di dapur.Reina menoleh menatap wanita berpakaian elegan itu, lalu menatap dua anak kecil yang sangat imut di sisi wanita itu.Alana langsung mengingatkannya, "Ini adalah ibu Maxime, ibu mertuamu."Pantas saja Reina merasa familiar. Dulu waktu masih kecil, dia pergi ke Keluarga Sunandar dan bertemu Joanna beberapa kali.Dia tersenyum pada Joanna tapi malu untuk memanggilnya.Joanna tidak melihat sesuatu yang aneh pada Reina, dia meminta pengasuh untuk maju bersama kedua cucunya, "A
Reina agak terkejut melihat si kembar bersembunyi di belakangnya.Meski tidak ingat apa-apa, Reina punya kesan baik terhadap si kembar, dia pun membujuk Sisil, "Sisil sudahlah, lihat mereka semua ketakutan."Sisil hanya bisa cemberut, "Oke ... tapi Bos, memang ya ikatan darah itu memang kuat, mereka sadar Bos mamanya. Dulu waktu mereka masih kecil, mereka nggak mungkin tuh sembunyi dibalik orang lain kalau aku cubit pipi mereka."Hati Reina terasa hangat mendengar ucapan itu. Setelah Sisil pergi, dia menoleh pada si kembar dan berkata dengan lembut, "Oke, sudah aman ya."Si kembar tersipu malu saat mendengar suara lembut Reina, mereka pun berlari menghampiri kedua kakak mereka dan mengajak mereka bermain.Riki menanggapi hal ini seperti anak kecil, dia tidak menyukai mereka, "Ngeselin banget. Begitu datang langsung nyusahin mama."Sedangkan Riko bisa bersikap bijak seperti seorang kakak, "Mereka masih sangat kecil, nyusahin apanya?""Kakak nggak paham sih, aku tuh bisa lihat maksud hat
Tangan Liane mematung di tempat.Syena yang berdiri di samping Liane pun mengangkat alisnya dan menjawab dengan kesal, "Kamu yang beli sendiri atau beli pakai duit suami orang? Daripada minta duit suami orang, mendingan beli pakai uang di kartu ini. Kan pakai duit orang tua nggak memalukan?"Seketika, suasana pun hening.Alana langsung marah dan bertanya, "Syena, apa maksudmu pakai duit suami orang?"Liane juga mengernyit dan berkata, "Syena, jangan ngomong sembarangan!"Syena memasang tampang bersalah dan pura-pura sudah salah bicara."Maaf Bu, aku 'kan orangnya terang-terangan. Kemarin waktu aku keluar negeri, aku lihat Reina dan Morgan bersama. Morgan yang bayar penginapan dan semua keperluan Reina. Makanya aku ... Hahh, gimana ngomongnya ya?"Semua orang kaget bukan main.Alana terdiam beberapa saat.Wajah Reina seketika menjadi pucat.Jika Reina tahu Morgan berbohong, jika Reina tahu Morgan sudah punya istri dan anak, Reina pasti tidak mau berpacaran dengan Morgan.Namun, sudah te
Begitu dibentak oleh Liane, wajah Syena langsung memerah."Ibu nggak adil! Apa sekarang Ibu melupakanku karena sudah ketemu putri kandungmu? Bagus, bagus sekali!"Syena langsung bergegas keluar rumah dengan penuh emosi.Dada Liane terus naik dan turun.Sekretaris Liane pun bertanya padanya, "Apa perlu aku kejar Nona Syena?"Liane menggeleng, "Buat apa? Dia begitu karena aku manjain."Sejujurnya, jika bukan karena hasutan berulang kali dari Syena, Liane tidak akan mencari masalah dengan Reina, dengan begitu dia juga tidak akan menyakiti putri kandungnya.Kalau bukan karena Liane yang mengasihi Syena seperti anak kandungnya, dia pasti sudah langsung memutuskan hubungan ibu-anak dengan Syena.Joanna juga merasa jengah, "Besan, kamu memang terlalu memanjakan Syena. Bisa-bisanya dia menghina putraku di depan ibunya sendiri. Keterlaluan!"Sebagai seorang ibu, Liane tidak punya pilihan selain minta maaf atas perbuatan putrinya, "Besan, aku sangat menyesal, nanti aku akan mendidik dan memberin
"Tuan, Keluarga Tuan Daniel datang," kata pelayan itu.Mendengar kata-kata itu, keheningan seketika menyelimuti ruangan itu.Kekesalan di bawah mata Aarav makin tidak bisa disembunyikan. "Sial! Mau apa mereka ke sini?"Rendy menyela, "Apa lagi, mereka pasti datang karena mau lihat masalah di keluarga kita."Aarav menatapnya dengan tatapan kosong.Kemudian, dia hendak meminta pembantu untuk keluar dan memberitahu mereka bahwa dia tidak ada di rumah.Tidak disangka Daniel dan yang lainnya datang tanpa dipersilakan masuk.Aarav tidak pernah sebenci ini kepada Daniel.Hal pertama yang Reina lihat setelah masuk adalah Melisha, yang diikat dan berlutut, serta pria simpanannya.Keduanya memiliki memar di tubuh mereka, terlihat jelas bahwa mereka habis dipukuli.Reina kemudian melihat Aarav duduk di ujung meja, di sebelahnya ada Rendy yang ditahan oleh beberapa pengawal."Daniel, kenapa kalian datang ke mari selarut ini? Aku bikin kalian melihat lelucon keluarga kami." Setelah itu, Aarav melir
Daniel mengerutkan kening. "Itu masalah keluarga mereka, ngapain kalian mau ke sana?"Joanna membalas dengan acuh."Bukannya kamu dan kakakmu itu keluarga? Sekarang, sesuatu terjadi di keluarganya, kenapa kamu malah bilang keluarga mereka?"Ketika Daniel mendengar ini, dia tersedak lagi dan benar-benar tidak bisa berkata-kata.Reina merasa sedikit tidak enak hati.Untungnya, Maxime menimpali, "Pergilah kalau kamu mau melihatnya. Kami juga prihatin sama keluarga Om Aarav."Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Jangan sampai Om Aarav bertindak impulsif karena marah."Melisha dan Klinton sudah ditangkap, entah apa yang akan dilakukan Aarav dan Rendy kepada mereka.Mendengar ini, Daniel mengangguk dan mengerti maksud perkataan Maxime."Kamu benar, kita harus pergi ke sana."Dia juga mengkhawatirkan kakaknya....Sisi lain.Rumah Aarav.Baik Melisha dan Klinton berada dalam kondisi yang menyedihkan, berlutut di lantai.Mereka habis dipukuli dan tubuh mereka penuh dengan luka.Aarav duduk
"Bagaimana ini bisa terjadi? Ini pasti palu, ini palsu!" Tommy bergumam sendiri.Dia tidak percaya ibunya akan pergi dengan pria lain.Melisha sangat mencintainya, bagaimana mungkin dia meninggalkannya begitu saja?Melihat ketidakpercayaannya, murid-murid yang lain berkata, "Kalau kamu nggak percaya, tanya saja sama kakek dan ayahmu."Tommy segera menelepon Aarav."Kakek, mereka bilang Mama kabur sama pria lain dan nggak menginginkanku lagi."Mendengar cucunya menanyakan hal ini, Aarav tidak menyembunyikannya darinya."Tommy,, mulai sekarang kamu cuma punya Kakek dan Papa. Nggak usah pedulikan Mama mu. Papa sama Kakek bakal jaga kamu dengan baik."Tommy masih kecil, tetapi dia tidak bodoh.Apa yang tidak bisa dia pahami sekarang? Ternyata ibunya benar-benar tidak menginginkannya lagi.Jelas-jelas kemarin lusa ibunya sudah siap untuk membawanya pergi, kenapa sekarang berubah pikiran?Tommy benar-benar tidak ingin pergi ke sekolah lagi dan bergegas keluar dari dalam kelas.Namun, dia mem
Klinton memeluk Melisha dari belakang.Melisha menghela napas. "Kita melarikan diri ke sini berdua, tapi anakku sendirian di Kota Simaliki."Kata siapa dia sendirian? Kakek sama ayahnya ada di Kota Simaliki, jadi nggak usah khawatir. " Klinton berusaha menenangkannya.Melisha tidak bisa menahan diri dan meninjunya di dada."Itu bukan anakmu, jadi kamu nggak perlu merasa khawatir."Mendengar ini, Klinton kembali memeluknya."Begini saja, lahirkan anak juga untukku."Dia menggendong Melisha menuju tempat tidur.Melisha memukulnya dengan malu-malu. "Aku nggak akan kasih kamu anak."Kedua orang itu berbicara dan tertawa, tidak sadar bahwa mereka berdua sedang dipantau.Di sisi lain.Di dalam bar.Rendy terus menenggak minuman di tangannya.Teman-teman di sekelilingnya menasihatinya, "Rendy, nggak perlu marah sama wanita model begitu. Kita punya uang, wanita seperti apa yang nggak bisa kita dapatkan?"Mudah memang bicara begitu, tetapi Rendy masih tidak terima.Sejak dipukuli oleh Maxime, d
Melihat ini, Joanna cukup terhibur, lalu dia bertanya, "Kak, ada apa? Kita keluarga, jadi nggak ada yang perlu disembunyikan, 'kan?"Dia mengatakan apa yang Aarav katakan barusan.Sudut mulut Aarav berkedut pelan, memaksa dirinya untuk tenang."Bukan apa-apa, cuma katanya bawahanku belum menemukan Melisha."Dia sebenarnya telah berbohong.Sekretaris yang baru saja datang memberitahunya bahwa banyak hal penting di dalam perusahaan telah dibawa pergi oleh Melisha, kemudian ada beberapa rahasia perusahaan yang bocor.Tentu saja Joanna tidak akan mempercayai perkataannya, tetapi dia tetap berkata, "Kenapa bisa begitu? Apa mau minta Max buat bantu cari?""Nggak perlu. Max sudah sibuk, jadi lebih baik nggak merepotkannya."Aarav langsung minum air setelah mengatakan itu.Wajahnya sedikit menegang saat menatap Joanna, Reina dan Maxime yang terlihat masih belum ingin pergi."Kalian sudah makan belum? Kalau belum, ada restoran yang bagus di luar. Aku akan minta sekretarisku buat membawakan maka
Wajah Joanna membeku, semua kebahagiaan yang dia rasakan lenyap begitu saja."Huh!" Dia mendengus dingin. "Daniel, urus saja urusanmu sendiri, aku akan melakukan apa yang aku inginkan, kenapa kamu ribut?"Dibantah di depan Reina, wajah Daniel terlihat muram."Kenapa sekarang kamu jadi begini?" Dia pergi dengan tangan di belakang punggungnya.Melihat kepergiannya, Joanna berkata kepada Reina, "Nana, ayo pergi, kita temui om mu itu."Reina tentu saja tidak bisa menolak."Ya."Saat masuk ke dalam mobil dan pergi menemui Aarav, dia mengeluarkan ponselnya untuk mengirim pesan kepada Maxime.Bukan karena hal lain, tetapi karena pasti akan ada masalah saat mereka sudah sampai di sana nanti.Reina berpikir bahwa dia lebih baik sedikit menjauh.Maxime masih di luar mengurus pekerjaannya. Melihat pesan yang dikirimkan Reina, dia langsung membalasnya tanpa ragu."Ya, aku akan ke sana sekarang."Awalnya Maxime selalu bersama Reina, tetapi hari ini ada kerja sama yang sangat penting yang harus dia
Keesokan harinya.Kediaman Keluarga Sunandar.Teman-teman Joanna datang untuk bermain kartu dengan Joanna. Mereka tidak bisa menahan diri dan mulai bergosip tentang Melisha.Hari ini, Reina kebetulan sedang tidak ada urusan penting, jadi datang membawa anak-anaknya. Dia juga sempat mendengar pembicaraan mereka."Aku nggak percaya kalau Melisha wanita kayak gitu.""Ya, bikin malu Keluarga Madison saja karena punya anak sepertinya.""Joanna, katakan sesuatu. Keluarga kakakmu itu pasti lagi berantakan, ya?"Sudut mulut Joanna terangkat sedikit.Dia mengeluarkan kartunya, lalu menjawab, "Siapa yang tahu? Sekarang, kesibukanku cuma main kartu dan minum teh, nggak terlalu peduli sama apa yang terjadi di luar sana. Kalau kalian nggak bilang, aku malah nggak tahu.""Wah, kita semua harus belajar dari Joanna dan nggak bergosip terus." Ada satu istri kaya yang menyanjung Joanna.Istri yang lain juga mengangguk setuju.Joanna melambaikan tangannya. "Bicara apa kalian ini? Kalian lanjutkan saja pe
Setelah kembali ke rumah, mereka menyadari bahwa Melisha tidak ada di rumah, melainkan sudah melarikan diri.Semua informasi kontak Melisha juga tidak tersedia.Aarav makin jengkel saat mengetahui hal ini."Bagus sekali! Pergilah, berapa pun biayanya, kamu harus membawa orang itu kepadaku.""Baik." Sekretaris itu membungkuk, lalu dengan cepat berjalan keluar dari bangsal.Aarav benar-benar kesal hingga tangannya gemetar.Dia mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Rendy."Halo, Ayah, ada apa? Kenapa nelepon selarut ini? Aku sudah tidur."Aarav makin geram ketika mendengar suara malas anaknya."Kamu masih sempat tidur? Istrimu kabur sama pria itu!" Aarav mengucapkannya dengan kesal.Rendy tidak bisa mempercayai apa yang dia dengar."Apa Ayah bercanda? Barusan aku sudah telepon, katanya dia lagi ada urusan.""Dasar bodoh! Kamu nggak lihat berita? Yang ada di berita itu benar! Mereka sudah bersama setidaknya hampir empat tahun!" maki Aarav lagi.Rasa kantuk Rendy benar-benar menghilang
Aarav menelepon lagi dan tidak lama kemudian, seorang pengasuh datang, membawa Tommy ke tempat lain untuk bermain.Begitu Tommy pergi, wajah penuh kasih sayang Aarav langsung berubah menjadi dingin."Pasti Melisha melakukan sesuatu yang nggak benar."Sebelumnya, ketika dia melihat foto yang tersebar di berita, dia sebenarnya tidak terlalu percaya. Namun, sekarang dia percaya."Kirim seseorang untuk memeriksa Melisha dan pria itu!" Aarav menunjuk ke foto pria yang ada di ponsel dan memberikan perintah kepada sekretarisnya yang baru masuk.Sekretaris itu mengangguk mengerti. "Baik, harusnya nggak butuh waktu lama."Aarav mengangguk."Pastikan kamu mengawasi perusahaan kita, jangan menyerahkan semuanya padanya.""Baik." Sekretaris itu mengangguk lagi.Aarav memerintahkan sesuatu yang lain, sebelum memejamkan mata dan beristirahat.Di sisi lain, hari ini Melisha sangat kesal. Dia tidak berani pulang dan mencari hotel yang tidak terlalu ramai, lalu menelepon pria simpanannya."Apa yang haru