Selamat Membaca
HAVE A NICE DAY
"Kau sangat kejam!" teriak Gadis itu, terlebih Dia menangis.
"Kau yang membuat Aku kejam!" bentak Rasi.
"Aku tidak tahu siapa Dirimu, tapi ucapan mu memang sangat melukai Rasi. Kenapa Kau menyebutnya sombong? Kau bahkan, tidak tahu apa-apa tentangnya," ucap Laksmi, Dia dari tadi geram melihat Gadis itu terus menghina Rasi.
"Bagiku Dia itu sombong! Dia hidup dengan kemewahan, seenaknya makan gratis di tempat Ibuku bekerja. Kenapa Dia tidak membayar?" tanya Gadis itu.
"Ibumu? Tunggu, jadi Ibu itu-" ucapan Rasi dipotong.
"Jangan panggil Dia Ibu. Wanita itu Ibuku, bukan Ibumu! Kau hanya memanfaatkan kedudukanmu saja, kan? Kau hanya ingin disayangi dan diberikan belas kasih," ucap Gadis itu.
"Naira cukup!" ucap seorang Wanita paruh baya, Dia menangis di tempat itu.
"Agra, Kau bawa uang?" tanya Rasi.
"Iya." Agra memberikan Rasi uang.
"Ibu, terima kasih atas makanan lezat yang Kau buatkan untukku tadi pagi. Aku tidak tahu Kalau gadis itu Anakmu, Kau sangat baik. Tapi, melihat sikap Gadis itu membuatku sadar. Bahwa, Aku Rasi Rana tidak memerlukan belas kasih dari siapapun." Rasi memberikan koin emas yang jumlahnya begitu banyak.
"Tuan Putri, saat itu Aku sangat senang dapat menyambutmu. Tolong jangan seperti ini, maafkan Naira. Dia hanya salah paham." Ibunya Naira menangis, Dia tidak mau menerima uang dari Rasi.
"Aku tidak bisa menerima makanan gratis," ucap Rasi. Dia tetap memberikan uang itu padanya.
"Tuan Putri, jumlahnya terlalu banyak." Ibunya Naira mengembalikan uang tersebut.
"Anggap saja keluargaku sedang beramal," ucap Rasi.
Rasi meninggalkan tempat itu dengan perasaan yang terluka, Dia tidak pernah diperlakukan seperti itu di istana. Bahkan, semua menghormatinya. Agra dan Laksmi mengikuti dari belakang, Mereka tidak berani bicara sedikitpun. Mungkin Mereka merasa bersalah.
"Ternyata Tuan Putri Rasi tidak seburuk yang Aku dengar," bisik warga setempat melihat kejadian itu.
Pemuda yang awalnya menyelamatkan Gadis desa itu juga melihat kejadian tersebut, Dia melihat Rasi. Rasi yang merasa diperhatikan, melihat ke arah pemuda itu. Lalu, Rasi mengalihkan pandangannya lurus ke depan.
Di Desa Wana, tempat Rasi dan Gadis yang bernama Naira itu bertengkar. Ibunya Naira menolong anaknya, tapi juga menghukum Naira. Tidak lama setelahnya, prajurit Kerajaan Rana datang dan membawa Naira.
"Tolong maafkan Putriku," ucap Ibunya Naira.
"Kalau Kau ingin maaf, Kau harus mengatakan ini pada Ratu Kosala. Gadis ini telah menyakiti Tuan Putri, kesalahannya tidak bisa dimaafkan." Prajurit membawa Naira ke istana.
Prajurit tidak tahu kalau Rasi berada di Desa tersebut, bahkan Rasi belum sampai di Kerajaan Rana. Ibunya Naira mengejar Rasi, karena jarak yang tidak terlalu jauh Dia bisa menemukan Rasi.
"Tuan Putri," panggil Ibunya Naira.
"Rasi, itu Ibunya Naira." Laksmi memegang tangan Rasi, hingga Rasi kembali pada kesadarannya.
"Rasi, Kau pasti melamun. Ayo, Kita lihat Dia. Mungkin ada hal yang penting," ucap Agra.
"Tidak, Kalian saja. Aku tidak mau lagi pergi ke tempat di mana Aku tidak bisa diterima," ucap Rasi.
"Agra, sebaiknya Kau yang lihat Ibu itu. Biar Aku bersama Rasi," ucap Laksmi.
Rasi dan Laksmi melanjutkan perjalanan, sedangkan Agra menemui Ibunya Naira. Ibunya Naira terlihat menangis tapi, harapannya kembali muncul ketika Agra mendatanginya.
"Tolong Putriku," ucapnya sambil memohon.
"Ibu, tolong jangan memohon seperti ini." Agra membantu Ibunya Naira untuk berdiri.
"Tolong Naira, Dia pasti ketakutan." Ibu itu tidak berhenti menangis memohon pada Agra.
"Dimana Naira?" tanya Agra. Dia tidak tega melihat Ibunya Naira menangis.
"Para Prajurit membawanya ke istana, Raja dan Ratu pasti akan menghukumnya. Tolong Putriku," ucapnya dengan isak tangis.
"Baiklah, kalau begitu ikut Aku ke istana." Agra membawa Ibunya Naira bersamanya.
Di perbatasan, Rasi dan Laksmi melihat Prajurit yang membawa Naira. Tangan Naira diikat dengan tali, layaknya seorang penjahat. Laksmi menarik Rasi untuk bersembunyi, sehingga tidak ada yang tahu keberadaan Rasi dan Laksmi.
"Kenapa Mereka membawa Naira ke tempat itu?" tanya Rasi. Dia pikir Prajurit itu suruhan dari Ratu Kosala.
"Bukankah itu perbatasan terlarang?" tanya Laksmi, bahkan Dia bergidik ngeri.
"Ayo Kita ikuti," bisik Rasi.
"Jangan! Kita tunggu Agra terlebih dahulu," bisik Laksmi, Dia menahan Rasi.
Rasi sepertinya mencurigai sesuatu, Dia tidak bisa menunggu lagi. Kakinya membawanya melangkah ke perbatasan terlarang, seharusnya Dia pergi ke arah kanan untuk pulang ke istana. Tapi, ke arah kiri adalah tempat yang paling ditakuti oleh semua orang.
Laksmi memegang tangan Rasi dan ikut dari belakang, kini aura mencekam mulai menghantui. Mereka berada di hutan, tempat yang gelap pada belahan itu tanah yang Mereka pijak. Banyak sekali obor yang berjejer rapi, dapat Rasi dengar teriakan-teriakan menyedihkan.
"Ini pertama kalinya Aku melihat tempat seperti ini," ucap Rasi.
"Rasi, ayo Kita kembali. Aku takut," bisik Laksmi, Dia sampai gemetar.
"Iya, sebaiknya Kita kembali. Perasaanku juga tidak enak," bisik Rasi.
Sebelum pergi Rasi melihat jauh ke depan, di telinganya masih terngiang teriakan dan tangisan itu. Entah ada rahasia apa di dalam sana.
"Saat ini Aku mundur bukan karena, takut. Tapi, Aku belum bisa melakukan apapun. Aku akan kembali saat Aku sudah memiliki kekuatan," batin Rasi.
Dengan perasaan campur aduk, Rasi melangkah hingga Dia keluar dari perbatasan itu. Tepat di sana, Rasi melihat Agra dan Ibunya Naira datang. Laksmi yang ketakutan, kemudian mengatur nafasnya.
"Apa yang terjadi Laksmi?" tanya Agra.
"Kami melihat Naira dibawa ke istana jadi, Laksmi takut jika Naira akan mengatakan sesuatu yang membuat Ratu dan Raja marah," tutur Rasi. Dia sepertinya terpaksa berbohong.
"Baiklah, kalau begitu ayo Kita pergi ke istana. Ayo Bu," ucap Agra.
"Tunggu dulu!" ucap Rasi, menghentikan Mereka.
"Ya," ucap Agra.
"Bu, Kau ingin Naira kembali?" tanya Rasi, membuat alis Agra sedikit terangkat.
"Iya, tolong selamatkan Naira, Tuan Putri. Aku mohon padamu." Ibunya Naira bersimpuh di hadapan Rasi, kemudian Rasi membangunkannya seperti yang Agra tadi lakukan.
"Kau jangan khawatir, Aku tidak akan membiarkan terjadi hal buruk pada Naira. Aku juga akan membuat Naira menjadi Temanku," ucap Rasi meyakinkan Ibunya Naira.
"Sungguh?" tanyanya.
"Iya. Tapi, Naira harus tinggal denganku dalam beberapa waktu. Sepertinya Naira sangat keras kepala jadi, Aku juga perlu waktu untuk berdamai dengannya. Naira, juga sepertinya membenciku dan kebencian seseorang tidak bisa dihilangkan dalam waktu sehari," ucap Rasi.
"Tapi, bagaimana dengan anggota istana? Apa Mereka tidak akan keberatan?" tanya Ibunya Naira.
"Tentu saja tidak! Tuan Putri Rasi adalah kesayangan dari Kerajaan Rana," jawab Agra menguatkan ucapan Rasi.
"Aku sangat percaya padamu Tuan Putri, tolong jaga Naira. Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untuk mu," ucap Ibunya Naira memeluk Rasi erat.
Ibunya Naira kemudian, kembali ke Desa Wana tempatnya tinggal. Laksmi sengaja berjalan di samping Agra, namun Rasi berhenti sejenak.
"Apa maksudmu tadi?" tanya Rasi.
"Apa?" tanya Laksmi dan Agra bersamaan.
"Jujur saja, tentang susu yang dibuatkan oleh Ibuku. Pasti ada alasannya, kan?" tanya Rasi.
"Alasannya sudah Aku katakan tadi," jawab Agra.
"Bohong! Baiklah, Kalian boleh tidak mengatakan apapun. Aku akan temukan jawabannya sendiri," ucap Rasi.
To be continue
Selamat MembacaHAVE A NICE DAYAgra dan Laksmi diam dari tadi, Mereka tidak mengatakan apapun selama perjalanan, begitu pun dengan Rasi. Perjalanan di hiasi dengan kesunyian, tidak ada lagi canda tawa."Rasi, sudah sampai. Aku akan pulang," ucap Laksmi. Rasi hanya mengangguk, Dia tidak berniat untuk kembali ke kamarnya."Apa yang harus Aku lakukan? Kenapa Aku berjanji padanya? Apa Aku bisa menepati janjiku?" tanda tanya menghantui pikiran Rasi."Aku akan tidur di istana utamaku," ucap Agra."Iya," balas Rasi.Ratu Kosala pergi ke kamar Rasi, Dia melihat Rasi tidur. Ratu hanya tersenyum melihat Rasi yang tidur dengan kebiasaan lama, yaitu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.Ratu Kosala keluar dari sana dan pergi ke dapur istana, saat Ratu sudah pergi Rasi masuk ke kamarnya. Dia berbaring di tempat tidur, Dia berusaha memejamkan matanya. Tapi, pikirannya selalu pergi ke tempat tadi."Aku merasa tidak berguna, kenapa Aku harus
Selamat MembacaHAVE A NICE DAY"Rasi, ini sudah hampir malam. Sebaiknya Aku pulang saja," ucap Laksmi."Laksmi, sebaiknya Kau di sini saja. Jangan pulang!" larang Rasi."Baiklah, kalau begitu Aku akan minta ijin dulu pada Ayah." Rasi mengantar Laksmi menemui Penasihat Seta.Mereka berdua memasuki ruangan Raja tetapi, tidak ada siapapun selain Pelayan dan Prajurit. Salah seorang Pelayan memberitahu kalau, Raja dan penasihat Seta sedang ada di taman belakang istana sedang bermain catur.Rasi dan Laksmi pergi ke taman belakang istana untuk mencari Ayahnya Laksmi, ternyata hal itu benar. Mereka melihat Ayah Mereka sedang bermain catur dan sesekali bercanda.Sebelum Rasi dan Laksmi datang."Sepertinya Pangeran Afni menyukai Tuan Putri," ucap Penasihat Seta."Entahlah bagaimana dengan Rasi," ucap Raja Rana."Tuan Putri sudah berumur 19 tahun bahkan, Dia tidak tahu tentang jodohnya," ucap Penas
Selamat MembacaHAVE A NICE DAY"Dia sama sekali tidak menyerangku Laksmi," sangkal Rasi."Tapi, semua orang saat itu mengatakannya seperti itu." Laksmi meminum air yang masih tersisa saat Dia makan tadi."Begitukah?" tanya Rasi."Iya," jawab Laksmi."Aku tidak percaya ini, apa yang sebenarnya terjadi? Laksmi Aku sudah putuskan akan mencari tahu tentang hal ini," ucap Rasi."Aku dan Agra akan menolongmu," ucap Laksmi.Pintu kamar Rasi diketuk oleh pelayan, Dia membawakan minuman. Susu untuk Rasi dan Laksmi, tengah malam seperti itu membawakan Mereka minuman?"Tuan Putri ini susu untukmu, Ratu meminta supaya Kau benar-benar meminumnya." Pelayan itu hendak pergi."Iya, Aku akan meminumnya." Rasi menutup pintu."Rasi, apa Kau sungguh minum susu?" tanya Laksmi."Tentu saja, setiap malam Ibu akan membuatkan susu untukku." Rasi mengambil susu itu untuk diminum."Tunggu dulu, apa Kau merasa seperti anak kecil?" tanya Laksmi
Selamat MembacaHAVE A NICE DAYRasi sangat panik, Dia keluar untuk mengambil air hangat. Tapi, Rasi tidak menemukan satu Pelayan pun. Rasi mengambil air hangat yang telah dicampur air dingin di dapur, Dia tidak bisa memikirkan hal lain."Sepertinya ini sudah cukup, Aku ingat kalau Agra juga melakukan hal ini saat Aku sakit." Rasi membawa air hangat tersebut ke kamarnya.Laksmi menggigil, badannya panas dingin. Rasi tidak bisa memberitahu hal ini pada siapapun karena, Rasi tidak tahu apa yang telah terjadi sehingga, Laksmi tiba-tiba jatuh sakit.Rasi mengambil kain miliknya yang belum pernah Dia pakai lalu, menggunakannya untuk mengompres kening Laksmi."Kenapa tidak ada satu Pelayan pun di dapur?" pikir Rasi. Dia baru sadar ada yang tidak beres.Rasi beberapa kali sudah mengganti air yang Dia gunakan tetapi, belum juga menemukan Pelayan. Hanya beberapa Prajurit yang bertugas sesekali berlalu lalang, hal itu sedikit menc
Selamat MembacaHAVE A NICE DAY"Pelayan," bisik Rasi."Iya, Tuan Putri?" tanyanya."Tolong buatkan bubur untuk Laksmi," ucap Rasi pada pelayannya."Iya, Tuan Putri." Pelayan itu pergi ke arah dapur. Membuatkan bubur untuk Laksmi sesuai yang Rasi minta."Kau sangat menyayangi Laksmi?" tanya Ratu Kosala."Tentu saja, bukankah Ibu yang mengatakan kalau Aku dan Laksmi harus saling menyayangi?" tanya Rasi balik."Kalau Ibu memintamu untuk membenci Laksmi?" tanya Ratu Kosala tiba-tiba."Apa?!" tanya Rasi tidak percaya."Tidak mungkin, Ibu hanya bercanda." Ratu Kosala tersenyum melihat Rasi."Ibu, jangan bercanda yang aneh-aneh." Rasi melanjutkan makannya, tapi selera makannya sedikit berkurang.Mereka sudah selesai makan tetapi, Ratu Kosala tidak mengijinkan Rasi keluar dari ruangan itu. Bahkan, Raja menggelar pertunjukan untuk menyambut kedatangan Tamu Mereka.Rasi tidak bisa m
Selamat MembacaHAVE A NICE DAY"Aku sangat mengagumimu bahkan, semua Putri Kerajaan sepertinya selalu membicarakanmu. Semua orang ingin menjadi Dirimu dan semua orang ingin dekat denganmu," ucap Fatma dengan jujur.Rasi tercengang mendengar ucapan Fatma, setahunya banyak yang membencinya. Bahkan, ketika Dia berkeliling untuk melihat dunia luar di Kerajaannya sendiri Dirinya dikatakan arogan, sombong, tidak punya hati. Termasuk Naira, di mata Gadis itu Rasi melihat kebencian mendalam.Di Kepalanya, semua memori buruk itu terus berputar. Fatma yang bahkan seperti bicara omong kosong bagi Rasi karena, yang Dia dengar justru sebaliknya. Apakah hanya orang Kerajaannya yang membencinya?"Kak Rasi, itu Kakakku. Dia sangat tampan, kan?" tanya Fatma pada Rasi yang masih termenung."Kak Rasi," ucap Fatma mengangetkan Rasi dari lamunannya."Oh, iya. Apa tadi?" tanya Rasi, Dia sudah kembali dari lamunannya."Itu namanya Pang
Selamat MembacaHAVE A NICE DAY"Mereka lebih suka mengikuti Rasi," jawab Agra enteng."Rasi sangat cantik," puji Jiwon. Dia setuju dengan Agra, kalau para Putri itu lebih suka ikut dengan Rasi."Ayo Kita juga ke dalam," ucap Agra.Mereka seolah terbagi menjadi dua blok, satunya bersama Agra dan Pangeran Afni. Di sisi lain ada Rasi dan Fatma, saat Rasi melewati istana semua tertunduk. Utamanya pelayan dan prajurit, jelas bagi putri lainnya itu adalah sebuah kehormatan yang luar biasa."Kalian nikmati saja semua hidangan dan pemandangan di sini, sementara Aku akan pergi sebentar," ucap Rasi pada yang lainnya."Iya, tapi cepatlah kembali. Nanti, Kita akan bersenang-senang. Dengan begini Kita bisa berteman," ucapnya."Iya, akan ku usahakan untuk segera datang kembang." Rasi meninggalkan ruangan yang dikhususkan untuk para putri kerajaan."Kak, Aku ikut." Fatma mengikuti Rasi dan berusaha mensejajarkan la
Selamat MembacaHAVE A NICE DAY"Kau tidak apa?" tanya Agra."Tidak," jawab Laksmi. Mereka terlihat tegang ketika, Laksmi hampir jatuh. Karena, posisi Mereka yang jauh dari Laksmi secara hanya Agra yang dekat tapi, membelakangi."Agra sangat hebat, kupikir Dia akan jatuh. Untung saja," ucap Pangeran Afni."Iya, Aku sampai tidak bisa bergerak. Namamu Laksmi, kan?" tanya Pangeran Jiwon."Iya," jawab Laksmi."Tolong maafkan Kami tidak bisa bergerak cepat tadi, kakiku tidak bisa bergerak melihatmu hampir jatuh," ucap Pangeran Jiwon."Sini, biar Kami yang membantu." Para Putri membantu Laksmi untuk duduk, Mereka mengajak Laksmi berkenalan dan mengobrol."Putri Fatma, Kau sudah minum air?" tanya Laksmi karena, Fatma masih mematung di tempat."Ah, iya. Ini...Aku mau ambil," ucapnya gugup."Tunggu Tuan Putri Fatma!" suara Rasi melengking.Fatma menghentikan langkahnya, bulu kuduknya merin