Selamat Membaca
HAVE A NICE DAY
"Pelayan," bisik Rasi.
"Iya, Tuan Putri?" tanyanya.
"Tolong buatkan bubur untuk Laksmi," ucap Rasi pada pelayannya.
"Iya, Tuan Putri." Pelayan itu pergi ke arah dapur. Membuatkan bubur untuk Laksmi sesuai yang Rasi minta.
"Kau sangat menyayangi Laksmi?" tanya Ratu Kosala.
"Tentu saja, bukankah Ibu yang mengatakan kalau Aku dan Laksmi harus saling menyayangi?" tanya Rasi balik.
"Kalau Ibu memintamu untuk membenci Laksmi?" tanya Ratu Kosala tiba-tiba.
"Apa?!" tanya Rasi tidak percaya.
"Tidak mungkin, Ibu hanya bercanda." Ratu Kosala tersenyum melihat Rasi.
"Ibu, jangan bercanda yang aneh-aneh." Rasi melanjutkan makannya, tapi selera makannya sedikit berkurang.
Mereka sudah selesai makan tetapi, Ratu Kosala tidak mengijinkan Rasi keluar dari ruangan itu. Bahkan, Raja menggelar pertunjukan untuk menyambut kedatangan Tamu Mereka.
Rasi tidak bisa menolak permintaan Ratu Kosala karena, rasa hormatnya melebihi apapun juga. Rasi berada di sana meski sebenarnya, Dia tidak ingin.
Pelayan membawakan beraneka makanan, membawa Rasi melihat berbagai pernak-pernik yang Raja datangkan. Banyak sekali para pedagang dari berbagai Negeri di datangkan tetapi, Rasi sama sekali tidak mengerti dengan apa yang terjadi.
"Tuan Putri, ada yang mencarimu." Pelayan Rasi datang membawa seorang Gadis mungkin, Putri dari salah satu Kerajaan.
"Siapa?" tanya Rasi singkat.
"Benar Kau sangat cantik, seperti yang dikatakan. Aku sangat mengagumi kecantikanmu Kak Rasi," ucapnya antusias.
"Oh, Kau juga sangat cantik. Apa Aku mengenalmu?" tanya Rasi secara terang-terangan.
"Tuan Putri Fatma, sudahku duga Kau pasti mencari Tuan Putri Rasi. Apa Kalian sudah makan?" tanya Grita. Dia datang membawa beberapa perhiasan bersama pelayan lainnya.
"Sudah," jawab Rasi singkat dan Fatma tersenyum tanda setuju dengan ucapan Rasi.
"Tuan Putri Fatma dari tadi mencarimu, Dia sangat mengagumimu. Pangeran Afni juga ikut?" tanya Grita pada Fatma.
"Iya, Kakakku ikut. Dia sedang bersama Raja Rana dan Ayah," jawab Fatma.
"Pelayan," panggil Rasi. Dia mencoba pergi dari tempat itu dengan memanggil Pelayan tapi, Putri Fatma justru mengikutinya.
"Kak Rasi, Aku ikut." Fatma mengikuti Rasi dari belakang, padahal Rasi hendak melihat keadaan Laksmi.
"Fatma, boleh Aku minta tolong?" tanya Rasi tersenyum pada Putri Fatma.
"Iya, tentu saja. Apapun akan Aku lakukan," jawab Fatma dengan antusias. Kalau dilihat umurnya lebih muda sedikit dari Rasi.
"Aku ingin sekali mencicipi makanan yang dibawakan Tamu Kerajaan, bisakah Kau ambilkan untukku?" tanya Rasi.
"Tentu, apalagi makanan yang Kau maksud itu adalah makanan dari Negeriku. Aku akan mengambilkan yang paling lezat untukmu," ucap Fatma. Dia kemudian, pergi ke tempat tadi. Sepertinya Dia sudah mulai sibuk memilih makanan, entah apa saja yang Dia ambil.
Rasi segera pergi dari sana, Dia terburu-buru menuju kamarnya. Rasi meminta pelayannya membawakan makanan ke kamarnya ketika, Dia sampai. Rasi melihat Laksmi sudah baikan. Agra menyuapinya bubur, Dia masih menyamar sebagai Pelayan istana.
"Agra, apa Kau sudah makan?" tanya Rasi pada Agra.
"Sudah, tadi pelayan membawakan makanan. Apa Kau yang menyuruhnya?" tanya Agra.
"Iya, bagaimana Laksmi apa Kau sudah baikan?" tanya Rasi pada Laksmi.
"Iya, Aku sudah baikan." Laksmi berusaha tersenyum, meski itu terlihat dipaksakan.
"Laksmi, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa tiba-tiba Kau menangis tadi malam?" tanya Rasi.
"I-itu." Laksmi langsung menangis, Agra mencoba menenangkannya.
"Jangan dijawab kalau Kau belum ingin menceritakannya, Kau bisa cerita nanti." Rasi memeluk Laksmi, Dia dapat merasakan Laksmi yang ketakutan.
"Aku yakin pasti terjadi sesuatu," batin Rasi. Dia menggenggam tangan Laksmi untuk meyakinkan semua baik-baik saja.
"Apa Rasi akan percaya jika Aku menceritakannya," batin Agra.
"Agra, Laksmi sudah baik-baik saja. Mungkin Dia hanya perlu istirahat sebaiknya, Kau segera mengganti pakaian. Aku takut nanti Ayah akan mencarimu, apalagi Ibu Dia pasti akan menanyakanmu. Sebentar, Aku sempat membeli pakaian untukmu." Rasi pergi mengambil pakaian untuk Agra.
"Sejak kapan Kau perhatian?" tanya Agra tersenyum.
"Agra Kau selalu menjagaku seperti Adikmu jadi, tidak salah kalau Aku membelikanmu pakaian. Aku membelinya di pasar karena, pakaian ini Aku malah bertengkar dengan Naira." Rasi diam sejenak ketika, menyebut nama Naira, rasa kesal dan bencinya lenyap.
"Aku harus menceritakannya kepada Agra," batin Rasi.
"Sudah, jangan diingat lagi. Omong-omong apa Raja sudah membebaskannya?" tanya Agra.
"Agra, Aku harus menceritakan sesuatu," ucap Rasi.
"Tuan Putri boleh Kami masuk?" suara Pelayan terdengar dari luar.
"Cepat sembunyi dan ini ganti pakaian!" ucap Rasi pada Agra.
Agra segera masuk ke ruang ganti, setelah Agra bersembunyi Laksmi pura-pura tidur. Rasi menarik nafasnya lalu, mengeluarkannya pelan. Saat Dia terlihat tenang, Rasi membuka pintu. Rasi tersenyum melihat Pelayan dan tentunya bersama Putri Fatma.
"Rasanya tidak sopan memanggil namamu jadi, sudah Aku putuskan sejak tadi akan memanggilmu Kakak, kuharap Kau tidak keberatan. Kak Rasi, ini Aku sudah bawakan makanan, Pelayan bilang Kau pasti ada di sini. Katanya temanmu sedang sakit," ucap Putri Fatma.
"Oh, iya. Dia sedang istirahat setelah selesai makan. Terima kasih ya sudah mengambilkanku makanan," ucap Rasi.
"Tuan Putri, kalau begitu Aku akan pergi." Pelayan hendak pergi.
"Tunggu! Kau jaga Laksmi, kalau ada apa-apa panggil Aku di taman istana. Fatma, ayo Aku akan mengajakmu jalan-jalan," ucap Rasi. Pelayan masuk ke kamar Rasi, Dia menjaga Laksmi. Karena, Pelayan itu juga yang selalu menjaga Rasi jika Dia sakit.
"Baiklah," ucap Fatma. Dia terlihat begitu senang.
"Apa yang Aku lakukan? Agra, kan ada di ruang ganti." Rasi menghentikan langkahnya.
"Ada apa Kak?" tanya Fatma.
"Sebentar ya, Aku lupa sesuatu. Tunggu di sini," ucap Rasi yang kemudian, masuk kembali ke kamarnya.
"Tuan Putri apa ada sesuatu?" tanya Pelayan.
"Iya, Aku lupa tadi Laksmi minta susu hangat. Tolong Kau buatkan ya," ucap Rasi. Pelayan itu pergi ke dapur.
"Rasi...Aku tidak suka susu," ucap Laksmi yang sudah bangun.
"Maaf Laksmi, Aku tidak biasa berbohong. Begini saja, Kau katakan saja kalau susunya tidak enak. Jadi, Kau tidak perlu meminumnya," ucap Rasi. Dia kemudian mendekati ruang ganti.
"Rasi, apa itu Kau?" tanya Agra.
"Iya, cepatlah keluar sebelum Pelayan datang," balas Rasi.
Agra segera keluar dari ruang ganti setelah mengganti pakaiannya kemudian, melompat melalui belakang kamar Rasi.
Rasi segera pergi menemui Putri Fatma yang menunggu, tidak berselang lama Mereka berpapasan dengan Pelayan yang diminta Rasi untuk menjaga Laksmi. Rasi menghembuskan nafasnya perlahan, meski semua sudah diatasi tetap saja Dia mungkin merasa gugup.
"Tadi namanya itu Laksmi?" tanya Putri Fatma.
"Iya, namanya Laksmi." Rasi memakan kue yang dibawakan Fatma.
"Kau sangat peduli dengannya, Aku jadi iri," ucap Putri Fatma terang-terangan.
"Uhuk...uhuk, kenapa...kenapa iri?" tanya Rasi, mendengar kata Putri Fatma justru membuatnya batuk.
To be continue
Selamat MembacaHAVE A NICE DAY"Aku sangat mengagumimu bahkan, semua Putri Kerajaan sepertinya selalu membicarakanmu. Semua orang ingin menjadi Dirimu dan semua orang ingin dekat denganmu," ucap Fatma dengan jujur.Rasi tercengang mendengar ucapan Fatma, setahunya banyak yang membencinya. Bahkan, ketika Dia berkeliling untuk melihat dunia luar di Kerajaannya sendiri Dirinya dikatakan arogan, sombong, tidak punya hati. Termasuk Naira, di mata Gadis itu Rasi melihat kebencian mendalam.Di Kepalanya, semua memori buruk itu terus berputar. Fatma yang bahkan seperti bicara omong kosong bagi Rasi karena, yang Dia dengar justru sebaliknya. Apakah hanya orang Kerajaannya yang membencinya?"Kak Rasi, itu Kakakku. Dia sangat tampan, kan?" tanya Fatma pada Rasi yang masih termenung."Kak Rasi," ucap Fatma mengangetkan Rasi dari lamunannya."Oh, iya. Apa tadi?" tanya Rasi, Dia sudah kembali dari lamunannya."Itu namanya Pang
Selamat MembacaHAVE A NICE DAY"Mereka lebih suka mengikuti Rasi," jawab Agra enteng."Rasi sangat cantik," puji Jiwon. Dia setuju dengan Agra, kalau para Putri itu lebih suka ikut dengan Rasi."Ayo Kita juga ke dalam," ucap Agra.Mereka seolah terbagi menjadi dua blok, satunya bersama Agra dan Pangeran Afni. Di sisi lain ada Rasi dan Fatma, saat Rasi melewati istana semua tertunduk. Utamanya pelayan dan prajurit, jelas bagi putri lainnya itu adalah sebuah kehormatan yang luar biasa."Kalian nikmati saja semua hidangan dan pemandangan di sini, sementara Aku akan pergi sebentar," ucap Rasi pada yang lainnya."Iya, tapi cepatlah kembali. Nanti, Kita akan bersenang-senang. Dengan begini Kita bisa berteman," ucapnya."Iya, akan ku usahakan untuk segera datang kembang." Rasi meninggalkan ruangan yang dikhususkan untuk para putri kerajaan."Kak, Aku ikut." Fatma mengikuti Rasi dan berusaha mensejajarkan la
Selamat MembacaHAVE A NICE DAY"Kau tidak apa?" tanya Agra."Tidak," jawab Laksmi. Mereka terlihat tegang ketika, Laksmi hampir jatuh. Karena, posisi Mereka yang jauh dari Laksmi secara hanya Agra yang dekat tapi, membelakangi."Agra sangat hebat, kupikir Dia akan jatuh. Untung saja," ucap Pangeran Afni."Iya, Aku sampai tidak bisa bergerak. Namamu Laksmi, kan?" tanya Pangeran Jiwon."Iya," jawab Laksmi."Tolong maafkan Kami tidak bisa bergerak cepat tadi, kakiku tidak bisa bergerak melihatmu hampir jatuh," ucap Pangeran Jiwon."Sini, biar Kami yang membantu." Para Putri membantu Laksmi untuk duduk, Mereka mengajak Laksmi berkenalan dan mengobrol."Putri Fatma, Kau sudah minum air?" tanya Laksmi karena, Fatma masih mematung di tempat."Ah, iya. Ini...Aku mau ambil," ucapnya gugup."Tunggu Tuan Putri Fatma!" suara Rasi melengking.Fatma menghentikan langkahnya, bulu kuduknya merin
Selamat MembacaHAVE A NICE DAY"Kau menyebutku Putri Es?" tanya Rasi pada Laki-laki menyebalkan itu."Iya, memangnya kenapa?" tanyanya menantang."Kau Beruang kutub!" tegas Rasi."Hahahaha Beruang kutub." teman Laki-laki itu tertawa terpingkal-pingkal."Diam!" geramnya."Kau tidak asing, tunggu dulu....Ya Aku ingat! Kau pasti temannya Naira," ucap Rasi."Naira?" tanyanya terlihat sedikit bingung."Tidak perlu pura-pura tidak kenal, Kau menolongnya waktu itu. Asal Kau tahu, Dia yang salah." Rasi mengambil sendiri buah anggur di keranjang Laki-laki itu.Laki-laki itu memegang tangan Rasi, hingga keduanya saling bertatapan. Tanpa ada reaksi dari keduanya, bahkan dunia seolah berhenti."Lepaskan tanganmu," ucap Rasi, sedikit menekan kata-katanya.Dari kejauhan Pangeran Afni dan Pangeran Jiwon memperhatikan interaksi di antara Rasi dan Laki-laki tersebut."Ekhem, Tuan Putri ing
Selamat MembacaHAVE A NICE DAYGadis kecil itu bernama Divi, Dia mengikuti Rasi memasuki istana. Rasi memperlakukan Divi seperti seorang Adik karena, Anak itu hanya berumur 7 tahun. Divi Gadis yang ceria, Dia membuat Rasi selalu tersenyum dengan ucapannya yang apa adanya."Grita, tolong suruh semua Pelayan untuk berkumpul. Jangan ada yang terlambat," ucap Rasi pada Grita, pimpinan para Pelayan."Iya, sesuai perintahmu." Grita pergi dengan cepat kemudian, mengumpulkan semua Pelayan.Rasi memasuki ruangannya yang memang dikhususkan hanya untuknya, kini Laksmi dan Divi juga dapat ikut masuk. Grita sudah mendengar berita tersebut, jadi Dia hanya melakukan seperti apa yang Rasi perintahkan."Mulai saat ini sampai besok Divi akan menjadi seperti ku. Kalian harus memperlakukannya seperti memperlakukan Aku," ucap Rasi mengumumkan."Tapi, Tuan Putri. Apakah Tuan Putri sudah mendapatkan ijin dari Raja dan Ratu?" tanya Grita memberanikan diri.
Selamat MembacaHAVE A NICE DAYGrita memanggil anak buahnya untuk memindahkan Wanita itu ke istana, di mana ruangan itu begitu gelap. Karena, tidak ada seorangpun yang memasuki tempat itu. Mereka membawanya melewati lorong kemudian, sebuah dinding di bawah tanah di buka."Lepaskan Aku, jika tidak Kalian juga akan mendapatkan ganjaran atas ini semua! Ini bukan sekedar peringatan," ucap Wanita tersebut."Sudah diam! Memangnya siapa yang akan membebaskanmu? Hahaha." Mereka tertawa mengejek."Sekarang masih belum terlambat jadi, kembalilah ke jalan yang benar! Saat hari itu tiba, tidak ada seorang pun yang akan mampu menyelamatkan Kalian." Anak buah Grita sama sekali tidak mendengarkannya.Mereka mengikatnya di tempat itu, tanpa cahaya sedikitpun. Benar-benar gelap, meski Dia berteriak tak ada yang mampu mendengarkannya. Rantai besi itu terlalu kuat untuk mengikatnya, kegelapan itu terlalu pekat untuk melihatnya.Tidak ada bintang, tidak ada bul
Selamat MembacaHAVE A NICE DAYPangeran Afni masih memimpin namun, Pangeran Serkan tidak menyerah. Dia berusaha menyalip tapi, kudanya terlanjur dicambuk."Cepat!" teriak Pangeran Serkan pada Kartike.Dengan mengambil kesempatan itu, Kartike memacu kudanya. Pangeran Afni sangat kesal, ternyata Dia dibodohi. Saat perhatian Pangeran Afni teralihkan, maka di sanalah Pangeran Serkan yang mengambil cambuk Pangeran Afni."Serkan kembalikan!" geram Pangeran Afni.Pangeran Serkan tidak memperdulikan Pangeran Afni, Dia terus menuntun kudanya untuk lari secepat mungkin. Dari arah belakang Pangeran Afni berusaha menggapai kembali cambuknya namun, tidak berhasil juga.Kini, di depan sana Kartike sudah memimpin. Sedikit lagi Dia sampai di garis finis, jauh di belakang ada Pangeran Serkan dan Afni. Mereka saling menyalip satu sama lain."Hei, menangkan pertandingan ini!" teriak Pangeran Serkan.Kartike masih fokus dan akhirnya
Selamat MembacaHAVE A NICE DAY"Memangnya Kau siapanya Rasi?" tanya Pangeran Afni."Aku pelindungnya," jawab Kartike."Pelindung? Hahahaha." Pangeran Afni tertawa mengejek Kartike."Kartike," panggil Rasi."Tuan Putri," ucap Kartike.Kartike menghampiri Rasi lalu, membawa Rasi pergi dari tempat itu. Kartike mengantar Rasi pada Agra, melihat kedatangan Kartike dan Rasi membuat Agra curiga telah terjadi sesuatu padanya."Apa terjadi sesuatu?" tanya Agra."Iya." Kartike menceritakan semua yang Pangeran Afni lakukan."Kurang ajar Pangeran Afni!" Agra begitu kesal namun, Rasi menghentikannya."Jangan lakukan apapun, Aku tidak apa-apa. Lagipula kalau tadi Dia macam-macam Aku akan menghabisinya," ucap Rasi.Glek...baik Agra maupun Kartike meneguk ludah Mereka. Rasi kemudian, pergi ditemani oleh para Pelayan ke kamarnya. Rasi meminta pelayan untuk menyiapkan belati sebanyak mungkin lalu, Rasi melempar belati itu pada lukisan Pange