Beranda / Rumah Tangga / Rendang Basi Dari Mertua / Bab 7. Kedatangan Marisa

Share

Bab 7. Kedatangan Marisa

Penulis: Eka Sa'diyah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-16 10:38:50

Irma dan Rana saling bertatapan, belum ada keputusan berani atau tidak mengusir Sifa di saksikan warga.

“Sama saja dengan mencari gara-gara, Mbak Irma!” Bisik Rana kepada Irma. 

“Iya, bisa berabe kalau begini!” Sahut Irma. Dari jauh terlihat Bu Endang dan Fadil tengah memperhatikan mereka bertiga. Bu Endang hanya tersenyum simpul melihat Irma dan Rana mati kutu karena syarat dari Sifa.

Tanpa menjawab sepatah kata, Irma dan Rana segera meninggalkan Sifa. Keduanya mulai mencari cara untuk mengusir Sifa dari kampungnya. 

Ketika sampai di rumah, Sifa terkejut dengan kehadiran sosok Marisa yang berdiri di depan pintu rumahnya. Ada rasa malas untuk menemuinya salah satu dari anggota keluarga Marni, namun tidak pantas jika Sifa membiarkannya menunggu.

“Assalamu alaikum!” Marisa berbalik dan mendapati Sifa berada di belakangnya dengan membawa keranjang jualannya yang sudah kosong.

“Waalaikum salam!” Jawab Marisa. Sifa membuka pintu dan mempersilahkan Marisa masuk.

Marisa duduk di sebuah kursi kayu yang cukup usang. Kedua mata Marisa menyapu keadaan rumah yang Sifa tempati. Semua barang sudah usang tetapi rumah selalu bersih.

“Minumlah, aku hanya bisa menyuguhkan teh dan kue buatanku saja padamu, tentu saja ini berbeda jauh dengan keadaanmu!” 

Marisa menyesap teh hangat yang disuguhkan Sifa kepadanya dan beberapa kue terlihat di piring. Sifa duduk di kursi kayu di samping Marisa.

“Aku datang kemari karena menginginkan sesuatu!” Sifa mengernyitkan kedua alisnya bersiap mendengar permintaan Marisa.

“Bilang saja, kalau aku mampu aku pasti membantumu!”

“Aku hanya ingin kamu menggugat Mas Sulhan. Aku baru tahu kalau ternyata kamu dan Mas Sulhan belum bercerai secara resmi! Aku tidak ingin Mas Sulhan kembali padamu suatu saat nanti, karena aku memiliki seorang putri darinya!” Sifa tersenyum kecut mendengar permintaan konyol Marisa. Terlihat sekali jika dirinya begitu egois dengan meminta Sifa menggugatnya.

“Aku sudah lama terpisah dengannya, jika memang kamu mau ambil, silahkan saja! Suruh suamimu yang pengecut itu mengirim berkas perceraian kepadaku. Pasti aku akan menandatanganinya!” Ucapan Sifa terdengar begitu tenang tanpa ada beban sama sekali. Marisa bahkan sampai heran melihatnya, biasanya istri pertama akan sangat marah jika diminta untuk mengalah.

“Apa kamu serius?” Marisa terkejut dibuatnya.

“Aku sangat serius, kami sudah lama hidup tanpa sosok Mas Sulhan. Bahkan Risa sudah terbiasa tanpa ayahnya. Jadi untuk apa aku berharap kehadiran dia?” Marisa terdiam sejenak, wanita yang dianggapnya lemah ternyata sekuat baja. Ditatapnya Risa yang keluar dan bermain bersama teman sebayanya, tawa riangnya seakan tidak memiliki masalah atau beban sama sekali. Wanita yang seharusnya menangis meraung karena suaminya diambil wanita lain ternyata salah.

“Apa masih ada yang perlu kamù sampaikan padaku?” Marisa mengeluarkan sebuah amplop coklat yang cukup tebal dan diletakkan di atas meja. Sifa tersenyum simpul melihat aksi istri suaminya ini.

“Ini sedikit rezeki untukmu, Sifa. Aku harap–

“Bawalah kembali uang itu, aku sudah cukup bahagia dan bersyukur bisa tetap memenuhi kebutuhan dengan caraku sendiri. Tidak perlu kasihan padaku, aku sudah terbiasa dengan kehidupan seperti ini!” Marisa semakin heran dengan penolakan Sifa atas uang yang diberikannya.

“Anggap saja sebagai ganti nafkah Risa yang sudah tidak tersampaikan selama bertahun-tahun!” Sifa terkekeh dengan alasan yang diberikan Marisa. Sifa berdiri dan masuk ke kamarnya. Di meja teronggok satu tumpuk amplop berwarna putih dan membawanya ke meja ruang tamu.

Marisa terkejut melihat Sifa yang membawa setumpuk amplop kosong berwarna putih di depannya.

“Masukkan saja setiap satu lembar ke dalam amplop tersebut dan berikan kepada orang yang membutuhkan!” Marisa benar-benar tercengang dengan pemikiran Sifa. 

“Sifa, apa kamu menghinaku?”

“Apakah mengajarkanmu cara bersedekah kepada yang membutuhkan adalah suatu kesalahan?” Marisa diam sejenak, ada rasa malu karena berhadapan dengan Sifa.

“Kalau kamu ragu, ambillah kembali uangmu, kami tidak membutuhkannya. Kami akan tetap baik-baik saja tanpa nafkah dari siapapun!” Sifa meraih amplop coklat dan memberikannya kembali kepada Marisa. Tanpa berpamitan, Marisa pergi setelah mengambil uangnya kembali.

Sesampai di rumah, Marisa terkejut melihat Putri sendirian bermain di halaman rumah tanpa neneknya. Padahal dirinya sudah menitipkan Putri kepada Marni sebelum pergi ke rumah Sifa. Tidak berapa lama suara deru motor yang ditumpangi Irma dan Rana secara berboncengan datang.

“Marisa, tolong buatkan Ibu minuman yang seger!” Marisa melihat Marni sudah berada di samping Putri dan memintanya untuk membuatkan minuman untuknya. 

“Baik, Bu!” Marisa masuk ke dapur dan membuatkan minuman kesukaan Ibunya. Badannya cukup lelah hari ini, sedari pagi sudah sibuk memasak untuk semuanya. 

“Kita beruntung sekali bisa mendapatkan Marisa. Anak juragan itu begitu baik pada Ibu. Nih, untuk kalian!” Marni memberikan Irma dan Rana masing-masing uang pecahan seratus ribu sebanyak lima lembar. Tentu saja keduanya sangat senang menerima uang secara cuma-cuma.

Marisa tidak mengetahui jika dirinya juga hanya dimanfaatkan oleh Marni. Keduanya mendadak diam saat langkah Marisa mulai terdengar dari dalam.

“Marisa, darimana tadi?” Rana mulai pasang wajah sok baik pada Marisa.

“Dari jalan-jalan, Mbak! Cari angin!” Marisa sengaja menyembunyikan jika dirinya dari rumah Sifa.

“Marisa. Pinjem duit dong!” Tanpa malu, Rana mengatakan niatnya meminjam uang kepada Marisa.

“Uang? Usaha Marisa sedang terombang ambing, Mbak. Maaf jika Marisa tidak bisa bantu!” Marisa kemudian melihat wajah Rana dan muram. Marni juga memutar bola matanya dengan malas setelah mendengar kebangkrutan Marisa.

Marisa mulai merasa aneh dengan sikap kedua iparnya. Jika ada Sulhan, dirinya bak ratu di rumah ini. Namun keadaan berubah sebaliknya jika Sulhan tidak di rumah.

“Apakah Sifa dulu merasakan hal yang sama sepertiku?” Marisa hanya membatin saja sambil memperhatikan gerak gerik mertua dan iparnya.

Satu persatu mereka masuk rumah meninggalkan Marisa seorang diri. Wanita yang tidak tahu apapun dengan sifat asli keluarga suaminya.

*

Setelah Marisa pulang, seperti biasa Sifa kembali dengan pekerjaan selanjutnya yang sudah menantinya. Sebuah sumur di dalam rumah menjadi saksi perjuangan Sifa untuk memenuhi semua kebutuhan hidup bersama Risa.

“Ibu!” Risa berteriak memanggil Ibunya.

“Ada apa, Risa. Jangan berlari seperti itu, nanti jatuh!” 

“Dari Om Fadil, katanya buat Ibu!” Sifa menerima sebuah paper bag dari tangan Risa.

“Risa juga dapat dari Bu Endang!” Risa memamerkan paper bag yang sama dengan Sifa. Sifa tidak langsung membukanya, ada rasa takut jika suatu saat akan ada sesuatu yang harus dibayar untuk hadiah yang diberi.

“Ibu, kata Om Fadil, Ibu harus pakai!” Sifa terpaksa membuka paper bag dan mengeluarkan isinya. Sebuah ponsel pintar meski bukan keluaran terbaru menjadi sebuah hadiah untuk Sifa, lengkap beserta kartu perdana dan voucher pulsa di dalamnya. 

Kedua mata Sifa berkaca-kaca melihat benda yang seharusnya dimiliki sejak lama, hanya saja ada kebutuhan yang lebih penting daripada membeli sebuah ponsel.

Tok tok tok

Pintu kembali diketuk oleh seseorang. Sifa gegas keluar dan mempersilahkan tamu yang datang.

“Mbak Rina, ada apa, Mbak?”

“Hanya mau bilang padamu, Sifa. Tadi lupa waktu ada kamu. Besok aku pesan kue putu ayu dan kue pukis masing-masing seratus biji. Dan ini uang mukanya dulu, sisanya waktu kue aku ambil, besok sore aku ambil bisa kan?” 

“Alhamdulillah. Terima kasih, Mbak. Insyaallah bisa, Mbak!” Sifa bersyukur sekali mendapatkan pesanan kue yang cukup banyak. Besok dirinya tidak perlu berkeliling karena harus mengerjakan kue pesanan salah satu tetangganya.

“Alhamdulillah, dapat pesanan ya, Bu!” Risa turut senang atas kelancaran usaha Ibunya. 

Tiba-tiba Sifa dibuat terkejut saat Marni sudah berdiri di ambang pintu rumahnya dengan berkacak pinggang. Risa yang ketakutan berlari bersembunyi di balik punggung Ibunya.

Ada apa dengan Marni??

Bab terkait

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 8. Umpatan Marni

    Kedatangan Marni yang tiba-tiba sontak membuat Sifa terheran-heran. Pasalnya, Sifa sudah mengalah dan menerima kenyataan tentang Sulhan. Namun, ternyata ujian tidak sampai disitu saja. Marni dan menantunya selalu datang untuk mengganggu dengan alasan yang tidak penting.“Dasar wanita miskin tidak tahu diuntung! Kamu apakan Rana dan Irma?” Sifa dan Risa saling berpandangan. Sifa memberi isyarat pada Risa untuk masuk ke kamarnya. Risa anak yang penurut, tanpa banyak bicara Risa langsung masuk ke kamar miliknya. Kedua mata Marni menatap nyalang ke arah Sifa.“Ada apa, Bu Marni?” Tidak lagi Sifa memanggilnya dengan sebutan Ibu seperti biasanya.“Kata Rana dan Irma barusan kamu menjelekkan aku di depan warga karena memberimu rendang basi tempo hari, kamu benar-benar tidak tahu diri!” Sifa mengernyitkan kedua alisnya. Dirinya sama sekali tidak merasa menyebarkan berita keburukan Marni kepada orang lain.“Boleh Sifa tahu, siapa saja yang menjadi saksi saat Sifa mengatakan yang Bu Marni maksu

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 9. Gugatan Cerai

    Satu bulan sudah, Sifa dan Risa bisa merasakan hidup nyaman tanpa ada yang mengganggu dan tanpa ada lagi yang hanya suka menyuruhnya tanpa imbalan. Usaha kue yang dirintis mulai dikenal banyak orang. Meski promosi dari mulut ke mulut tetapi hasilnya cukup memuaskan. Hampir setiap hari Sifa mendapat pesanan dari warga sehingga Sifa sudah jarang sekali berkeliling.Sejak pukul satu dini hari, Sifa sudah berkutat dengan donat pesanan salah satu temannya untuk acara ulang tahun. Meski mengantuk, Sifa tetap berusaha menahan rasa kantuknya demi rezeki yang diterima. Tepat pukul tujuh pagi pesanan kue donat sudah siap diambil pemiliknya.“Ini uang pelunasannya, Mbak Sifa!” Rahmi yang sengaja memesan kue buatan Sifa karena rasanya cukup enak dan harga cukup terjangkau.“Sama-sama, Mbak Rahmi. Terima kasih sudah mempercayakan kepada Sifa!” Sifa melihat masih ada beberapa lebihan kue donat di nampan. Diambilnya sebuah kotak makan yang berbahan dasar kertas dan mulai mengisinya dengan beberapa b

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 10. Rahasia Soimah

    Suara Marni terdengar sumbang hingga membuat beberapa tetangga keluar. “Heh, Marni! Kamu ini apa-apaan? Suka bener bikin ribut di depan rumah orang!” Salah satu tetangga yang mulai geram dengan sikap Marni.“Suka-suka aku, Mona! Kamu ngapain di rumah terus kayak janda sebelah rumahmu aja!” Mona benar-benar kesal karena jawaban Marni.“Bu Endang maksudmu?” “Iya, siapa lagi!”“Marni, asal kamu tahu ya. Bu Endang lebih berharga daripada kamu. Meski janda tapi Bu Endang tetap sederhana dan santun. Usahanya ada dimana-mana, nggak kayak kamu, ngandelin warisan doang. Makanya kelakuanmu kayak preman tua!” Marni menghela napas besar. Ucapan Mona sanggup membungkam mulut Marni.“Bubar, yuk! Disini pada julid semua!” Marni mengajak bubar perkumpulan mereka di pos kamling. Mona cukup tenang berhasil mengusir perkumpulan Ibu-ibu yang suka bikin ramai. Marni sengaja mengajak pindah ke rumahnya supaya bebas tidak ada ucapan tidak suka dari seseorang.“Dasar si Mona. Aku akan balas dendam sama ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 11. Tidak Terduga

    Sifa menatap Risa yang tengah memainkan boneka besarnya. Sudah lama sekali keinginannya belum menjadi kenyataan dan sekarang, ada orang baik yang menghadiahkan boneka yang selama ini diinginkan.Sifa memberanikan diri keluar rumah untuk menemui Fadil. Jantung berdetak begitu cepat ketika kaki sudah berada di ambang pintu."Ada apa denganku? Tidak sepatutnya aku seperti ini!" Gumam Sifa. Sifa melanjutkan langkahnya menemui Fadil di teras."Kak Fadil, maaf lama menunggu!""Oh, tidak apa-apa, Sifa. Maaf jika aku menganggumu!" Sifa memilin pinggiran baju, pikirannya mulai tidak karuan. Khawatir akan menjadi fitnah untuk yang lain jika melihat dirinya sedang berduaan drngan Fadil."Kak, maaf jika Sifa tidak mempersilahkan Kak Fadil masuk. Karena--"Tidak apa, Aku paham, Sifa!" "Baiklah. Sifa buatkan teh hangat dulu, Kak!" Sifa kembali melangkah masuk ke dalam untuk menenangkan gejolak hatinya sesaat. Diraihnya piring dan diisi beberapa bakwan sayur yang baru saja digorengnya. Sifa kembali

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 12. Pemberian Sifa

    Obrolan mereka terhenti ketika Sifa keluar dan kembali menghampiri mereka.“Mbak Rina. Ini ada bakwan sayur untuk Mbak Rina bawa pulang. Maaf jika Sifa cuma bisa–“Bakwan sayur buatanmu enak. Aku terima bakwan ini!” Rina memotong ucapan Sifa kemudian meraih kantong plastik di tangan Sifa. “Alhamdulillah, terima kasih sudah mau menyukai makanan Sifa, Mbak!” “Makanan buatanmu semuanya enak. Andai kamu buka warung nasi, pasti ramai!” Ide yang cukup bagus bagi Sifa. “Iya, itu sangat bagus. Tapi–“Cukup jualan di depan rumah aja pasti laku! Siapa yang tidak kenal dengan masakanmu yang selalu enak!” Rina memuji masakan Sifa membuatnya malu. Sifa diam sejenak memikirkan ide dari Rina. Meski hanya tetangga tetapi Rina sosok yang baik kepada Sifa maupun dengan keluarganya.“Aku pulang dulu, Sifa. Terima kasih bakwannya!” Rina berlalu meninggalkan rumah Sifa. Kini tinggal Fadil dan dirinya di teras rumah. Hari sudah menjelang sore, Sifa merasa aneh jika harus berlama-lama bersama Fadil. Lagi

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 13. Penyesalan Sulhan

    Sejak pulang dari kampung dan bertemu Sifa, akhir-akhir ini Sulhan sering melamun sendiri di balkon rumahnya. Kenangan dan rasa bersalah seakan tidak rela membuatnya mencicipi rasa bahagianya bersama anak dan istrinya di kota.Marisa dan Putri juga sering tidak di rumah, selain diajak ke tempat usaha Marisa, Marisa sendiri mulai bosan dengan sikap dingin yang ditunjukkan Sulhan kepadanya.Dibukanya lipatan dompet miliknya dan diambilnya foto pernikahan sederhana antara dirinya dengan Sifa di masa lalu. Teringat masa sulit yang mereka lalui hingga berakhir membuatnya mengalah dan terpaksa berbuat curang demi keluar dari masa sulitnya. TingSebuah foto terkirim ke nomor ponsel Sulhan. Kedua mata Sulhan memanas melihat kebersamaan Fadil dengan Sifa. Ternyata Marni sengaja mengirim foto tersebut kepada Sulhan. Tidak ada alasan lain selain membuat Sulhan semakin membenci Sifa.“Ternyata kamu menikungku, Fadil. Beginikah sikap seorang teman sebenarnya?” Gumam Sulhan seraya menghapus foto k

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 14. Bikin rusuh

    Menjelang isya, jualan Sifa sudah habis tidak tersisa. Hari pertama berjualan yang cukup menyenangkan.“Alhamdulillah, Risa. Kita diberikan nikmat yang luar biasa. Semua dagangan Ibu habis.“Alhamdulillah, Risa senang!” Sahut Risa di sebelah Sifa yang akan membantu Ibunya beberes.Dari kejauhan dua pasang mata mulai memperhatikan aktivitas Risa dan Sifa sedang berkemas. Keduanya rela menyusuri gelapnya jalan menuju rumah Sifa.“Mbak Irma. Kita apain sekarang Sifa? Bukannya besok rencana kita akan dilakukan?” Rana menengok ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada orang yang tahu jika dirinya berdua sedang menguntit Sifa.“Aku mau memberi peringatan saja padanya. Kalau dia mengabaikan peringatanku maka aku akan berbuat lebih buruk lagi!” Sahut Irma. Keduanya menggunakan masker supaya tidak dikenali warga.Setelah Sifa dan Risa masuk dan menutup pintunya, Irma dan Rana bergegas ke halaman rumah Sifa. Di tangan Irma sudah terdapat satu kantong plastik berisi air got yang cukup bau. Air g

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 15. Marisa Marah

    PrangMarisa melempar gelas minumnya di dinding ruang kerjanya. Kemarahannya meledak setelah tahu Irma dan Rana gagal mencoba membakar rumah Sifa."Dasar tidak berguna. Membakar rumah dia saja tidak bisa!" Kedua tangannya mengepal kuat, kemarahannya tidak lagi bisa terbendung. Dilemparkannya beberapa barang yang ada di mejanya demi kepuasan hatinya.Irma dan Rana menggigil demam akibat makhluk yang menakutinya semalam. Bahkan Rana dan Irma mengalami mimpi buruk malam ini. Tidak hanya mimpi buruk, beberapa kali Rana dan Irma menjerit tanpa sadar dan mengigau bertemu makhluk itu lagi.Marni berkali-kali menenangkan mereka namun hasilnya tetap sama. Teriakan semakin menjadi-jadi bahkan setiap satu jam sekali mereka tertidur."Gini amat punya menantu. Sangat menjengkelkan sekali!" Gerutu Marni yang sejak semalam tidak bisa tidur karena harus mengurus kedua menantunya. Pagi ini kedua menantunya baru tertidur lelap. Kesempatan Marni untuk membeli sarapan karena perut sudah terasa lapar dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20

Bab terbaru

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 30. Akhir kisah Sifa

    Pov SifaBetapa beruntungnya aku, setelah pahitnya kehidupan selama tujuh tahun menikah dengan Mas Sulhan, aku mendapatkan sebuah kebahagiaan yang begitu besar. Menjadi istri dari seorang teman sejak kecil ternyata cukup menyenangkan. Kak Fadil selalu perhatian padaku meski usia pernikahan kami sudah menginjak lima tahun. Risa juga merasakan sosok ayah yang selama ini dirindukan kehadirannya.“Ibu, Risa lapar!” Sahut Risa sepulang sekolah. Aku menatap jilbab putih yang dikenakannya diletakkan begitu saja di sandaran kursi. Aku melihat Kak Fadil tersenyum ke arah Risa kemudian menasehatinya. Ternyata nasehat Kak Fadil berhasil membuat Risa paham arti jilbab sesungguhnya. Risa begitu penurut dengan ayah sambungnya meski mulai menginjak remaja, Kak Fadil memberikan aturan-aturan yang harus Risa patuhi. Aku sadar, aturan yang diberikan pada Risa adalah bentuk kasih sayang pada seorang anak perempuan.“Ibu, Ayah. Minggu depan Risa ada seleksi pertandingan karate. Doakan Risa agar lancar m

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 29. Waktu berlalu

    Waktu terus berlalu, Marisa gagal melancarkan aksinya membakar rumah Sifa di salah satu komplek. Anak buahnya berhasil digagalkan oleh warga setempat dan pelaku dibawa ke kantor polisi. Marisa yang mengetahuinya, lantas memilih kabur sehingga statusnya masuk dalam daftar pencarian orang. Marisa dibantu keluarganya, terpaksa kabur ke luar negri.Singkat cerita, lima tahun berlalu dan hari ini Marni dan juga Irma dinyatakan bebas. Sesuai rencana, mereka berdua pulang ke kampung dengan berbekal seadanya. Rumah terlihat sangat kotor karena sudah lima tahun tidak dibersihkan dan tidak ada tanda-tanda seseorang pulang ke rumah sekedar membersihkannya.“Marni, sudah bebas kamu?” Mona yang kebetulan lewat depan rumah Marni menjumpai teman lamanya itu. Akan tetapi wajah Marni tidak menunjukkan rasa senang saat disapa temannya. Malah menunjukkan tatapan angkuh.“Kamu nggak suka aku bebas, Mona?” Mona yang tadinya berharap perangai Marni berubah ternyata nihil. Perangainya masih tetap sama, bah

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 28. Berita Duka

    Uhuk uhukRana terbatuk usai melakukan shalat di sepertiga malamnya. Rana merasa dadanya sakit dan mengeluarkan bercak darah ketika batuk. Rana tidak pernah absen melakukan shalat sunnah.“Sakit!” Rintih Rana sambil memegang dadanya.“Ya Allah, hamba pasrah jika memang waktu hamba sudah dekat!” Gumam Rana sambil membersihkan bercak darah di telapak tangannya.Rana bergegas ke kamar mandi meski tubuhnya terasa lemas. Dengan gontai, Rana berusaha bisa sampai ke kamar mandi.BrukTubuh Rana limbung ke lantai, wajahnya berubah pucat dan saat itu juga Rana tengah menghembuskan nafas terakhirnya. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Rana sempat melafalkan kalimat syahadat.Keesokan harinya, salah satu tahanan menemukan Rana tewas di depan kamar mandi. Polisi segera membawa jenazah Rana ke rumah sakit untuk diotopsi. Toni yang sudah lama menyadari keadaan istrinya hanya bisa pasrah mendengar kabar duka. Toni diantar salah satu rekannya menuju ke rumah sakit untuk melihat wajah sang istri

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 27. Sah

    Hari ini adalah hari pernikahan Sifa dengan Fadil. Satu bulan setelah tertangkapnya mereka bertiga, kehidupan Sifa kembali aman tanpa gangguan dari mantan mertua ataupun mantan ipar. Janur kuning melengkung di depan rumah Sifa menjadi pertanda ada sebuah acara bahagia.Pagi ini, Sifa terlihat sangat cantik dengan balutan kebaya nuansa putih. Begitu pula dengan Fadil yang sudah berada di depan penghulu dengan baju pengantin nuansa senada. Pernikahan digelar secara sederhana dan hanya dihadiri beberapa keluarga terdekat saja.“Sifa, ayo ibu antar!” Eli menggandeng tangan Sifa ke meja penghulu. Kehadiran Sifa membuat kedua mata Fadil tidak bisa berpaling dari kecantikan Sifa.“MasyaAllah calon istriku!” Gumam Fadil. Kecantikan alami yang dimiliki Sifa sejak dulu tidak pernah lekang oleh waktu meski usia bertambah.Ijab qobul segera dimulai, sedari tadi bibir Sifa menyebut nama Allah untuk meredam rasa grogi sebelum akad dilangsungkan.Penghulu dan Fadil mulai berjabat tangan dan mengikra

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 26. Pengakuan Rana

    Marni dan Irma kini hendak dalam perjalanan dari bandara ke lokasi yang dituju dengan menggunakan jasa travel yang sudah dipesan. Namun alangkah terkejutnya ketika mobil travel yang ditumpanginya diberhentikan oleh orang tidak dikenal. Alhasil semua penumpang travel itu turun dan menjalani pemeriksaan. Tiba-tiba kedua tangan Irma dan Marni diborgol.“Loh, kenapa saya diborgol?” Pekik Marni ketika melihat dua tangannya sudah terborgol.Marni merasa cukup malu ketika tatapan semua penumpang tertuju padanya. Irma juga protes namun sebuah mobil polisi akhirnya datang dan membawa mereka berdua.Marni dan Irma kembali dibawa ke Jakarta dengan menggunakan mobil polisi. Kedua mata Irma dan Marni terbelalak melihat Rana sudah berada di kantor yang sama. Marni dan Irma memperhatikan penampilan Rana yang sudah berhijrah dari atas ke bawah.“Ini pasti karena kamu, Rana!” Irma menuduh Rana. “Dasar menantu durhaka!” Pekik Marni membuat gaduh kantor polisi tersebut. “Ibu, Mbak Irma. Semua perbuata

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 25. Perhatian

    Kedua mata Fadil melihat sosok Marisa dari kejauhan seperti tengah mempersiapkan sesuatu. Marisa kini berada di bagian sudut lain seakan bersiap melakukan sesuatu. Fadil merasa tidak enak, berlanjut mengajak mereka berdua ke arah keramaian.“Om, Jerapahnya tinggi banget lehernya!” Fadil hanya fokus pada Marisa yang terlihat mencurigakan.“Om! Kok melamun sih!” Sifa melihat Fadil seperti memperhatikan sesuatu.“Ada apa, Kak? Apa ada sesuatu?” “Tidak ada apa-ap, Sifa. Kita agak kesana ya!” Fadil berbaur dengan pengunjung lain supaya Marisa tidak bisa menjalankan aksinya.“Istri Sulhan membawa pistol, ini gila!” Gumam Fadil Dor dor dor “Aaaa!” Risa terkejut dengan suara ledakan tidak jauh darinya. Kedua tangannya menutup kedua telinganya.Tiga peluru peluru melesat mengenai tiang besi yang tidak jauh dari Risa berdiri, semua pengunjung panik karena sebuah tembakan menyasar. Tanpa berpikir panjang, Fadil menggendong Risa dan menggenggam tangan Sifa mengajaknya menjauhi area berbahaya t

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 24. Menguntit

    Marni gelisah menatap kedua menantunya yang tengah bersitegang. Niat hati ingin melerai mereka, khawatir menjadi sasaran amukan Marisa. “Dasar wanita sombong!” Pekik Irma pada Marisa di depannya.“Setidaknya masih ada yang bisa aku sombongkan daripada kamu, tukang ghibah!” Kedua mata Marisa juga melirik ke arah Marni. Marni seketika terdiam karena lirikan tajam dari Marisa.“Su-sudah! Jangan bertengkar lagi! Harusnya kita selesaikan semua rencana yang gagal ini!” Marni mengumpulkan keberanian untuk melerai mereka. Marni sendiri khawatir jika ada tetangga atau siapapun mendengar perdebatan mereka.“Ibu dan Irma saja yang pikirkan, aku ingin semua beres!” Marisa dengan santainya meminta semua beres. Irma yang tadinya duduk di sampingnya kembali berdiri menatap nyalang ke arah Marisa.“Kamu mau cuci tangan atas kejahatan yang kau rancang?” Irma bahkan menunjuk wajah Marisa yang tengah memperlihatkan kuku cantiknya.“Aku sudah membayar mahal kalian!” Marisa tetap tidak mau mengalah.“Irm

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 23. Jawaban Sifa

    Sifa diam sejenak, ditatapnya wajah Risa seakan sangat menginginkan Fadil menjadi seorang ayah untuknya. Sifa tidak menyalahkan keinginan Risa, anak sekecil itu memang membutuhkan seorang ayah.“Aku tidak pernah salah pilih, bahkan aku rela menunggu sampai kamu menerima cintaku! Pencapaianku tidak ada artinya kecuali ada kamu disampingku!” Kedua mata mereka saling bertatapan. Eli sudah sangat berharap jika Sifa memberikan jawaban.“Sifa, mungkin keputusan ini cukup berat untukmu. Tetapi, Ibu sangat berharap jika kamu bisa menerima cinta Fadil! Ibu yakin jika Fadil akan membahagiakan dan menjaga kalian berdua. Kalian berdua hidup sendiri sudah membuat Ibu kepikiran.” Eli memegang kedua tangan Sifa seolah memohon kepadanya.“Bu Eli memang wanita yang sangat baik seperti Bu Imah. Apakah Bu Eli tidak ingin memiliki menantu yang lebih baik dari Sifa?” “Jika di depan Ibu sudah ada kamu, maka tidak ada keinginan memiliki menantu lain selain kamu, Sifa!” Eli menunduk pasrah jika nanti Sifa m

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 22. Irma VS Marisa

    Marni dan juga Irma sangat terkejut usai membaca pesan bernada emosi dari Marisa yang mengatakan jika Sifa dan Risa masih hidup.“Ba-bagaimana bisa mereka berdua masih hidup?” Marni jatuh terduduk usai menerima pesan berisi foto Sifa dan Risa. Wajah Marni yang biasanya terlihat angkuh dan sombong, kini berubah pucat.“Penampilan Sifa berubah seperti orang kaya!” Irma kembali menelisik foto Sifa dan Risa. Penampilan yang dulunya sering dia bilang dekil dan udik sekarang berubah menjadi wanita yang anggun dan cantik. Ada rasa iri melihat kecantikan yang dimiliki Sifa. Kecantikan yang baru terlihat ketika sudah membuangnya bahkan hampir melenyapkannya.“Bagaimana jika Sifa akan melaporkan kita kepada polisi?” Pandangan Irma sudah terlalu jauh, bahkan takut jika harus mendekam di balik jeruji.“Kita seret juga Marisa bersama kita. Dia menjadi dalang di balik pembakaran rumah Sifa!” sahut Marni seolah tidak terima jika Marisa nantinya tidak ikut terseret dalam proses hukum.“Semoga Sifa t

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status