Share

Bab 6. Tidak diakui

Author: Eka Sa'diyah
last update Last Updated: 2024-01-16 10:38:03

Risa kembali berjalan ke mushola dengan derai air mata yang akhirnya lolos juga. Rindu untuk ayah ternyata harus pupus karena keluarga ayahnya sendiri. Risa gegas mengusap air matanya dengan kasar ketika sudah memasuki pagar mushola.

“Tidak apa tanpa ayah! Asalkan ada Ibu!” Risa menyemangati dirinya sendiri. Risa berkumpul dengan teman sebayanya saat sudah sampai di mushola. Tawa Risa pecah ketika sudah bercanda dengan teman-temannya. 

Sulhan mengemas semua barang miliknya ke dalam koper tanpa berkomentar apapun meski ada Marisa di sampingnya.

“Mas, kamu mau pulang sekarang? Kenapa tidak besok saja, ini sudah sore!” Marisa yang sedang mengompres Putri terkejut melihat yang Sulhan lakukan.

“Hmm. Tetaplah disini, aku akan jemput kamu satu minggu lagi!” Tidak ada yang bisa Marisa ucapkan kecuali hanya diam. Sulhan terlihat muram dan benar-benar tidak bisa diganggu. Marisa terpaksa mengiyakan ucapan Sulhan karena tidak mungkin juga harus kembali ke kota dengan keadaan Putri yang masih sakit.

Usai berpamitan Sulhan melajukan mobilnya melintasi jalanan kampung yang tidak begitu baik. Beberapa badan jalan banyak yang berlubang karena terkikis air hujan.

Mobil dihentikan sejenak di tepi jalan, ditatapnya kembali rumah milik mendiang keluarga Sifa. Rumah yang pernah menjadi tempat tinggalnya dulu. 

“Kenapa anda kemari?” Sulhan terkejut melihat Risa sudah berada di sampingnya dengan tatapan tidak suka.

“Risa, Ayah kangen!” Teringat ucapan Rana yang mengatakan jika ayahnya sudah punya anak lagi.

“Anda bukan ayah Risa lagi. Untuk apa pulang kalau sudah punya pengganti Ibu!” Sulhan berjongkok memposisikan dirinya supaya sepadan dengan Risa.

“Tapi Ayah ini tetap–

“Sebaiknya Om pergi saja! Daripada Bude Rana menghina Risa lagi!” Risa berlalu meninggalkan Sulhan yang diam menatapnya menjauh darinya. Bocah sekecil itu sudah tidak menganggapnya sebagai seorang ayah lagi. Hati hancur berkeping-keping karena ucapan Risa. Hati Sulhan seperti mendapat tamparan keras dari seorang anak kecil.

Sulhan duduk di kemudi mobilnya, kedua tangannya mencengkram kuat merutuki nasibnya saat ini.

Tidak berapa lama, Sulhan kembali melajukan mobilnya kembali ke kota. Kota yang menjadikan Sulhan berubah.

“Assalamu alaikum!” Risa membuka pintu rumahnya sambil mengucap salam dan kemudian mencium punggung telapak tangan Ibunya.

“Waalaikum salam!” Sifa menyambut kedatangan Risa. 

“Ibu, Risa tadi ketemu ayah!” Dada Sifa bergemuruh mendengar cerita Risa. Risa menceritakan semua, bahkan saat bertemu Rana saat berangkat ke mushola.

Berkali-kali Sifa mengucapkan istighfar dan berkali-kali pula Sifa memberikan nasehat kepada anak semata wayang.

“Oh ya, Bu. Tadi Bu Endang menitipkan ini pada Ibu!” Risa membuka resleting ranselnya dan mengeluarkan sebuah kotak makan terbuat dari plastik. Risa memberikannya kepada Sifa sebagai bentuk amanah dari Bu Endang. Kedua mata Sifa berkaca-kaca saat melihat isi dari kotak plastik tersebut. Rendang daging yang selama ini diinginkan Risa sudah berada di tangannya.

“Alhamdulillah, Ya Allah! Engkau berikan rezeki kepada kami melalui orang yang baik!” Risa terlihat begitu gembira melihat rendang daging yang diinginkan sudah di depan mata. Aromanya bahkan sangat menggugah selera.

Malam ini mereka sangat bersyukur sekali bisa menikmati daging rendang yang diinginkan selama ini. 

“Ibu, ini enak sekali!” Sahut Risa saat makan.

“Risa. Sebaiknya makan jangan sambil bicara, nanti tersedak!” Risa hanya mengangguk dan melanjutkan makannya lagi. Sifa hanya mengambil sepotong saja dan bumbu yang lebih banyak. Bagi Sifa ini sudah lebih dari cukup mengingat Risa sangat menyukai daging rendang.

“Alhamdulillah, Risa kenyang!” Risa mengusap perutnya yang kekenyangan.

“Habis ini salat magrib dulu lanjut mengaji dengan Ibu!”

“Siap, Bos!” Risa segera ke kamar mandi dan mengambil air wudhu sebelum melakukan salat magrib berjamaah.

Brak brak brak

Tiba-tiba saja pintu digedor dengan sangat keras. Sifa berlari kecil untuk membuka pintu rumahnya. Kedua mata Sifa membola sempurna saat melihat Marisa dan Rana sudah berdiri di depan pintu dengan berkacak pinggang.

“Heh, wanita gatel! Apa yang kau lakukan pada suamiku?” Tiba-tiba saja Marisa mendorong Sifa hingga tersungkur. Hal ini membuat Rana tersenyum puas.

“Apa maksudmu? Dan kamu siapa?” Sifa bangkit dari posisinya yang jatuh tersungkur.

“Aku istri Mas Sulhan. Lelaki yang kamu cintai!”Sifa memicingkan kedua matanya menatap istri kedua suaminya.

“Harusnya kamu malu menyebut Sifa wanita gatal. Bukannya kamu yang wanita gatal?” Rana dan Marisa menoleh ke sumber suara. Di depan mereka berdiri sosok Bu Endang dengan melipat tangannya di dada. Rana memutar kedua bola matanya dengan malas melihat sosok wanita paruh baya yang dianggapnya terlalu ikut campur urusan keluarganya.

“Apa maksud anda?” Bu Endang maju beberapa langkah, keduanya bahkan menatap nyalang ke arah Rana yang tiba-tiba nyalinya menciut.

“Sifa, dia wanita yang pertama kali dinikahi Sulhan. Dan Risa, anak yang ditinggal menikah denganmu atas dasar perjodohan dengan alasan pergi merantau. Apakah mulutmu masih mau mengatakan jika dia wanita gatal?” Wajah Marisa seketika berubah pucat. Kegaduhan yang mereka buat menjadi pertunjukan beberapa warga yang kebetulan melintas.

“Oh, ini pelakor pilihan Marni!” Tatapan warga terlihat tidak suka kepada Marisa dan Rana. Sebutan pelakor menjadi momok menakutkan padanya.

“A-aku bukan pelakor!” Teriak Marisa pada warga yang berkumpul melihatnya. Rencana melabrak Sifa gagal dan berbalik kepadanya.

“Bu, sudah! Kasihan dia,” Sifa meminta Bu Endang untuk tetap tenang. 

“Tidak bisa! Sudah cukup kamu diperlakukan seperti ini. Mana si Sulhan, bilang ke dia, lebih baik ceraikan Sifa sekarang juga dan berbahagia dengan keluarga baru pilihan Ibunya!” Suara Bu Endang semakin meninggi membuatnya semakin ciut nyali.

Rana bahkan mulai ketar ketir karena beberapa warga mulai merekam kejadian ini. Rana dengan cepat menarik tangan Marisa dan pergi menjauhi kerumunan warga di depan rumah Sifa.

“Bisa hancur pamorku sebagai selebgram kalau aku disini!” Gumam Rana setengah berlari. Marisa di belakangnya bahkan terengah engah kesulitan berjalan cepat seperti Rana.

Marisa benar-benar terpukul mendengar kenyataan sebenarnya mengenai sosok Sifa. Ditatapnya Putri yang masih tertidur usai minum obat.

“Pantas saja dia mau pulang cepat!” Marisa baru sadar jika Sulhan tidak ingin berlama-lama di kampung.

“Apakah aku sejahat ini telah merebut suami orang?” Marisa terisak di samping Putri.

“Aku tidak sengaja sudah merebutnya dan aku tidak ingin Putri kehilangan ayahnya. Aku harus tetap mempertahankan Mas Sulhan bagaimanapun caranya!” Marisa menatap cermin memperhatikan wajahnya.

“Aku masih cantik, aku tidak akan tersaingi!” Marisa tersenyum licik di depan cermin.

Keesokan harinya Sifa kembali beraktivitas seperti biasanya. Berjualan kue buatannya sendiri keliling kampung. Bahkan Sifa juga menjajakan kue buatannya di depan sekolah karena banyak sekali orang tua menunggu anaknya sampai pulang sekolah.

“Sifa!” Suara yang amat dikenalnya. Dari kejauhan terlihat Fadil melambaikan tangan ke arahnya. Risa juga ternyata sudah bersama Fadil usai pulang sekolah.

“Kak Fadil, terima kasih sudah menjaga Risa. Sifa pikir Risa belum keluar kelas!” 

“Sama-sama, Sifa. Oh ya, besok aku kembali ke kota. Kamu dan Risa jaga diri baik-baik ya. Kata Bude, semalam ada kegaduhan di rumah kamu!” Ternyata Bu Endang menceritakan semua yang terjadi pada Sifa semalam.

“Sudah, jangan terlalu dipikirkan. Sifa akan selalu aman bersama Risa!” Tatapan Fadil selalu terfokus pada Sifa.

“Kak Fadil hati-hati kalau berangkat!” sambung Sifa.

“Siap, Sifa!” Fadil kembali ke rumahnya, begitu pula dengan Risa dan Sifa.

Di tengah jalan yang cukup sepi keduanya kembali dihadang Rana dan Irma. Kedua iparnya yang tidak pernah puas menghinanya.

“Bu, kenapa ada patung di depan kita?” Sifa menahan tawa karena pertanyaan Risa, bahkan menganggap kedua Bude nya adalah patung.

“Hush! Tidak boleh begitu!” Meski begitu, Sifa tidak lantas mendukung ucapan Risa, karena memang tidak sepatutnya seperti itu.

Kini Sifa dan Risa tengah berhadapan dengan Rana dan Irma. Tatapan Rana dan Irma terlihat nyalang kepada Sifa.

“Heh, Sifa!” 

“Ada apa, Mbak?” Sifa terlihat santai menghadapi dua wanita di depannya. Sudah tidak ada lagi rasa takut padanya.

“Kamu tidak berhak tinggal di kampung ini!” Rana mengarahkan jari telunjuknya ke wajah Sifa.

“Apa hak Mbak Rana hingga mau mengusir kami?” Rana terdiam, hal ini semakin membuat Sifa ingin mengerjainya.

“Ya pokoknya kamu harus pergi dari kampung ini!” Sungguh perkataan yang tidak masuk akal. Mengusir tanpa alasan yang jelas.

“Baiklah, asal dengan satu syarat!” Rana dan Irma saling bertatapan kemudian mengangguk.

“Ajukan saja!” Irma dengan wajah menantang Sifa.

“Mbak Irma dan Mbak Rana boleh mengusir kami di depan semua warga kampung!” Seketika Irma dan Rana terdiam. Tidak mungkin dirinya membuat gara-gara dengan warga kampung dengan cara mengusir Sifa tanpa alasan yang jelas.

“Bagaimana, Mbak? Berani?” 

Berani atau tidak ya,,,

Related chapters

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 7. Kedatangan Marisa

    Irma dan Rana saling bertatapan, belum ada keputusan berani atau tidak mengusir Sifa di saksikan warga.“Sama saja dengan mencari gara-gara, Mbak Irma!” Bisik Rana kepada Irma. “Iya, bisa berabe kalau begini!” Sahut Irma. Dari jauh terlihat Bu Endang dan Fadil tengah memperhatikan mereka bertiga. Bu Endang hanya tersenyum simpul melihat Irma dan Rana mati kutu karena syarat dari Sifa.Tanpa menjawab sepatah kata, Irma dan Rana segera meninggalkan Sifa. Keduanya mulai mencari cara untuk mengusir Sifa dari kampungnya. Ketika sampai di rumah, Sifa terkejut dengan kehadiran sosok Marisa yang berdiri di depan pintu rumahnya. Ada rasa malas untuk menemuinya salah satu dari anggota keluarga Marni, namun tidak pantas jika Sifa membiarkannya menunggu.“Assalamu alaikum!” Marisa berbalik dan mendapati Sifa berada di belakangnya dengan membawa keranjang jualannya yang sudah kosong.“Waalaikum salam!” Jawab Marisa. Sifa membuka pintu dan mempersilahkan Marisa masuk.Marisa duduk di sebuah kursi

    Last Updated : 2024-01-16
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 8. Umpatan Marni

    Kedatangan Marni yang tiba-tiba sontak membuat Sifa terheran-heran. Pasalnya, Sifa sudah mengalah dan menerima kenyataan tentang Sulhan. Namun, ternyata ujian tidak sampai disitu saja. Marni dan menantunya selalu datang untuk mengganggu dengan alasan yang tidak penting.“Dasar wanita miskin tidak tahu diuntung! Kamu apakan Rana dan Irma?” Sifa dan Risa saling berpandangan. Sifa memberi isyarat pada Risa untuk masuk ke kamarnya. Risa anak yang penurut, tanpa banyak bicara Risa langsung masuk ke kamar miliknya. Kedua mata Marni menatap nyalang ke arah Sifa.“Ada apa, Bu Marni?” Tidak lagi Sifa memanggilnya dengan sebutan Ibu seperti biasanya.“Kata Rana dan Irma barusan kamu menjelekkan aku di depan warga karena memberimu rendang basi tempo hari, kamu benar-benar tidak tahu diri!” Sifa mengernyitkan kedua alisnya. Dirinya sama sekali tidak merasa menyebarkan berita keburukan Marni kepada orang lain.“Boleh Sifa tahu, siapa saja yang menjadi saksi saat Sifa mengatakan yang Bu Marni maksu

    Last Updated : 2024-01-18
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 9. Gugatan Cerai

    Satu bulan sudah, Sifa dan Risa bisa merasakan hidup nyaman tanpa ada yang mengganggu dan tanpa ada lagi yang hanya suka menyuruhnya tanpa imbalan. Usaha kue yang dirintis mulai dikenal banyak orang. Meski promosi dari mulut ke mulut tetapi hasilnya cukup memuaskan. Hampir setiap hari Sifa mendapat pesanan dari warga sehingga Sifa sudah jarang sekali berkeliling.Sejak pukul satu dini hari, Sifa sudah berkutat dengan donat pesanan salah satu temannya untuk acara ulang tahun. Meski mengantuk, Sifa tetap berusaha menahan rasa kantuknya demi rezeki yang diterima. Tepat pukul tujuh pagi pesanan kue donat sudah siap diambil pemiliknya.“Ini uang pelunasannya, Mbak Sifa!” Rahmi yang sengaja memesan kue buatan Sifa karena rasanya cukup enak dan harga cukup terjangkau.“Sama-sama, Mbak Rahmi. Terima kasih sudah mempercayakan kepada Sifa!” Sifa melihat masih ada beberapa lebihan kue donat di nampan. Diambilnya sebuah kotak makan yang berbahan dasar kertas dan mulai mengisinya dengan beberapa b

    Last Updated : 2024-01-18
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 10. Rahasia Soimah

    Suara Marni terdengar sumbang hingga membuat beberapa tetangga keluar. “Heh, Marni! Kamu ini apa-apaan? Suka bener bikin ribut di depan rumah orang!” Salah satu tetangga yang mulai geram dengan sikap Marni.“Suka-suka aku, Mona! Kamu ngapain di rumah terus kayak janda sebelah rumahmu aja!” Mona benar-benar kesal karena jawaban Marni.“Bu Endang maksudmu?” “Iya, siapa lagi!”“Marni, asal kamu tahu ya. Bu Endang lebih berharga daripada kamu. Meski janda tapi Bu Endang tetap sederhana dan santun. Usahanya ada dimana-mana, nggak kayak kamu, ngandelin warisan doang. Makanya kelakuanmu kayak preman tua!” Marni menghela napas besar. Ucapan Mona sanggup membungkam mulut Marni.“Bubar, yuk! Disini pada julid semua!” Marni mengajak bubar perkumpulan mereka di pos kamling. Mona cukup tenang berhasil mengusir perkumpulan Ibu-ibu yang suka bikin ramai. Marni sengaja mengajak pindah ke rumahnya supaya bebas tidak ada ucapan tidak suka dari seseorang.“Dasar si Mona. Aku akan balas dendam sama ka

    Last Updated : 2024-01-18
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 11. Tidak Terduga

    Sifa menatap Risa yang tengah memainkan boneka besarnya. Sudah lama sekali keinginannya belum menjadi kenyataan dan sekarang, ada orang baik yang menghadiahkan boneka yang selama ini diinginkan.Sifa memberanikan diri keluar rumah untuk menemui Fadil. Jantung berdetak begitu cepat ketika kaki sudah berada di ambang pintu."Ada apa denganku? Tidak sepatutnya aku seperti ini!" Gumam Sifa. Sifa melanjutkan langkahnya menemui Fadil di teras."Kak Fadil, maaf lama menunggu!""Oh, tidak apa-apa, Sifa. Maaf jika aku menganggumu!" Sifa memilin pinggiran baju, pikirannya mulai tidak karuan. Khawatir akan menjadi fitnah untuk yang lain jika melihat dirinya sedang berduaan drngan Fadil."Kak, maaf jika Sifa tidak mempersilahkan Kak Fadil masuk. Karena--"Tidak apa, Aku paham, Sifa!" "Baiklah. Sifa buatkan teh hangat dulu, Kak!" Sifa kembali melangkah masuk ke dalam untuk menenangkan gejolak hatinya sesaat. Diraihnya piring dan diisi beberapa bakwan sayur yang baru saja digorengnya. Sifa kembali

    Last Updated : 2024-01-19
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 12. Pemberian Sifa

    Obrolan mereka terhenti ketika Sifa keluar dan kembali menghampiri mereka.“Mbak Rina. Ini ada bakwan sayur untuk Mbak Rina bawa pulang. Maaf jika Sifa cuma bisa–“Bakwan sayur buatanmu enak. Aku terima bakwan ini!” Rina memotong ucapan Sifa kemudian meraih kantong plastik di tangan Sifa. “Alhamdulillah, terima kasih sudah mau menyukai makanan Sifa, Mbak!” “Makanan buatanmu semuanya enak. Andai kamu buka warung nasi, pasti ramai!” Ide yang cukup bagus bagi Sifa. “Iya, itu sangat bagus. Tapi–“Cukup jualan di depan rumah aja pasti laku! Siapa yang tidak kenal dengan masakanmu yang selalu enak!” Rina memuji masakan Sifa membuatnya malu. Sifa diam sejenak memikirkan ide dari Rina. Meski hanya tetangga tetapi Rina sosok yang baik kepada Sifa maupun dengan keluarganya.“Aku pulang dulu, Sifa. Terima kasih bakwannya!” Rina berlalu meninggalkan rumah Sifa. Kini tinggal Fadil dan dirinya di teras rumah. Hari sudah menjelang sore, Sifa merasa aneh jika harus berlama-lama bersama Fadil. Lagi

    Last Updated : 2024-01-19
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 13. Penyesalan Sulhan

    Sejak pulang dari kampung dan bertemu Sifa, akhir-akhir ini Sulhan sering melamun sendiri di balkon rumahnya. Kenangan dan rasa bersalah seakan tidak rela membuatnya mencicipi rasa bahagianya bersama anak dan istrinya di kota.Marisa dan Putri juga sering tidak di rumah, selain diajak ke tempat usaha Marisa, Marisa sendiri mulai bosan dengan sikap dingin yang ditunjukkan Sulhan kepadanya.Dibukanya lipatan dompet miliknya dan diambilnya foto pernikahan sederhana antara dirinya dengan Sifa di masa lalu. Teringat masa sulit yang mereka lalui hingga berakhir membuatnya mengalah dan terpaksa berbuat curang demi keluar dari masa sulitnya. TingSebuah foto terkirim ke nomor ponsel Sulhan. Kedua mata Sulhan memanas melihat kebersamaan Fadil dengan Sifa. Ternyata Marni sengaja mengirim foto tersebut kepada Sulhan. Tidak ada alasan lain selain membuat Sulhan semakin membenci Sifa.“Ternyata kamu menikungku, Fadil. Beginikah sikap seorang teman sebenarnya?” Gumam Sulhan seraya menghapus foto k

    Last Updated : 2024-01-19
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 14. Bikin rusuh

    Menjelang isya, jualan Sifa sudah habis tidak tersisa. Hari pertama berjualan yang cukup menyenangkan.“Alhamdulillah, Risa. Kita diberikan nikmat yang luar biasa. Semua dagangan Ibu habis.“Alhamdulillah, Risa senang!” Sahut Risa di sebelah Sifa yang akan membantu Ibunya beberes.Dari kejauhan dua pasang mata mulai memperhatikan aktivitas Risa dan Sifa sedang berkemas. Keduanya rela menyusuri gelapnya jalan menuju rumah Sifa.“Mbak Irma. Kita apain sekarang Sifa? Bukannya besok rencana kita akan dilakukan?” Rana menengok ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada orang yang tahu jika dirinya berdua sedang menguntit Sifa.“Aku mau memberi peringatan saja padanya. Kalau dia mengabaikan peringatanku maka aku akan berbuat lebih buruk lagi!” Sahut Irma. Keduanya menggunakan masker supaya tidak dikenali warga.Setelah Sifa dan Risa masuk dan menutup pintunya, Irma dan Rana bergegas ke halaman rumah Sifa. Di tangan Irma sudah terdapat satu kantong plastik berisi air got yang cukup bau. Air g

    Last Updated : 2024-01-19

Latest chapter

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 30. Akhir kisah Sifa

    Pov SifaBetapa beruntungnya aku, setelah pahitnya kehidupan selama tujuh tahun menikah dengan Mas Sulhan, aku mendapatkan sebuah kebahagiaan yang begitu besar. Menjadi istri dari seorang teman sejak kecil ternyata cukup menyenangkan. Kak Fadil selalu perhatian padaku meski usia pernikahan kami sudah menginjak lima tahun. Risa juga merasakan sosok ayah yang selama ini dirindukan kehadirannya.“Ibu, Risa lapar!” Sahut Risa sepulang sekolah. Aku menatap jilbab putih yang dikenakannya diletakkan begitu saja di sandaran kursi. Aku melihat Kak Fadil tersenyum ke arah Risa kemudian menasehatinya. Ternyata nasehat Kak Fadil berhasil membuat Risa paham arti jilbab sesungguhnya. Risa begitu penurut dengan ayah sambungnya meski mulai menginjak remaja, Kak Fadil memberikan aturan-aturan yang harus Risa patuhi. Aku sadar, aturan yang diberikan pada Risa adalah bentuk kasih sayang pada seorang anak perempuan.“Ibu, Ayah. Minggu depan Risa ada seleksi pertandingan karate. Doakan Risa agar lancar m

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 29. Waktu berlalu

    Waktu terus berlalu, Marisa gagal melancarkan aksinya membakar rumah Sifa di salah satu komplek. Anak buahnya berhasil digagalkan oleh warga setempat dan pelaku dibawa ke kantor polisi. Marisa yang mengetahuinya, lantas memilih kabur sehingga statusnya masuk dalam daftar pencarian orang. Marisa dibantu keluarganya, terpaksa kabur ke luar negri.Singkat cerita, lima tahun berlalu dan hari ini Marni dan juga Irma dinyatakan bebas. Sesuai rencana, mereka berdua pulang ke kampung dengan berbekal seadanya. Rumah terlihat sangat kotor karena sudah lima tahun tidak dibersihkan dan tidak ada tanda-tanda seseorang pulang ke rumah sekedar membersihkannya.“Marni, sudah bebas kamu?” Mona yang kebetulan lewat depan rumah Marni menjumpai teman lamanya itu. Akan tetapi wajah Marni tidak menunjukkan rasa senang saat disapa temannya. Malah menunjukkan tatapan angkuh.“Kamu nggak suka aku bebas, Mona?” Mona yang tadinya berharap perangai Marni berubah ternyata nihil. Perangainya masih tetap sama, bah

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 28. Berita Duka

    Uhuk uhukRana terbatuk usai melakukan shalat di sepertiga malamnya. Rana merasa dadanya sakit dan mengeluarkan bercak darah ketika batuk. Rana tidak pernah absen melakukan shalat sunnah.“Sakit!” Rintih Rana sambil memegang dadanya.“Ya Allah, hamba pasrah jika memang waktu hamba sudah dekat!” Gumam Rana sambil membersihkan bercak darah di telapak tangannya.Rana bergegas ke kamar mandi meski tubuhnya terasa lemas. Dengan gontai, Rana berusaha bisa sampai ke kamar mandi.BrukTubuh Rana limbung ke lantai, wajahnya berubah pucat dan saat itu juga Rana tengah menghembuskan nafas terakhirnya. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Rana sempat melafalkan kalimat syahadat.Keesokan harinya, salah satu tahanan menemukan Rana tewas di depan kamar mandi. Polisi segera membawa jenazah Rana ke rumah sakit untuk diotopsi. Toni yang sudah lama menyadari keadaan istrinya hanya bisa pasrah mendengar kabar duka. Toni diantar salah satu rekannya menuju ke rumah sakit untuk melihat wajah sang istri

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 27. Sah

    Hari ini adalah hari pernikahan Sifa dengan Fadil. Satu bulan setelah tertangkapnya mereka bertiga, kehidupan Sifa kembali aman tanpa gangguan dari mantan mertua ataupun mantan ipar. Janur kuning melengkung di depan rumah Sifa menjadi pertanda ada sebuah acara bahagia.Pagi ini, Sifa terlihat sangat cantik dengan balutan kebaya nuansa putih. Begitu pula dengan Fadil yang sudah berada di depan penghulu dengan baju pengantin nuansa senada. Pernikahan digelar secara sederhana dan hanya dihadiri beberapa keluarga terdekat saja.“Sifa, ayo ibu antar!” Eli menggandeng tangan Sifa ke meja penghulu. Kehadiran Sifa membuat kedua mata Fadil tidak bisa berpaling dari kecantikan Sifa.“MasyaAllah calon istriku!” Gumam Fadil. Kecantikan alami yang dimiliki Sifa sejak dulu tidak pernah lekang oleh waktu meski usia bertambah.Ijab qobul segera dimulai, sedari tadi bibir Sifa menyebut nama Allah untuk meredam rasa grogi sebelum akad dilangsungkan.Penghulu dan Fadil mulai berjabat tangan dan mengikra

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 26. Pengakuan Rana

    Marni dan Irma kini hendak dalam perjalanan dari bandara ke lokasi yang dituju dengan menggunakan jasa travel yang sudah dipesan. Namun alangkah terkejutnya ketika mobil travel yang ditumpanginya diberhentikan oleh orang tidak dikenal. Alhasil semua penumpang travel itu turun dan menjalani pemeriksaan. Tiba-tiba kedua tangan Irma dan Marni diborgol.“Loh, kenapa saya diborgol?” Pekik Marni ketika melihat dua tangannya sudah terborgol.Marni merasa cukup malu ketika tatapan semua penumpang tertuju padanya. Irma juga protes namun sebuah mobil polisi akhirnya datang dan membawa mereka berdua.Marni dan Irma kembali dibawa ke Jakarta dengan menggunakan mobil polisi. Kedua mata Irma dan Marni terbelalak melihat Rana sudah berada di kantor yang sama. Marni dan Irma memperhatikan penampilan Rana yang sudah berhijrah dari atas ke bawah.“Ini pasti karena kamu, Rana!” Irma menuduh Rana. “Dasar menantu durhaka!” Pekik Marni membuat gaduh kantor polisi tersebut. “Ibu, Mbak Irma. Semua perbuata

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 25. Perhatian

    Kedua mata Fadil melihat sosok Marisa dari kejauhan seperti tengah mempersiapkan sesuatu. Marisa kini berada di bagian sudut lain seakan bersiap melakukan sesuatu. Fadil merasa tidak enak, berlanjut mengajak mereka berdua ke arah keramaian.“Om, Jerapahnya tinggi banget lehernya!” Fadil hanya fokus pada Marisa yang terlihat mencurigakan.“Om! Kok melamun sih!” Sifa melihat Fadil seperti memperhatikan sesuatu.“Ada apa, Kak? Apa ada sesuatu?” “Tidak ada apa-ap, Sifa. Kita agak kesana ya!” Fadil berbaur dengan pengunjung lain supaya Marisa tidak bisa menjalankan aksinya.“Istri Sulhan membawa pistol, ini gila!” Gumam Fadil Dor dor dor “Aaaa!” Risa terkejut dengan suara ledakan tidak jauh darinya. Kedua tangannya menutup kedua telinganya.Tiga peluru peluru melesat mengenai tiang besi yang tidak jauh dari Risa berdiri, semua pengunjung panik karena sebuah tembakan menyasar. Tanpa berpikir panjang, Fadil menggendong Risa dan menggenggam tangan Sifa mengajaknya menjauhi area berbahaya t

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 24. Menguntit

    Marni gelisah menatap kedua menantunya yang tengah bersitegang. Niat hati ingin melerai mereka, khawatir menjadi sasaran amukan Marisa. “Dasar wanita sombong!” Pekik Irma pada Marisa di depannya.“Setidaknya masih ada yang bisa aku sombongkan daripada kamu, tukang ghibah!” Kedua mata Marisa juga melirik ke arah Marni. Marni seketika terdiam karena lirikan tajam dari Marisa.“Su-sudah! Jangan bertengkar lagi! Harusnya kita selesaikan semua rencana yang gagal ini!” Marni mengumpulkan keberanian untuk melerai mereka. Marni sendiri khawatir jika ada tetangga atau siapapun mendengar perdebatan mereka.“Ibu dan Irma saja yang pikirkan, aku ingin semua beres!” Marisa dengan santainya meminta semua beres. Irma yang tadinya duduk di sampingnya kembali berdiri menatap nyalang ke arah Marisa.“Kamu mau cuci tangan atas kejahatan yang kau rancang?” Irma bahkan menunjuk wajah Marisa yang tengah memperlihatkan kuku cantiknya.“Aku sudah membayar mahal kalian!” Marisa tetap tidak mau mengalah.“Irm

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 23. Jawaban Sifa

    Sifa diam sejenak, ditatapnya wajah Risa seakan sangat menginginkan Fadil menjadi seorang ayah untuknya. Sifa tidak menyalahkan keinginan Risa, anak sekecil itu memang membutuhkan seorang ayah.“Aku tidak pernah salah pilih, bahkan aku rela menunggu sampai kamu menerima cintaku! Pencapaianku tidak ada artinya kecuali ada kamu disampingku!” Kedua mata mereka saling bertatapan. Eli sudah sangat berharap jika Sifa memberikan jawaban.“Sifa, mungkin keputusan ini cukup berat untukmu. Tetapi, Ibu sangat berharap jika kamu bisa menerima cinta Fadil! Ibu yakin jika Fadil akan membahagiakan dan menjaga kalian berdua. Kalian berdua hidup sendiri sudah membuat Ibu kepikiran.” Eli memegang kedua tangan Sifa seolah memohon kepadanya.“Bu Eli memang wanita yang sangat baik seperti Bu Imah. Apakah Bu Eli tidak ingin memiliki menantu yang lebih baik dari Sifa?” “Jika di depan Ibu sudah ada kamu, maka tidak ada keinginan memiliki menantu lain selain kamu, Sifa!” Eli menunduk pasrah jika nanti Sifa m

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 22. Irma VS Marisa

    Marni dan juga Irma sangat terkejut usai membaca pesan bernada emosi dari Marisa yang mengatakan jika Sifa dan Risa masih hidup.“Ba-bagaimana bisa mereka berdua masih hidup?” Marni jatuh terduduk usai menerima pesan berisi foto Sifa dan Risa. Wajah Marni yang biasanya terlihat angkuh dan sombong, kini berubah pucat.“Penampilan Sifa berubah seperti orang kaya!” Irma kembali menelisik foto Sifa dan Risa. Penampilan yang dulunya sering dia bilang dekil dan udik sekarang berubah menjadi wanita yang anggun dan cantik. Ada rasa iri melihat kecantikan yang dimiliki Sifa. Kecantikan yang baru terlihat ketika sudah membuangnya bahkan hampir melenyapkannya.“Bagaimana jika Sifa akan melaporkan kita kepada polisi?” Pandangan Irma sudah terlalu jauh, bahkan takut jika harus mendekam di balik jeruji.“Kita seret juga Marisa bersama kita. Dia menjadi dalang di balik pembakaran rumah Sifa!” sahut Marni seolah tidak terima jika Marisa nantinya tidak ikut terseret dalam proses hukum.“Semoga Sifa t

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status