Share

Bab 5. Bertemu

Author: Eka Sa'diyah
last update Last Updated: 2023-12-27 20:34:26

Setelah memastikan Putri tidur, Sulhan menggunakan motornya pergi sekedar berkeliling kampung untuk mengusir rasa jenuh. Sulhan sedang tidak ingin bicara dengan siapapun saat ini termasuk Marisa.

“Adik kamu mau kemana, Toni?” Toni yang kebetulan sedang memperbaiki mesin mobil di depan tidak tahu adik bungsunya mau kemana.

“Mana aku tahu, Bu!” Toni kembali melanjutkan kegiatannya. Sedangkan Irma, sedang asyik berjoget di depan kamera ponselnya tanpa malu jika ada Marni yang memperhatikan kelakuannya.

“Irma, kamu ngapain joget disitu?” Irma memutar kedua bola matanya dengan malas.

“Lagi eksis di tik tok, Bu. Dari sini Irma bisa terkenal dan bisa dapet duit. Ibu mana tahu soal beginian!” Irma kembali melanjutkan jogetnya di depan kamera tanpa teguran dari suaminya.

“Toni, istrimu itu–

“Sudahlah, Bu. Jangan kuno begitu mikirnya. Benar yang dikatakan Irma, jaman sekarang harus bisa memanfaatkan media internet untuk mendapatkan uang. Uang, Bu. Uang!” Jari telunjuk dan Ibu jarinya digesek-gesek di depan wajah Ibunya. 

“Ah, kalian ternyata sama!” Marni lebih memilih duduk di kursi dan melihat sikap Irma. Terkadang tertawa sambil joget terkadang berganti menirukan lagu seseorang tanpa suara. Tidak berapa lama, Rana pun bergabung bersama Irma dan tingkahnya ternyata sama. Keduanya tidak malu harus berjoget di depan kamera disaksikan banyak orang. Marni memilih diam daripada akan menyesal jika harus menasehati mereka berdua.

Sulhan melajukan motornya mengelilingi kampung dengan motor. Suasana kampung masih sama. Hamparan sawah masih mendominasi tanah kelahirannya, meski sudah banyak sekali rumah warga yang direnovasi menjadi lebih modern. Sungai mengalir dengan jernihnya, terdapat banyak sekali ikan mujair yang sengaja di ternak oleh beberapa petani dan siapapun boleh memanennya.

Sulhan memarkirkan motornya di dekat bebatuan dekat sungai. Sulhan memilih duduk di tepi sungai menikmati suara gemericik air yang meneduhkan pikirannya. 

“Sifa!” Tiba-tiba saja kenangan bersama Sifa kembali teringat lagi. 

“Kenapa kamu selalu membayangiku, Sifa! Aku akan selalu merasa bersalah!” Gumam Sulhan. 

“Sulhan, kemana saja kamu!” Fadil, teman masa kecilnya tengah melihatnya merenung di tepi sungai.

“Fadil, bagaimana kabarmu?” Fadil dan Sulhan kini saling berbincang di tepi sungai mengenang kebersamaan mereka. Sesekali bercanda dengan sahabatnya.

“Jadi kamu sekarang merantau ya!” 

“Iya. Aku merantau ke Jakarta!” Jawab Sulhan.

“Bagaimana dengan Sifa?” Seketika mulut berhenti bicara. Entah apa yang akan diucapkannya kepada Fadil.

“Aku menikah lagi, Dil. Semua karena Ibu menjodohkan aku dan aku terpaksa menikah lagi tanpa sepengetahuan Sifa!” Kedua matanya hanya menunduk tanpa mampu menatap wajah sahabatnya.

“Lalu dengan Risa?”

“Aku sudah berusaha melupakan semuanya, namun tetap saja gagal! Semakin lama aku disini semakin aku ingin menemui Sifa!” Fadil hanya menggeleng pelan dengan keputusan yang diambil temannya.

“Kamu katanya juga merantau, Dil?”

“Iya, merantau di Jakarta barat!” Sulhan terkejut jika sahabatnya ternyata merantau di tempat yang sama.

“Kerja dimana?”

“Halah, aku disana sebagai buruh pabrik saja, Han. Sambil buka usaha warung kecil-kecilan untuk menyambung hidup!” Sahut Fadil. Tidak terasa hari menjelang siang dan Fadil memilih berpamitan.

Fadil menggeleng pelan melihat Sulhan masih termenung di atas bebatuan tepi sungai.

“Bodoh kamu, Han. Aku saja berharap cinta Sifa, kamu malah mencampakkannya!” Fadil melakukan motornya untuk kembali ke rumah. Kebetulan rumahnya dekat dengan sekolah Risa.

Bibir Fadil tersenyum melihat Sifa tengah berdiri di depan gerbang sekolah Risa. Bisa dipastikan jika Sifa sedang menjemput Risa usai berjualan.

“Sifa, kamu tetap sama! Andai Allah mengizinkan aku memilikimu, aku pastikan kamu dan Risa bahagia bersamaku,” Gumam Fadil yang masih duduk di atas motornya melihat Sifa dan Risa.

“Sifa!” Sifa menoleh ke sumber suara yang memanggilnya.

“Kak Fadil!” Hati Fadil meleleh melihat senyum Sifa di depannya. Tanpa basa basi, Fadil turun dari motornya dan menghampiri Sifa.

“Dagangannya habis?” Fadil melihat keranjang kuenya sudah kosong.

“Alhamdulillah, Kak. Hari ini diborong sama Bu Rina lagi!”

Tidak berapa lama, Risa keluar sambil berlari ke arah Sifa. 

“Ibuuuu!” Risa menghamburkan pelukannya kepada Sifa.

“Ada apa, Sayang!”

“Nilai ulangan matematika Risa dapat seratus!”

“Alhamdulillah!” Sahut Fadil dan Sifa bebarengan. Risa tergolong anak yang cerdas. Pelajaran apapun pasti nilainya sangat memuaskan. Semua tidak lepas dari peran Sifa sebagai orang tua. Sifa selalu memantau perkembangan belajar Risa. 

“Om Fadil pulang kapan? Om Fadil jadi orang kota sekarang!” Risa sudah terbiasa dengan sosok Fadil. Selain orangnya ramah, Fadil sering mengobrol dengan Risa jika sedang pulang kampung.

“Kamu bisa aja, bocil! Om Fadil tetap jadi warga sini, Jakarta hanya tempat mencari nafkah!” 

“Meski lama kerja di Jakarta tapi Om Fadil nggak nikah-nikah. Biasanya orang Jakarta cantik-cantik, banyak artisnya lagi!” Celotehan Risa membuat Fadil tidak bisa menahan tawa. Baru juga kelas dua sekolah dadar, ucapan Risa begitu mengena di hati Fadil. Fadil sengaja tidak memikirkan wanita lain karena yang dipikirkan tepat berada di depannya.

“Risa mau es krim?”

“Mau dong! Apalagi Om Fadil yang traktir!”

“Kak, tidak perlu repot-repot–

“Tidak apa, Sifa. Aku senang bisa akrab dengan Risa.” 

Fadil beranjak ke sebuah toko terdekat dan membeli es krim kesukaan Risa. Es krim rasa coklat menjadi es krim favoritnya sejak dulu.

“Om Fadil baik deh. Terima kasih, Om! Sering-sering traktir Risa ya!” Sifa dan Risa berlalu usai berpamitan kepada Fadil. Tatapan kedua mata Fadil tidak lepas dari Sifa dan Risa yang berjalan menjauh. 

Di seberang sana, ada tatapan marah karena api cemburu. Sulhan ternyata tidak sengaja melihat kedekatan Fadil dengan anak dan istrinya. Ada hati yang tidak rela jika Sifa dimiliki seseorang.

“Biarkan Sifa bahagia!” Gumam Sulhan dengan memalingkan wajahnya.

“Tetapi, aku tidak rela dia bahagia dengan orang lain!” Benar-benar hati Sulhan sedang diambang keserakahan. Menginginkan wanita yang dicintainya hidup tanpa perubahan.

Sulhan berlalu dengan motor milik Irma dengan kecepatan tinggi menuju ke sebuah warung kopi di tepi jalan raya. Setidaknya dirinya bisa memikirkan lagi tindakan apa yang dilakukan untuk tidak bertemu Sifa.

Sore ini, Risa sudah siap berangkat mengaji di mushallah terdekat. Sifa tetap menyempatkan diri mengantar Risa meski pesanan cuci baju sedang banyak.

“Ibu, Risa sudah besar! Risa bisa berangkat sendiri!” Risa sebenarnya kasihan dengan Ibunya yang selalu memprioritaskan dirinya terlebih dahulu.

“Risa. Ibu hanya khawatir saja!” Kedua tangan Risa membingkai wajah Ibunya yang penuh dengan keringat. Kurang lebih lima ember cucian milik tetangga harus selesai hari ini dan besok bisa diantar kepada sang pemilik.

“Risa anak hebat. Tidak akan terjadi apapun pada Risa!” Akhirnya Sifa membiarkan Risa berangkat mengaji sendiri. Sepanjang perjalanan ke mushola, tidak hentinya mulut Risa melantunkan sholawat. Semua yang diajarkan Sifa pada Risa berhasil.

Tiba-tiba sebuah motor berhenti tepat di depan Risa. Tentu saja ini membuat Risa terkejut. Apalagi Risa merasa mengenalnya namun lupa.

“Risa!” Bibir Sulhan bergetar hebat saat berhadapan dengan Risa saat ini. Risa tidak ada respon melainkan hanya menatapnya saja tanpa berkata apapun.

“Siapa anda?” Dada Sulhan begitu sesak ketika anak kandungnya bahkan tidak mengenalnya.

“Aku ayahmu!” Kedua mata Risa membulat sempurna. Lelaki yang dirindukannya kini berada di depannya. Bibir Risa seakan terkunci karena kemunculan ayah kandungnya.

“A-Ayah?” Risa sedang berada dalam keraguan yang teramat besar. Sosok ayah tega meninggalkannya tanpa kabar selama bertahun-tahun. Bahkan saat pulang kampung, Sulhan tidak memberi kabar atau mampir ke rumahnya terlebih dahulu..

Tiin tiin

Sebuah motor yang dikendarai Rana berhenti di samping Sulhan. Risa yang tahu sosok Bude nya segera berlalu meninggalkan mereka berdua.

“Sulhan, buat apa kamu nemuin dia!” Rana melarang Sulhan bertemu Sifa dan anaknya.

“Dia anakku, Mbak!” Sulhan menatap punggung Risa yang mulai menjauh.

“Anaknya Sifa! Anakmu ya cuma Putri!” Sulhan bertambah emosi dan memilih pergi dari hadapan Rana. 

Rana kini berganti mengejar Risa yang berjalan menuju ke mushola.

“Heh, Bocil!” Risa berhenti dan menatap Rana dengan rasa tidak suka.

“Ada apa, Budhe?” Rana turun dan motornya dan kini berdiri dan berkacak pinggang di depan Risa.

“Jangan pernah lagi temuin Ayah kamu! Ayah kamu sudah menikah dan punya anak! Kamu tidak pantas menjadi bagian dari keluarga kami yang kaya!” Risa diam dan hanya memperhatikan Rana mengoceh saja.

“Sudah ngomongnya, Budhe?” Risa bersiap pergi dari hadapan Rana.

“Kenapa?”

“Risa mau mengaji dulu. Karena semua yang terlalu banyak bicara hal yang tidak penting adalah teman setan!” Seketika mulut Rana diam sempurna. Sebuah tamparan keras dari penjelasan anak kecil.

Rana tidak hentinya mengumpat dan mengoceh di tepi jalan karena ulah Risa padanya. Anak masih kecil namun sudah bisa membuatnya mati kutu.

Related chapters

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 6. Tidak diakui

    Risa kembali berjalan ke mushola dengan derai air mata yang akhirnya lolos juga. Rindu untuk ayah ternyata harus pupus karena keluarga ayahnya sendiri. Risa gegas mengusap air matanya dengan kasar ketika sudah memasuki pagar mushola.“Tidak apa tanpa ayah! Asalkan ada Ibu!” Risa menyemangati dirinya sendiri. Risa berkumpul dengan teman sebayanya saat sudah sampai di mushola. Tawa Risa pecah ketika sudah bercanda dengan teman-temannya. Sulhan mengemas semua barang miliknya ke dalam koper tanpa berkomentar apapun meski ada Marisa di sampingnya.“Mas, kamu mau pulang sekarang? Kenapa tidak besok saja, ini sudah sore!” Marisa yang sedang mengompres Putri terkejut melihat yang Sulhan lakukan.“Hmm. Tetaplah disini, aku akan jemput kamu satu minggu lagi!” Tidak ada yang bisa Marisa ucapkan kecuali hanya diam. Sulhan terlihat muram dan benar-benar tidak bisa diganggu. Marisa terpaksa mengiyakan ucapan Sulhan karena tidak mungkin juga harus kembali ke kota dengan keadaan Putri yang masih sak

    Last Updated : 2024-01-16
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 7. Kedatangan Marisa

    Irma dan Rana saling bertatapan, belum ada keputusan berani atau tidak mengusir Sifa di saksikan warga.“Sama saja dengan mencari gara-gara, Mbak Irma!” Bisik Rana kepada Irma. “Iya, bisa berabe kalau begini!” Sahut Irma. Dari jauh terlihat Bu Endang dan Fadil tengah memperhatikan mereka bertiga. Bu Endang hanya tersenyum simpul melihat Irma dan Rana mati kutu karena syarat dari Sifa.Tanpa menjawab sepatah kata, Irma dan Rana segera meninggalkan Sifa. Keduanya mulai mencari cara untuk mengusir Sifa dari kampungnya. Ketika sampai di rumah, Sifa terkejut dengan kehadiran sosok Marisa yang berdiri di depan pintu rumahnya. Ada rasa malas untuk menemuinya salah satu dari anggota keluarga Marni, namun tidak pantas jika Sifa membiarkannya menunggu.“Assalamu alaikum!” Marisa berbalik dan mendapati Sifa berada di belakangnya dengan membawa keranjang jualannya yang sudah kosong.“Waalaikum salam!” Jawab Marisa. Sifa membuka pintu dan mempersilahkan Marisa masuk.Marisa duduk di sebuah kursi

    Last Updated : 2024-01-16
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 8. Umpatan Marni

    Kedatangan Marni yang tiba-tiba sontak membuat Sifa terheran-heran. Pasalnya, Sifa sudah mengalah dan menerima kenyataan tentang Sulhan. Namun, ternyata ujian tidak sampai disitu saja. Marni dan menantunya selalu datang untuk mengganggu dengan alasan yang tidak penting.“Dasar wanita miskin tidak tahu diuntung! Kamu apakan Rana dan Irma?” Sifa dan Risa saling berpandangan. Sifa memberi isyarat pada Risa untuk masuk ke kamarnya. Risa anak yang penurut, tanpa banyak bicara Risa langsung masuk ke kamar miliknya. Kedua mata Marni menatap nyalang ke arah Sifa.“Ada apa, Bu Marni?” Tidak lagi Sifa memanggilnya dengan sebutan Ibu seperti biasanya.“Kata Rana dan Irma barusan kamu menjelekkan aku di depan warga karena memberimu rendang basi tempo hari, kamu benar-benar tidak tahu diri!” Sifa mengernyitkan kedua alisnya. Dirinya sama sekali tidak merasa menyebarkan berita keburukan Marni kepada orang lain.“Boleh Sifa tahu, siapa saja yang menjadi saksi saat Sifa mengatakan yang Bu Marni maksu

    Last Updated : 2024-01-18
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 9. Gugatan Cerai

    Satu bulan sudah, Sifa dan Risa bisa merasakan hidup nyaman tanpa ada yang mengganggu dan tanpa ada lagi yang hanya suka menyuruhnya tanpa imbalan. Usaha kue yang dirintis mulai dikenal banyak orang. Meski promosi dari mulut ke mulut tetapi hasilnya cukup memuaskan. Hampir setiap hari Sifa mendapat pesanan dari warga sehingga Sifa sudah jarang sekali berkeliling.Sejak pukul satu dini hari, Sifa sudah berkutat dengan donat pesanan salah satu temannya untuk acara ulang tahun. Meski mengantuk, Sifa tetap berusaha menahan rasa kantuknya demi rezeki yang diterima. Tepat pukul tujuh pagi pesanan kue donat sudah siap diambil pemiliknya.“Ini uang pelunasannya, Mbak Sifa!” Rahmi yang sengaja memesan kue buatan Sifa karena rasanya cukup enak dan harga cukup terjangkau.“Sama-sama, Mbak Rahmi. Terima kasih sudah mempercayakan kepada Sifa!” Sifa melihat masih ada beberapa lebihan kue donat di nampan. Diambilnya sebuah kotak makan yang berbahan dasar kertas dan mulai mengisinya dengan beberapa b

    Last Updated : 2024-01-18
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 10. Rahasia Soimah

    Suara Marni terdengar sumbang hingga membuat beberapa tetangga keluar. “Heh, Marni! Kamu ini apa-apaan? Suka bener bikin ribut di depan rumah orang!” Salah satu tetangga yang mulai geram dengan sikap Marni.“Suka-suka aku, Mona! Kamu ngapain di rumah terus kayak janda sebelah rumahmu aja!” Mona benar-benar kesal karena jawaban Marni.“Bu Endang maksudmu?” “Iya, siapa lagi!”“Marni, asal kamu tahu ya. Bu Endang lebih berharga daripada kamu. Meski janda tapi Bu Endang tetap sederhana dan santun. Usahanya ada dimana-mana, nggak kayak kamu, ngandelin warisan doang. Makanya kelakuanmu kayak preman tua!” Marni menghela napas besar. Ucapan Mona sanggup membungkam mulut Marni.“Bubar, yuk! Disini pada julid semua!” Marni mengajak bubar perkumpulan mereka di pos kamling. Mona cukup tenang berhasil mengusir perkumpulan Ibu-ibu yang suka bikin ramai. Marni sengaja mengajak pindah ke rumahnya supaya bebas tidak ada ucapan tidak suka dari seseorang.“Dasar si Mona. Aku akan balas dendam sama ka

    Last Updated : 2024-01-18
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 11. Tidak Terduga

    Sifa menatap Risa yang tengah memainkan boneka besarnya. Sudah lama sekali keinginannya belum menjadi kenyataan dan sekarang, ada orang baik yang menghadiahkan boneka yang selama ini diinginkan.Sifa memberanikan diri keluar rumah untuk menemui Fadil. Jantung berdetak begitu cepat ketika kaki sudah berada di ambang pintu."Ada apa denganku? Tidak sepatutnya aku seperti ini!" Gumam Sifa. Sifa melanjutkan langkahnya menemui Fadil di teras."Kak Fadil, maaf lama menunggu!""Oh, tidak apa-apa, Sifa. Maaf jika aku menganggumu!" Sifa memilin pinggiran baju, pikirannya mulai tidak karuan. Khawatir akan menjadi fitnah untuk yang lain jika melihat dirinya sedang berduaan drngan Fadil."Kak, maaf jika Sifa tidak mempersilahkan Kak Fadil masuk. Karena--"Tidak apa, Aku paham, Sifa!" "Baiklah. Sifa buatkan teh hangat dulu, Kak!" Sifa kembali melangkah masuk ke dalam untuk menenangkan gejolak hatinya sesaat. Diraihnya piring dan diisi beberapa bakwan sayur yang baru saja digorengnya. Sifa kembali

    Last Updated : 2024-01-19
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 12. Pemberian Sifa

    Obrolan mereka terhenti ketika Sifa keluar dan kembali menghampiri mereka.“Mbak Rina. Ini ada bakwan sayur untuk Mbak Rina bawa pulang. Maaf jika Sifa cuma bisa–“Bakwan sayur buatanmu enak. Aku terima bakwan ini!” Rina memotong ucapan Sifa kemudian meraih kantong plastik di tangan Sifa. “Alhamdulillah, terima kasih sudah mau menyukai makanan Sifa, Mbak!” “Makanan buatanmu semuanya enak. Andai kamu buka warung nasi, pasti ramai!” Ide yang cukup bagus bagi Sifa. “Iya, itu sangat bagus. Tapi–“Cukup jualan di depan rumah aja pasti laku! Siapa yang tidak kenal dengan masakanmu yang selalu enak!” Rina memuji masakan Sifa membuatnya malu. Sifa diam sejenak memikirkan ide dari Rina. Meski hanya tetangga tetapi Rina sosok yang baik kepada Sifa maupun dengan keluarganya.“Aku pulang dulu, Sifa. Terima kasih bakwannya!” Rina berlalu meninggalkan rumah Sifa. Kini tinggal Fadil dan dirinya di teras rumah. Hari sudah menjelang sore, Sifa merasa aneh jika harus berlama-lama bersama Fadil. Lagi

    Last Updated : 2024-01-19
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 13. Penyesalan Sulhan

    Sejak pulang dari kampung dan bertemu Sifa, akhir-akhir ini Sulhan sering melamun sendiri di balkon rumahnya. Kenangan dan rasa bersalah seakan tidak rela membuatnya mencicipi rasa bahagianya bersama anak dan istrinya di kota.Marisa dan Putri juga sering tidak di rumah, selain diajak ke tempat usaha Marisa, Marisa sendiri mulai bosan dengan sikap dingin yang ditunjukkan Sulhan kepadanya.Dibukanya lipatan dompet miliknya dan diambilnya foto pernikahan sederhana antara dirinya dengan Sifa di masa lalu. Teringat masa sulit yang mereka lalui hingga berakhir membuatnya mengalah dan terpaksa berbuat curang demi keluar dari masa sulitnya. TingSebuah foto terkirim ke nomor ponsel Sulhan. Kedua mata Sulhan memanas melihat kebersamaan Fadil dengan Sifa. Ternyata Marni sengaja mengirim foto tersebut kepada Sulhan. Tidak ada alasan lain selain membuat Sulhan semakin membenci Sifa.“Ternyata kamu menikungku, Fadil. Beginikah sikap seorang teman sebenarnya?” Gumam Sulhan seraya menghapus foto k

    Last Updated : 2024-01-19

Latest chapter

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 30. Akhir kisah Sifa

    Pov SifaBetapa beruntungnya aku, setelah pahitnya kehidupan selama tujuh tahun menikah dengan Mas Sulhan, aku mendapatkan sebuah kebahagiaan yang begitu besar. Menjadi istri dari seorang teman sejak kecil ternyata cukup menyenangkan. Kak Fadil selalu perhatian padaku meski usia pernikahan kami sudah menginjak lima tahun. Risa juga merasakan sosok ayah yang selama ini dirindukan kehadirannya.“Ibu, Risa lapar!” Sahut Risa sepulang sekolah. Aku menatap jilbab putih yang dikenakannya diletakkan begitu saja di sandaran kursi. Aku melihat Kak Fadil tersenyum ke arah Risa kemudian menasehatinya. Ternyata nasehat Kak Fadil berhasil membuat Risa paham arti jilbab sesungguhnya. Risa begitu penurut dengan ayah sambungnya meski mulai menginjak remaja, Kak Fadil memberikan aturan-aturan yang harus Risa patuhi. Aku sadar, aturan yang diberikan pada Risa adalah bentuk kasih sayang pada seorang anak perempuan.“Ibu, Ayah. Minggu depan Risa ada seleksi pertandingan karate. Doakan Risa agar lancar m

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 29. Waktu berlalu

    Waktu terus berlalu, Marisa gagal melancarkan aksinya membakar rumah Sifa di salah satu komplek. Anak buahnya berhasil digagalkan oleh warga setempat dan pelaku dibawa ke kantor polisi. Marisa yang mengetahuinya, lantas memilih kabur sehingga statusnya masuk dalam daftar pencarian orang. Marisa dibantu keluarganya, terpaksa kabur ke luar negri.Singkat cerita, lima tahun berlalu dan hari ini Marni dan juga Irma dinyatakan bebas. Sesuai rencana, mereka berdua pulang ke kampung dengan berbekal seadanya. Rumah terlihat sangat kotor karena sudah lima tahun tidak dibersihkan dan tidak ada tanda-tanda seseorang pulang ke rumah sekedar membersihkannya.“Marni, sudah bebas kamu?” Mona yang kebetulan lewat depan rumah Marni menjumpai teman lamanya itu. Akan tetapi wajah Marni tidak menunjukkan rasa senang saat disapa temannya. Malah menunjukkan tatapan angkuh.“Kamu nggak suka aku bebas, Mona?” Mona yang tadinya berharap perangai Marni berubah ternyata nihil. Perangainya masih tetap sama, bah

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 28. Berita Duka

    Uhuk uhukRana terbatuk usai melakukan shalat di sepertiga malamnya. Rana merasa dadanya sakit dan mengeluarkan bercak darah ketika batuk. Rana tidak pernah absen melakukan shalat sunnah.“Sakit!” Rintih Rana sambil memegang dadanya.“Ya Allah, hamba pasrah jika memang waktu hamba sudah dekat!” Gumam Rana sambil membersihkan bercak darah di telapak tangannya.Rana bergegas ke kamar mandi meski tubuhnya terasa lemas. Dengan gontai, Rana berusaha bisa sampai ke kamar mandi.BrukTubuh Rana limbung ke lantai, wajahnya berubah pucat dan saat itu juga Rana tengah menghembuskan nafas terakhirnya. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Rana sempat melafalkan kalimat syahadat.Keesokan harinya, salah satu tahanan menemukan Rana tewas di depan kamar mandi. Polisi segera membawa jenazah Rana ke rumah sakit untuk diotopsi. Toni yang sudah lama menyadari keadaan istrinya hanya bisa pasrah mendengar kabar duka. Toni diantar salah satu rekannya menuju ke rumah sakit untuk melihat wajah sang istri

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 27. Sah

    Hari ini adalah hari pernikahan Sifa dengan Fadil. Satu bulan setelah tertangkapnya mereka bertiga, kehidupan Sifa kembali aman tanpa gangguan dari mantan mertua ataupun mantan ipar. Janur kuning melengkung di depan rumah Sifa menjadi pertanda ada sebuah acara bahagia.Pagi ini, Sifa terlihat sangat cantik dengan balutan kebaya nuansa putih. Begitu pula dengan Fadil yang sudah berada di depan penghulu dengan baju pengantin nuansa senada. Pernikahan digelar secara sederhana dan hanya dihadiri beberapa keluarga terdekat saja.“Sifa, ayo ibu antar!” Eli menggandeng tangan Sifa ke meja penghulu. Kehadiran Sifa membuat kedua mata Fadil tidak bisa berpaling dari kecantikan Sifa.“MasyaAllah calon istriku!” Gumam Fadil. Kecantikan alami yang dimiliki Sifa sejak dulu tidak pernah lekang oleh waktu meski usia bertambah.Ijab qobul segera dimulai, sedari tadi bibir Sifa menyebut nama Allah untuk meredam rasa grogi sebelum akad dilangsungkan.Penghulu dan Fadil mulai berjabat tangan dan mengikra

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 26. Pengakuan Rana

    Marni dan Irma kini hendak dalam perjalanan dari bandara ke lokasi yang dituju dengan menggunakan jasa travel yang sudah dipesan. Namun alangkah terkejutnya ketika mobil travel yang ditumpanginya diberhentikan oleh orang tidak dikenal. Alhasil semua penumpang travel itu turun dan menjalani pemeriksaan. Tiba-tiba kedua tangan Irma dan Marni diborgol.“Loh, kenapa saya diborgol?” Pekik Marni ketika melihat dua tangannya sudah terborgol.Marni merasa cukup malu ketika tatapan semua penumpang tertuju padanya. Irma juga protes namun sebuah mobil polisi akhirnya datang dan membawa mereka berdua.Marni dan Irma kembali dibawa ke Jakarta dengan menggunakan mobil polisi. Kedua mata Irma dan Marni terbelalak melihat Rana sudah berada di kantor yang sama. Marni dan Irma memperhatikan penampilan Rana yang sudah berhijrah dari atas ke bawah.“Ini pasti karena kamu, Rana!” Irma menuduh Rana. “Dasar menantu durhaka!” Pekik Marni membuat gaduh kantor polisi tersebut. “Ibu, Mbak Irma. Semua perbuata

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 25. Perhatian

    Kedua mata Fadil melihat sosok Marisa dari kejauhan seperti tengah mempersiapkan sesuatu. Marisa kini berada di bagian sudut lain seakan bersiap melakukan sesuatu. Fadil merasa tidak enak, berlanjut mengajak mereka berdua ke arah keramaian.“Om, Jerapahnya tinggi banget lehernya!” Fadil hanya fokus pada Marisa yang terlihat mencurigakan.“Om! Kok melamun sih!” Sifa melihat Fadil seperti memperhatikan sesuatu.“Ada apa, Kak? Apa ada sesuatu?” “Tidak ada apa-ap, Sifa. Kita agak kesana ya!” Fadil berbaur dengan pengunjung lain supaya Marisa tidak bisa menjalankan aksinya.“Istri Sulhan membawa pistol, ini gila!” Gumam Fadil Dor dor dor “Aaaa!” Risa terkejut dengan suara ledakan tidak jauh darinya. Kedua tangannya menutup kedua telinganya.Tiga peluru peluru melesat mengenai tiang besi yang tidak jauh dari Risa berdiri, semua pengunjung panik karena sebuah tembakan menyasar. Tanpa berpikir panjang, Fadil menggendong Risa dan menggenggam tangan Sifa mengajaknya menjauhi area berbahaya t

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 24. Menguntit

    Marni gelisah menatap kedua menantunya yang tengah bersitegang. Niat hati ingin melerai mereka, khawatir menjadi sasaran amukan Marisa. “Dasar wanita sombong!” Pekik Irma pada Marisa di depannya.“Setidaknya masih ada yang bisa aku sombongkan daripada kamu, tukang ghibah!” Kedua mata Marisa juga melirik ke arah Marni. Marni seketika terdiam karena lirikan tajam dari Marisa.“Su-sudah! Jangan bertengkar lagi! Harusnya kita selesaikan semua rencana yang gagal ini!” Marni mengumpulkan keberanian untuk melerai mereka. Marni sendiri khawatir jika ada tetangga atau siapapun mendengar perdebatan mereka.“Ibu dan Irma saja yang pikirkan, aku ingin semua beres!” Marisa dengan santainya meminta semua beres. Irma yang tadinya duduk di sampingnya kembali berdiri menatap nyalang ke arah Marisa.“Kamu mau cuci tangan atas kejahatan yang kau rancang?” Irma bahkan menunjuk wajah Marisa yang tengah memperlihatkan kuku cantiknya.“Aku sudah membayar mahal kalian!” Marisa tetap tidak mau mengalah.“Irm

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 23. Jawaban Sifa

    Sifa diam sejenak, ditatapnya wajah Risa seakan sangat menginginkan Fadil menjadi seorang ayah untuknya. Sifa tidak menyalahkan keinginan Risa, anak sekecil itu memang membutuhkan seorang ayah.“Aku tidak pernah salah pilih, bahkan aku rela menunggu sampai kamu menerima cintaku! Pencapaianku tidak ada artinya kecuali ada kamu disampingku!” Kedua mata mereka saling bertatapan. Eli sudah sangat berharap jika Sifa memberikan jawaban.“Sifa, mungkin keputusan ini cukup berat untukmu. Tetapi, Ibu sangat berharap jika kamu bisa menerima cinta Fadil! Ibu yakin jika Fadil akan membahagiakan dan menjaga kalian berdua. Kalian berdua hidup sendiri sudah membuat Ibu kepikiran.” Eli memegang kedua tangan Sifa seolah memohon kepadanya.“Bu Eli memang wanita yang sangat baik seperti Bu Imah. Apakah Bu Eli tidak ingin memiliki menantu yang lebih baik dari Sifa?” “Jika di depan Ibu sudah ada kamu, maka tidak ada keinginan memiliki menantu lain selain kamu, Sifa!” Eli menunduk pasrah jika nanti Sifa m

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 22. Irma VS Marisa

    Marni dan juga Irma sangat terkejut usai membaca pesan bernada emosi dari Marisa yang mengatakan jika Sifa dan Risa masih hidup.“Ba-bagaimana bisa mereka berdua masih hidup?” Marni jatuh terduduk usai menerima pesan berisi foto Sifa dan Risa. Wajah Marni yang biasanya terlihat angkuh dan sombong, kini berubah pucat.“Penampilan Sifa berubah seperti orang kaya!” Irma kembali menelisik foto Sifa dan Risa. Penampilan yang dulunya sering dia bilang dekil dan udik sekarang berubah menjadi wanita yang anggun dan cantik. Ada rasa iri melihat kecantikan yang dimiliki Sifa. Kecantikan yang baru terlihat ketika sudah membuangnya bahkan hampir melenyapkannya.“Bagaimana jika Sifa akan melaporkan kita kepada polisi?” Pandangan Irma sudah terlalu jauh, bahkan takut jika harus mendekam di balik jeruji.“Kita seret juga Marisa bersama kita. Dia menjadi dalang di balik pembakaran rumah Sifa!” sahut Marni seolah tidak terima jika Marisa nantinya tidak ikut terseret dalam proses hukum.“Semoga Sifa t

DMCA.com Protection Status