Share

Life

  Saat aku menerima penawaran Orland. Saat itulah aku tau jika hidupku seratus persen berubah. Aku sekarang bukan lagi menjadi gadis yang bebas seutuhnya. Patung liberty yang merupakan simbol kebebasan, kini hanya pajangan di mataku. Di negara yang menjunjung tinggi kebebasan aku sudah terbelenggu oleh kekuatan ekonomi berupa Orland.  Untungnya belenggu itu menjadi milik seorang pria dewasa yang seksi. Jadi aku masih diasosiasikan sebagai wanita yang beruntung.

  Tidak perlu ditanya apakah aku menyukai segala perubahan besar dalam hidupku atau tidak. Karena hanya wanita bodoh yang tidak menginginkan perubahan ini. Siapa yang menolak memiliki kehidupan hebat, bersama pria hebat. Apalagi Orland pria sempurna yang menempati jajaran pengusaha terkaya yang memiliki Manex industri. Dia juga seksi dalam kondisi apapun. Jikapun ada angin nakal yang berusaha membuat rambutnya berantakan agar dia terlihat kacau maka itu percuma. Orland masih tetap tampan meski dia berpakaian robek atau bahkan tanpa pakaian. Dia benar-benar melanggar hukum alam. 

  Ketika hidupku berubah, sifatku juga turut mengikuti perubahan itu. Sudah tidak ada lagi masa kekanakan dan kenakalan remaja delapan belas tahun yang lazim dialami gadis seusiaku. Sejak aku mengalami sesuatu yang bernama kekurangan materi membuatku memandang sesuatu dengan cara yang baru. Aku menghapus sifat fansgirlku tentang boyband atau aktor pria yang menarik, tampan dan seksi. Seleraku berubah dari para boyband itu ke arah pria yang memiliki usaha yang seolah-olah memiliki dunia di tangannya. Aku berpikir lebih realistis sekarang. 

  Kekurangan uang yang ku alami membuka pikiranku atas realita yang ada. Aku berpikir jika para aktor itu bekerja untuk seseorang sedangkan pengusaha memperkerjakan mereka. Bisa di bilang jika sang penguasa yang menang dan aku tidak perlu memilih karena aku sudah berada di tangan yang tepat. 

  Kini pria yang meraih kebebasanku tengah mengukir masa depanku. Mempersiapkan aku agar bisa survive di masa depan. Hal yang mengisyaratkan jika suatu saat aku akan sendirian tanpanya. Semua itu keinginan ibu dan rencana Orland. Tetapi mereka tidak pernah bertanya apa rencanaku. Dan sayangnya mereka tidak pernah bertanya. 

  Aku tidak berencana hidup sendirian. Jika Orland berencana meninggalkanku maka aku akan membuatnya tidak bisa meninggalkanku. Aku akan berusaha membuatnya terbiasa denganku hingga tidak terbiasa tanpa diriku. Aku pasti bisa melakukannya. Orland begitu mudah dicintai oleh para wanita, begitu pula denganku. Api yang dulu berusaha aku simpan kini membakarku sampai hangus. Aku sudah sangat jatuh cinta padanya. 

  "Pammy, waktunya kau memulai rekaman, " Daddy mengingatkan aku. Kami sepakat jika aku masuk ke dunia hiburan melalui musik. Aku memang menyukai musik, menyanyi adalah keahlianku, menari adalah pasionku. Alat musik yang aku cintai adalah gitar. 

  "Yes Daddy. "

  Aku mencium pipinya, merambat ke bibirnya. Dia selalu menyukai skinship yang aku lakukan. Dan aku menyukai caranya memandangku setelah mencuri ciuman darinya. Dia nampak nakal padahal ekspresinya sangat datar ketika di luar pintu apartemen. 

  "Kau pasti bisa. Crist akan mengantarmu ke studio rekaman. Kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Hanya tetap fokus untuk menyanyi, okey?" ucap Daddy panjang lebar. 

  Tak lama kemudian Crist datang ke penthouse Orland. Kami berkenalan tepat dua hari setelah aku tinggal di sini. Dia pria ramah yang menyenangkan. Terlebih wajah campuran asia dan amerika yang ia miliki, membawa kesan profesional yang nyata. Aku memiliki kesan baik terhadapnya.

  "Hallo cantik. Kau siap beraksi hari ini? " tanya Crist sambil menjabat tanganku. Dia memakai kacamata bingkai turtle. Padahal pakaian yang ia gunakan adalah sweater dengan V neck. Itu cocok untuknya, tidak kampungan justru terlihat profesional. 

  Aku turut mengulurkan tangan untuk membalas jabatannya. "Lebih dari siap Crist. Aku dilahirkan untuk ini. "

"Yeah, aku juga tau kalau kau terlahir untuk menjadi bintang. Jadi tunggu apa lagi, kita berangkat sekarang? " 

Percakapan kami seakan mengasingkan Orland yang duduk dengan kopinya. Aku sengaja membuat demikian. Reaksi Orland yang sedang aku tunggu. Dan sesuai yang aku harapkan, dia berdeham dan wajahnya nampak muram. Ternyata dia juga memiliki sifat posesif. 

  "Ehem. Kurasa kalian lebih baik cepat ke studio agar aku bisa kembali bersama gadisku lebih cepat."

  Crist tersenyum canggung sedangkan aku mengambil channel yang Daddy berikan padaku. 

  "Kau punya segudang pekerjaan bos. Aku tidak yakin kau bisa bersantai. "

  "Kau benar, tapi aku memiliki seribu cara agar pekerjaanku beres. "

.

.

.

  Aku harus mengagumi interior mobil Bentley hitam ini. Mereka nyaman den kursinya terasa lembut. Kemewahan yang nyata dari seseorang yang mencintai mobil. Daddy khusus memilihnya untukku. 

  Gedung Manex yang menjadi rumah Manex Entertaiment terlihat. Gedung yang tiga bulan yang lalu hanya bisa aku lihat dari luar saja. Sekarang aku memasukinya. Andai Vivian tau aku berada di gedung ini, dia pasti akan bersujud padaku karena kagum. Yeah, dia memang bermimpi menjadi artis di bawah naungan Manex agensi. Sayangnya dia tidak pernah lolos audisi ataupun chasting. Padahal dia juga memiliki tubuh yang indah, wajah yang cantik. Sekali lagi faktor X membuktikan jika fisik sempurna tidak menjaminmu mendapatkan apa yang kau inginkan. 

  Sayang sekali, padahal kami terkenal populer dengan julukan pirang cantik dari C Senior High Scool. Ada lagi Windy yang memiliki rambut merah menyala dan bermata abu-abu. Dia bahkan sudah menjadi model baju-baju dewasa. 

.

.

.

  "Suaramu menakjubkan sayang. Oh Tuhan, Orland menemukan berlian. " Aku tersenyum mendengar Simon. Produser terkenal berdarah dingin adalah orang yang tidak ramah terhadap artis yang tidak berkompeten. 

  "Aku menghargai pujian darimu Simon. "

  "Okey, letakkan headphone itu dan keluar dari sana. Aku ingin mengajak makan gadis bersuara emas ini," ucap Simon. Dan jujur saja aku juga berharap makan siang bersama pria profesional ini. Sayangnya Crist tidak mengijinkan. 

  "Dia masih harus berlatih menari Simon. Aku ingin dia menjadi bintang yang serba bisa. "

  Bilang saja kau takut Orland membunuhmu karena dia tidak bisa menahan diri untuk segera memasukiku. 

  "Sayang sekali. Lain kali Pammy, dan kau harus membiarkan dia makan malam denganku Crist. "

  "Akan kupikirkan. "

  Aku memberikan pandangan menyesal pada Simon. 

  "Kita pulang. Sudah tiga jam kita berada di studio, aku yakin Orland sedang menggila sekarang. "

  "Tunggu dulu. Aku ingin ke toilet. "

  Aku segera masuk ke sana karena merasa make up tipisku sudah luntur. Dan ternyata aku mendapatkan kejutan menyenangkan, Vivian saat ini sedang merayu seorang pria yang aku tau seorang produser terkenal seperti Simon. Pria itu Max. Produser yang berusia lima puluhan tetapi masih terlihat tampan dan jantan. 

  Aku melihatnya menarik Max ke toilet dan setelah itu terdengar suara desahan di sana. 

Tbc.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status