Vivian jelas bukan orang yang berbahagia saat ini. Dia kehilangan cinta, bayi dan harapan dalam satu hari. Semua karena seorang pria yang menjadi sandaran hatinya. Hidupnya tidak lagi sama sejak saat itu, senyumnya menghilang karena rasa terkhianati yang begitu dalam.
Pria yang menyebabkan dia mengalami hal mengerikan itu sekarang justru duduk di sampingnya dengan tatapan penuh tekad. Menjebaknya tanpa pilihan untuk bisa menghindar. Vivian tau butuh usaha keras agar Max pergi dan menyerah dalam hidupnya. Jadi ia memilih menghadapinya secara langsung untuk mengatakan dengan tegas tentang hubungan mereka yang berakhir. Sudah cukup dia lari dari Max karena ingin menghukumnya.
"Jika kau membahas masalah hubungan atau permintaan maaf maka aku akan pergi. "
Sebuah undangan yang berisi tawaran untuk mendesain kostum berhasil membawa Vivian ke restoran paling berkesan selama dia dan Max berhubungan. Vivian merasa bodoh karena tertipu pa
Dengan begini usai sudah kisah cinta antara Vivian dan Max. Vivian ternyata sudah menutup hatinya rapat- rapat terhadap pria itu. Kehilangan bayinya merupakan stimulan yang berfungsi seperti racun yang membunuh cinta Vivian terhadap Max. Aku pamit dan membawa rasa iba pada kedua orang itu. Vivian jelas tidak bisa disalahkan dalam hal ini. Dia korban yang terluka dan mati rasa.Sedangkan Max, tidak mungkin ada yang tega menghakiminya sekarang. Pria itu tiap hari berjuang mendapatkan kembali hati Vivian. Mengerahkan apa yang ia punya untuk membuat Vivian kembali."Max, kau di sini?" Sapaku ketika hendak masuk ke apartemen Orland. Sopir sudah membawa pergi mobil dan aku tidak memiliki pilihan selain mengajak dia minum di cafe terdekat."Kita ke sana, kopi di sana enak. Aku yakin kau juga akan menyukai cemilannya. Melihat bagaimana kurusnya dirimu, aku yakin kau membutuhkan asupan makanan. ""Ya, aku memang ingin bicara denganmu."S
Kejutan menyenangkan muncul di pagi hari. Ibuku yang selama ini enggan muncul tiba- tiba datang dengan senyum satu dolarnya. Jelas aku tidak bisa mendeskripsikan betapa bahagia melihatnya masih hidup, sehat dan bahagia."Ibu, akhirnya kau datang..." Aku memeluknya erat. "Terima kasih sudah mau datang."Ibu menepuk- nepuk bagiku dengan lembut. Kehangatan kasih sayangnya langsung merembes melalui sela- sela baju kami."Ibu datang setelah kau memberi tahu jika akan menikah... melihatku dalam gaun pernikahan yang tidak pernah ibu pakai adalah impian seumur hidup ibu.""Aku juga merasa masih bermimpi mengingat bagaimana kita dulu. Masuklah bu... "Dia nampak lebih kurus dari yang terakhir aku ingat. Langkahnya juga tidak terlalu kuat seperti dulu. Satu hal yang bagus yaitu dia lebih bahagia dari yang dulu."Aku senang kau memutuskan keluar dari persembunyianmu, Monica " Orland keluar dari kamar kami dengan setelan resminya. Ak
Semua orang terguncang dengan dengan pernikahan spektakuler Pamela dan Orland. Banyak para gadis merasa terharu dengan kisah mereka. Kisah cinta mereka bahkan menjadi tren karena benar- benar mengisahkan kisah Cinderella jaman modern yang nyata. Sesuatu yang diidam- idamkan para gadis di jaman ini.Rasa iri juga menerpa Vanesa yang kini sudah menjadi ibu dan memilih mandiri. Dia adalah gadis yang terlupakan oleh media sejak batalnya pernikahannya dengan Orland. Vanesa menyadari jika tidak bisa memaksakan cinta pada pria yang tidak mencintainya. Semua hanya kesepakatan semata dan Vanesa terlalu tenggelam dalam harapan semu.'Aku harap bisa sepertimu, Pammy? Aku juga ingin memiliki cinta yang indah sepertimu.'Vanesa hanya tersenyum dan melangkahkan kakinya menuju swalayan. Dia ingin membeli barang untuk kebutuhan bayinya.Dhug."Oh, maaf," ucap Vanesa."Tidak, aku yang bersalah..." jawab o
Beberapa bulan berlalu dari pernikahan Pamela maupun Vanesa. Segalanya nampak normal bersama kehidupan mereka masing-masing. Hingga suatu hari, tanpa sengaja Vanesa bertemu dengan Pamela di depan Swalayan. Mereka berdua sama-sama menjinjing tas belanjaan, rupanya mereka berdua habis berbelanja di satu tempat.Pamela saat itu memakai hodi dan masker, tapi Vanesa yang pernah ia cap sebagai musuh besarnya, mampu mengenali Pamela dengan sangat baik."Pamela.""Vanesa."Mereka berdua terdiam dan menunduk malu. Ini karena mereka pernah menjadi saingan dan melakukan perang dingin untuk memperebutkan Orland. Sungguh semua itu masa lalu yang konyol dan memalukan jika diingat. Kini mereka berdua sadar jika sudah saling menyakiti satu dan lainnya."Selamat atas pernikahanmu, Vanesa," ucap Pamela tulus. Dia sangat senang mengetahui jika pria yang dinikahi Vanesa adalah ayah biologis dari bayi Vanesa.Vanesa tersenyum lembut. Aura keibuannya m
Pamela, gadis Senior High School di salah satu yayasan ternama di Colorado harus menelan semua masalahnya dalam hati ketika seseorang yang berperan sebagai malaikat dan iblis datang dalam hidupnya seperti badai. Pria itu menghancurkan segala hidupnya yang tenang menjadi sebuah kehidupan yang penuh tantangan dan gairah. Yang menyebalkan, dia menyukai kehidupan barunya karena tidak sanggup menolak pesona sang sugar daddy. Semua itu dimulai ketika tanpa sengaja ia berpapasan dengan pria berusia tiga puluhan di lift apartemen tempatnya tinggal bersama sang ibu.Flashback on.Pagi itu dimulai dengan omelan Monica, ibu dari Pamela karena tuntutan perfeksionis yang tidak pernah hilang dari pikirannya. Pamela bahkan bertanya-tanya apakah ibunya itu pernah muda, sebab dia selalu mengomentari hal kecil. Untuk menghindari episode berlanjut dari Monica, Pamela buru-buru meninggalkan apartemen menuju lift.Konsentrasi Pamela yang buyar membuat
Pamela selama ini adalah gadis populer yang tidak pernah kesulitan dalam hal ekonomi. Ibunya selalu memenuhi kebutuhan Pamela meski diiringi tuntutan-tuntutan agar dia menjadi wanita berkualitas sehingga mendapatkan pria yang juga berkualitas. Namun beberapa bulan ini semua menjadi terbalik. Pamela mengalami kesulitan keuangan. Gadis itu merahasiakan dari teman-temannya karena dia takut dijauhi oleh mereka. Dia masih bersikap ceria dan bercanda dengan temannya, hanya saja dia saat ini tidak lagi ikut pesta bersama teman-temannya dengan seribu alasan.Untuk sesaat Pamela merasa jika kehidupannya baik-baik saja. Dia sama sekali tidak tau jika akibat keusilannya yang merayu Orland di lift akan mengubah hidupnya dengan cara yang tidak biasa. Hal itu dimulai siang ini ketika wali kelas memberitahu jika dia mendapatkan panggilan."Pamy, ketua yayasan sekolah memanggilmu, " bu Messia datang dengan bibir merahnya yang menggoda. Guru seksi berambut pirang pendek ini sangat
Ketika sesuatu itu mengoyak miliknya untuk pertama kalinya, Pamela harus menjerit dan mencakar Orland. Dia merasa hancur saat tubuh bagian bawahnya terasa terbelah. Ini adalah siksaan nyata yang Pemela pikir mengapa ibunya bersedia menderita karena melayani bosnya yang tinggi besar itu. Pamela harus memejamkan mata, berharap tubuh bagian bawahnya kesakitan. "Auh... Hiks..." Pamela menangisi pengalaman pertamanya yang menyakitkan. "Kau kesakitan babe? " "Iya--sangat sakit, Daddy. Hiks." Orland tersenyum, dia tidak melanjutkan pertanyaannya dan hanya mencium bibir Pamela, menggodanya hingga gadis ini meleleh dalam ciumannya yang panas dan lezat. "Tahan sedikit lagi, aku janji jika kau akan mendapatkan kenikmatan yang luar biasa. Hanya beberapa menit lagi dan kau akan menyukainya. " Pamela hanya bisa mengangguk. Dia tidak memiliki kekuatan untuk menya
Pamela tau jika Orland akan membawanya ke apartemennya. Dia merasa terganggu dengan keputusan ini. Pamela tidak ingin berada di apartemen orang asing meski Orland adalah sugar daddynya. Ia bahkan tidak ingin hubungan itu, tapi ibunya yang baik hati membuatnya tidak memiliki pilihan. Akhirnya Pamela pun menyuarakan isi hatinya pada pria matang ini. "Daddy, aku ingin pulang ke apartemen ibuku, " pinta Pamny lirih. Meskipun ia menerima Orland menjadi sugar daddy nya tetapi dia tidak terbiasa hidup bersama seorang pria. Bahkan kekasih ibunya saja tidak pernah tinggal di apartemennya saat dia masih hidup. Kekasih ibunya hanya mampir sebentar dan pergi. "Pammy, cobalah untuk menurutiku. Aku bukan pria murah hati yang menerima kerugian dengan lapang dada, " tegas Orland. Mengapa gadis ini sama sekali tidak tau jika dia terancam menjadi gelandang di jalan. Mungkin berbicara dengan ibunya bisa memberikan nasehat agar bisa men
Beberapa bulan berlalu dari pernikahan Pamela maupun Vanesa. Segalanya nampak normal bersama kehidupan mereka masing-masing. Hingga suatu hari, tanpa sengaja Vanesa bertemu dengan Pamela di depan Swalayan. Mereka berdua sama-sama menjinjing tas belanjaan, rupanya mereka berdua habis berbelanja di satu tempat.Pamela saat itu memakai hodi dan masker, tapi Vanesa yang pernah ia cap sebagai musuh besarnya, mampu mengenali Pamela dengan sangat baik."Pamela.""Vanesa."Mereka berdua terdiam dan menunduk malu. Ini karena mereka pernah menjadi saingan dan melakukan perang dingin untuk memperebutkan Orland. Sungguh semua itu masa lalu yang konyol dan memalukan jika diingat. Kini mereka berdua sadar jika sudah saling menyakiti satu dan lainnya."Selamat atas pernikahanmu, Vanesa," ucap Pamela tulus. Dia sangat senang mengetahui jika pria yang dinikahi Vanesa adalah ayah biologis dari bayi Vanesa.Vanesa tersenyum lembut. Aura keibuannya m
Semua orang terguncang dengan dengan pernikahan spektakuler Pamela dan Orland. Banyak para gadis merasa terharu dengan kisah mereka. Kisah cinta mereka bahkan menjadi tren karena benar- benar mengisahkan kisah Cinderella jaman modern yang nyata. Sesuatu yang diidam- idamkan para gadis di jaman ini.Rasa iri juga menerpa Vanesa yang kini sudah menjadi ibu dan memilih mandiri. Dia adalah gadis yang terlupakan oleh media sejak batalnya pernikahannya dengan Orland. Vanesa menyadari jika tidak bisa memaksakan cinta pada pria yang tidak mencintainya. Semua hanya kesepakatan semata dan Vanesa terlalu tenggelam dalam harapan semu.'Aku harap bisa sepertimu, Pammy? Aku juga ingin memiliki cinta yang indah sepertimu.'Vanesa hanya tersenyum dan melangkahkan kakinya menuju swalayan. Dia ingin membeli barang untuk kebutuhan bayinya.Dhug."Oh, maaf," ucap Vanesa."Tidak, aku yang bersalah..." jawab o
Kejutan menyenangkan muncul di pagi hari. Ibuku yang selama ini enggan muncul tiba- tiba datang dengan senyum satu dolarnya. Jelas aku tidak bisa mendeskripsikan betapa bahagia melihatnya masih hidup, sehat dan bahagia."Ibu, akhirnya kau datang..." Aku memeluknya erat. "Terima kasih sudah mau datang."Ibu menepuk- nepuk bagiku dengan lembut. Kehangatan kasih sayangnya langsung merembes melalui sela- sela baju kami."Ibu datang setelah kau memberi tahu jika akan menikah... melihatku dalam gaun pernikahan yang tidak pernah ibu pakai adalah impian seumur hidup ibu.""Aku juga merasa masih bermimpi mengingat bagaimana kita dulu. Masuklah bu... "Dia nampak lebih kurus dari yang terakhir aku ingat. Langkahnya juga tidak terlalu kuat seperti dulu. Satu hal yang bagus yaitu dia lebih bahagia dari yang dulu."Aku senang kau memutuskan keluar dari persembunyianmu, Monica " Orland keluar dari kamar kami dengan setelan resminya. Ak
Dengan begini usai sudah kisah cinta antara Vivian dan Max. Vivian ternyata sudah menutup hatinya rapat- rapat terhadap pria itu. Kehilangan bayinya merupakan stimulan yang berfungsi seperti racun yang membunuh cinta Vivian terhadap Max. Aku pamit dan membawa rasa iba pada kedua orang itu. Vivian jelas tidak bisa disalahkan dalam hal ini. Dia korban yang terluka dan mati rasa.Sedangkan Max, tidak mungkin ada yang tega menghakiminya sekarang. Pria itu tiap hari berjuang mendapatkan kembali hati Vivian. Mengerahkan apa yang ia punya untuk membuat Vivian kembali."Max, kau di sini?" Sapaku ketika hendak masuk ke apartemen Orland. Sopir sudah membawa pergi mobil dan aku tidak memiliki pilihan selain mengajak dia minum di cafe terdekat."Kita ke sana, kopi di sana enak. Aku yakin kau juga akan menyukai cemilannya. Melihat bagaimana kurusnya dirimu, aku yakin kau membutuhkan asupan makanan. ""Ya, aku memang ingin bicara denganmu."S
Vivian jelas bukan orang yang berbahagia saat ini. Dia kehilangan cinta, bayi dan harapan dalam satu hari. Semua karena seorang pria yang menjadi sandaran hatinya. Hidupnya tidak lagi sama sejak saat itu, senyumnya menghilang karena rasa terkhianati yang begitu dalam.Pria yang menyebabkan dia mengalami hal mengerikan itu sekarang justru duduk di sampingnya dengan tatapan penuh tekad. Menjebaknya tanpa pilihan untuk bisa menghindar. Vivian tau butuh usaha keras agar Max pergi dan menyerah dalam hidupnya. Jadi ia memilih menghadapinya secara langsung untuk mengatakan dengan tegas tentang hubungan mereka yang berakhir. Sudah cukup dia lari dari Max karena ingin menghukumnya."Jika kau membahas masalah hubungan atau permintaan maaf maka aku akan pergi. "Sebuah undangan yang berisi tawaran untuk mendesain kostum berhasil membawa Vivian ke restoran paling berkesan selama dia dan Max berhubungan. Vivian merasa bodoh karena tertipu pa
Aku tertegun saat kakiku menapak di puncak pengunungan Alpen yang berselimut salju putih. Kemegahan alam yang menampilkan kemewahan putih alam sungguh mencengangkan . Sesuatu yang mengingatkanku pada pria yang dingin, indah dan perkasa. Nampak santun tapi berbahaya. Dia menarik hasrat siapapun untuk menaklukkannya. Sayangnya akulah sang penakluk pria dingin dan megah itu. Pria Alfa yang digilai para gadis justru menyerahkan dirinya padaku tanpa ia sadari. Itu membuatku menjadi pemenang dari semua hadiah yang bisa aku dapatkan di dunia ini.Di gunung eksotis yang menjadi kebanggaan warga Wina, aku mulai melanjutkan pekerjaan yang tertunda karena masalah George dan ayahku. Kamera, lampu dan segala macam peralatan untuk mendapatkan gambar sudah berada di posisi masing- masing."Tunjukkan perasaanmu yang sedang jatuh cinta, babe! " teriak Cordis. Dia justru bergerak- gerak lebih atraktif dari sang model. Itulah salah satu caranya untuk mendapatkan gamba
Max Pov.Dia cantikDia bersinar seperti angel.Dia seksi.Semua terlihat sempurna. Hormonku mengamuk tanpa terkendali karena gadis yang yang melenggak - lenggok di depanku dengan penuh percaya diri. Aku tidak kuasa melawan dorongan untuk menidurinya dengan keras dan dalam. Rasanya pasti sangat menyenangkan."Mr Max, salam kenal. Aku ingin chasting untuk model video.""Ya, silakan ikut denganku."Inilah keuntungan untukku, memilih siapapun yang aku mau meski tidak memiliki bakat. Dan gadis ini ternyata tidak memiliki bakat yang terlalu istimewa selain fisiknya yang mampu membuat tiap kejantanan pria mengeras karena dadanya yang montok dan asli."Kemampuan apa yang bisa kau tunjukkan padaku?" Tanyaku."Aku, aku bisa berpose dan membawakan baju dengan baik. Aku bisa menari dan---""Bagaimana dengan menjadi kekasihku?" Aku selalu to the point. Bagiku dia sama seperti pirang lai
Pamela Pov.Mendapat informasi akurat adalah keahlian Crist. Dia berbakat dalam hal itu, personal yang tidak dilahirkan dalam jumlah yang banyak. Dan aku memiliki keberuntungan memiliki pria ini sebagai seseorang yang seperti saudara bagiku."Coba tebak, Max memang sedang tidak dalam kondisi yang seperti biasanya. Dia sudah membeli bunga dan coklat selama berbulan- bulan, dan itu untuk satu gadis. Kau pasti tau siapa gadis itu, " jelas Crist mengenai penyelidikannya.Di tangannya memegang smartphone dan bolpoint. Dia bersandar di sofa kulit gelap yang senada dengan bajunya. Mungkin banyak gadis di sana yang melihat betapa seksi Crist saat bicara dengan logat Prancis- nya yang menawan. Tapi aku menemukan dia menawan saat kepandaian otaknya mendominasi tingkah Crist."Ini bearti Vivian menjadi gadis pertama yang mendapatkan keistimewaan itu. " Aku mengangguk- angguk paham. "Bukankah ini aneh? Yang aku tau
Sepeda milik Orland melesat meninggalkan George yang terbengong. Orland yang dalam fase egois tidak ingin Pamela berdekatan dengan siapapun selain dirinya. Inilah Orland yang romantis sekaligus posesif. Dua sifat yang dikombinasikan akan menjadi tingkah yang bisa membuat orang tersenyum sekaligus geleng- geleng kepala."Orland, apa kau tidak terlalu cepat mengayuhnya?" Tanya Pamela.Bukannya dia meragukan Orland tapi Pamela tidak mau Orland kelelahan. Pria ini memiliki banyak pekerjaan dan tidak diijinkan untuk lelah. Adakalanya Pamela kasihan dendam beban yang harus ditanggung oleh Orland. Andai saja Pamela bisa membantu, dia tidak akan ragu sedikit pun untuk melakukannya.Tekanan bisnis.Olah raga.Percintaan.Ancaman.Semua itu penyebab Pamela tidak pernah menolak permintaan Orland untuk kegiatan ranjang. Dia ingin Orland tidak stress dengan segala macam rutinitas tiada henti meski kekayaan d