Ketika sesuatu itu mengoyak miliknya untuk pertama kalinya, Pamela harus menjerit dan mencakar Orland. Dia merasa hancur saat tubuh bagian bawahnya terasa terbelah. Ini adalah siksaan nyata yang Pemela pikir mengapa ibunya bersedia menderita karena melayani bosnya yang tinggi besar itu. Pamela harus memejamkan mata, berharap tubuh bagian bawahnya kesakitan.
"Auh... Hiks..." Pamela menangisi pengalaman pertamanya yang menyakitkan.
"Kau kesakitan babe? "
"Iya--sangat sakit, Daddy. Hiks."
Orland tersenyum, dia tidak melanjutkan pertanyaannya dan hanya mencium bibir Pamela, menggodanya hingga gadis ini meleleh dalam ciumannya yang panas dan lezat.
"Tahan sedikit lagi, aku janji jika kau akan mendapatkan kenikmatan yang luar biasa. Hanya beberapa menit lagi dan kau akan menyukainya. "
Pamela hanya bisa mengangguk. Dia tidak memiliki kekuatan untuk menyangkal atau mengatakan tidak pada ucapan Orland. Dirinya tau jika sudah jatuh dalam cengkeraman Orland karena keputusan ibunya. Pamela tau jika sudah menjadi budak Orland yang sewaktu-waktu bisa dia buang jika Orland sudah bosan.
"I- iya. "
Saat pertama kali melihat Orland, Pamela tau jika pria ini memiliki kemampuan menghanyutkan wanita ke dalam sebuah kesenangan akan hal bernama seksual. Dan dirinya adalah salah satu gadis yang ia hanyutkan ke dalam kesenangan itu. Semakin lama Pamela merasakan serbuah perasaan yang aneh pada dirinya.
Sesuatu di bawah sana mulai berkedut untuk minta diberi kepuasan. Hal ini pertama kali terjadi pada Pamela, hingga tanpa sadar ia bergerak gelisah. Pamela membutuhkan lebih banyak dari ini tapi tidak tau apa itu. Gerakan dan rintihan Pamela menarik perhatian Orland untuk memberi yang dibutuhkan pada gadis yang berada di bawahnya.
"Kurasa sudah waktunya kau merasakan rasanya Pammy. Aku akan mendesak tubuhmu hingga kau tidak bisa berpikir. Lalu kau akan memohon untuk terus dan terus. "
Orland menggerakkan pinggulnya dengan lembut. Mendorongnya keluar masuk sambil memainkan buah dada yang memantul dengan liar.
Ucapan Orland ternyata tidak bohong. Pamela merasa diserang aliran kenikmatan yang merambat ke seluruh tubuhnya. Gerakan Orland begitu intens meski lembut. Ini membuatnya tidak bisa berpikir dan hanya bisa mencakar punggung Orland.
"Wow, kucing nakalku perlu dihikum. "
Orland mempercepat gerakan pinggulnya. Memutar dan mendorong lebih ke dalam. Tidak membiarkan Pamela beristirahat agar terus menerima hujaman kejantanannya lebih dalam lagi dan lagi.
"Daddy! Akh, pelan-pelan... "
"Ijinkan aku menggila di atasmu Babe. Kau membuatku hilang kendali, biarkan aku mencintaimu hingga kehilangan kontrol Pammy ku yang cantik. "
"Ya, ya...Kyaa... " Pamela mendapatkan pelepasannya. Ini membuatnya terengah-engah.
"Apa itu tadi, mengapa aku merasa hancur...? "
"Kau mendapatkan pelepasanmu untuk pertama kalinya, Pammy. Aku akan melanjutkannya."
"Eh...? " tanda tanya besar hinggap di benak Pammy. Namun dia tidak menolak saat tubuhnya menghadap ke bawah dan Orland menarik pinggulnya ke atas.
Orland pun kembali menghujamkan miliknya, kali ini lebih dalam dari sebelumnya.
Pamela tidak menampik jika dia menyukai setiap desakan Orland. Dia secara alami menggerakkan kakinya lebih melebar untuk memberi akses Orland agar lebih dalam.
"Bagus, ini bearti kau menyukainya Pamela. "
"Daddy, " rintih Pamela.
Orland yang kehilangan kontrol dirinya tidak sanggup menghentikan gerakannya. Dalam manisnya gadis yang merintih dibawahnya ini, dia seperti menjadi seorang raja. Perasaan yang menakjubkan yang baru pertama kali dia rasakan. Dari awal, mata hijau yang menatapnya sangat indah hingga tidak bisa ia abaikan. Orland pun mencoba menciptakan pelepasan yang hebat bagi Pamela. Ia ingin gadis ini terus mencarinya karena menginginkan pengalaman ini lagi.
Di ruangan ketua yayasan sekolah, jeritan mereka tidak berhenti bahkan setelah jam sekolah usai. Teman-teman Pamela juga seakan lupa jika temannya tidak berada diantara mereka. Mungkin hal ini disebabkan Pamela yang sering bolos dari mata pelajaran yang tidak ia sukai. Jadi ada tidak adanya Pamela tidak akan berdampak apapun.
.
.
.
Melihat gadis kecilnya tertidur, Orland memutukan untuk mandi. Setelah itu ia keluar dengan berbalut handuk dengan tetesan air yang masih menempel di rambutnya. Pakaiannya kembali menempel di tubuhnya setelah mandi. Pria yang mendapatkan kepuasan ini tidak bisa menahan senyumnya. Perasaan terpuaskan setelah beberapa tahun mengalami aktivitas ranjang yang hambar menaikkan mood - nya dengan sangat drastis.
"Aku akan bersamamu hingga kau bisa lepas dariku, Pammy. "
Flashback on.
Orland mengernyit melihat jika Monica---wanita yang menjadi simpanan salah satu pengusaha yang meninggal beberapa bulan yang lalu menemuinya. Dia meminta sesuatu pada diri Orland agar dia bersedia menjadi sugar daddy Pammy. Wanita itu dengan putus asa mendatanginya bersama foto gadis yang menarik perhatiannya ketika di lift. Ternyata dia tidak perlu repot-repot mencari keberadaannya karena ibunya yang menyerahkan dirinya sendiri.
"Apa yang kau inginkan Nyonya? " tanya Orland agar wanita ini sadar jika dia tidak tertarik dengan wanita berumur meskipun tetap cantik.
Monica dengan nada memohon berkata pada Orland.
"Ini gadisku. Buatlah dia menjadi artis. Lindungi dia dari segala kebusukan di dunia hiburan. "
"Mengapa aku harus melakukannya? "
Monica dengan sedih bercerita pada Orland tentang kondisinya. "Aku memiliki penyakit, mungkin saja umurku tidak lama lagi. Hanya ketika dia menancapkan posisinya di dunia hiburan maka Pammy akan bisa bertahan hidup di dunia ini. Itu akan membuatku tenang, " ucap Monica
Orland terus menatap pada foto gambar gadis cantik itu. Dia pun langsung pada intinya karena ia tidak suka basa basi. "Kau tentu tau jika aku akan memiliki tunangan demi bisnis, aku tidak bisa terus menjadi Sugar Daddy-nya."
Monica saat itu mengangguk. Dia menyetujui segala ucapannya. "Itu tidak apa-apa. Hanya saja, tolong kuatkan posisinya sebelum kau meninggalkannya. "
"Baiklah. "
"Terimakasih. "
Flashback off.
Penyakit kangker yang menyerang Monica sama sekali tidak diketahui oleh Pamela. Monica saat ini beralasan pergi keluar negeri untuk berlibur di dengan uang hasil menjual Pammy. Padahal saat ini Monica berjuang untuk berobat. Meski ia tau jika Pamela nanti akan membencinya karena sudah menjual Pamela pada Orland, Monica tidak perduli. Dia hanya berharap Pamela bisa menjalani hidup tanpa kekurangan setelah ia meninggal.
"Shhh aw sakit sekali, " rintih Pamela yang mulai bangun dari tidurnya. Sesuatu di bawah sana terasa sakit hingga ia tidak bisa berdiri
Orland perlahan mendekatinya. Dia membelai surai pirang madu Pamela dengan lembut. "Bangunlah, ayo kita pulang. "
Pamela mengerjapkan matanya. Dia baru sadar jika dirinya masih di kamar kantor ketua yayasan, dan dia tertidur.
"Da - Daddy, " panggil Pamela tanpa sadar.
"Kau begitu cantik saat bangun tidur. Aku ingin memakanmu lagi, tetapi kita harus segera pulang. "
Pamela berjuang untuk bangkit dari tempat tidur. Sayangnya ia gagal. Kakinya terlalu lemah untuk bisa berdiri.
"Aku tidak bisa berdiri, " keluh Pamela.
Orland tersenyum dan menggendong Pamela.
"Jangan khawatir, kapanpun kau bisa meminta Daddy untuk menggendongmu. "
Tbc
Pamela tau jika Orland akan membawanya ke apartemennya. Dia merasa terganggu dengan keputusan ini. Pamela tidak ingin berada di apartemen orang asing meski Orland adalah sugar daddynya. Ia bahkan tidak ingin hubungan itu, tapi ibunya yang baik hati membuatnya tidak memiliki pilihan. Akhirnya Pamela pun menyuarakan isi hatinya pada pria matang ini. "Daddy, aku ingin pulang ke apartemen ibuku, " pinta Pamny lirih. Meskipun ia menerima Orland menjadi sugar daddy nya tetapi dia tidak terbiasa hidup bersama seorang pria. Bahkan kekasih ibunya saja tidak pernah tinggal di apartemennya saat dia masih hidup. Kekasih ibunya hanya mampir sebentar dan pergi. "Pammy, cobalah untuk menurutiku. Aku bukan pria murah hati yang menerima kerugian dengan lapang dada, " tegas Orland. Mengapa gadis ini sama sekali tidak tau jika dia terancam menjadi gelandang di jalan. Mungkin berbicara dengan ibunya bisa memberikan nasehat agar bisa men
Kamarnya tidak lagi sunyi seperti sebelumnya. Tidak akan ada hari di mana ia pergi untuk mendapatkan pelampiasan yang tidak memenuhi kepuasan. Orland sudah mendapatkan seseorang untuk membuat suara yang mengisi keheningan yang selama ini menemaninya. Bukan tunangannya, tetapi gadis yang ditawarkan untuk Orland. Memang bukan hal mustahil untuk membawa para wanita satu malam ke penthouse nya. Tetapi itu akan menambah daftar masalah yang tidak ia inginkan. Bagaimanapun Orland tidak menyukai masalah dan membawa wanita gila harta bearti membuatnya rela menerima masalah. Tetapi ia mengecualikan satu, yaitu gadis muda berusia hampir delapan belasan ini. Orland tidak keberatan dengan masalah yang berupa gadis cantik bermata hijau teduh yang sedang menjerit menikmati desakannya. Mungkin juga sebenarnya dia tau jika gadis itu yang menganggap dirinya masalah. "Kau sangat nikmat Pammy, hangat dan me
Saat aku menerima penawaran Orland. Saat itulah aku tau jika hidupku seratus persen berubah. Aku sekarang bukan lagi menjadi gadis yang bebas seutuhnya. Patung liberty yang merupakan simbol kebebasan, kini hanya pajangan di mataku. Di negara yang menjunjung tinggi kebebasan aku sudah terbelenggu oleh kekuatan ekonomi berupa Orland. Untungnya belenggu itu menjadi milik seorang pria dewasa yang seksi. Jadi aku masih diasosiasikan sebagai wanita yang beruntung. Tidak perlu ditanya apakah aku menyukai segala perubahan besar dalam hidupku atau tidak. Karena hanya wanita bodoh yang tidak menginginkan perubahan ini. Siapa yang menolak memiliki kehidupan hebat, bersama pria hebat. Apalagi Orland pria sempurna yang menempati jajaran pengusaha terkaya yang memiliki Manex industri. Dia juga seksi dalam kondisi apapun. Jikapun ada angin nakal yang berusaha membuat rambutnya berantakan agar dia terlihat kacau maka itu percuma. Orland masih tetap tampan meski
Pamela segera memasuki kamar mandi, membersihkan diri dan berganti pakaian. Dia bahkan mengabaikan Orland yang menunggunya pulang rekaman. Ada yang harus ia lakukan sekarang dan itu tidak ada kaitannya dengan Orland. Ini adalah urusan antar gadis dan Pamela berharap Orland tidak bertingkah konyol."Daddy aku akan keluar sebentar, okey? " pamit Pamela pada Orland.Pamela membungkus tubuhnya dengan handuk. Lalu melewati Orland menuju walk in closet. Dia memilah pakaian yang cocok untuk jalan-jalan dengan Vivian. Sahabatnya di sekolahPamela begitu bersemangat menemui Vivian. Kisah cinta Vivian yang sama dengan dirinya membuat Pammy tidak sabar menemui temannya itu. Lebih tepatnya selera Vivian yang menyukai pria-pria jauh lebih dewasa. Dia ingin tau bagaimana kisah Vivian yang sama-sama melibatkan pria dewasa. Apakah perasaan Vivian sama dengan perasaan dirinya. Itu patut dipertanyakan."Berhenti di sana,
Tubuhku seolah diciptakan untuk seks. Mereka berlekuk dan menarik meski tidak memiliki dada sebesar bola volly. Setidaknya aku tau jika pinggang dan pinggulku berlekuk seperti gitar spanyol di saat aku lulus. Dadaku juga tidak mengecewakan. Semua sangat cocok sehingga aku dengan percaya diri bisa berkata jika body ku sempurna. Aku bersyukur ibuku membagi gen nya yang bagus padaku."Mengapa kau tidak menjadi model, Pammy? " tanya Vivian. Kami hendak mengucapkan selamat tinggal antara satu dengan lainnya. Vivian sekarang terlihat lebih bersemangat dari sebelumnya karena saran yang aku ucapkan."Aku memiliki rencana yang lebih baik. ""Pasti itu karena Sugar Daddy mu. ""Yah... Kau akan iri jika mengetahui siapa dia. ""Tidak akan. Aku sudah terlalu jauh dengan Max, bagiku tidak ada pria lain sekarang. ""Itu bagus. "Sebuah Bentley berhenti di sisi trotoar. Aku melihat siluet Orland di dalam sana. Tiba-tiba otakku di penuhi se
Aku masih disini, memandang kota Colorado dari kamar apartemen ibuku. Suasana kota yang perlahan-lahan meredup dengan menghilangnya matahari membawa suasana eksotisme pada kota ini. Pemandangan yang jarang aku lihat akhir-akhir ini karena kesibukan ku. Beruntung aku mendapatkan libur setelah sebulan lebih menggila bersama jadwal yang tidak pernah menyusut.Dulu pemandangan ini mampu menghiburku ketika aku sedang sedih. Rupanya dengan berjalannya waktu, perasaanku tidak lagi merasa lebih baik meski aku memandangnya selama satu jam lebih--dikamar--tanpa bergerak. Dalam hati aku bahkan bertanya-tanya kemana perginya rasa lelah yang biasanya dirasakan oleh manusia. Mengapa sore ini aku tidak merasakannya? Ataukan aku memang sudah kebas sehingga tidak lagi merasakan rasa lelah.Yah jawabannya ada di hatiku. Kehancuran hatiku sudah tak terelakkan. Aku menjadi sosok menyedihkan yang menjilati lukaku sendirian. Semua jelas karena Orland yang tid
Blom memiliki pesona nakal yang menawarkan gairah liar yang lepas kontrol. Rambut kemerahan yang dipadu dengan mata amber yang berkilau diterpa cahaya seperti magnet yang kuat untuk menarik gadis sepertiku. Dia terlihat liar namun tidak murahan. Setelan Armani rancangan khusus membantunya menjadi pria elegan yang memancarkan feromon nakal. Semua yang ia miliki menggaruk hatiku untuk bermain dengan Blom. Pasti sangat menyenangkan.Hei, aku bukan gadis perawan lagi. Si sialan Orland mendapatkannya melalui perjanjian. Sesuatu yang tidak ku rencanakan dahulu. Pikiran polosku dulu mengira jika yang akan mendapatkan keperawananku adalah kekasih yang mencintaiku dan siap berkomitmen. Sesuatu yang bertolak belakang dari kenyataan meski aku tidak menampik jika menyukainya."Kau sangat cantik Pammy, aku terpesona denganmu saat pertama kali melihatmu. Kau seperti fallen angel. " Blom memujiku dengan cara yang sungguh ketinggalan jaman. Mungkin saja
Orland tidak berhenti meski aku berteriak, memohon padanya agar berhenti. Akan tetapi dia justru semakin brutal menjarah tubuhku yang basah. Dia bahkan sempat membawaku ke tepi, melakukan sesuatu agar aku menikmati seperti dulu. Dia begitu percaya diri jika aku pasti akan luluh padanya, pasti karena sikapku terakhir kali yang bertindak murahan. Tetap saja dia tidak berhak melakukan ini padaku. Aku adalah manusia yang memiliki hati, dan Orland memperlakukanku seperti binatang."Aku membencimu! Aku benci... Kau dengar? Kau menjijikkan! "Pemerkosaan yang dilakukan Orland tidak akan membuatku runtuh. Aku tidak akan menangis untuk semua penghinaan yang ia lakukan. Aku akan tetap bertahan meski langit malam yang gelap sudah mulai dipudarkan cahaya. Aku akan menunjukkan padanya jika Orland tidak akan membuat ku runtuh. Aku juga tidak akan pernah tunduk padanya. Tidak akan pernah.Aku justru kasihan padanya. Kasihan pada keegoisannya yang memu