Pamela tau jika Orland akan membawanya ke apartemennya. Dia merasa terganggu dengan keputusan ini. Pamela tidak ingin berada di apartemen orang asing meski Orland adalah sugar daddynya. Ia bahkan tidak ingin hubungan itu, tapi ibunya yang baik hati membuatnya tidak memiliki pilihan. Akhirnya Pamela pun menyuarakan isi hatinya pada pria matang ini.
"Daddy, aku ingin pulang ke apartemen ibuku, " pinta Pamny lirih. Meskipun ia menerima Orland menjadi sugar daddy nya tetapi dia tidak terbiasa hidup bersama seorang pria. Bahkan kekasih ibunya saja tidak pernah tinggal di apartemennya saat dia masih hidup. Kekasih ibunya hanya mampir sebentar dan pergi.
"Pammy, cobalah untuk menurutiku. Aku bukan pria murah hati yang menerima kerugian dengan lapang dada, " tegas Orland. Mengapa gadis ini sama sekali tidak tau jika dia terancam menjadi gelandang di jalan. Mungkin berbicara dengan ibunya bisa memberikan nasehat agar bisa menyenangkan pria.
"Tapi..."
"Aku akan menelpon ibumu. Kurasa kau harus mendengar segala ucapannya, '' tegas Orland. Itu menutup semua diskusi yang ada.
Setelah mereka sampai di penthouse Orland, pria itu membuka pakaiannya. Dia kemudian mengambil telepon untuk menghubungi Monica Konnov. Pamela harus mati-matian tidak membayangkan saat tubuh Orland yang terpahat sempurna menggumulinya. Segala pose yang dibuat Orland bahkan seperti model profesional.
Pamela tersentak dari lamunannya ketika Orland mengulurkan tangannya yang menggenggam telepon. Pamela bahkan sangat malu karena ketahuan mengamati tubuh berotot Orland yang tidak berlebihan.
"Ini, bicaralah pada Monica. Sementara itu aku akan menyiapkan mandi untukmu dulu. "
Pammy segera mengambil telepon itu. Dengan terisak gadis itu mulai menyapa ibunya. Dia ingin mendapatkan penjelasan mengapa Monica tega melakukan ini.
"Mom~"
Sebuah jawaban tidak menyenangkan datang dari Monica. "Mendengar nada suaramu mom yakin jika tuan Orland Manex sudah melakukan sesuatu padamu. "
Pamela merasakan hatinya hancur saat ibunya berkata dengan dingin. "Mom ada di mana? "
Monica terdengar mendesah karena gadisnya yang bodoh tidak sadar jika mendapatkan berlian berupa Orland. Padahal ribuan gadis di luar sana berusaha mati- matian agar masuk di list Orland. Namun apa yang dilakukan putrinya ini, dia justru menangis. "Dengar Pammy, mom akan jujur padamu. Sebenarnya mom saat ini sedang berlibur ke suatu tempat. Mom mencarikanmu sugar daddy karena mom tidak ingin kau hidup di jalanan. Kau butuh seorang pria yang melindungimu. "
Pamela jelas tidak setuju dengan perkataan ibunya. Dia yakin jika bisa bertahan hidup. "Tapi mom, aku bisa saja bekerja paruh waktu, lalu akan melunasi hutang- hutang kita, "jawab Pammy.
Monica kembali mendengus sinis di telepon. Putrinya memang terlalu dia manjakan sehingga tidak tau kehidupan di luar sana sangat berat. "Yeah, dan kau akan membusuk dengan kemiskinan. Mungkin ini salah momy yang tidak menunjukkan padamu kejamnya hidup. Dengar, Sayang... Mom pernah berada di posisimu. Mom pikir jika bekerja maka mom akan baik-baik saja. "
Pamela terdiam mendengar segala penuturan Monica. Dia tau jika tidak bisa mendebatnya. "..."
Nyatanya tidak. Ada kalanya mom sakit dan tidak memiliki uang maupun makanan. Berjuang menuntaskan pendidikan sambil bekerja sungguh berat. Belum lagi pandangan mencemooh teman-teman ketika mom berpakaian lusuh. "
"Mom... "
"Dan lihat sekarang, akhirnya mom hancur ketika tidak ada yang menyokong kita. Padahal mom saat ini sedang sakit dan butuh berlibur. Mom tidak sanggup berobat dan membiayaimu. " Jeda sejenak. "Tuan Orland akan membantumu meraih karier mu, Sayang. Jika kau sudah bisa mandiri, kau bisa lepas darinya, Sayang. Lagi pula dia akan bertunangan. Kau tidak perlu khawatir selamanya terjerat oleh tuan Orland. "
'Apa?! Mom sakit? '
Pamela akhirnya menyetujui nasehat Monica. "Yes mom. "
"Lakukan apa yang ia katakan. Jangan jatuh cinta. Ingat, jangan jatuh cinta padanya. "
Pamela pun menutup teleponnya. Monica tadi sempat secara tidak sengaja mengatakan dirinya sakit. Pamela kembali merasa hancur oleh kenyataan ini. Selama ini dia memang selalu hidup nyaman karena ibunya. Dia sama sekali tidak pernah hidup kekurangan karena ibunya. Tetapi kini dia mengalami kesulitan dan ibunya sakit, dia butuh berobat. Jika dia menolak segala ucapan Orland maka uang itu bisa saja dikembalikan ibunya ke Orland. Tetapi apa yang selanjutnya terjadi pada ibunya. Tanpa uang tidak akan ada pengobatan.
Orland datang dari arah kamar mandi. Tetesan air di tubuhnya terlihat sangat lezat. Menggoda Pammy menjilati air yang menempel di tubuh yang terpahat sempurna itu. Padahal pria itu tadi pamit untuk menyiapkan mandi Pamela. Tapi justru dirinya yang mandi.
"Kurasa kau sudah memutuskan apa yang akan kau lakukan, " ucap Orland.
Pamela menatap kosong tubuh menakjubkan yang terpampang di depannya. Dia bahkan lupa untuk menelan ludahnya. Juga lupa untuk menjawab pertanyaan pria di depannya.
Menyadari jika gadis didepannya terpukau dengan tubuhnya, Orland hanya mendengus. Dia mendudukkan dirinya di sebelah Pammy. Dia menarik gadis itu dan menciumnya. Dan yang mengejutkan, Pamela mulai mengikuti arus ciumannya meski terasa amatir.
"Aku ingin mencintaimu di tempat yang layak Pammy. Tidak di sofa ini. "
Orland kembali mengangkat tubuh Pammy dari sofa. Dia membawa ke ruangan pribadinya yang terkesan maskulin. Perabotan yang terbuat dari kayu, lukisan yang berseni tinggi menghiasi kamar Orland. Jendela kaca hitam yang besar dan memungkinkan untuk memandang kota Colorado dengan leluasa. Dan yang mengejutkan Orland ternyata sangat rapi. Pamela terkejut betapa rapi kamar Orland.
"Kau seperti terpukau dengan kamarku? "
*Rayu dia Pammy, buat dia puas denganmu*... Monica tadi sempat memberi nasehat pada Pamela. Itu membuat Pamela berpikir cara untuk merayu Orland. Pengobatan ibunya tidak boleh berhenti di sini karena Orland tidak puas dengannya.
"Aku lebih terpukau dengan sosok tubuhmu. Bahkan saat pertama kali melihatmu di lift. "
Orland menyeringai karena Pamela sudah mengakui jika dirinya tertarik pada Orland ketika pertama kali bertemu. "Sudah kuduga. Tetapi aku menyukai aksi merayumu. "
Orland meletakkan Pammy di ranjang. Dia memposisikan diri diantara kedua kakinya.
"Bearti kau memperhatikanku saat itu. Dasar menyebalkan, sikap dinginmu saat itu membuatku hampir mengalami krisis percaya diri. "
"Dengan tubuh seindah ini kau mengalami krisis percaya diri? "
"Dasar pria tua mesum. " Pammy menggeliat ketika Orland menenggelamkan wajahnya di dada Pammy. Lalu bermain dengan lidahnya yang hangat dan basah.
"Dan orang tua mesum ini akan membuatmu menjerit. "
"Padahal aku masih kesakitan. Dasar kejam. " Walaupun ucapannya terdengar menolak tapi kaki Pamela sudah melingkar di pinggul Orland. Pamela tidak keberatan menanggung rasa sakit itu agar biaya pengobatan ibunya tidak ditarik oleh Orland. Lagi pula dia tidak selamanya harus bercinta dengan Orland. Pria ini pasti harus menikah dengan tunangannya.
Tbc
Kamarnya tidak lagi sunyi seperti sebelumnya. Tidak akan ada hari di mana ia pergi untuk mendapatkan pelampiasan yang tidak memenuhi kepuasan. Orland sudah mendapatkan seseorang untuk membuat suara yang mengisi keheningan yang selama ini menemaninya. Bukan tunangannya, tetapi gadis yang ditawarkan untuk Orland. Memang bukan hal mustahil untuk membawa para wanita satu malam ke penthouse nya. Tetapi itu akan menambah daftar masalah yang tidak ia inginkan. Bagaimanapun Orland tidak menyukai masalah dan membawa wanita gila harta bearti membuatnya rela menerima masalah. Tetapi ia mengecualikan satu, yaitu gadis muda berusia hampir delapan belasan ini. Orland tidak keberatan dengan masalah yang berupa gadis cantik bermata hijau teduh yang sedang menjerit menikmati desakannya. Mungkin juga sebenarnya dia tau jika gadis itu yang menganggap dirinya masalah. "Kau sangat nikmat Pammy, hangat dan me
Saat aku menerima penawaran Orland. Saat itulah aku tau jika hidupku seratus persen berubah. Aku sekarang bukan lagi menjadi gadis yang bebas seutuhnya. Patung liberty yang merupakan simbol kebebasan, kini hanya pajangan di mataku. Di negara yang menjunjung tinggi kebebasan aku sudah terbelenggu oleh kekuatan ekonomi berupa Orland. Untungnya belenggu itu menjadi milik seorang pria dewasa yang seksi. Jadi aku masih diasosiasikan sebagai wanita yang beruntung. Tidak perlu ditanya apakah aku menyukai segala perubahan besar dalam hidupku atau tidak. Karena hanya wanita bodoh yang tidak menginginkan perubahan ini. Siapa yang menolak memiliki kehidupan hebat, bersama pria hebat. Apalagi Orland pria sempurna yang menempati jajaran pengusaha terkaya yang memiliki Manex industri. Dia juga seksi dalam kondisi apapun. Jikapun ada angin nakal yang berusaha membuat rambutnya berantakan agar dia terlihat kacau maka itu percuma. Orland masih tetap tampan meski
Pamela segera memasuki kamar mandi, membersihkan diri dan berganti pakaian. Dia bahkan mengabaikan Orland yang menunggunya pulang rekaman. Ada yang harus ia lakukan sekarang dan itu tidak ada kaitannya dengan Orland. Ini adalah urusan antar gadis dan Pamela berharap Orland tidak bertingkah konyol."Daddy aku akan keluar sebentar, okey? " pamit Pamela pada Orland.Pamela membungkus tubuhnya dengan handuk. Lalu melewati Orland menuju walk in closet. Dia memilah pakaian yang cocok untuk jalan-jalan dengan Vivian. Sahabatnya di sekolahPamela begitu bersemangat menemui Vivian. Kisah cinta Vivian yang sama dengan dirinya membuat Pammy tidak sabar menemui temannya itu. Lebih tepatnya selera Vivian yang menyukai pria-pria jauh lebih dewasa. Dia ingin tau bagaimana kisah Vivian yang sama-sama melibatkan pria dewasa. Apakah perasaan Vivian sama dengan perasaan dirinya. Itu patut dipertanyakan."Berhenti di sana,
Tubuhku seolah diciptakan untuk seks. Mereka berlekuk dan menarik meski tidak memiliki dada sebesar bola volly. Setidaknya aku tau jika pinggang dan pinggulku berlekuk seperti gitar spanyol di saat aku lulus. Dadaku juga tidak mengecewakan. Semua sangat cocok sehingga aku dengan percaya diri bisa berkata jika body ku sempurna. Aku bersyukur ibuku membagi gen nya yang bagus padaku."Mengapa kau tidak menjadi model, Pammy? " tanya Vivian. Kami hendak mengucapkan selamat tinggal antara satu dengan lainnya. Vivian sekarang terlihat lebih bersemangat dari sebelumnya karena saran yang aku ucapkan."Aku memiliki rencana yang lebih baik. ""Pasti itu karena Sugar Daddy mu. ""Yah... Kau akan iri jika mengetahui siapa dia. ""Tidak akan. Aku sudah terlalu jauh dengan Max, bagiku tidak ada pria lain sekarang. ""Itu bagus. "Sebuah Bentley berhenti di sisi trotoar. Aku melihat siluet Orland di dalam sana. Tiba-tiba otakku di penuhi se
Aku masih disini, memandang kota Colorado dari kamar apartemen ibuku. Suasana kota yang perlahan-lahan meredup dengan menghilangnya matahari membawa suasana eksotisme pada kota ini. Pemandangan yang jarang aku lihat akhir-akhir ini karena kesibukan ku. Beruntung aku mendapatkan libur setelah sebulan lebih menggila bersama jadwal yang tidak pernah menyusut.Dulu pemandangan ini mampu menghiburku ketika aku sedang sedih. Rupanya dengan berjalannya waktu, perasaanku tidak lagi merasa lebih baik meski aku memandangnya selama satu jam lebih--dikamar--tanpa bergerak. Dalam hati aku bahkan bertanya-tanya kemana perginya rasa lelah yang biasanya dirasakan oleh manusia. Mengapa sore ini aku tidak merasakannya? Ataukan aku memang sudah kebas sehingga tidak lagi merasakan rasa lelah.Yah jawabannya ada di hatiku. Kehancuran hatiku sudah tak terelakkan. Aku menjadi sosok menyedihkan yang menjilati lukaku sendirian. Semua jelas karena Orland yang tid
Blom memiliki pesona nakal yang menawarkan gairah liar yang lepas kontrol. Rambut kemerahan yang dipadu dengan mata amber yang berkilau diterpa cahaya seperti magnet yang kuat untuk menarik gadis sepertiku. Dia terlihat liar namun tidak murahan. Setelan Armani rancangan khusus membantunya menjadi pria elegan yang memancarkan feromon nakal. Semua yang ia miliki menggaruk hatiku untuk bermain dengan Blom. Pasti sangat menyenangkan.Hei, aku bukan gadis perawan lagi. Si sialan Orland mendapatkannya melalui perjanjian. Sesuatu yang tidak ku rencanakan dahulu. Pikiran polosku dulu mengira jika yang akan mendapatkan keperawananku adalah kekasih yang mencintaiku dan siap berkomitmen. Sesuatu yang bertolak belakang dari kenyataan meski aku tidak menampik jika menyukainya."Kau sangat cantik Pammy, aku terpesona denganmu saat pertama kali melihatmu. Kau seperti fallen angel. " Blom memujiku dengan cara yang sungguh ketinggalan jaman. Mungkin saja
Orland tidak berhenti meski aku berteriak, memohon padanya agar berhenti. Akan tetapi dia justru semakin brutal menjarah tubuhku yang basah. Dia bahkan sempat membawaku ke tepi, melakukan sesuatu agar aku menikmati seperti dulu. Dia begitu percaya diri jika aku pasti akan luluh padanya, pasti karena sikapku terakhir kali yang bertindak murahan. Tetap saja dia tidak berhak melakukan ini padaku. Aku adalah manusia yang memiliki hati, dan Orland memperlakukanku seperti binatang."Aku membencimu! Aku benci... Kau dengar? Kau menjijikkan! "Pemerkosaan yang dilakukan Orland tidak akan membuatku runtuh. Aku tidak akan menangis untuk semua penghinaan yang ia lakukan. Aku akan tetap bertahan meski langit malam yang gelap sudah mulai dipudarkan cahaya. Aku akan menunjukkan padanya jika Orland tidak akan membuat ku runtuh. Aku juga tidak akan pernah tunduk padanya. Tidak akan pernah.Aku justru kasihan padanya. Kasihan pada keegoisannya yang memu
Siang hati Crist membangunkanku setelah memberikan waktu yang cukup untukku tidur. Hari ini ada pembuatan video sekaligus pemotretan. Tapi pemotretan itu tidak ada dalam daftar Crist karena aku sendiri yang menentukannya. Aku pun berencana memulai hariku dengan menghancurkan segala doktrin dan image yang sudah di ciptakan oleh perusahaan Manex. Pencitraan wanita baik-baik yang perusahaan disematkan padaku atas perintah Orland telah membatasi segala kebebasanku selama ini. Dia mengganti tali yang mengontrolku dengan nama pencitraan.Sekarang aku ingin menghapus bekas-bekas yang Orland berikan padaku. Mencuci bersih setiap titik memory yang ia tinggalkan. Dan menjadi model majalah playboy adalah tahapan awal yang aku lakukan. Dengan Jaco menjadi fotografernya aku siap untuk memberontak. Seperti dugaan, Crist hampir pingsan melihat fotografer majalah play**y datang."Ada apa ini, aku tidak ingat pernah mengadakan kesepakatan dengan kalian? " uc