Pamela selama ini adalah gadis populer yang tidak pernah kesulitan dalam hal ekonomi. Ibunya selalu memenuhi kebutuhan Pamela meski diiringi tuntutan-tuntutan agar dia menjadi wanita berkualitas sehingga mendapatkan pria yang juga berkualitas. Namun beberapa bulan ini semua menjadi terbalik. Pamela mengalami kesulitan keuangan. Gadis itu merahasiakan dari teman-temannya karena dia takut dijauhi oleh mereka. Dia masih bersikap ceria dan bercanda dengan temannya, hanya saja dia saat ini tidak lagi ikut pesta bersama teman-temannya dengan seribu alasan.
Untuk sesaat Pamela merasa jika kehidupannya baik-baik saja. Dia sama sekali tidak tau jika akibat keusilannya yang merayu Orland di lift akan mengubah hidupnya dengan cara yang tidak biasa. Hal itu dimulai siang ini ketika wali kelas memberitahu jika dia mendapatkan panggilan.
"Pamy, ketua yayasan sekolah memanggilmu, " bu Messia datang dengan bibir merahnya yang menggoda. Guru seksi berambut pirang pendek ini sangat gemar dengan seragam ketat yang menggoda. Sayangnya dia penganut Yuri atau Lesbian. Dia berpikir jika kalau pria pasti lebih menyukai selakangannya dan kemudian membuangnya ketika tidak dibutuhkan. Lalu mereka akan mencarinya ketika dia dibutuhkan lagi. Semua akan terus berputar seperti roda yang tidak terputus. Setidaknya itulah pengalaman hidupnya hingga menginjak tiga puluh lima tahun. Sangat berbeda dengan kekasih wanitanya sekarang yang mencintainya sepenuh hati.
"Baik, Madam. " Pamela mendesah karena tau jika dirinya pasti dipanggil karena masalah penunggakan bayaran uang bulanan selama tiga bulan. Tapi apa yang harus ia lakukan. Dia sebenarnya ingin bekerja paruh waktu tetapi ibunya melarang demi harga dirinya. Monica tidak ingin terlihat miskin meskipun dirinya harus bekerja keras.
Sebenarnya Pamela tau jika ibunya memiliki pekerjaan sambilan yang memalukan. Sebagai single parent, Monica bekerja sebagai sekertaris, tapi dia juga simpanan bos tempatnya bekerja. Sayangnya bosnya meninggal beberapa bulan yang lalu jadi aliran dana untuk Monica terhenti. Hal ini juga berimbas pada Pamela, putri semata wayangnya. Itulah sebabnya Pamela dan ibunya mengalami kesulitan keuntungan.
"Ya, Bu. "
Dengan langkah berat, Pamela menusuri lorong yayasan elite di kota Colorado. Dia berpikir jika kali ini ketua yayasan sekolah pasti mengeluarkannya karena tunggakan yang menumpuk. Pamela tidak bisa berpikir jernih dan hanya bisa pasrah.
'Lebih baik aku diam-diam bekerja paruh waktu agar ibu tidak tau. Itu lebih baik dari pada harus dikeluarkan. '
Pamela akhirnya memiliki kepercayaan diri untuk menemui ketua yayasan. Orang itu pasti mau mengerti jika dia menjelaskan kondisinya sekarang.
'Ya, aku pasti mendapatkan keringanan jika mengatakan hal ini pada ketua yayasan. Aku tidak ingin drop out padahal tinggal beberapa bulan aku lulus. '
Tok.
Tok.
Tok.
Pamela masuk ke ruangan ketua yayasan yang selama ini jarang dikunjungi pria itu. Pamela mendengar jika ketua yayasan adalah pria tua, berambut putih dan terlihat angkuh. Mengingat hal tersebut Pamela menelan ludah berkali-kali karena takut. Dia bersiap untuk dimaki-maki pria ini saat meminta keringanan.
"Masuk. "
Pamela melangkah masuk dengan rasa takut yang tidak menghilang.
"Saya Pamela, Sir. "
Sekarang dia berada di depan meja yang posisi ketua yayasan saat ini membelakanginya.
"Kunci pintunya Pamela... "
Bariton yang dalam dan terdengar jantan keluar dari mulut pria itu. Kepala Pamela pusing dengan suara yang begitu mempesona. Sesaat kemudian dia tersadar dan mengunci pintu.
"Baik, pak. "
Ceklek.
Ketua yayasan memutar kursinya saat Pamela selesai mengunci pintu.
"Kita bertemu lagi, Pammy? " seringai super seksi terukir di bibir tipis pria di depan Pamela.
"Anda...!?" Pamela melotot melihat jika ketua yayasan ternyata pria tampan, bermata biru gelap yang ia rayu di lift. Mengapa tidak ada gosip jika ketua yayasan tempatnya sekolah adalah pria setampan ini.
'Tamat sudah nasibku, ' batin Pamela.
Orland menyeringai melihat wajah Pamela yang memucat. Kemana perginya gadis nakal yang menggodanya di lift.
"S-sir? "
"Baiklah, kita langsung ke intinya Pammy. Aku sangat terganggu dengan laporan jika kau menunggak iuran sekolah selama tiga bulan. "
Oh, ini dia.
"I-itu karena--"
"Karena pria yang menyokong dana ibumu meninggal, Kan? "
Deg.
Bola mata Pamela membola ketika Orland menyebutkan rahasianya. Pria itu semakin tersenyum melihat Pamela yang seperti dijatuhi hukuman mati.
"A-apa yang --"
"Sudahlah, apa kau tidak tau jika ibumu saat ini mencarikanmu Sugar Daddy? "
"Apa!? " teriak Pamela terkejut.
"Tidak perlu terkejut, ketika dia menemuiku dia menunjukkan fotomu. Ibumu berharap salah satu pria kaya yang ditemuinya mau menjadikanmu simpanannya. " Orland menceritakan Monica yang mendatanginya, "Huh, sangat Monica sekali. Ibumu sama sekali tidak ingin hidup kekurangan. Bahkan jika memungkinkan dia bisa menjual jiwanya pada iblis apalagi menjual putrinya. "
Pamela bergetar, lututnya melemah dan diapun jatuh terduduk di lantai beralas beludru.
"Kau tau kabar baiknya, aku adalah pria yang pertama kali ia tawarkan dan aku -- bersedia. "
Pamela mendongak karena tidak percaya pada pendengarannya. Pria sepuluh tahun lebih tua darinya ini ingin menjadi Daddy sugarnya?"
"Kau boleh menolak, tetapi aku jamin ibumu tidak berhenti mencari pria-pria kaya lainnya. Jadi Pamela, putuskan dengan cepat. "
"Tapi saya tidak tau, bisakan saya bicara dengan ibu. Saya akan membujuknya dan bekerja keras agar ibu hidup berkecukupan. "
"Dengan latar belakang pendidikanmu yang sekarang? Sungguh mustahil lagi pula dia sudah menerima uang dariku, tiga ratus ribu dolar bukan uang yang kecil Pammy. Kau harus mengembalikannya jika menolakku atau aku akan menelepon polisi untuk memenjarakan ibumu. "
"Tidak, jangan. Baik-aku bersedia. "
"Baguslah. "
Orland mengangkat tubuh Pammy dari lantai. Dalam gendongannya dia mencium Pamela yang wajahnya memerah.
"Siap untuk pengalaman pertamamu Pammy?"
Pamela yang masih kebingungan mengangguk kecil. Dia tidak bisa membiarkan ibunya masuk penjara. Bagaimanapun Ibunya membesarkannya dengan kemewahan. Dia termasuk ibu yang memanjakan anak.
Di kamar yang terletak di ruangan Orland, Pamela terlentang dan membiarkan Orland membuka kancing bajunya satu persatu.
"Tubuh yang bagus, aku tidak menyangka dengan usia semuda ini kau memiliki dada yang berkembang baik. " Pamela menahan diri untuk tidak menutupi tubuhnya meskipun malu. Dia memalingkan wajahnya membiarkan Orland menelisik tubuhnya dengan bebas.
"Coba kita lihat disini? "
Orland menarik celana dalam yang Pamela pakai. Membuat bagian rahasia yang selama ini dia jaga terpampang di hadapan Daddy sugarnya.
"Tu-tuan. "
"Panggil aku Daddy. "
"Daddy... "
"Sangat cantik. Aku harus mencicipinya. "
Pamela memejamkan mata saat lidah Orland mulai bekerja. Hanya rintihan tertahan yang keluar dari bibirnya. Diam-diam Pamela juga mengagumi sosok Orland. Pria ini memang tampan, memiliki garis V paling erotis yang pernah ia lihat. Tidak seperti teman sebayanya yang meski berotot tapi kurang terlihat jantan. Pamela berpikir tidak buruk memiliki Daddy sugar yang tampan, setidaknya dia tidak terlalu tua dan tidak gendut.
Tbc.
Ketika sesuatu itu mengoyak miliknya untuk pertama kalinya, Pamela harus menjerit dan mencakar Orland. Dia merasa hancur saat tubuh bagian bawahnya terasa terbelah. Ini adalah siksaan nyata yang Pemela pikir mengapa ibunya bersedia menderita karena melayani bosnya yang tinggi besar itu. Pamela harus memejamkan mata, berharap tubuh bagian bawahnya kesakitan. "Auh... Hiks..." Pamela menangisi pengalaman pertamanya yang menyakitkan. "Kau kesakitan babe? " "Iya--sangat sakit, Daddy. Hiks." Orland tersenyum, dia tidak melanjutkan pertanyaannya dan hanya mencium bibir Pamela, menggodanya hingga gadis ini meleleh dalam ciumannya yang panas dan lezat. "Tahan sedikit lagi, aku janji jika kau akan mendapatkan kenikmatan yang luar biasa. Hanya beberapa menit lagi dan kau akan menyukainya. " Pamela hanya bisa mengangguk. Dia tidak memiliki kekuatan untuk menya
Pamela tau jika Orland akan membawanya ke apartemennya. Dia merasa terganggu dengan keputusan ini. Pamela tidak ingin berada di apartemen orang asing meski Orland adalah sugar daddynya. Ia bahkan tidak ingin hubungan itu, tapi ibunya yang baik hati membuatnya tidak memiliki pilihan. Akhirnya Pamela pun menyuarakan isi hatinya pada pria matang ini. "Daddy, aku ingin pulang ke apartemen ibuku, " pinta Pamny lirih. Meskipun ia menerima Orland menjadi sugar daddy nya tetapi dia tidak terbiasa hidup bersama seorang pria. Bahkan kekasih ibunya saja tidak pernah tinggal di apartemennya saat dia masih hidup. Kekasih ibunya hanya mampir sebentar dan pergi. "Pammy, cobalah untuk menurutiku. Aku bukan pria murah hati yang menerima kerugian dengan lapang dada, " tegas Orland. Mengapa gadis ini sama sekali tidak tau jika dia terancam menjadi gelandang di jalan. Mungkin berbicara dengan ibunya bisa memberikan nasehat agar bisa men
Kamarnya tidak lagi sunyi seperti sebelumnya. Tidak akan ada hari di mana ia pergi untuk mendapatkan pelampiasan yang tidak memenuhi kepuasan. Orland sudah mendapatkan seseorang untuk membuat suara yang mengisi keheningan yang selama ini menemaninya. Bukan tunangannya, tetapi gadis yang ditawarkan untuk Orland. Memang bukan hal mustahil untuk membawa para wanita satu malam ke penthouse nya. Tetapi itu akan menambah daftar masalah yang tidak ia inginkan. Bagaimanapun Orland tidak menyukai masalah dan membawa wanita gila harta bearti membuatnya rela menerima masalah. Tetapi ia mengecualikan satu, yaitu gadis muda berusia hampir delapan belasan ini. Orland tidak keberatan dengan masalah yang berupa gadis cantik bermata hijau teduh yang sedang menjerit menikmati desakannya. Mungkin juga sebenarnya dia tau jika gadis itu yang menganggap dirinya masalah. "Kau sangat nikmat Pammy, hangat dan me
Saat aku menerima penawaran Orland. Saat itulah aku tau jika hidupku seratus persen berubah. Aku sekarang bukan lagi menjadi gadis yang bebas seutuhnya. Patung liberty yang merupakan simbol kebebasan, kini hanya pajangan di mataku. Di negara yang menjunjung tinggi kebebasan aku sudah terbelenggu oleh kekuatan ekonomi berupa Orland. Untungnya belenggu itu menjadi milik seorang pria dewasa yang seksi. Jadi aku masih diasosiasikan sebagai wanita yang beruntung. Tidak perlu ditanya apakah aku menyukai segala perubahan besar dalam hidupku atau tidak. Karena hanya wanita bodoh yang tidak menginginkan perubahan ini. Siapa yang menolak memiliki kehidupan hebat, bersama pria hebat. Apalagi Orland pria sempurna yang menempati jajaran pengusaha terkaya yang memiliki Manex industri. Dia juga seksi dalam kondisi apapun. Jikapun ada angin nakal yang berusaha membuat rambutnya berantakan agar dia terlihat kacau maka itu percuma. Orland masih tetap tampan meski
Pamela segera memasuki kamar mandi, membersihkan diri dan berganti pakaian. Dia bahkan mengabaikan Orland yang menunggunya pulang rekaman. Ada yang harus ia lakukan sekarang dan itu tidak ada kaitannya dengan Orland. Ini adalah urusan antar gadis dan Pamela berharap Orland tidak bertingkah konyol."Daddy aku akan keluar sebentar, okey? " pamit Pamela pada Orland.Pamela membungkus tubuhnya dengan handuk. Lalu melewati Orland menuju walk in closet. Dia memilah pakaian yang cocok untuk jalan-jalan dengan Vivian. Sahabatnya di sekolahPamela begitu bersemangat menemui Vivian. Kisah cinta Vivian yang sama dengan dirinya membuat Pammy tidak sabar menemui temannya itu. Lebih tepatnya selera Vivian yang menyukai pria-pria jauh lebih dewasa. Dia ingin tau bagaimana kisah Vivian yang sama-sama melibatkan pria dewasa. Apakah perasaan Vivian sama dengan perasaan dirinya. Itu patut dipertanyakan."Berhenti di sana,
Tubuhku seolah diciptakan untuk seks. Mereka berlekuk dan menarik meski tidak memiliki dada sebesar bola volly. Setidaknya aku tau jika pinggang dan pinggulku berlekuk seperti gitar spanyol di saat aku lulus. Dadaku juga tidak mengecewakan. Semua sangat cocok sehingga aku dengan percaya diri bisa berkata jika body ku sempurna. Aku bersyukur ibuku membagi gen nya yang bagus padaku."Mengapa kau tidak menjadi model, Pammy? " tanya Vivian. Kami hendak mengucapkan selamat tinggal antara satu dengan lainnya. Vivian sekarang terlihat lebih bersemangat dari sebelumnya karena saran yang aku ucapkan."Aku memiliki rencana yang lebih baik. ""Pasti itu karena Sugar Daddy mu. ""Yah... Kau akan iri jika mengetahui siapa dia. ""Tidak akan. Aku sudah terlalu jauh dengan Max, bagiku tidak ada pria lain sekarang. ""Itu bagus. "Sebuah Bentley berhenti di sisi trotoar. Aku melihat siluet Orland di dalam sana. Tiba-tiba otakku di penuhi se
Aku masih disini, memandang kota Colorado dari kamar apartemen ibuku. Suasana kota yang perlahan-lahan meredup dengan menghilangnya matahari membawa suasana eksotisme pada kota ini. Pemandangan yang jarang aku lihat akhir-akhir ini karena kesibukan ku. Beruntung aku mendapatkan libur setelah sebulan lebih menggila bersama jadwal yang tidak pernah menyusut.Dulu pemandangan ini mampu menghiburku ketika aku sedang sedih. Rupanya dengan berjalannya waktu, perasaanku tidak lagi merasa lebih baik meski aku memandangnya selama satu jam lebih--dikamar--tanpa bergerak. Dalam hati aku bahkan bertanya-tanya kemana perginya rasa lelah yang biasanya dirasakan oleh manusia. Mengapa sore ini aku tidak merasakannya? Ataukan aku memang sudah kebas sehingga tidak lagi merasakan rasa lelah.Yah jawabannya ada di hatiku. Kehancuran hatiku sudah tak terelakkan. Aku menjadi sosok menyedihkan yang menjilati lukaku sendirian. Semua jelas karena Orland yang tid
Blom memiliki pesona nakal yang menawarkan gairah liar yang lepas kontrol. Rambut kemerahan yang dipadu dengan mata amber yang berkilau diterpa cahaya seperti magnet yang kuat untuk menarik gadis sepertiku. Dia terlihat liar namun tidak murahan. Setelan Armani rancangan khusus membantunya menjadi pria elegan yang memancarkan feromon nakal. Semua yang ia miliki menggaruk hatiku untuk bermain dengan Blom. Pasti sangat menyenangkan.Hei, aku bukan gadis perawan lagi. Si sialan Orland mendapatkannya melalui perjanjian. Sesuatu yang tidak ku rencanakan dahulu. Pikiran polosku dulu mengira jika yang akan mendapatkan keperawananku adalah kekasih yang mencintaiku dan siap berkomitmen. Sesuatu yang bertolak belakang dari kenyataan meski aku tidak menampik jika menyukainya."Kau sangat cantik Pammy, aku terpesona denganmu saat pertama kali melihatmu. Kau seperti fallen angel. " Blom memujiku dengan cara yang sungguh ketinggalan jaman. Mungkin saja