Sampailah mereka di depan tenda. Elena membuka pintu tirai dan membiarkan Raz masuk, kemudian dia menyusul masuk. Disana sudah berdiri Lord Rex yang menanti kedatangan Raz.
“Halo Raz, aku adalah Rex, Komandan dari ekspedisi dungeon ini,”“Senang bisa bertemu Anda Lord Rex,” jawab Raz dengan sopan.Raz merasa jika lord Rex ini orang yang tenang, setenang air di danau. Cara bicaranya yang lembut dan berwibawa. Sungguh pribadi yang menarik.“Saya mendengar dari laporan Kapten Elena, bahwa kau adalah manusia dari dunia lain? Bisa kau jelaskan kepadaku?”“Ya, seperti yang dilaporkan oleh Kapten Elena, kemungkinannya seperti itu. Aku terteleportasi ke dunia ini, untuk detailnya aku masih belum berani berasumsi,”“Hmmmm, sepertinya kau juga tidak yakin ya. Tujuanku memanggilmu kesini adalah sebenarnya aku juga menemui seseorang yang sama seperti mu. Dia bukan berasal dari dunia ini. Tapi sayangnya dia tidak tahu mengenai kondisinya saat ini,” ucap Lord Rex sambil berbalik ke belakang.Mereka melihat seseorang yang keluar dari arah ruangan di belakang. Wajah yang tidak asing bagi Raz.“Vera! Syukurlah kau selamat,” teriak Raz terkejut.Vera dengan wajah bahagia berlari memeluk Raz. “Senang sekali bisa melihatmu Raz. Dimana yang lainnya?”“Justru itu juga yang ingin aku tanyakan padamu. Kau sendirian disini? Aku terbangun sendiri entah dimana,”“Tidak aku juga sendiri, untungnya aku diselamatkan oleh Lord rex saat itu,”“Ya saat itu kami sedang mengeksplorasi sebuah pulau. Kami melihat Vera sedang terjebak di kerumunan Goblin,” jelas Rex“Aku ingin berterima kasih karena telah menyelamatkan temanku. Dia salah satu temanku yang terteleportasi,” jawab Raz“Sebenarnya ada berapa temanmu yang dipindahkan ke dunia ini?”“Kami semua berlima, tapi sepertinya kami semua terpisah,”“Hmmm begitu, akan kami bantu sebisa mungkin untuk menemukan sisanya. Ini sudah malam, kalian istirahatlah dahulu, besok kita akan melanjutkan ekspedisinya,”“Terima kasih Lord Rex, jika ada yang bisa kami bantu tolong katakanlah,” ucap Raz sambil tersenyumLord Rex hanya tersenyum kecil. Kemudian Raz dan Vera meninggalkan tenda di ikuti oleh Elena.“Kapten Elena tolong tunggu sebentar. Hal seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya, mereka sangat unik, dan masalah perpindahan antar dunia ini baru kita dengar. Sebaiknya kau jaga mereka berdua di pasukanmu, setelah kita keluar dari dungeon bawa mereka menemui Lord Aranmor,”“Baik Lord Rex aku mengerti.”Elena pun meninggalkan tenda. Raz dan Vera sedang menunggu Elena diluar.“Kalian berdua sekarang akan berada di pasukanku, kau tidak akan menjadi tahanan lagi, sekarang kalian bagian dari kami, seorang prajurit pelatihan. Jaga diri kalian. Ikuti Jujube dan beristirahatlah, besok kita akan sibuk,”“Baik Kapten!” Ucap Raz dan VeraRaz dan Vera berpisah dengan Elena. Mereka mulai mencari Jujube. Dalam perjalanan mereka sedikit mengobrol“Vera bagaimana keadaanmu?”“Aku baik-baik saja, Sesaat aku berpindah ke sini Aku hampir diserang oleh kelompok monster hijau yang mereka sebut Goblin. Tanganku sedikit terluka karena cakaran goblin, tapi luka tersebut sudah ditangani oleh prajurit Lord Rex. Bagaimana kau bisa bertemu dengan Kapten Elena? Dia cantik sekali ya,”“Ya, gila bukan? Dia benar-benar cantik, sepertinya umur kita dan dia juga tidak terlalu jauh. Dia sangat kuat dalam pertarungan, apalagi dia bisa memakai sihir, Eh apa kau tahu di dunia ini ada sihir?”“Iya, aku tahu, di tim Lord Rex banyak pemakai sihir, mereka tangguh dan kuat,”“Jadi secara garis besar kau sudah tahu kita dimana kita sekarang kan?”“Ya, sulit dipercaya bukan? Aku merasa ini mimpi,”Jujube yang melihat Raz dan Vera dari kejauhan memanggil mereka“Raz! Disini kawan!”Raz dan Vera menghampiri Jujube.“Jujube perkenalkan ini teman satu duniaku, dia Vera,”“Salam kenal, Aku Vera,““Wow jadi ternyata benar, bukan hanya ada satu, tapi ada dua,”“Sebenarnya aku pernah mengatakan lima,”“Hahaha iya benar, jadi dimana yang lainnya?”“Mereka masih belum ditemukan, semoga mereka baik-baik saja,”“Baiklah kawan, akan ku beritahu jika ada informasi mengenai teman-temanmu, Sekarang kalian istirahatlah, prajurit lain sudah ada disana, tenda kalian yang sebelah sana,”Jujube menunjukan letak perkemahan tim Elena.“Jujube, aku mau minta bantuanmu, apa bisa kau mengajarkan kami cara bertarung? Dasarnya juga tidak apa-apa, yang penting kami bisa bertahan disini,” pinta Raz ke Jujube.“Tentu, Besok Pagi bagaimana?”“Ya itu lebih baik, kalau begitu kami pergi dulu, terima kasih Jujube.”Raz dan Vera pergi meninggalkan Jujube, mereka masuk ke tenda dan beristirahat.Keesokan paginya Vera yang terbangun melihat tempat tidur Raz sudah kosong. Vera pergi keluar tenda, ternyata Raz sudah mulai berlatih pedang sendiri.“Hey Raz, Bangun jam berapa kau?”“Oh hey Vera! Entahlah, mungkin sebelum fajar, aku tidak bisa tidur, jadi aku berlatih menggunakan pedang dari tadi,”“Hey kalian sudah bangun lebih awal kawan!” teriak Jujube yang baru keluar dari tendanya.“Sepertinya kalian sudah siap, ayo kita mulai berlatih,”Jujube mengambil sebuah kotak yang berisi bermacam jenis senjata dan menghampiri mereka.“Sebelum kalian belajar cara bertarung, kalian cobalah tiap senjata ini, beritahu aku mana yang lebih cocok untuk kalian,”Raz dan Vera mulai mencoba mengayunkan senjata demi senjata. Setelah beberapa lama akhirnya Raz menemukan senjata yang paling cocok bagi dia.Raz memakai sebuah pedang bermata dua dengan bilah tipis, sedangkan Vera masih merasa kurang cocok dengan semua senjata yang ada disana.“Yap sepertinya pedang memang yang paling cocok untuk ku, bagaimana denganmu Vera?”“Entahlah, aku sudah mencoba semuanya, senjata-senjata ini sangat berat bagiku,”“Kalau seperti itu masalahnya kemungkinan kau bukan tipe petarung jarak dekat,” potong Jujube pada Vera.Jujube pergi ke belakang tenda lalu kembali lagi dengan membawa sebuah busur dan anak panah.“Cobalah ini,” seraya menyerahkan busur pada VeraVera mengambil busur itu, dia mencoba menembakan anak panah pada sebuah pohon.Pssst .... SleeebSuara anak panah mendarat di batang pohon.“Seperti dugaanku, kau berbakat sebagai petarung jarak jauh. Baiklah simpan busur itu untukmu, kita akan mulai berlatih.”Raz dan Vera mulai berlatih bersama Jujube. Sampai waktu siang hari, Elena dan Gaeus menghampiri perkemahan prajurit.“Perhatian semuanya, berkumpul untuk pengaturan ekspedisi!” Teriak GaeusPara pasukan berbaris untuk mendapatkan informasi dari Elena. Raz dan Vera menghentikan latihan mereka dan memasuki barisan.“Baiklah, setelah kami melakukan rapat, tim kita akan melakukan ekspedisi terpisah dari tim Lord Rex. Tim Lord Rex akan melanjutkan penyerbuan ke sarang Monster burung Roc di belakang gunung. Dan kita akan bergerak ke arah sebaliknya. Kita mendapatkan informasi ada sekumpulan Goblin dan Goblin Shaman di area sana—” teriak Elena, kemudian dia menoleh ke arah Ras.“—Raz dan Vera, persiapkan diri kalian. Kita mendapatkan Informasi bahwa disana ada seseorang yang ditahan berpakaian sama seperti kalian,”Wajah Raz dan Vera menunjukan ekspresi senang sekaligus khawatir.“Baiklah, Bubar. Persiapkan semuanya dengan baik.”Mereka langsung bersiap melakukan penyerbuan ke sarang goblin. Tak lama mereka pun berangkat. Setelah berjalan cukup lama akhirnya mereka tiba di area Pedesaan goblin.Nampak diujung sisi pulau ada sebuah desa dengan tenda-tenda jerami, dikelilingi oleh pagar tinggi terbuat dari batang pohon dan dijaga 6 Troll di gerbang depan.Troll mirip dengan goblin, namun ukuran mereka lebih besar dan lebih bodoh dibanding dengan goblin. Tapi yang jadi masalah adalah kekuatan troll yang bisa meremukkan dengan mudah tulang orang dewasa.Di tengah pemukiman goblin, terlihat ada sebuah altar dan kursi singgasana. Disana duduk seekor Goblin Shaman dengan dijaga dua troll. Goblin Shaman ini sangat berbahaya, selain dia memiliki otak yang pintar, dia juga menguasai ilmu sihir.Mereka mengendap-ngendap di antara pepohonan hutan dan semak-semak di atas bukit, mengawasi keadaan sekitar.“Ssst, ini kurang baik. Musuh kita benar-benar siaga. Troll itu termasuk monster tingkatan medium setara field bos. Akan sulit jika berhadapan langsung dengan mereka, apalagi dibantu goblin shaman yang menyerang dari belakang mereka,” kata Elena dengan suara pelan.Razzara melihat kondisi sekitar dan memperhatikan lokasi pemukiman goblin dengan seksama. Dia melihat suatu kotak kerangkeng di belakang altar. Kemungkinan itu tempat dimana tahanan disimpan.“Kapten, mungkin jika kita menyerang secara frontal kita akan sangat dirugikan. Bisa Kapten jelaskan keahlian dari individu pasukan kita?” tanya Razzarra.“Kekuatan kita kebanyakan adalah petarung jarak dekat. Yang bisa menggunakan sihir hanya aku dan kakek Gaeus, itu pun kakek Gaeus hanya bisa menggunakan sihir penguatan tubuh. Aku punya sihir cahaya, bisa saja aku membakar mereka, tapi ‘mana’ ku pasti tidak akan cukup melawan mereka semua,”“Mana? Apa itu kapasitas penggunaan sihir?” tanya Raz“Iya seperti itu,”“Bagaimana dengan kemampuan berpanah?”“Perkiraan hanya lima orang yang handal menggunakan panah”Raz kembali melihat lokasi penyerangan.“Baiklah, aku punya ide. Sementara kita akan mundur dulu sambil aku katakan rencananya,” ucap RazMereka kembali kedalam hutan untuk menyusun rencana.“Di sepanjang jalan tadi aku melihat batuan besar dari longsoran gunung. Kita akan mengumpulkan batu besar itu dan pohon kayu untuk digunakan menyerang pemukiman,”“Bagaimana caranya?” tanya Gaeus“Kita bagi tiga pasukan. Pasukan kita sekarang ada sembilan belas orang, ditambah Aku dan Vera jadi dua puluh satu. Lima orang akan memancing troll agar meninggalkan gerbang. Lima orang pemanah ditambah Vera akan memutus jalur lokasi troll tersebut dan Shaman dengan membakar pemukiman dengan panah api,”“Dengan ini kita memisahkan Shaman dan Troll bukan? Bagaimana dengan para goblin kecil?” tanya Vera“Betul, Setidaknya kita diuntungkan, karena pasukan kita tidak mempunyai penyihir jarak jauh untuk melawan shaman dan troll sekaligus. Untuk goblin mereka bukan ancaman serius,” jawab Gaeus“Baiklah selanjutnya lima orang terpisah akan ditempatkan disisi lain, lokasi kita yang diatas bukit sangat diuntungkan saat ini, jadi kita buat alat pengungkit untuk melempar batunya, usahakan cari batuan yang bulat, jadi batu tersebut bisa terlempar dan menggelinding ke arah pagar kayu pemukiman. Aku butuh bantuan kakek Gaeus untuk menjungkit batunya menggunakan sihir penguatan,” lanjut Raz“Tidak masalah, serahkan padaku,”“Setelah pagar hancur, aku dan empat orang ini akan masuk untuk melawan Shaman Goblin, Jadi di tim ini harus ada Kapten untuk melawannya dan aku yang akan mencari temanku,”“Lalu bagaimana dengan sisa prajurit lainnya?” tanya Gaeus“Lima lainnya akan menyergap troll yang terpancing sebelumnya, dibantu dengan tim pemanah, kuharap kalian bisa mengatasinya dan menyusul kami. Jika tidak bisa, buat saja mereka sibuk,”“Baiklah tim penyerang ada Aku, Raz, Kakek Gaeus, Jujube, dan Asmo. Tim pemancing akan dipimpin oleh Oboro, Kau ahli menggunakan skillSetengah hari sudah berlalu. Rencana yang mereka susun sudah disiapkan. Mereka berkumpul untuk memastikan keadaan masing-masing.Raz dan kelompoknya bersiap menuju titik penyerangan.“Raz! Berhati-hatilah, Jaga dirimu,” ucap Vera menyemangati Raz.“Ya! Jaga dirimu juga.” Senyum Raz membalas VeraVera adalah satu-satunya teman perempuan Raz dikelompoknya, Dia perempuan yang cantik, pintar, perhatian dan selalu peduli pada teman-temannya.Vera pun mengangguk dan pergi menuju posnya.Tim Oboro mengambil napas dalam-dalam dan mulai bergerak menghampiri para troll di gerbang masuk.Oboro berdiri dengan tegap dan gagahnya di depan para troll. Dia berteriak dan memukul-mukul perisainya menggunakan skill . Skill ini bukan sihir tapi termasuk ke dalam kemampuan Qi. Para troll tersebut mulai terprovokasi karena skill Oboro. Mereka marah dan berlari ke arah Oboro. Tim pemancing lainnya melakukan skill juga, ada yang melempari Troll dengan batu.Oboro menginstruksikan untuk mundur.“Mundur! be
Goblin Shaman merapalkan kembali sihir apinya. Itu adalah sihir tingkat 2 ,Elena menahanya menggunakan sihir cahayanya. “.” Elena merapalkan sihir.Pedangnya mengeluarkan cahaya bulat berfungsi seperti perisai. Api yang dikobarkan berhasil ditahan, tapi troll tidak tinggal diam, dia berlari menerobos api dan mengayunkan batang kayu yang digenggamnya ke arah Elena.Elena terpental akibat serangan itu. Raz ternyata tidak pergi dengan Gaeus. Sebelumnya dia kembali untuk menolong Elena.Diantara pertarungan sihir dan perbedaan kekuatan ras yang besar ini, Raz tahu dia tidak akan terlalu membantu.Tapi dia tidak bisa meninggalkan Elena bertarung sendirian, walaupun itu adalah perintah Elena.Raz terlihat sudah berlari di atas altar. Dia melompat setinggi mungkin dari atas altar dan mengarahkan pedangnya ke arah belakang kepala troll yang sedang berjalan menghampiri Elena.Sleeeb…!!Pedangnya berhasil menusuk tengkorak Troll menembus melewati mulutnya. Tubuh troll ter
Hari semakin gelap, Mereka semua memutuskan untuk berkemah di lokasi tersebut. Raz dan teman-temannya berkumpul di api unggun bersama Elena, Gaeus, Oboro, Roth, dan wakil kapten Tasa dari pasukan Roth.Mereka bercerita mengenai pengalaman pasukan masing-masing selama eksplorasi dungeon. Pasukan Roth pun sama-sama memikul banyak korban jiwa selama ekspedisi.“Jadi apa rencana kedepannya Elena? kurang lebih ekspedisi ini berakhir dalam tiga sampai lima hari lagi,” tanya Roth“Sebelumnya kami bertemu dengan pasukan utama Lord Rex. Bagaimana kalau kita berkumpul dengan pasukan utama sampai ekspedisi ini berakhir?”“Hmmmm… bukan ide yang buruk. Kemana mereka tuju?”“Mereka mengatakan tentang penyerbuan sarang burung Roc di belakang gunung ini,”“Sarang burung Roc? Burung ganas dan berbahaya. Tapi dengan adanya Lord Rex mungkin kita bisa aman di sisa eksplorasi ini. Baiklah ada baiknya kalau kita menggabungkan kekuatan dahulu untuk pertahanan ekstra, semakin dalam dungeon, maka semakin berb
Raz membuka matanya. Dia sendirian berada disebuah tempat kosong berwarna putih. “Dimana ini? Apa ini akhirat?” Tak lama setelah Raz terbangun, munculah dari langit naga ular bersayap yang menyerang pasukan di dungeon Floating Castle.Dia melayang-layang mengepakkan sayapnya di depan Raz.“Lama tak bertemu Raz…,” ucap naga tersebut berbicara melalui pikiran Raz“Aku mendengar ada yang berbicara di pikiranku, apa ini telepati?”“................”Naga tersebut terdiam tidak menjawab, seperti sedang berpikir panjang.“Ada yang aneh dengan kau… kau Raz namun tidak seperti Raz,”“Apa maksudmu?”“...............”Naga tersebut terdiam kembali tak menjawab.“Aku mengerti… sepertinya ini belum waktunya. Sangat disayangkan pertemuan pertama kita setelah sekian lama,”“Aku tidak mengerti, ada apa ini?”“Sebelum kau pergi akan aku berikan kekuatan kepadamu, kembalilah jika kau sudah cukup kuat… Aku akan menunggu disini...”Ruangan putih dan naga tersebut seketika hilang. Raz terbangun di sebu
Kereta kuda membelah angin di padang rumput yang hijau, cuaca yang cerah membuat pemandangan di sekitar begitu indah. Kepala Aksa yang keluar jendela melihat dengan kagum hamparan rumput di sepanjang jalan, seperti anak kecil yang baru pertama naik mobil.“Wow Raz lihat ini! Sungguh indah alam di dunia ini! Ini hal yang belum pernah kita lihat di Bumi!”“Sudahlah! Kau bikin malu!” ucap Raz sambil memegangi keningnya,“Elena kita akan kemana kali ini?” tanya Alvin,“Kita akan pergi ke kota Ligria, Kota selatan dari Ibukota. Aku akan perkenalkan kalian dengan penyihir agung Aranmor,”“Siapa dia?” tanya Vera,“Dia adalah salah satu Profesor di Akademi sihirku. Mungkin Dia bisa membantu masalah kalian tentang teleportasi,”“Penyihir agung kau bilang? Apa dia orang yang kuat?” Aksa yang tiba-tiba memasukkan kepalanya dan menghadap Elena,“Tentu saja dia kuat, dia salah satu dari 12 Zodiac Knight,”“Apa itu Zodiac Knight?” tanya Raz,“Di Avalon empire selain Emperor sendiri, ada 12 orang te
Suara pedang terdengar riuh saling berbenturan di tepi tebing barat daya hutan Ulsa. Lima orang yang bertarung saling menebaskan bilah pedangnya, berjuang melawan maut dengan gusarnya.Salah satunya tampak seorang pria muda bernama Razzara, yang terlihat bekerja keras menahan hujaman-hujaman pedang dan membalas sesekali dengan tegas ke lawan-lawannya.Tersirat jelas raut wajahnya dipenuhi oleh amarah, dengan sorot mata yang penuh dendam, ingin segera menghabisi lawannya. Pikirannya kosong, penglihatannya mengunci setiap pergerakan musuh-musuhnya.“Kau tidak akan bisa lolos setelah membunuh saudaraku Raz!” Teriak salah seorang wanita pada Razzara.“Hey ayo cepatlah mati! Bantu kami menghemat waktu, kita ini teman dekat bukan? Hahaha!” Olok salah satu pria kurus lainnya, menambahkan kalimat dari teman wanitanya.Mereka seperti berlomba-lomba ingin mengambil kepala Razzara.Namun Razzara tidak membalas satupun ocehan lawannya. Dia hanya menebaskan pedangnya dan sesekali mengeluarkan sihi
Semua perjalanan ini berawal dari seorang pemuda berumur 18 tahun yang tidak memiliki hasrat dalam hidupnya.Pagi ini dia harus terbangun lagi dari mimpi buruk yang sering dia alami berulang kali. Mimpi tentang seorang wanita yang belum pernah dia temui sebelumnya, namun wajahnya terasa sangat familiar dan kehadirannya terasa hangat."Teruslah hidup..." Ucap wanita tersebut di mimpinyaDia tidak paham satupun makna dari apa yang diucapkan wanita itu. Namun semua potongan kejadian di mimpi itu selalu berulang sama persis.Kepalanya sakit setiap kali dia selesai bermimpi buruk. Dia duduk di tepi kasur dengan memegangi kepalanya. Setelah dirasa rasa sakitnya memudar, dia bangkit menuju toilet di kamarnya. Membasuh wajahnya di wastafel, memandangi cermin di depannya, memikirkan harus kembali menjalani kehidupan yang tidak dia sukai.Selesainya dia membasuh diri, dia pergi menuju ruang makan untuk membuat sarapan. Hanya ada dirinya saja yang berada di rumah. Kedua orang tuanya cukup sibuk
Portal terbuka sebanyak lebih dari 3 buah dalam 1 tempat, itu seperti hal yang mustahil, karena menurut pengalaman, satu negara biasanya hanya terbuka 1 portal dan ini sudah sangat lama sampai portal kembali terbuka. Mereka benar-benar terperanjat dan terpaku melihatnya. Ini kali pertamanya mereka melihat portal terbuka didepan mata. Sepanjang jalan terlihat betapa paniknya orang berlarian untuk menyelamatkan diri. Monster mulai berhamburan keluar, Ular besar berwarna hitam terlihat memangsa manusia, di portal lainnya terlihat ada raksasa dengan tanduk domba membawa palu gada yang baru saja keluar dengan wajah geram. “Bagaimana ini! Habis sudah kita!” Panik Daniel pada teman-temannya. “Tenang…..! Kita pergi ke rumah Alvin yang paling dekat! Kita pikirkan lagi nanti setelah disana!” Teriak Razzara pada teman-temannya Tidak sanggup berkata-kata dan berpikir lagi hanya itu yang bisa diucapkan dan dipikirkan Raz. Mereka menyetujui ide Raz dan mulai berlari menyusuri jalan raya menuju