“Hhgh! Sakit sekali kepalaku.... Dimana ini—” Tanya Raz dalam hatinya sambil memegangi kepala.
“—Aku tidak ingat apa yang terjadi, sakit sekali kepalaku”
Raz kemudian berusaha untuk duduk dari posisi tidur, mencoba bersandar pada dinding. Beberapa menit dia terdiam menenangkan rasa sakit dikepala yang sedikit demi sedikit mulai menghilang.
“Dimana ini? Aku tidak ingat kenapa aku ada disini”
Dia melihat ke sekeliling, berusaha menerka lokasi dia berada. Ternyata dia berada disebuah ruangan, cukup gelap dengan dinding lembab yang sudah dipenuhi oleh akar dan tanaman alga.
Tempat yang benar-benar asing baginya. Dia mulai merasakan dinding dan lantai disekitar dia duduk, terasa basah dan seperti batuan dari sebuah situs kuno yang terlihat di ensiklopedia sejarah.
Sedikit demi sedikit ingatan dari kejadian sebelumnya mulai kembali memenuhi pikiran Raz. Rasa takut mulai menyebar di hati, seiring kembali ingatannya. Seketika perasaan Raz menjadi gundah dan panik.
“ASTAGA!” Teriak Raz
Dengan cepat dia menoleh kiri dan kanan ruangan mencari sosok monster menakutkan yang berusaha memakan dia dan teman-temannya. Tapi di tempat itu sunyi, tidak ada satu makhluk pun yang terlihat, Hanya ada dia sendiri.
“Dimana teman-temanku? Apa mereka selamat?” Tanyanya pada diri sendiri.
Dia berusaha berdiri, kembali melihat keadaan sekitar sambil berusaha menenangkan diri .
“Apa ini semua mimpi?”
Hatinya masih belum percaya dengan semua yang terjadi. Dia melihat tangan kanannya yang terasa sakit, terdapat luka dan bekas darah akibat pecahan kaca dari sebelumnya.
Setelah melihat luka itu, barulah dia yakin bahwa semua ini bukan mimpi. Ini semua nyata.
Portal Break, keluarga Alvin, Keadaan keluarganya setelah portal break, bahkan bagaimana keadaan tempat tinggalnya saat ini. Dia sangat tertekan saat memikirkannya.
Apalagi keadaan dia sekarang yang tidak tahu dimana atau bagaimana. Pikirannya bercampur aduk, khawatir, takut, tidak tahu harus berbuat apa.
Dia terdiam dan merenungi semuanya dengan sangat lama. Akhirnya dalam keputus asaannya, dia mulai berbicara pada dirinya sendiri.
“Astaga! Rasanya ingin sekali menangis saat ini.Sungguh sial hari ini—” Dia menatap ke atas, kemudian menghela nafas.
“Haaaaaaah...”
Dia mulai berfikir tenang dan mencari hal positif dari kejadian-kejadian ini.
“Baiklah ini bukan apa-apa, aku harus berpikir lebih tenang. Lagipula bukankah memang dari awal aku tidak suka dengan kehidupanku ini, kenapa aku harus seputus asa ini? Anggap saja ini seperti sebuah pelarian lainnya dari kehidupanku , seperti yang aku lakukan sebelum-sebelumnya. Hahaha bodoh sekali, ayo bangkit Raz” Katanya menyemangati pada diri sendiri sambil menampar kedua pipinya.
Ya, memang dia seperti orang gila yang bicara meracau pada diri sendiri. Tapi ini hal biasa yang dilakukannya untuk memperbaiki mentalnya yang sedang jatuh saat ini. Mensugestikan pikirannya sendiri untuk bisa mengatasi kelelahan mentalnya, dengan cara ini efektif untuknya dan memberikan alasan bahwa ini semua adalah hal biasa dan bisa dilewati.
Setelah perdebatan dengan diri sendiri, Akhirnya dia mulai berdamai dengan keadaan. Berusaha menerima semua kejadian dan mulai berpikir lebih tenang lagi.
Dia mulai kembali sadar dan mencoba untuk mulai berpikir terstruktur. Dia mulai menyusun rencana dari keadaan sekitar.
“Pertama aku harus tahu dimana ini.” ucapnya
Dia mulai berputar-putar di sekitar ruangan. Mengidentifikasi struktur ruangan dan kondisinya. Satu hal yang mulai dia mengerti. Ini seperti sebuah dinding kuno yang berasal dari situs-situs dalam buku sejarah di dunia. Dari bentuk dan struktur ruangan ini menyerupai bengunan dari sebuah piramida.
“Jika dilihat dari ukiran dan bentuk struktur, ini lebih seperti situs piramida Giza” ucapnya berusaha mendeskripsikan.
Dia mulai keluar dari ruangan itu dan menyusuri lorong-lorong dan ruangan-ruangan lainnya.
“Gelap, tapi tidak terlalu gelap, aku masih bisa melihat walaupun jarak pandang tidak terlalu jauh. Aneh, aku belum melihat satu makhluk hidup pun selama aku berjalan”
Dia terus menyusuri lorong-lorong. Tak lama kemudian dia melihat secercah cahaya diujung lorong.
“Sepertinya itu jalan keluarnya”
Langsung dia berlari menuju cahaya tersebut. Dan benar saja itu adalah pintu keluar.
Seketika Dia melewati pintu tersebut, dia dibuat takjub, kaget , dan aneh. Seakan tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
Sejauh mata memandang dia melihat serpihan-serpihan dan potongan-potongan dari sebuah reruntuhan Kastil di atas pulau yang tersebar mengapung luas di atas awan.
Cuaca cerah, langit biru tanpa awan, angin berhembus melewatinya tidak terlalu kencang. Ini sungguh pemandangan yang luar biasa.
Dia berjalan mendekati tepian pulau. Dia melihat kebagian bawah pulau. Terlihat awan-awan putih bergerak maju mengikuti arah angin.
“Ini diatas langit?--” tanyanya keheranan sambil menatap awan
“--Jadi ini adalah reruntuhan Kastil kuno di atas pulau-pulau yang mengapung di langit. Bagaimana bisa?”
Masih tidak percaya, dia berusaha mencari jawaban lainnya dengan mengelilingi pulau dan masuk menjelajahi kembali kastil.
Tidak ditemukan satupun kehidupan atau jalan keluar dari pulau ini. Hingga akhirnya dalam perjalanannya, dia menemukan sebuah portal berwarna biru jauh di dalam kastil.
Kaget dan takut perasaannya saat menemukan portal tersebut. Seakan memanggil trauma yang sudah dikubur dalam-dalam.
Tapi satu hal yang langsung dia sadari perbedaan dari portal ini. Portal ini berbeda dengan portal break.
Portal break berwarna hitam dan ukurannya sangat besar, kurang lebih 8 - 10 meter. Sedangkan portal ini berwarna biru dan kecil, hanya seukuran tinggi manusia pada umumnya.
Dia mencoba mendekati portal dan menganalisanya. Ternyata Portal ini aman dan sepertinya portal ini terhubung dengan lokasi lain.
Dengan fakta tidak adanya jalan keluar lagi dari pulau ini, dia kehabisan ide untuk melanjutkan perjalanan ini, pada akhirnya dia memutuskan untuk pergi menembus melewati portal ini.
Dengan harapan portal ini adalah alat teleportasi dimensi seperti pada game-game yang sering dia mainkan. Dengan sedikit gelisah dia meyakinkan diri untuk menerobos portal tersebut.
Kemudian dia mengambil jarak dan ancang-ancang berlari menuju portal tersebut.
Dia berlari secepat yang dia bisa dan mulai menembus portal tersebut. Penglihatannya gelap saat melewati portal tersebut dan kemudian...
BRUUUK!!
Dia menabrak sesuatu yang keras, seperti menabrak sebuah besi atau baja.
“Awww!” Erang Raz sambil terpental ke belakang.
“Hey Sialan! Hati-hati kalau berlarian! Lihat di depanmu Bodoh!” Teriak seseorang sedang memaki.
Raz melihat ke depan sambil memegangi wajahnya yang sakit, dan betapa senangnya dia saat melihat ada seorang manusia lainnya yang hidup dan berbicara.
“Apa yang kau lihat?! Apa kau tahu, kau itu mengganggu konsentrasiku!!” Lanjut pria itu memarahi Raz.
Pria itu masih muda sekitar umur 23-25 tahun, memakai helm dan baju zirah berwarna silver, memakai pedang di tangan kanan dan perisai di tangan kiri, seperti sedang ber-cosplay ksatria di abad pertengahan.
Raz menatapnya dan mulai tersadar dari fokusnya, saat terdengar betapa bisingnya ditempat itu. Dia melihat sekelilingnya, dia berada di sebuah padang rumput terhampar tidak cukup luas. Dibatasi tepian jurang langit di sisi-sisinya.
Suara bising yang dia dengar adalah suara pedang yang saling bertabrakan dan para pemakai zirah silver ada dimana-mana. Dan yang paling membuat dia kaget hingga mengabaikan makian dari pria itu adalah apa yang ksatria-ksatria berzirah itu lawan.
Yang mereka lawan adalah seekor lizardman yang sering ditemui dalam game-game fantasi. Seekor kadal berwarna hijau seukuran manusia dewasa, memakai zirah half plate, dan sebagian dari mereka membawa tombak kapak.
Sengitnya pertarungan antara dua ras itu membuat pikiran Raz semakin tidak bisa menerima semua logika tersebut. Dia hanya diam terpaku melihatnya, sampai akhirnya pria yang marah itu menarik kerah bajunya dan memaki dia kembali.
“Kau dengar tidak sialan?! Sombong sekali kau! Minta maaf atau akan aku hajar kau!”
Raz yang tersadar dari lamunannya dan tidak tahu apa yang dia katakan, dengan refleks dia mengikuti apa yang diminta pria itu.
“Ya ... iya ... Aku minta maaf” Jawab Raz dengan bingung.
“Kita akan selesaikan ini lagi nanti, Jangan pikir kau bisa lepas hanya karena permintaan maaf!” Ancam pria itu.
Kemudian pria itu melepaskan genggamannya dari kerah baju Raz, dan pergi menjauh darinya.
Tak jauh dia melangkah pergi, tiba-tiba kepala pria tersebut terlempar lepas dari badannya. Kepalanya seperti dipenggal terpisah dengan lehernya. Tubuhnya perlahan terjatuh mengeluarkan darah dari lehernya yang terputus tanpa kepala.
Raz jatuh terduduk lemas. Matanya terbelalak melihat peristiwa itu. Menyaksikan bagaimana dengan mudahnya nyawa manusia hilang begitu saja.Setelah tubuh pria itu terjatuh terlihatlah dengan jelas seekor Lizardman dibelakangnya. Ukurannya lebih besar dari yang lainnya, berteriak dengan mengangkat tombak kapak yang dipakainya untuk memenggal kepala pria itu.Kemudian Lizardman itu menatap Raz dengan tajam. Raz yang tidak bisa bergerak karena kaget dan takut hanya bisa melihat Lizardman itu menghampirinya.“Mati aku sekarang” pikirnyaTombak kapak diangkat lizardman dengan sangat tinggi, siap menghujam kepala Raz sekarang juga. Tapi kemudian ada seorang Kakek ksatria dengan zirah silver menabrak Lizardman tersebut dengan perisai miliknya.Lizardman tersebut terpental cukup jauh. Kakek itu berhenti dan menoleh ke arah Raz.“Berdirilah! Ambil senjata dan bertarunglah!” Teriak Kakek ituKakek itu kemudian berlari melawan kembali lizardman tadi. Tanpa pikir panjang Raz mencari sebuah senjat
Dunia yang sekarang ditempati bukan dunia yang Raz tahu. Ini bukan Bumi, tapi Dunia baru bernama Anima. Dunia yang dimana banyak makhluk hidup dari berbagai ras tinggal.Pada umumnya terdapat Ras Manusia dengan populasi terbanyak, kemudian ada Ras demi-human seperti Elf, Dwarf, Beastman, Orc, dan lainnya. Juga ada ras keturunan superior seperti ras keturunan Naga dan ras keturunan Demon.Lizardman yang mereka lawan termasuk ke ras Half-Beastman, yaitu ras monster yang belum berevolusi menjadi humanoid beast sempurna. Mereka berbeda dengan ras Beastman yang dari lahir sudah memiliki tubuh seperti manusia, kesadaran pikiran dan kendali atas insting binatang mereka.Ada banyak spesies dan cabang ras dari setiap ras utama. Seperti Elf terbagi menjadi beberapa ras lagi contohnya ras Wood Elf, Dark Elf, High Elf, dan lainnya. Begitu pula dengan ras lainnya.Saat ini Raz dan lainnya sedang berada di sebuah Dungeon, yaitu suatu tempat / alam liar yang belum dikuasai oleh ras manapun. Dungeon
Sampailah mereka di depan tenda. Elena membuka pintu tirai dan membiarkan Raz masuk, kemudian dia menyusul masuk. Disana sudah berdiri Lord Rex yang menanti kedatangan Raz.“Halo Raz, aku adalah Rex, Komandan dari ekspedisi dungeon ini,”“Senang bisa bertemu Anda Lord Rex,” jawab Raz dengan sopan.Raz merasa jika lord Rex ini orang yang tenang, setenang air di danau. Cara bicaranya yang lembut dan berwibawa. Sungguh pribadi yang menarik.“Saya mendengar dari laporan Kapten Elena, bahwa kau adalah manusia dari dunia lain? Bisa kau jelaskan kepadaku?”“Ya, seperti yang dilaporkan oleh Kapten Elena, kemungkinannya seperti itu. Aku terteleportasi ke dunia ini, untuk detailnya aku masih belum berani berasumsi,”“Hmmmm, sepertinya kau juga tidak yakin ya. Tujuanku memanggilmu kesini adalah sebenarnya aku juga menemui seseorang yang sama seperti mu. Dia bukan berasal dari dunia ini. Tapi sayangnya dia tidak tahu mengenai kondisinya saat ini,” ucap Lord Rex sambil berbalik ke belakang.Merek
Setengah hari sudah berlalu. Rencana yang mereka susun sudah disiapkan. Mereka berkumpul untuk memastikan keadaan masing-masing.Raz dan kelompoknya bersiap menuju titik penyerangan.“Raz! Berhati-hatilah, Jaga dirimu,” ucap Vera menyemangati Raz.“Ya! Jaga dirimu juga.” Senyum Raz membalas VeraVera adalah satu-satunya teman perempuan Raz dikelompoknya, Dia perempuan yang cantik, pintar, perhatian dan selalu peduli pada teman-temannya.Vera pun mengangguk dan pergi menuju posnya.Tim Oboro mengambil napas dalam-dalam dan mulai bergerak menghampiri para troll di gerbang masuk.Oboro berdiri dengan tegap dan gagahnya di depan para troll. Dia berteriak dan memukul-mukul perisainya menggunakan skill . Skill ini bukan sihir tapi termasuk ke dalam kemampuan Qi. Para troll tersebut mulai terprovokasi karena skill Oboro. Mereka marah dan berlari ke arah Oboro. Tim pemancing lainnya melakukan skill juga, ada yang melempari Troll dengan batu.Oboro menginstruksikan untuk mundur.“Mundur! be
Goblin Shaman merapalkan kembali sihir apinya. Itu adalah sihir tingkat 2 ,Elena menahanya menggunakan sihir cahayanya. “.” Elena merapalkan sihir.Pedangnya mengeluarkan cahaya bulat berfungsi seperti perisai. Api yang dikobarkan berhasil ditahan, tapi troll tidak tinggal diam, dia berlari menerobos api dan mengayunkan batang kayu yang digenggamnya ke arah Elena.Elena terpental akibat serangan itu. Raz ternyata tidak pergi dengan Gaeus. Sebelumnya dia kembali untuk menolong Elena.Diantara pertarungan sihir dan perbedaan kekuatan ras yang besar ini, Raz tahu dia tidak akan terlalu membantu.Tapi dia tidak bisa meninggalkan Elena bertarung sendirian, walaupun itu adalah perintah Elena.Raz terlihat sudah berlari di atas altar. Dia melompat setinggi mungkin dari atas altar dan mengarahkan pedangnya ke arah belakang kepala troll yang sedang berjalan menghampiri Elena.Sleeeb…!!Pedangnya berhasil menusuk tengkorak Troll menembus melewati mulutnya. Tubuh troll ter
Hari semakin gelap, Mereka semua memutuskan untuk berkemah di lokasi tersebut. Raz dan teman-temannya berkumpul di api unggun bersama Elena, Gaeus, Oboro, Roth, dan wakil kapten Tasa dari pasukan Roth.Mereka bercerita mengenai pengalaman pasukan masing-masing selama eksplorasi dungeon. Pasukan Roth pun sama-sama memikul banyak korban jiwa selama ekspedisi.“Jadi apa rencana kedepannya Elena? kurang lebih ekspedisi ini berakhir dalam tiga sampai lima hari lagi,” tanya Roth“Sebelumnya kami bertemu dengan pasukan utama Lord Rex. Bagaimana kalau kita berkumpul dengan pasukan utama sampai ekspedisi ini berakhir?”“Hmmmm… bukan ide yang buruk. Kemana mereka tuju?”“Mereka mengatakan tentang penyerbuan sarang burung Roc di belakang gunung ini,”“Sarang burung Roc? Burung ganas dan berbahaya. Tapi dengan adanya Lord Rex mungkin kita bisa aman di sisa eksplorasi ini. Baiklah ada baiknya kalau kita menggabungkan kekuatan dahulu untuk pertahanan ekstra, semakin dalam dungeon, maka semakin berb
Raz membuka matanya. Dia sendirian berada disebuah tempat kosong berwarna putih. “Dimana ini? Apa ini akhirat?” Tak lama setelah Raz terbangun, munculah dari langit naga ular bersayap yang menyerang pasukan di dungeon Floating Castle.Dia melayang-layang mengepakkan sayapnya di depan Raz.“Lama tak bertemu Raz…,” ucap naga tersebut berbicara melalui pikiran Raz“Aku mendengar ada yang berbicara di pikiranku, apa ini telepati?”“................”Naga tersebut terdiam tidak menjawab, seperti sedang berpikir panjang.“Ada yang aneh dengan kau… kau Raz namun tidak seperti Raz,”“Apa maksudmu?”“...............”Naga tersebut terdiam kembali tak menjawab.“Aku mengerti… sepertinya ini belum waktunya. Sangat disayangkan pertemuan pertama kita setelah sekian lama,”“Aku tidak mengerti, ada apa ini?”“Sebelum kau pergi akan aku berikan kekuatan kepadamu, kembalilah jika kau sudah cukup kuat… Aku akan menunggu disini...”Ruangan putih dan naga tersebut seketika hilang. Raz terbangun di sebu
Kereta kuda membelah angin di padang rumput yang hijau, cuaca yang cerah membuat pemandangan di sekitar begitu indah. Kepala Aksa yang keluar jendela melihat dengan kagum hamparan rumput di sepanjang jalan, seperti anak kecil yang baru pertama naik mobil.“Wow Raz lihat ini! Sungguh indah alam di dunia ini! Ini hal yang belum pernah kita lihat di Bumi!”“Sudahlah! Kau bikin malu!” ucap Raz sambil memegangi keningnya,“Elena kita akan kemana kali ini?” tanya Alvin,“Kita akan pergi ke kota Ligria, Kota selatan dari Ibukota. Aku akan perkenalkan kalian dengan penyihir agung Aranmor,”“Siapa dia?” tanya Vera,“Dia adalah salah satu Profesor di Akademi sihirku. Mungkin Dia bisa membantu masalah kalian tentang teleportasi,”“Penyihir agung kau bilang? Apa dia orang yang kuat?” Aksa yang tiba-tiba memasukkan kepalanya dan menghadap Elena,“Tentu saja dia kuat, dia salah satu dari 12 Zodiac Knight,”“Apa itu Zodiac Knight?” tanya Raz,“Di Avalon empire selain Emperor sendiri, ada 12 orang te
Kereta kuda membelah angin di padang rumput yang hijau, cuaca yang cerah membuat pemandangan di sekitar begitu indah. Kepala Aksa yang keluar jendela melihat dengan kagum hamparan rumput di sepanjang jalan, seperti anak kecil yang baru pertama naik mobil.“Wow Raz lihat ini! Sungguh indah alam di dunia ini! Ini hal yang belum pernah kita lihat di Bumi!”“Sudahlah! Kau bikin malu!” ucap Raz sambil memegangi keningnya,“Elena kita akan kemana kali ini?” tanya Alvin,“Kita akan pergi ke kota Ligria, Kota selatan dari Ibukota. Aku akan perkenalkan kalian dengan penyihir agung Aranmor,”“Siapa dia?” tanya Vera,“Dia adalah salah satu Profesor di Akademi sihirku. Mungkin Dia bisa membantu masalah kalian tentang teleportasi,”“Penyihir agung kau bilang? Apa dia orang yang kuat?” Aksa yang tiba-tiba memasukkan kepalanya dan menghadap Elena,“Tentu saja dia kuat, dia salah satu dari 12 Zodiac Knight,”“Apa itu Zodiac Knight?” tanya Raz,“Di Avalon empire selain Emperor sendiri, ada 12 orang te
Raz membuka matanya. Dia sendirian berada disebuah tempat kosong berwarna putih. “Dimana ini? Apa ini akhirat?” Tak lama setelah Raz terbangun, munculah dari langit naga ular bersayap yang menyerang pasukan di dungeon Floating Castle.Dia melayang-layang mengepakkan sayapnya di depan Raz.“Lama tak bertemu Raz…,” ucap naga tersebut berbicara melalui pikiran Raz“Aku mendengar ada yang berbicara di pikiranku, apa ini telepati?”“................”Naga tersebut terdiam tidak menjawab, seperti sedang berpikir panjang.“Ada yang aneh dengan kau… kau Raz namun tidak seperti Raz,”“Apa maksudmu?”“...............”Naga tersebut terdiam kembali tak menjawab.“Aku mengerti… sepertinya ini belum waktunya. Sangat disayangkan pertemuan pertama kita setelah sekian lama,”“Aku tidak mengerti, ada apa ini?”“Sebelum kau pergi akan aku berikan kekuatan kepadamu, kembalilah jika kau sudah cukup kuat… Aku akan menunggu disini...”Ruangan putih dan naga tersebut seketika hilang. Raz terbangun di sebu
Hari semakin gelap, Mereka semua memutuskan untuk berkemah di lokasi tersebut. Raz dan teman-temannya berkumpul di api unggun bersama Elena, Gaeus, Oboro, Roth, dan wakil kapten Tasa dari pasukan Roth.Mereka bercerita mengenai pengalaman pasukan masing-masing selama eksplorasi dungeon. Pasukan Roth pun sama-sama memikul banyak korban jiwa selama ekspedisi.“Jadi apa rencana kedepannya Elena? kurang lebih ekspedisi ini berakhir dalam tiga sampai lima hari lagi,” tanya Roth“Sebelumnya kami bertemu dengan pasukan utama Lord Rex. Bagaimana kalau kita berkumpul dengan pasukan utama sampai ekspedisi ini berakhir?”“Hmmmm… bukan ide yang buruk. Kemana mereka tuju?”“Mereka mengatakan tentang penyerbuan sarang burung Roc di belakang gunung ini,”“Sarang burung Roc? Burung ganas dan berbahaya. Tapi dengan adanya Lord Rex mungkin kita bisa aman di sisa eksplorasi ini. Baiklah ada baiknya kalau kita menggabungkan kekuatan dahulu untuk pertahanan ekstra, semakin dalam dungeon, maka semakin berb
Goblin Shaman merapalkan kembali sihir apinya. Itu adalah sihir tingkat 2 ,Elena menahanya menggunakan sihir cahayanya. “.” Elena merapalkan sihir.Pedangnya mengeluarkan cahaya bulat berfungsi seperti perisai. Api yang dikobarkan berhasil ditahan, tapi troll tidak tinggal diam, dia berlari menerobos api dan mengayunkan batang kayu yang digenggamnya ke arah Elena.Elena terpental akibat serangan itu. Raz ternyata tidak pergi dengan Gaeus. Sebelumnya dia kembali untuk menolong Elena.Diantara pertarungan sihir dan perbedaan kekuatan ras yang besar ini, Raz tahu dia tidak akan terlalu membantu.Tapi dia tidak bisa meninggalkan Elena bertarung sendirian, walaupun itu adalah perintah Elena.Raz terlihat sudah berlari di atas altar. Dia melompat setinggi mungkin dari atas altar dan mengarahkan pedangnya ke arah belakang kepala troll yang sedang berjalan menghampiri Elena.Sleeeb…!!Pedangnya berhasil menusuk tengkorak Troll menembus melewati mulutnya. Tubuh troll ter
Setengah hari sudah berlalu. Rencana yang mereka susun sudah disiapkan. Mereka berkumpul untuk memastikan keadaan masing-masing.Raz dan kelompoknya bersiap menuju titik penyerangan.“Raz! Berhati-hatilah, Jaga dirimu,” ucap Vera menyemangati Raz.“Ya! Jaga dirimu juga.” Senyum Raz membalas VeraVera adalah satu-satunya teman perempuan Raz dikelompoknya, Dia perempuan yang cantik, pintar, perhatian dan selalu peduli pada teman-temannya.Vera pun mengangguk dan pergi menuju posnya.Tim Oboro mengambil napas dalam-dalam dan mulai bergerak menghampiri para troll di gerbang masuk.Oboro berdiri dengan tegap dan gagahnya di depan para troll. Dia berteriak dan memukul-mukul perisainya menggunakan skill . Skill ini bukan sihir tapi termasuk ke dalam kemampuan Qi. Para troll tersebut mulai terprovokasi karena skill Oboro. Mereka marah dan berlari ke arah Oboro. Tim pemancing lainnya melakukan skill juga, ada yang melempari Troll dengan batu.Oboro menginstruksikan untuk mundur.“Mundur! be
Sampailah mereka di depan tenda. Elena membuka pintu tirai dan membiarkan Raz masuk, kemudian dia menyusul masuk. Disana sudah berdiri Lord Rex yang menanti kedatangan Raz.“Halo Raz, aku adalah Rex, Komandan dari ekspedisi dungeon ini,”“Senang bisa bertemu Anda Lord Rex,” jawab Raz dengan sopan.Raz merasa jika lord Rex ini orang yang tenang, setenang air di danau. Cara bicaranya yang lembut dan berwibawa. Sungguh pribadi yang menarik.“Saya mendengar dari laporan Kapten Elena, bahwa kau adalah manusia dari dunia lain? Bisa kau jelaskan kepadaku?”“Ya, seperti yang dilaporkan oleh Kapten Elena, kemungkinannya seperti itu. Aku terteleportasi ke dunia ini, untuk detailnya aku masih belum berani berasumsi,”“Hmmmm, sepertinya kau juga tidak yakin ya. Tujuanku memanggilmu kesini adalah sebenarnya aku juga menemui seseorang yang sama seperti mu. Dia bukan berasal dari dunia ini. Tapi sayangnya dia tidak tahu mengenai kondisinya saat ini,” ucap Lord Rex sambil berbalik ke belakang.Merek
Dunia yang sekarang ditempati bukan dunia yang Raz tahu. Ini bukan Bumi, tapi Dunia baru bernama Anima. Dunia yang dimana banyak makhluk hidup dari berbagai ras tinggal.Pada umumnya terdapat Ras Manusia dengan populasi terbanyak, kemudian ada Ras demi-human seperti Elf, Dwarf, Beastman, Orc, dan lainnya. Juga ada ras keturunan superior seperti ras keturunan Naga dan ras keturunan Demon.Lizardman yang mereka lawan termasuk ke ras Half-Beastman, yaitu ras monster yang belum berevolusi menjadi humanoid beast sempurna. Mereka berbeda dengan ras Beastman yang dari lahir sudah memiliki tubuh seperti manusia, kesadaran pikiran dan kendali atas insting binatang mereka.Ada banyak spesies dan cabang ras dari setiap ras utama. Seperti Elf terbagi menjadi beberapa ras lagi contohnya ras Wood Elf, Dark Elf, High Elf, dan lainnya. Begitu pula dengan ras lainnya.Saat ini Raz dan lainnya sedang berada di sebuah Dungeon, yaitu suatu tempat / alam liar yang belum dikuasai oleh ras manapun. Dungeon
Raz jatuh terduduk lemas. Matanya terbelalak melihat peristiwa itu. Menyaksikan bagaimana dengan mudahnya nyawa manusia hilang begitu saja.Setelah tubuh pria itu terjatuh terlihatlah dengan jelas seekor Lizardman dibelakangnya. Ukurannya lebih besar dari yang lainnya, berteriak dengan mengangkat tombak kapak yang dipakainya untuk memenggal kepala pria itu.Kemudian Lizardman itu menatap Raz dengan tajam. Raz yang tidak bisa bergerak karena kaget dan takut hanya bisa melihat Lizardman itu menghampirinya.“Mati aku sekarang” pikirnyaTombak kapak diangkat lizardman dengan sangat tinggi, siap menghujam kepala Raz sekarang juga. Tapi kemudian ada seorang Kakek ksatria dengan zirah silver menabrak Lizardman tersebut dengan perisai miliknya.Lizardman tersebut terpental cukup jauh. Kakek itu berhenti dan menoleh ke arah Raz.“Berdirilah! Ambil senjata dan bertarunglah!” Teriak Kakek ituKakek itu kemudian berlari melawan kembali lizardman tadi. Tanpa pikir panjang Raz mencari sebuah senjat
“Hhgh! Sakit sekali kepalaku.... Dimana ini—” Tanya Raz dalam hatinya sambil memegangi kepala.“—Aku tidak ingat apa yang terjadi, sakit sekali kepalaku”Raz kemudian berusaha untuk duduk dari posisi tidur, mencoba bersandar pada dinding. Beberapa menit dia terdiam menenangkan rasa sakit dikepala yang sedikit demi sedikit mulai menghilang.“Dimana ini? Aku tidak ingat kenapa aku ada disini”Dia melihat ke sekeliling, berusaha menerka lokasi dia berada. Ternyata dia berada disebuah ruangan, cukup gelap dengan dinding lembab yang sudah dipenuhi oleh akar dan tanaman alga.Tempat yang benar-benar asing baginya. Dia mulai merasakan dinding dan lantai disekitar dia duduk, terasa basah dan seperti batuan dari sebuah situs kuno yang terlihat di ensiklopedia sejarah.Sedikit demi sedikit ingatan dari kejadian sebelumnya mulai kembali memenuhi pikiran Raz. Rasa takut mulai menyebar di hati, seiring kembali ingatannya. Seketika perasaan Raz menjadi gundah dan panik.“ASTAGA!” Teriak RazDenga